BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Minimnya kualitas sumber daya manusia (SDM), sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, pembangunan yang tidak merata, dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah menjadi salah satu contoh penyebab banyaknya pengangguran di Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya. Maka, pemerintah dalam setiap implementasi kebijakan selalu menjadikan kesejahteraan sebagai tujuan yang hendak dicapai. Kesejahteraan merupakan keadaan di mana seseorang merasa nyaman, tentram, bahagia, serta dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial seseorang, salah satunya adalah aspek kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia modern. Terutama kecerdasan finansial, yaitu kecerdasan dalam mengelola aset keuangan guna mencapai kesejahteraan. Pengelolaan keuangan (money management) pada umumnya merupakan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam kehidupan seharihari yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok yang memiliki tujuan untuk memperoleh kesejahteraan keuangan. Mengutip dari detik.com pada Rabu, 03 Februari 2016. Dinyatakan bahwa menurut perencana keuangan Prita Ghozie, ada beberapa penyebab utama 1 2 yang mengganggu stabilitas finansial individu yang berujung pada terancamnya kesejahteraan keuangannya. Antara lain adalah tidak bisa membedakan simpanan, tabungan, dan investasi, hobi utang, dan bergaya hidup yang tinggi. Prita mengatakan, penting untuk mengetahui perbedaan fungsi simpanan, tabungan, dan investasi sehingga seseorang bisa bijak menggunakan uangnya. Selanjutnya, kebiasaan tidak pernah menabung membawa individu pada masalah utang. Riset ZAP Finance pada 2013 menyatakan bahwa 18 persen responden sering berutang bukan untuk kebutuhan primer atau darurat saja, tapi untuk memenuhi gaya hidup yang semakin tinggi. Sebagai penutup, ia mengatakan bahwa sebetulnya seberapa pun penghasilan seseorang kebutuhan pasti akan tercukupi kecuali jika memiliki gaya hidup yang terlampau tinggi. Fenomena yang terjadi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa literasi keuangan berhubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut didukung oleh banyaknya studi baik yang dilakukan oleh Bank Dunia maupun sejumlah perguruan tinggi yang menunjukkan adanya hubungan positif antara literasi keuangan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh ketika ada orang yang memiliki uang tetapi tidak memiliki tingkat literasi yang cukup berpotensi menjadi korban investasi bodong atau saat seseorang tidak mengetahui cara mengajukan kredit ke lembaga keuangan dia berpotensi lari ke lintah darat. Oleh karena itu, OJK menganggap perlu adanya upaya untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Dalam hal ini, OJK memiliki program strategi nasional literasi keuangan sejak 2013 dan pada 2017 ini akan muncul revisi strategi yang kedua (www.beritasatu.com Kamis, 15 September 2016). 3 Berdasarkan fenomena di atas dijelaskan bahwa kesejahteraan masyarakat sangat erat kaitannya dengan literasi keuangan yang dimilikinya. The Association of Chartered Certified Accountants (2014) merumuskan bahwa konsep literasi keuangan mencakup pengetahuan mengenai konsep keuangan, kemampuan memahami komunikasi mengenai konsep keuangan, kecakapan mengelola keuangan pribadi/perusahaan dan kemampuan melakukan keputusan keuangan dalam situasi tertentu. Dengan menerapkan cara pengelolaan keuangan yang benar, maka individu diharapkan bisa mendapatkan manfaat yang maksimal dari uang yang dimilikinya. Fenomena selanjutnya, bahwa Muliaman menyatakan masih banyak masyarakat yang mengeluhkan sulitnya mengakses layanan keuangan karena berbagai faktor antara lain pengetahuan keuangan yang masih rendah, jarak yang jauh, dan transportasi yang sulit. Padahal Bank Dunia menyebut bahwa akses layanan keuangan merupakan salah satu penentu kesejahteraan masyarakat yang juga telah menjadi program strategis pemerintah Indonesia (skalanews.com Jum’at, 25 November 2016). Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berusaha mengembangkan berbagai inovasi program literasi keuangan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan masyarakat terkait produk dan layanan sektor keuangan. Survei nasional tentang literasi keuangan yang dilakukan oleh OJK pada 2013 di 20 provinsi dengan jumlah 8.000 responden secara umum menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru sebesar 21,8%. Adapun indeks literasi masyarakat golongan C, D, dan E (masyarakat berpenghasilan rendah/ low income) sebesar 18,71%. Angka ini 4 masuk kategori rendah jika dibanding tingkat literasi keuangan negara lain seperti Philipina (27%), Malaysia (66%), Thailand (73%) dan Singapura (98%) (http://www.ojk.go.id). Menurut Kendall & Klapper (2015) dari 40 persen penduduk termiskin di Indonesia, 78 persennya menghadapi kesulitan dalam mengakses keuangan formal. Di sisi lain, jika golongan ini mampu mengakses pembiayaan formal, mereka perlu dibekali edukasi keuangan yang mencukupi agar isu subprime tidak melebar pada krisis keuangan (Morgan & Pontines, 2014). Bank