Document

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat
memprihatinkan. Minimnya kualitas sumber daya manusia (SDM), sulitnya
mendapatkan lapangan pekerjaan, pembangunan yang tidak merata, dan
kepadatan penduduk di masing-masing daerah menjadi salah satu contoh
penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan
banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk
keberlangsungan hidupnya. Maka, pemerintah dalam setiap implementasi
kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai.
Kesejahteraan merupakan keadaan di mana seseorang merasa nyaman,
tentram, bahagia, serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari berbagai
macam aspek yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial seseorang, salah
satunya adalah aspek kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern.
Terutama kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset keuangan
guna mencapai kesejahteraan. Pengelolaan keuangan (money management) pada
umumnya merupakan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam kehidupan seharihari yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok yang memiliki tujuan
untuk memperoleh kesejahteraan keuangan.
Mengutip dari detik.com pada Rabu, 03 Februari 2016. Dinyatakan
bahwa menurut perencana keuangan Prita Ghozie, ada beberapa penyebab utama
1
2
yang mengganggu stabilitas finansial individu yang berujung pada terancamnya
kesejahteraan keuangannya. Antara lain adalah tidak bisa membedakan simpanan,
tabungan, dan investasi, hobi utang, dan bergaya hidup yang tinggi. Prita
mengatakan, penting untuk mengetahui perbedaan fungsi simpanan, tabungan, dan
investasi sehingga seseorang bisa bijak menggunakan uangnya. Selanjutnya,
kebiasaan tidak pernah menabung membawa individu pada masalah utang. Riset
ZAP Finance pada 2013 menyatakan bahwa 18 persen responden sering berutang
bukan untuk kebutuhan primer atau darurat saja, tapi untuk memenuhi gaya hidup
yang semakin tinggi. Sebagai penutup, ia mengatakan bahwa sebetulnya seberapa
pun penghasilan seseorang kebutuhan pasti akan tercukupi kecuali jika memiliki
gaya hidup yang terlampau tinggi.
Fenomena yang terjadi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan
bahwa literasi keuangan berhubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Hal
tersebut didukung oleh banyaknya studi baik yang dilakukan oleh Bank Dunia
maupun sejumlah perguruan tinggi yang menunjukkan adanya hubungan positif
antara literasi keuangan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh ketika ada
orang yang memiliki uang tetapi tidak memiliki tingkat literasi yang cukup
berpotensi menjadi korban investasi bodong atau saat seseorang tidak mengetahui
cara mengajukan kredit ke lembaga keuangan dia berpotensi lari ke lintah darat.
Oleh karena itu, OJK menganggap perlu adanya upaya untuk meningkatkan
literasi keuangan masyarakat. Dalam hal ini, OJK memiliki program strategi
nasional literasi keuangan sejak 2013 dan pada 2017 ini akan muncul revisi
strategi yang kedua (www.beritasatu.com Kamis, 15 September 2016).
3
Berdasarkan
fenomena
di
atas
dijelaskan
bahwa
kesejahteraan
masyarakat sangat erat kaitannya dengan literasi keuangan yang dimilikinya. The
Association of Chartered Certified Accountants (2014) merumuskan bahwa
konsep literasi keuangan mencakup pengetahuan mengenai konsep keuangan,
kemampuan memahami komunikasi mengenai konsep keuangan, kecakapan
mengelola keuangan pribadi/perusahaan dan kemampuan melakukan keputusan
keuangan dalam situasi tertentu. Dengan menerapkan cara pengelolaan keuangan
yang benar, maka individu diharapkan bisa mendapatkan manfaat yang maksimal
dari uang yang dimilikinya.
