MODUL PERKULIAHAN KULIAH AGAMA ISLAM (Membangun Masyarakat Modern) ISLAM DAN TOLERANSI Fakultas Program Studi EKONOMI DAN BISNIS AKUNTANSI 12 Abstract Islam memandang Kode MK Disusun Oleh 90002 Ahmad Gozali, SHI, MH. Kompetensi toleransi Mahasiswa sebagai sesuatu yang penting, apalagi dalam akan memahami sangat makna dan ruang lingkup Toleransi kondisi ditengan-tengah kehidupan negara kita Indonesia yang sangat multikultural. Toleransi antara umat multikultural. Kita harus bertanya Islam sebagai agama rahmatan Pentingkah Toleransi Beragama?? sebelumnya beragama dan umat seagama. Dalam lil’alamin sangat menjunjung tinggi Tentu kalau kamu nilai-nilai Toleransi sehingga cinta perdamaian dan iman akan mahasiswa sebagai umat Islam Tuhan telah dewasa tentu toleransi akan menjadi pribadi-pribadi yang sangatlah penting untuk dijunjung toleran, tinggi. Di negara tercinta ini telah jelas mengkui adanya agama dan adanya beberapa agama yang diakui. Sebagai bangsa yang besar dan kaya akan budaya dan perbedaan kita harus mulai belajar untuk melakukan toleransi terhadap orang yang berbeda pandangan dengan kita.Ingat Semboyan Negara Ini "BHINNEKA TUNGGAL IKA" Mungkin tidak mudah untuk belajar toleransi apalagi dalam hal beragama karena agama ialah hal yang sangat luhur dan tidak bisa diganggu gugat. Tapi perlu disadari pada hakikatnya agama mengutamakan perdamaian sejati. Dan ada membuat satu hal kita lagi buta yang akan perbedaan. Agama adalah suatu pilihan bebas tiap individu dan tiap agama benar adanya kecuali muncul agama yang mengajarkan nilai nilai keburukan. 2015 2 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pembahasan ISLAM DAN TOLERANSI Masjid Al-Aqsa, sebuah nama masjid bersejarah di Kudus, Jawa Tengah memang kurang dikenal oleh mayoritas orang Indonesia. Masjid peninggalan Walisongo ini lebih akrab di telinga warga dengan nama Masjid Menara Kudus. Pasalnya, masjid Al-Aqsa Kudus memiliki sebuah menara yang eksotis dan unik. Menara ini terlihat seperti sebuah bangunan candi peninggalan jaman Hindu dahulu. Menara berbentuk bangunan ciri khas Hindu inilah yang membuat orang lebih senang menyebutnya dengan Masjid Menara Kudus. Masjid ini didirikan pada tahun 1549 M (956 H) oleh Jafar Shodiq alias Sunan Kudus yang tak lain ialah salah satu tokoh Walisongo yang merupakan penyebar agama Islam di tanah Jawa. Masjid Al-Aqsa punya sejarah yang cukup tua dan berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa khususnya.Sebelum pendiriannya, masyarakat Kudus masih menganut kepercayaan agama Hindu. Pendirian Masjid Al-Aqsa dibuktikan dengan pembuatan prasasti berbahasa Arab oleh Sunan Kudus. Prasasti itu berisi empat hal, yaitu pendirian masjid pada tahun 956 H, oleh Jafar Shodiq, nama masjid 'Al-Aqsa', dan daerah di sekitarnya yang sebelumnya bernama Tajug kemudian dinamai 'Al-Quds' yang berasal dari 'Al-Quds (suci). Konon, batu prasasti yang saat ini berada di atas mihrab dibawa langsung oleh Sunan Kudus dari Mekkah. Masjid Al-Aqsa telah melalui beberapa kali renovasi dan pemugaran serta perbaikan dari zaman ke zaman sehingga bentuk dan kondisinya mengalami perubahan total.Renovasi pertama dilakukan tahun 1918, dan semuanya bangunan utama masjid diganti kecuali bagian mihrab dan prasasti. Selain itu, bagian luar masjid seperti menara, gapura, dan tembok yang semuanya terbuat dari bata merah terlihat masih utuh dan tidak mengalami bentuk perubahan untuk mempertahankan ciri khasnya. Sebagai perekat, Sunan Kudus memakai metode menggosok-gosokkan antar batu. Berdasarkan sebuah penelitian beberapa ilmuwan, penggosokan dibantu pemakaian serbuk kulit kerang agar lebih mudah.Bangunan menara yang seperti candi Hindu jadi bagian khas dari Masjid Al-Aqsa. Memang masih diperdebatkan, apakah menara tersebut merupakan peninggalan budaya Hindu atau memang peninggalan Sunan Kudus sendiri. Namun, alasan kedua lebih kuat di mata masyarakat sekitar sebab tata letak menara menghadap ke Barat, berbeda dengan candi Hindu yang menghadap ke gunung, sedangkan Gunung Muria terletak di utara Kudus.Pada menara juga tidak ditemukan arca dan ukiran, yang justru banyak ditemui di setiap candi Hindu. Terdapat tiga 2015 3 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id buah gapura di lingkungan masjid namun sudah beberapa kali mengalami renovasi, kini dua buah gapura telah berada di bagian dalam masjid. Di atas pintu gapura pertama (paling dalam) dan kedua, terdapat ukiran kayu berisi tulisan berbahasa Jawa berhuruf Arab yang berbunyi; "Pintu ini dibuat pada zaman pemerintahan Aryo Paninggaran,'. Pada bagian belakang masjid, ada komplek Makam Sunan Kudus yang selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh pelosok daerah di Indonesia. Di kompleks makam yang bersekatsekat ini juga terdapat ratusan makam lainnya dari keluarga beliau, para pangeran, panglima, dan sahabat beliau. Makam Sunan Kudus sendiri terletak paling dalam. Setiap tanggal 10 Muharram, ada tradisi buka luwur, yakni penggantian kain kelambu makam