Dunia memprediksi bahwa regulasi yang tidak dipersiapkan dengan baik dalam mengatur keuangan mikro mampu melemahkan seluruh regulasi perekonomian. Fenomena lainnya, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga amal kesehatan dan kesejahteraan YMCA Pusat mengungkapkan bahwa nilai kesejahteraan seseorang tergantung apakah ia percaya diri atau minder secara finansial. Mereka yang berbahagia dengan kondisi finansialnya meningkatkan kesejahteraan hingga 19%. Sementara yang mengkhawatirkan kondisi keuangan malah menenggelamkan tingkat kesejahteraannya hingga 33% (www.cnnindonesia.com Kamis, 08 Desember 2016). Garg (2012) menegaskan melalui temuannya bahwa kesalahan mengelola uang mengindikasikan kesehatan keuangan yang kurang bagus atau bahkan buruk. Hal itu akan semakin memperburuk kesejahteraan yang dialami seseorang. Dalam arti semakin keliru mengelola uang maka semakin rendah pula kesehatan keuangan yang dimiliki seseorang. Pada kenyataannya tidak semua orang mampu mengelola uang secara tepat sehingga meningkatkan peluang mengalami kesulitan 5 keuangan. Semakin meningkat tendensi mengalami kesulitan keuangan maka semakin rendah pula kesehatan keuangannya. Sementara itu, Delafrooz dan Paim (2011) menjelaskan bahwa kesehatan keuangan memiliki berbagai aspek namun hal itu tidak berarti individu yang sehat dalam keuangan pasti mengalami kepuasan keuangan disebabkan dapat saja seseorang merasa puas dengan situasi keuangannya saat ini, namun apabila dikritisi maka situasi keuangan tersebut tidaklah sehat. Misal saja individu merasa puas dengan pola keuangannya namun memiliki utang yang tidak sehat, atau pun persiapan dana pensiun yang tidak memadai. Untuk saat ini akan merasa puas namun dampak pengelolaan keuangan yang sehat pada prinsipnya menggambarkan situasi saat ini hingga masa depan. Perilaku keuangan pribadi merupakan kontributor penting untuk kesuksesan atau kegagalan keuangan konsumen. Perilaku keuangan diartikan sebagai keadaan pikiran, pendapat, serta penilaian tentang keuangan. Perilaku keuangan pribadi adalah cara dimana individu mengelola sumber dana (uang) untuk digunakan sebagai keputusan penggunaan dana, penentuan sumber dana, serta keputusan untuk perencanaan pensiun (Gitman, 2011). Pendidikan informal di lingkungan keluarga maupun pendidikan formal di lingkungan perguruan tinggi sangat berperan penting dalam pembentukan literasi finansial seseorang. Di dalam lingkungan keluarga, tingkat literasi finansial ditentukan oleh peran orang tua dalam memberikan dukungan berupa pendidikan keuangan dalam keluarga. Melalui pendidikan keluarga, dengan caracara yang sederhana anak dibawa ke suatu sistem nilai atau sikap hidup yang 6 diinginkan dan disertai teladan orang tua yang secara tidak langsung sudah membawa anak kepada pandangan dan kebiasaan tertentu. Selanjutnya, pembelajaran di perguruan tinggi juga mengambil peran yang sangat penting dalam proses pembentukan literasi finansial mahasiswa. Mahasiswa tinggal di lingkungan ekonomi yang beragam dan kompleks sehingga peningkatan kebutuhan pendidikan keuangan sangat diperlukan. Beberapa negara telah mengakui perlunya literasi finansial diajarkan di dalam kelas. Pembelajaran yang efektif dan efisien akan membantu mahasiswa memiliki kemampuan memahami, menilai, dan bertindak dalam kepentingan keuangan mereka. Penilaian atas pemahaman mereka akan pengelolaan keuangan pribadi, perilaku keuangan pribadi, dan pengetahuan keuangan dibutuhkan untuk kebiasaan mereka dalam menerapkan pengelolaan uang. Mahasiswa sebagai generasi muda tidak hanya akan menghadapi kompleksitas yang semakin meningkat dalam produk-produk keuangan, jasa, dan pasar, tetapi mereka lebih cenderung harus menanggung risiko keuangan di masa depan yang lebih dari orang tua mereka (Lusardi, 2010). Mahasiswa umumnya memiliki kebebasan yang lebih besar untuk membuat keputusan pribadi dalam hal keuangan. Namun, sebagian besar mahasiswa sering memulai masa kuliah mereka dengan atau tanpa mengerti dan bertanggung jawab terhadap keuangan pribadi mereka sendiri (Cunningham 2000; Nellie Mae 2002). Hal tersebut mengakibatkan banyak mahasiswa belajar dari trial and error, namun hal itu belum mampu menjadikan mereka menjadi pelaku ekonomi yang cerdas dalam 7 kehidupan saat ini. Padahal seiring berjalannya waktu, para mahasiswa akan dihadapkan pada proses untuk memasuki industri dan jasa keuangan. Ketika mahasiswa belajar bagaimana mengelola uang, mereka dapat merasakan moving through autonomy toward independence, kualitas diri yang menunjukkan kemampuan untuk memotivasi, membimbing, bertujuan, dan mengetahui tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta menjadi diri sendiri dan pada masa yang sama menyadari pentingnya hubungan dengan orang lain. Selanjutnya, diulas oleh Brent A. Marsh (2006) dalam disertasi penelitiannya yang menguji perbedaan sikap keuangan pribadi, perilaku keuangan pribadi, dan pengetahuan keuangan antara mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir. Perbedaan signifikan ditemukan pada mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir dimana pengalaman kuliah