Fenomena selanjutnya, bahwa Muliaman menyatakan masih banyak
masyarakat yang mengeluhkan sulitnya mengakses layanan keuangan karena
berbagai faktor antara lain pengetahuan keuangan yang masih rendah, jarak yang
jauh, dan transportasi yang sulit. Padahal Bank Dunia menyebut bahwa akses
layanan keuangan merupakan salah satu penentu kesejahteraan masyarakat yang
juga telah menjadi program strategis pemerintah Indonesia (skalanews.com
Jum’at, 25 November 2016). Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus
berusaha mengembangkan berbagai inovasi program literasi keuangan untuk
meningkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat terkait produk dan
layanan sektor keuangan. Survei nasional tentang literasi keuangan yang
dilakukan oleh OJK pada 2013 di 20 provinsi dengan jumlah 8.000 responden
secara umum menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru
sebesar 21,8%. Adapun indeks literasi masyarakat golongan C, D, dan E
(masyarakat berpenghasilan rendah/ low income) sebesar 18,71%. Angka ini
4
masuk kategori rendah jika dibanding tingkat literasi keuangan negara lain seperti
Philipina (27%), Malaysia (66%), Thailand (73%) dan Singapura (98%)
(http://www.ojk.go.id).
Menurut Kendall & Klapper (2015) dari 40 persen penduduk termiskin di
Indonesia, 78 persennya menghadapi kesulitan dalam mengakses keuangan
formal. Di sisi lain, jika golongan ini mampu mengakses pembiayaan formal,
mereka perlu dibekali edukasi keuangan yang mencukupi agar isu subprime tidak
melebar pada krisis keuangan (Morgan & Pontines, 2014). Bank Dunia
memprediksi bahwa regulasi yang tidak dipersiapkan dengan baik dalam
mengatur keuangan mikro mampu melemahkan seluruh regulasi perekonomian.
Fenomena lainnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
lembaga amal kesehatan dan kesejahteraan YMCA Pusat mengungkapkan bahwa
nilai kesejahteraan seseorang tergantung apakah ia percaya diri atau minder secara
finansial. Mereka yang berbahagia dengan kondisi finansialnya meningkatkan
kesejahteraan hingga 19%. Sementara yang mengkhawatirkan kondisi keuangan
malah
menenggelamkan
tingkat
kesejahteraannya
hingga
33%
(www.cnnindonesia.com Kamis, 08 Desember 2016).
Garg (2012) menegaskan melalui temuannya bahwa kesalahan mengelola
uang mengindikasikan kesehatan keuangan yang kurang bagus atau bahkan buruk.
Hal itu akan semakin memperburuk kesejahteraan yang dialami seseorang. Dalam
arti semakin keliru mengelola uang maka semakin rendah pula kesehatan
keuangan yang dimiliki seseorang. Pada kenyataannya tidak semua orang mampu
mengelola uang secara tepat sehingga meningkatkan peluang mengalami kesulitan
5
keuangan. Semakin meningkat tendensi mengalami kesulitan keuangan maka
semakin rendah pula kesehatan keuangannya.
Sementara itu, Delafrooz dan Paim (2011) menjelaskan bahwa kesehatan
keuangan memiliki berbagai aspek namun hal itu tidak berarti individu yang sehat
dalam keuangan pasti mengalami kepuasan keuangan disebabkan dapat saja
seseorang merasa puas dengan situasi keuangannya saat ini, namun apabila
dikritisi maka situasi keuangan tersebut tidaklah sehat. Misal saja individu merasa
puas dengan pola keuangannya namun memiliki utang yang tidak sehat, atau pun
persiapan dana pensiun yang tidak memadai. Untuk saat ini akan merasa puas
namun
dampak
pengelolaan
keuangan
yang
sehat
pada
prinsipnya
menggambarkan situasi saat ini hingga masa depan.
Perilaku keuangan pribadi merupakan kontributor penting untuk
kesuksesan atau kegagalan keuangan konsumen. Perilaku keuangan diartikan
sebagai keadaan pikiran, pendapat, serta penilaian tentang keuangan. Perilaku
keuangan pribadi adalah cara dimana individu mengelola sumber dana (uang)
untuk digunakan sebagai keputusan penggunaan dana, penentuan sumber dana,
serta keputusan untuk perencanaan pensiun (Gitman, 2011).
Pendidikan informal di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal
di lingkungan perguruan tinggi sangat berperan penting dalam pembentukan
literasi finansial seseorang. Di dalam lingkungan keluarga, tingkat literasi
finansial ditentukan oleh peran orang tua dalam memberikan dukungan berupa
pendidikan keuangan dalam keluarga. Melalui pendidikan keluarga, dengan caracara yang sederhana anak dibawa ke suatu sistem nilai atau sikap hidup yang
6
diinginkan dan disertai teladan orang tua yang secara tidak langsung sudah
membawa anak kepada pandangan dan kebiasaan tertentu.