dengan yang baru. Keunikan Mesjid Menara Kudus ini membuktikan adanya toleransi dan keharmonisan hubungan antar umat beragama pada masa lampau. Selain mendirikan masjid yang mirip dengan candi, setiap ada perayaan Idul Adha, Sunan Kudus melarang masyarakat sekitar menyembelih sapi. Alasannya, sapi merupakan hewan yang dimuliakan dalam agama Hindu.Bahkan sampai saat ini, cukup sulit menemukan masakan berbahan daging sapi di Kudus. Contoh konkret, soto yang di daerah lain menggunakan daging sapi, di Kudus dan sekitarnya menggunakan daging kerbau. Sampai saat ini, kepercayaan itu masih dipegang teguh oleh masyarakat di sekitar Masjid Menara Kudus dan sekitarnya seperti di daerah, Pati, Jepara dan sekitarnya. Keindahan Masjid Menara Kudus mengingatkan kita kembali akan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama yang telah ada sejak lama. Perbedaan agama bukanlah alasan untuk saling menonjolkan ajaran, menyombongkan panutan. Namun, dengan agama yang berbeda kita malah justru harus bisa dipersatukan dalam suasana indah dan mesra. DEFINISI TOLERANSI Definisi dari kata Toleransi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata toleransi berarti sifat atau sikap toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own. Lebih lanjut menurut Abdul Malik Salman, kata tolerance sendiri berasal dari bahasa latin “tolerare” yang berarti “berusaha untuk tetap bertahan 2015 4 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hidup, tinggal, atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai atau disenangi. Dengan demikian, pada awalnya dalam makna tolerance terkandung sikap keterpaksaan. Jadi, toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain. PERINTAH TOLERANSI A. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan. 1. Surat al Kafirun ayat 1-6 “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amalibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni. Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan 2015 5 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyembah Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya diminta untuk menyembah apa yang mereka sembah. Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnyatauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggungjawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam. 2. Surat Yunus ayat 40–41 “di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”. Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan. Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai. 3. Surat al-Kahfi ayat 29 2015 6 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id “dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”. Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-ayat Allah,maka biarlah ia kafir –walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Bahkan Allah telah menyediakan neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar. 4. Surat al-Hujurat 10-13 (10).”orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (11). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (12). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (13). Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. 2015 7 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan, social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan Islam. Oleh karenanya sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh sebagaimana diajarkan agamanya yaitu Islam. Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari orang yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah. Olok-olok dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan dikalangan orang mukmin. Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin karena antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau “hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat kesalahan harus segera taubat. Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam ayat 12 Allah melarangorang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus dijauhi. Dalam ayat ini juga Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing, menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya. Al-Qur’an surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi, berkomunikasi, saling memberi dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya kepada Allah SWT. 2015 8 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang Islam terhadap orang islam Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain: 1) Kewajiban membalas salam. Apabila ada orang Islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang Islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah. 2) Kewajiban memenuhi Undangan Orang Islam apabila diundang oleh orang Islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy. 3) Kewajiban Melayat orang Islam yang meninggal Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang Islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah. 4) Kewajiban mendoakan orang Islam yang bersin Apabila ada oarng islam bersin lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang Islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhamukullah”. Perintah yang dipesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang dianjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budayaluhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan. Hadis Kedua “Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas”.