mempengaruhi sikap keuangan, perilaku keuangan dan pengetahuan mereka. Boyland dan Warren (2013) menilai tentang perbedaan literasi keuangan antara mahasiswa dalam negeri dan mahasiswa internasional. Penelitian dilakukan berdasarkan jenis kelamin dan apakah mahasiswa tersebut berasal dari dalam negeri atau mahasiswa internasional. Dalam survei instrumen yang telah dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama berisi 31 pertanyaan yang digunakan untuk menguji literasi keuangan yang di bagi menjadi empat kategori: kategori pendapatan, kategori pengelolaan uang, kategori tabungan, dan kategori pengeluaran. Hasil penelitian sampel untuk mahasiswa domestik dan mahasiswa internasional menunjukkan perbedaan signifikan pada pengelolaan uang dan 8 pengeluaran. Sedangkan untuk pendapatan dan pengetahuan/kebiasaan untuk menabung tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan. Secara luas peneliti menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut mengenai pengelolaan uang mahasiswa di perguruan tinggi diperlukan. Dalam rangka mencapai kesejahteraan keuangan, seseorang perlu memiliki pengetahuan, kesehatan, kepuasan dan perilaku keuangan pribadi yang baik. Berdasarkan pada pemaparan di atas, dengan terdapatnya perbedaan penggunaan variabel dan sampel maka penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan. Maka, peneliti mengangkat judul: “Pengaruh Financial Wellness, Financial Satisfaction, dan Financial Behavior terhadap Financial Wellbeing dengan Financial Literacy sebagai Variabel Intervening” sebagai judul dalam penelitian ini. 1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang atas penelitian ini, guna mempermudah fokus pembahasan materi maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Minimnya pengetahuan dan pemahaman akan keuangan yang baik akan mempengaruhi kondisi keuangan secara keseluruhan, 2. Kondisi keuangan yang tidak sehat menyebabkan timbulnya banyak permasalahan seperti tidak memiliki tabungan, tidak memiliki dana untuk keperluan mendadak, bahkan tidak mampu memenuhi kewajibannya 9 seperti membayar uang kuliah tepat waktu atau membayar angsuran utang lainnya pada mahasiswa, 3. Dengan mengetahui dan memahami kepuasan atas kondisi keuangannya, seseorang akan dengan mudah memenuhi kebutuhannya akan keuangan. Sehingga kesalahan pengelolaan atas keuangan dapat dihindari, 4. Banyaknya individu/ mahasiswa yang memiliki perilaku keuangan yang buruk, hal ini menimbulkan banyaknya kesalahan dalam pengambilan keputusan keuangan karena gaya hidup yang boros, 5. Individu/ mahasiswa yang tidak memiliki kesehatan keuangan, kepuasan keuangan, dan perilaku keuangan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap pencapaian kesejahteraannya secara keselruhan. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan atas penelitian ini, maka diperlukan adanya batasan fokus pembahasan agar dalam pembahasannya dapat lebih terinci dan mendalam. Untuk itu penulis merumuskan beberapa hal yang akan menjadi fokus bahasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Bagaimana kondisi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) Mahasiswa/i secara personal. 2. Bagaimana kondisi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) Mahasiswa/i secara personal. 3. Bagaimana Perilaku Keuangan (Financial Behavior) Mahasiswa/i secara personal. 10 4. Bagaimana kondisi Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 5. Bagaimana kondisi Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 6. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 7. Seberapa besar pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 8. Seberapa besar pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 9. Seberapa besar pengaruh LIterasi Keuangan (Financial Literacy) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 10. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 11. Seberapa besar pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 11 12. Seberapa besar pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 13. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy) memediasi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 14. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy) memediasi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 15. Seberapa besar pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy) memediasi Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 16. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 17. Seberapa besar pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 12 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pengajuan rumusan masalah yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis mengharapkan terpenuhinya tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) Mahasiswa/i secara personal. 2. Untuk mengetahui kondisi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) Mahasiswa/i secara personal. 3. Untuk mengetahui Perilaku Keuangan (Financial Behavior) Mahasiswa/i secara personal. 4. Untuk mengetahui kondisi Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 5. Untuk mengetahui kondisi Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 6. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 7. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 8. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 13 9. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial Literacy) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 10. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 11. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 12. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 13. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial LIteracy) memediasi Kesehatan Keuangan (Financial Wellness) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 14. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial LIteracy) memediasi Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 15. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Literasi Keuangan (Financial LIteracy) memediasi Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap 14 Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 16. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Literasi Keuangan (Financial Literacy) Mahasiswa/i secara personal. 17. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kesehatan Keuangan (Financial Wellness), Kepuasan Keuangan (Financial Satisfaction), dan Perilaku Keuangan (Financial Behavior) terhadap Kesejahteraan Keuangan (Financial Wellbeing) Mahasiswa/i secara personal. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis Kegunaan teoretis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu untuk menambah wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keuangan seperti kesehatan keuangan, kepuasan keuangan, dan perilaku keuangan dengan literasi keuangan sebagai variabel penengah. Penelitian ini dapat juga dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih luas lagi untuk mengetahui faktor yang menentukan kesejahteraan keuangan pribadi setiap individu. 15 1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan gambaran yang dapat bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak, antara lain: a. Bagi Penulis 1. Dapat memenuhi persyaratan sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, 2. Melalui indikator kesehatan keuangan dapat penulis gunakan untuk melihat kondisi keuangan pribadi sehingga dapat memberikan pengetahuan akan bentuk pencatatan, pengelolaan, maupun pertanggungjawaban agar dapat menjadi lebih baik, 3. Kepuasan keuangan dapat digunakan penulis untuk mengukur apakah pengelolaan keuangan selama ini telah dapat mencapai tujuan yang efektif dan efisien, 4. Perilaku keuangan dapat digunakan penulis untuk menilai pengambilan keputusan terutama yang berkaitan dengan keuangan dengan tepat, 5. Literasi keuangan sangat berguna bagi penulis untuk diaplikasikan dalam manajemen keuangan sehari-hari, pengambilan keputusan baik menabung maupun berinvestasi, juga sebagai pengetahuan yang sangat berguna dan harus dimiliki, 16 6. Kesejahteraan keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah kondisi keuangan secara keseluruhan saat ini mampu mengantarkan penulis pada kesejahteraan dalam aspek keuangan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Kesehatan keuangan dapat dijadikan indikator kondisi keuangan saat ini, apakah seseorang berada dalam kondisi sehat secara finansial atau sebaliknya, 2. Kepuasan keuangan dapat digunakan sebagai indikator apakah selama ini pengalokasian pendapatan seseorang telah sesuai tujuan dengan efektif dan efisien atau tidak, 3. Perilaku keuangan dapat membantu dalam membuat keputusan terutama yang berkaitan dengan keuangan secara lebih tepat, 4. Literasi keuangan membantu dalam segala aspek, sebagai pengetahuan literasi keuangan tidak hanya dapat diaplikasikan dalam manajemen keuangan pribadi tetapi dapat juga dijadikan sebagai wawasan tambahan, 5. Kesejahteraan keuangan sangat dibutuhkan oleh setiap individu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan litelatur tambahan agar kita dapat mencapai kesejahteraan terutama dalam aspek keuangan. 17 1.5 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada Mahasiswa/i Fakultas Ekonomi yang studi pada lima perguruan tinggi swasta yang terdapat di Kota Bandung, antara lain: Tabel 1.1 Lokasi Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. Lokasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan Bandung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana (YPKP) STIE Ekuitas Bandung Alamat Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116 Jl. Tamansari No. 1, 20, 22, 24 Bandung 40116 Jl. Cikutra No. 204A Bandung 40125 Jl. P.H.H. Mustofa No. 68 Bandung 40124 Jl. P.H.H. Mustofa No. 31 Bandung 40124 18 1.6 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan waktu yang telah ditentukan sesuai periode penyusunan tugas akhir penulis, secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: No Kegiatan 1. Pengajuan Judul Penyusunan 2. 3. 4. 5. 6. 7. Proposal Penelitian Penyusunan BAB I, II, dan III Sidang Usulan Penelitian Penyebaran Kuesioner Pengolahan Data Sidang Akhir Tabel 1.2 Waktu Penelitian Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3