Selanjutnya, pembelajaran di perguruan tinggi juga mengambil peran
yang sangat penting dalam proses pembentukan literasi finansial mahasiswa.
Mahasiswa tinggal di lingkungan ekonomi yang beragam dan kompleks sehingga
peningkatan kebutuhan pendidikan keuangan sangat diperlukan. Beberapa negara
telah mengakui perlunya literasi finansial diajarkan di dalam kelas. Pembelajaran
yang efektif dan efisien akan membantu mahasiswa memiliki kemampuan
memahami, menilai, dan bertindak dalam kepentingan keuangan mereka.
Penilaian atas pemahaman mereka akan pengelolaan keuangan pribadi, perilaku
keuangan pribadi, dan pengetahuan keuangan dibutuhkan untuk kebiasaan mereka
dalam menerapkan pengelolaan uang.
Mahasiswa sebagai generasi muda tidak hanya akan menghadapi
kompleksitas yang semakin meningkat dalam produk-produk keuangan, jasa, dan
pasar, tetapi mereka lebih cenderung harus menanggung risiko keuangan di masa
depan yang lebih dari orang tua mereka (Lusardi, 2010). Mahasiswa umumnya
memiliki kebebasan yang lebih besar untuk membuat keputusan pribadi dalam hal
keuangan. Namun, sebagian besar mahasiswa sering memulai masa kuliah mereka
dengan atau tanpa mengerti dan bertanggung jawab terhadap keuangan pribadi
mereka
sendiri
(Cunningham
2000;
Nellie
Mae
2002).
Hal
tersebut
mengakibatkan banyak mahasiswa belajar dari trial and error, namun hal itu
belum mampu menjadikan mereka menjadi pelaku ekonomi yang cerdas dalam
7
kehidupan saat ini. Padahal seiring berjalannya waktu, para mahasiswa akan
dihadapkan pada proses untuk memasuki industri dan jasa keuangan.
Ketika mahasiswa belajar bagaimana mengelola uang, mereka dapat
merasakan moving through autonomy toward independence, kualitas diri yang
menunjukkan kemampuan untuk memotivasi, membimbing, bertujuan, dan
mengetahui tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta menjadi diri
sendiri dan pada masa yang sama menyadari pentingnya hubungan dengan orang
lain. Selanjutnya, diulas oleh Brent A. Marsh (2006) dalam disertasi penelitiannya
yang menguji perbedaan sikap keuangan pribadi, perilaku keuangan pribadi, dan
pengetahuan keuangan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun
akhir. Perbedaan signifikan ditemukan pada mahasiswa tahun pertama dan
mahasiswa tahun akhir dimana pengalaman kuliah mempengaruhi sikap
keuangan, perilaku keuangan dan pengetahuan mereka.
Boyland dan Warren (2013) menilai tentang perbedaan literasi keuangan
antara mahasiswa dalam negeri dan mahasiswa internasional. Penelitian dilakukan
berdasarkan jenis kelamin dan apakah mahasiswa tersebut berasal dari dalam
negeri atau mahasiswa internasional. Dalam survei instrumen yang telah dibagi
menjadi dua bagian, bagian pertama berisi 31 pertanyaan yang digunakan untuk
menguji literasi keuangan yang di bagi menjadi empat kategori: kategori
pendapatan, kategori pengelolaan uang, kategori tabungan, dan kategori
pengeluaran. Hasil penelitian sampel untuk mahasiswa domestik dan mahasiswa
internasional menunjukkan perbedaan signifikan pada pengelolaan uang dan
8
pengeluaran. Sedangkan untuk pendapatan dan pengetahuan/kebiasaan untuk
menabung tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan.
Secara luas peneliti menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut mengenai
pengelolaan uang mahasiswa di perguruan tinggi diperlukan. Dalam rangka
mencapai kesejahteraan keuangan, seseorang perlu memiliki pengetahuan,
kesehatan, kepuasan dan perilaku keuangan pribadi yang baik. Berdasarkan pada
pemaparan di atas, dengan terdapatnya perbedaan penggunaan variabel dan
sampel maka penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Maka, peneliti
mengangkat judul: “Pengaruh Financial Wellness, Financial Satisfaction, dan
Financial Behavior terhadap Financial Wellbeing dengan Financial Literacy
sebagai Variabel Intervening” sebagai judul dalam penelitian ini.