(HR.Bukhori dan Muslim) Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasulullah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang Islam dengan 2015 9 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id orang Islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang-orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulullah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solidaritas dalam kehidupan antara umat islam. Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solidaritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solidaritas dalam kehidupan antara mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat Islam. Toleransi Dalam Islam Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir. A. Toleransi Antar Sesama Muslim Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10 “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” Pesan yang terkandung pada surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara dua orang atau kelompok kaum muslim.Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita 2015 10 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah). B. Toleransi Antar Umat Beragama Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolongmenolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita. Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling menghujat. Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan. (QS. Saba:24-26): 24. Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. 25. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat". 26. Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui". C. Toleransi Umat Beragama di Indonesia Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya habungan antar umat beragama. Sebab munculnya ketegangan intern umat beragama tersebut antara lain: 1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi. 2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain. 2015 11 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang randah agama lain. 4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat. 5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah. 6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat. Toleransi antar umat beragama dan inter umat beragama, sebagai bagian darimasyarakat multikultural, merupakan hal yang sangat penting. Salah satu penyebabtimbulnya konflik antar umat beragama dan inter umat beragama adalah lemahnya rasatoleransi. Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta tidak hanya mengaturtoleransi antar umat beragama, tetapi juga mengatur toleransi dalam masyarakat yang lebihluas yang disebut multikultural terdiri multikultural. Masyarakat dari berbagai macam ras, bangsa, agama, suku, kepercayaan, adat istiadat, budaya,peradaban, dan dari latar belakan gkehidupan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.Masyarakat multikultural merupakan suatu kenyataan yang dihadapi oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia. Islam, sebagai agama yang menebarkan kedamaian, mengarahkanmanusia agar mengembangkan toleransi atautasamuh. BEBERAPA CONTOH TOLERANSI DALAM ISLAM Rasulullah adalah tokoh teladan terbaik dalam mengajarkan sikap toleransi kepada umatnya. Toleransi merupakan sikap untuk mengayomi orang-orang yang berbeda keyakinan dan kedudukan yang tidak menebar permusuhan. Rasulullah tidak hanya sebagai Nabi, beliau juga kepala keluarga, panglima perang, dan kepala negara. Kedudukan dan kekuasaan yang diperolehnya tidak menjadikannya sebagai orang yang bertindak kasar dan keras. Sebagai Nabi, sikap toleransi yang beliau tunjukkan ialah memaafkan dan bahkan mendoakan kaum yang telah berbuat jahat kepada beliau ketika berdakwah. Setelah wafatnya paman beliau, Abu Thalib, Nabi SAW berkunjung ke perkampungan Thaif. Beliau menemui tiga orang dari pemuka suku kaum Tsaqif, yaitu Abdi Yalel, Khubaib, dan Mas'ud.Nabi mengajak mereka untuk melindungi para sahabatnya agar tidak diganggu oleh suku Quraisy. Namun, kenyataan pedih yang dialami beliau. Nabi diusir dan dilempari batu oleh kaum Tsaqif. Akibatnya, darah pun mengalir dari tubuh beliau. Menyaksikan kejadian itu, Malaikat Jibril memohon izin untuk menghancurkan kaum Tsaqif karena telah menyiksa Nabi. Namun, apa jawaban Nabi? “Jangan! Jangan! Aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah dan tidak 2015 12 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyekutukan-Nya dengan apa pun.” Beliau pun berdoa untuk kaum Tsaqif. "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka belum mengetahui (kebenaran).” (HR Baihaqi). Pada lain kesempatan, sebagai pemimpin negara, Rasulullah SAW juga menunjukkan sikap tolerannya. Ketika terjadi keributan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy serta Yahudi, Rasul menawarkan solusi dengan membuat Piagam Madinah untuk mencari kedamaian dan ketenteraman kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat pada pasal 16 yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.” Selain Piagam Madinah, pada peristiwa penaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah SAW juga menunjukkan toleransi yang sangat indah. Penduduk Makkah yang selama ini memusuhi Rasulullah, ketakutan ketika umat Islam berhasil menaklukkan Kota Makkah. Sebab, sebelum penaklukan itu, umat Islam sering ditindas oleh kaum kafir Quraisy Makkah. Tak jarang, mereka juga menghalang-halangi dakwah Rasul, bahkan hingga bermaksud membunuhnya. Namun, setelah penaklukkan Kota Makkah itu, Rasul memaafkan sikap mereka. Tidak ada balas dendam. Kekuasaan yang dimilikinya, tak menjadikan diri Rasul menjadi sombong atau bertindak sewenang-wenang. Ketika penduduk Quraisy menanti keputusan beliau, Rasul bersabda, “Saya hanya katakan kepada kalian sebagaimana ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya, 'Tiada celaan atas kalian pada hari ini'. Pergilah! Kalian semua bebas.” (HR Baihaqi). Itulah di antara contoh toleransi Rasulullah. Pantaslah bila beliau menjadi suri teladan bagi umat Islam dalam berbagai hal. (QS al-Ahzab: 21). Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Keadilan bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya. Begitu juga dengan toleransi dalam beragama. Agama Islam melarang keras berbuat zalim dengan agama selain Islam dengan merampas hak-hak mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahah: 8) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah menafsirkan, “Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik, baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian 2015 13 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” Berikut beberapa contoh toleransi dalam Islam : 1. Ajaran berbuat baik terhadap tetangga meskipun non-muslim Berikut ini teladan dari salafus shalih dalam berbuat baik terhadap tetangganya yang Yahudi. Seorang tabi’in dan beliau adalah ahli tafsir, imam Mujahid, ia berkata, “Saya pernah berada di sisi Abdullah bin ‘Amru sedangkan pembantunya sedang memotong kambing. Dia lalu berkata, ”Wahai pembantu! Jika anda telah selesai (menyembelihnya), maka bagilah dengan memulai dari tetangga Yahudi kita terlebih dahulu”. Lalu ada salah seorang yang berkata, “(kenapa engkau memberikannya) kepada Yahudi? Semoga Allah memperbaiki kondisimu”. ‘Abdullah bin ’Amru lalu berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat terhadap tetangga sampai kami khawatir kalau beliau akan menetapkan hak waris kepadanya.” 2. Bermuamalah yang baik dan tidak boleh dzalim terhadap keluarga dan kerabat meskipun non-muslim Misalnya pada ayat yang menjelaskan ketika orang tua kita bukan Islam, maka tetap harus berbuat baik dan berbakit kepada mereka dalam hal muamalah. Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15) 3. Islam melarang keras membunuh non-muslim kecuali jika mereka memerangi kaum muslimin. Dalam agama Islam orang kafir yang boleh dibunuh adalah orang kafir harbi yaitu kafir yang memerangi kaum muslimin. Selain itu semisal orang kafir yang mendapat suaka atau ada perjanjian dengan kaum muslimin semisal kafir dzimmi, kafir musta’man dan kafir mu’ahad, maka dilarang keras untuk dibunuh. Jika melanggar maka ancamannya sangat keras. “Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. “ 4. Adil dalam hukum dan peradilan terhadap non-muslim Contohnya ketika Umar bin Khattab radhiallahu’anhu membebaskan dan menaklukkan Yerussalem Palestina. Beliau menjamin warganya agar tetap bebas memeluk agama dan membawa salib mereka. Umar tidak memaksakan mereka memluk Islam dan menghalangi 2015 14 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mereka untuk beribadah, asalkan mereka tetap membayar pajak kepada pemerintah Muslim. Berbeda ketika bangsa dan agama lain mengusai, maka mereka melakukan pembantaian. Umar bin Khattab juga memberikan kebebasan dan memberikan hak-hak hukum dan perlindungan kepada penduduk Yerussalem walaupun mereka non-muslim. Daftar Pustaka 1. Al-Ghazali, I. 2005. Ilmu yang Bermanfaat Dunia Akhirat. Qudsi Media. Semarang. 2. Al-jauzy. 2005. Cara Manusia Cerdas menang dalam Hidup. Maghfirah Pustaka. Jakarta. 3. Departemen Agama. 1971. Al-Quran dan terjemahannya. Departemen Agama. Jakarta. 4. Ibrahim Hamid Al-Qu’ayyid. 2005. 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas. Maghfirah Pustaka. Jakarta. 5. Syarif, Reza M. 2006. Life Excellent, Menuju Hidup Lebih Baik. Prestasi. Jakarta. 6. Turner H.R. 2004. Sains Islam yang Mengagumkan. Nuansa. Bandung. 7. Zaqzuq MH. 2003. Islam dan Tantangan dalam Menghadapi Pemikiran Barat. Pustaka Setia. Bandung. 2015 15 Pendidikan Agama Islam Ahmad Gozali, SHI, MH. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id