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian
1.2.1
Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang atas penelitian ini, guna
mempermudah fokus pembahasan materi maka dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1.
Minimnya pengetahuan dan pemahaman akan keuangan yang baik akan
mempengaruhi kondisi keuangan secara keseluruhan,
2.
Kondisi keuangan yang tidak sehat menyebabkan timbulnya banyak
permasalahan seperti tidak memiliki tabungan, tidak memiliki dana untuk
keperluan mendadak, bahkan tidak mampu memenuhi kewajibannya
9
seperti membayar uang kuliah tepat waktu atau membayar angsuran
utang lainnya pada mahasiswa,
3.
Dengan mengetahui dan memahami kepuasan atas kondisi keuangannya,
seseorang akan dengan mudah memenuhi kebutuhannya akan keuangan.
Sehingga kesalahan pengelolaan atas keuangan dapat dihindari,
4.
Banyaknya individu/ mahasiswa yang memiliki perilaku keuangan yang
buruk, hal ini menimbulkan banyaknya kesalahan dalam pengambilan
keputusan keuangan karena gaya hidup yang boros,
5.
Individu/ mahasiswa yang tidak memiliki kesehatan keuangan, kepuasan
keuangan, dan perilaku keuangan dengan baik maka akan berpengaruh
terhadap pencapaian kesejahteraannya secara keselruhan.
1.2.2
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi permasalahan atas penelitian ini, maka
diperlukan adanya batasan fokus pembahasan agar dalam pembahasannya dapat
lebih terinci dan mendalam. Untuk itu penulis merumuskan beberapa hal yang
akan menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Bagaimana
kondisi
Kesehatan
Keuangan
(Financial
Wellness)
Mahasiswa/i secara personal.
2.
Bagaimana kondisi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction)
Mahasiswa/i secara personal.
3.
Bagaimana Perilaku Keuangan (Financial Behavior) Mahasiswa/i secara
personal.
10
4.
Bagaimana kondisi Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i
secara personal.
5.
Bagaimana kondisi Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing)
Mahasiswa/i secara personal.
6.
Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness)
terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara
personal.
7.
Seberapa besar pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction)
terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara
personal.
8.
Seberapa besar pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior)
terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara
personal.
9.
Seberapa besar pengaruh LIterasi Keuangan (Financial Literacy)
terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i
secara personal.
10. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness)
terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i
secara personal.
11. Seberapa besar pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction)
terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i
secara personal.
11
12. Seberapa besar pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior)
terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i
secara personal.
13. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy)
memediasi
Kesehatan
Keuangan
(Financial
Wellness)
terhadap
Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara
personal.
14. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy)
memediasi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap
Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara
personal.
15. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy)
memediasi
Perilaku
Keuangan
(Financial
Behavior)
terhadap
Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara
personal.
16. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness),
Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan
(Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy)
Mahasiswa/i secara personal.
17. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness),
Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan
(Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial
Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal.
12
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pengajuan rumusan masalah yang akan menjadi fokus
pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis mengharapkan terpenuhinya
tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui kondisi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness)
Mahasiswa/i secara personal.
2.
Untuk mengetahui kondisi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction)
Mahasiswa/i secara personal.
3.
Untuk mengetahui Perilaku Keuangan (Financial Behavior) Mahasiswa/i
secara personal.
4.
Untuk mengetahui kondisi Literasi Keuangan (Financial Literacy)
Mahasiswa/i secara personal.
5.
Untuk
mengetahui
kondisi
Kesejahteraan
Keuangan
(Financial
Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal.
6.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial
Wellness) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i
secara personal.
7.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial
Satisfaction)
terhadap
Literasi
Keuangan
(Financial
Literacy)
Mahasiswa/i secara personal.
8.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perilaku Keuangan (Financial
Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i
secara personal.
13
9.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial
Literacy) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing)
Mahasiswa/i secara personal.
10. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial
Wellness) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing)
Mahasiswa/i secara personal.
11. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial
Satisfaction) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing)
Mahasiswa/i secara personal.
12. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perilaku Keuangan (Financial
Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing)
Mahasiswa/i secara personal.
13. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial
LIteracy) memediasi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap
Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara
personal.
14. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial
LIteracy) memediasi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction)
terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i
secara personal.
15. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial
LIteracy) memediasi Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap
14
Kesejahteraan Keuangan
(Financial
Wellbeing)
Mahasiswa/i secara
personal.
16. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial
Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku
Keuangan (Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial
Literacy) Mahasiswa/i secara personal.
17. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial
Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku
Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan
(Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoretis
Kegunaan teoretis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
diharapkan dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu untuk
menambah wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
keuangan seperti kesehatan keuangan, kepuasan keuangan, dan perilaku keuangan
dengan literasi keuangan sebagai variabel penengah. Penelitian ini dapat juga
dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih luas lagi untuk
mengetahui faktor yang menentukan kesejahteraan keuangan pribadi setiap
individu.
15
1.4.2
Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan gambaran
yang dapat bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai
pihak, antara lain:
a. Bagi Penulis
1. Dapat memenuhi persyaratan sidang skripsi guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi,
2. Melalui indikator kesehatan keuangan dapat penulis gunakan untuk
melihat kondisi keuangan pribadi sehingga dapat memberikan
pengetahuan
akan
bentuk
pencatatan,
pengelolaan,
maupun
pertanggungjawaban agar dapat menjadi lebih baik,
3. Kepuasan keuangan dapat digunakan penulis untuk mengukur
apakah pengelolaan keuangan selama ini telah dapat mencapai
tujuan yang efektif dan efisien,
4. Perilaku keuangan dapat
digunakan penulis
untuk
menilai
pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan keuangan
dengan tepat,
5. Literasi keuangan sangat berguna bagi penulis untuk diaplikasikan
dalam manajemen keuangan sehari-hari, pengambilan keputusan
baik menabung maupun berinvestasi, juga sebagai pengetahuan yang
sangat berguna dan harus dimiliki,
16
6. Kesejahteraan keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah
kondisi keuangan secara keseluruhan saat ini mampu mengantarkan
penulis pada kesejahteraan dalam aspek keuangan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Kesehatan keuangan dapat dijadikan indikator kondisi keuangan saat
ini, apakah seseorang berada dalam kondisi sehat secara finansial
atau sebaliknya,
2. Kepuasan keuangan dapat digunakan sebagai indikator apakah
selama ini pengalokasian pendapatan seseorang telah sesuai tujuan
dengan efektif dan efisien atau tidak,
3. Perilaku keuangan dapat membantu dalam membuat keputusan
terutama yang berkaitan dengan keuangan secara lebih tepat,
4. Literasi
keuangan
membantu
dalam
segala
aspek,
sebagai
pengetahuan literasi keuangan tidak hanya dapat diaplikasikan
dalam manajemen keuangan pribadi tetapi dapat juga dijadikan
sebagai wawasan tambahan,
5. Kesejahteraan keuangan sangat dibutuhkan oleh setiap individu,
dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
litelatur tambahan agar kita dapat mencapai kesejahteraan terutama
dalam aspek keuangan.
17
1.5
Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Mahasiswa/i Fakultas
Ekonomi yang studi pada lima perguruan tinggi swasta yang terdapat di Kota
Bandung, antara lain:
Tabel 1.1
Lokasi Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pasundan Bandung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Bandung
Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama
Fakultas Ekonomi Universitas
Sangga Buana (YPKP)
STIE Ekuitas Bandung
Alamat
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
Jl. Tamansari No. 1, 20, 22, 24
Bandung 40116
Jl. Cikutra No. 204A Bandung 40125
Jl. P.H.H. Mustofa No. 68 Bandung
40124
Jl. P.H.H. Mustofa No. 31 Bandung
40124
18
1.6
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan waktu yang telah ditentukan sesuai
periode penyusunan tugas akhir penulis, secara lebih rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut:
No
Kegiatan
1.
Pengajuan Judul
Penyusunan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Proposal Penelitian
Penyusunan BAB
I, II, dan III
Sidang Usulan
Penelitian
Penyebaran
Kuesioner
Pengolahan Data
Sidang Akhir
Tabel 1.2
Waktu Penelitian
Desember Januari Februari
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Download