Lucya Dhamayanti Literasi dari bhs Inggris Literacy dalam bahasa Indonesia keberaksaraan, melek huruf, melek aksara . Kemampuan membaca dan menulis dalam kelompok usia tertentu Melek huruf merupakan hak asasi manusia, alat peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sarana pengembangan sosial. Keberaksaraan merupakan jantung dari dasar pendidikan untuk semua (PUS) dan merupakan dasar yang penting bagi penurunan angka kemiskinan, mengurangi tingkat kematian bayi, memperlambat pertumbuhan penduduk, pencapaian persamaan jender, jaminan perkembangan, perdamaian dan demokrasi yang berlanjut. Literasi merupakan alasan yang tepat mengapa menjadi pokok dari pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) No 1. Jepang 99 2. Korea Selatan 97,9 3. Taiwan 96,1 4. Hong Kong 93,5 5. Brunei 92,7 6. Filipina 92,6 7. Thailand 92,6 8. Sinangapura 92,5 7. Cina 90,9 8. Srilanka 90,7 9. Indonesia 90,4 10. Vietnam 90,3 11. Malaysia 88,7 Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu dengan membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk membaca Membaca dalam arti yang sangat sederhana adalah melakukan berbagai kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan serta memperluas wawasan untuk dapat membentuk watak dan sikap yang menyebabkan pengetahuan seseorang bertambah. Umum: orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru Khusus yaitu: Membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Masyarakat mengisi waktu luang dengan membaca, menonton, mendengarkan radio dan rekreasi (frekuensi membaca dan menonton hampir seimbang). Pada umumnya waktu yg digunakan oleh responden untuk menonton lebih lama (lebih dari 3 jam sehari) dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk membaca. Pada umumnya minat baca dapat dikategorikan rendah. Berdasarkan perhitungan rata rata untuk 3 indikator minat baca (durasi membaca, frekuensi membaca, dan korbanan untuk membeli bahan bacaan), maka skor untuk masyarakat di tiga kota adalah 3,2 pada skala 1 sampai 7. Semakin tua usia, semakin pendek durasi membacanya. Semakin tua umur semakin jarang datang ke perpustakaan. Semakin tua umur semakin besar biaya yang dikorbankan untuk membeli buku. Semakin tua umur semakin banyak buku yang dimiliki. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin , semakin banyak korbanan waktu yang diberikan untuk membaca. Semakin tinggi pendidikan seseorang, samin jarang jarang berkunjung ke perpustakaan. Jenis bacaan yang digemari koran, majalah, buku dan komik. Topik bacaan yang yang paling digemari pengetahuan umum, ilmu pengetahuan, agama, sastra Gerakan Makasar Gemar Membaca Pendirian Taman-taman Bacaan Masyarakat Gerakan Riau Membaca Gerakan Hibah Sejuta Buku Pendirian Sudut-sudut Baca Peningkatan Prestasi Belajar Tujuan meningkatkan prestasi belajar adalah untuk memantau berapa banyak fasilitas pendidikan dapat tercermin dalam prestasi belajar siswa. Berbagai pendekatan dilakukan untuk mengukur prestasi belajar dan pendidikan keluaran dan hasil. Beberapa negara mengukur prestasi belajar melalui tes untuk melihat penguasaan kurikulum. Negara-negara lain mengukur melalui pembelajaran penting tes standar kompetensi atau keterampilan dasar. Mengukur Prestasi Belajar Program (MLAP) menekankan prestasi belajar siswa di kelas empat atau lebih karena mereka diasumsikan untuk menguasai beberapa keterampilan seperti pembelajaran bahasa dan aritmatika. Yang MLAP juga digunakan untuk mengukur kompetensi anak-anak yang tidak di sekolah. Kompetensi diuji mencakup 4 pilar belajar yang diperkenalkan oleh Komisi Internasional tentang Pendidikan untuk Abad ke-, dipimpin oleh Jacques Delors: belajar untuk tahu, belajar melakukan, belajar menjadi dan belajar untuk hidup bersama, untuk hidup dengan orang lain. (http://www2.unesco.org/wef/countryreports/indonesia/contents.html, diunduh 20 Januari 2010) Keempat pilar belajar tersebut, yaitu belajar untuk tahu, belajar melakukan, belajar menjadi dan belajar untuk hidup bersama, untuk hidup dengan orang lain. Dapat diwujudkan dengan meningkatkan literasi informasi seseorang. Di dalam program pengembangan kurikulum dan pendidikan nasional, perpustakaan sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian penting guna memenuhi berbagai tujuan yang berkaitan dengan hal berikut: literasi informasi untuk semua, dikembangkan dan diterima secara bertahap melalui sistem sekolah ketersediaan sumber daya informasi bagi murid pada semua tingkat pendidikan membuka penyebaran informasi dan pengetahuan bagi semua kelompok murid sebagai pelaksanaan hak demokrasi dan asasi manusia "Literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat. (US National Commission on Library and Information Science, 2003) Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam: mengenali kebutuhan pribadi akan informasi untuk memecahkan masalah mengembangkan strategi penelusuran menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mengelompokkan, mengorganisasi, menganalisa dan mengevalusi informasi yang telah ditemukan mengumpulkan dan menyatukan informasi yang didapat dalam bentuk tulisan untuk disampaikan kepada orang lain. Agar seseorang mempunyai kemampuan literasi informasi, maka ia : Harus Melek huruf dan mempunyai minat baca Sebaiknya : Memiliki literasi komputer (kemampuan untuk memahami hardware, sofware, internet, penelusuran informasi, jaringan komunikasi dan komputer, data dan informasi, sistem informasi, aplikasi sofware, etika yg berkaitan dengan privasi informasi dan keamanan komputer) Literasi media keterampilan untuk memahami sifat komunikasi khususnya dalam hubungan dengan telekomunikasi dan media massa Kondisi perpustakaan sekolah: Harus diakui bahwa belum semua sekolah di Indonesia memiliki perpustakaan yang memadai untuk mulai melaksanakan program literasi informasi. Dari beberapa survei yang pernah dilakukan ditemukan gambaran bahwa untuk tingkat kabupaten atau kota prosentase Sekolah Dasar (SD) yang memiliki perpustakaan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Kotawaringin Barat yang 91,57% dari SD yang ada telah memiliki perpustakaan. Di sisi lain prosentase terendah adalah Kabupaten Halmahera Selatan dengan 0.40% dari SD yang ada memiliki perpustakaan. Untuk tingkat provinsi, grafik berikut memberikan gambaran betapa masih minimnya SD yang memiliki perpustakaan. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), provinsi dengan jumlah SMP yang memiliki perpustakaan terbanyak adalah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 2286 perpustakaan. Sedang provinsi yang memiliki paling sedikit perpustakaan adalah Maluku Utara dengan jumlah 26 perpustakaan. Grafik berikut menggambarkan keadaaan untuk tingkat provinsi di Indonesia. Di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja belum semua SMA memiliki perpustakaan yang baik. Keadaan ini ditunjukkan dalam grafik berikut yang menyatakan prosentasi SMA yang memiliki pepustakaan pada lima daerah yang diamati. Prosentase Jumlah Perpustakaan SMA Th 2003/2004 per Wilayah 7% 7% 5% 56% 25% Wilayah Jawa Wilayah Kalimantan wilayah Pulau Ind. Timur Wilayah Sumatera Wilayah Sulawesi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di DKI Jakarta tidak satupun memiliki petugas berpendidikan formal dalam bidang perpustakaan (Perpustakaan Nasional RI, Kajian Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di DKI Jakarta tahun 2001). Di sebagian besar (65%) perpustakaan Sekolah Menengah Pertama Swasta di DKI Jakarta, hanya memiliki satu orang petugas perpustakaan. Mereka tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam mengelola perpustakaan. Namun 50% dari tenaga perpustakaan di SMP swasta di DKI Jakarta, pekerjaan utamanya adalah di perpustakaan sekolah. Mereka hanya dibebani sedikit jam mengajar (Perpustakaan Nasional RI, Kajian Perpustakaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta di Wilayah DKI Jakarta, tahun 2003). Tenaga perpustakaan SMA/K negeri di DKI Jakarta sebagian besar hanya berbekal diklat Perpustakaan antara 1 – 2 minggu. Dan sebagian kecil lainnya pernah mengikuti diklat Penyetaraan (628 jam lat). Koordinator perpustakaannya sebagian besar dijabat oleh petugas TU (55%), sebagian kecil dijabat oleh guru (21%) dan sisanya adalah petugas honorer (Kajian Perpustakaan SMU dan SMK Negeri di Wilayah DKI Jakarta tahun 2002). Sedangkan data yang berasal dari pangkalan data Nomor Pokok Perpustakaan 2004 menggambarkan bahwa sebagian besar (90%) perpustakaan SD di Indonesia tidak memiliki petugas perpustakaan yang tetap, perpustakaan SMP 70% dan perpustakaan SMA/K 50% (Kajian Perpustakaan SMU dan SMK Negeri di Wilayah DKI Jakarta tahun 2002). Koleksi Sebagian besar (99%) koleksi perpustakaan SD Negeri di DKI Jakarta berasal dari sumbangan pemerintah. Jenis koleksi yang dimilikinya sebagian besar berupa buku dan hanya 3 % yang mempunyai koleksi audio visual (Perpustakaan Nasional, Kajian Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di DKI Jakarta tahun 2001). Sebagian besar perpustakaan sekolah SD dan SMP hanya memiliki koleksi di bawah 500 buku. Koleksi fiksi merupakan koleksi yang paling besar prosentasenya di perpustakaan. Pengembangan Koleksi yang dilakukan masih mengandalkan hadiah dan hibah. Sedangkan di perpustakaan SMA Negeri di wilayah DKI Jakarta meskipun jumlah koleksinya bervariasi antara 1000 sampai dengan 10.000 masih dirasa kurang karena tidak mencapai 1 peserta didik : 14 buku (Kajian Perpustakaan SMU dan SMK Negeri di wilayah DKI Jakarta tahun 2002). Layanan Perpustakaan Perpustakaan SD di wilayah DKI Jakarta, selain menyelenggarakan layanan peminjaman/sirkulasi, untuk menarik anak datang ke perpustakaan juga mengadakan program bercerita, kegiatan mengarang, meringkas buku, membuat kliping, mengadakan lomba membaca dan mengadakan cerdas cermat. Sebagian besar perpustakaan SMP di wilayah DKI Jakarta hanya menyediakan layanan peminjaman/sirkulasi dengan durasi jam buka perpustakaan lebih dari 3 jam perhari. Di Perpustakaan SMA/K negeri, layanan perpustakaan tidak hanya berupa layanan peminjaman/sirkulasi melainkan juga program lain seperti Orientasi Perpustakaan serta layanan Audio Visual. Sebagian besar perpustakaan jam bukanya berkisar antara 2- 3 jam per hari. Ruang Perpustakaan Hanya 30% perpustakaan SD di wilayah DKI Jakarta yang memiliki ruang yang dibangun khusus untuk perpustakaan diantaranya berukuran lebih dari 200 m², selebihnya menggunakan ruang kelas, ruang serba guna dan bahkan ada yang menggunakan gudang. Di perpustakaan SMP Swasta di wilyah DKI Jakarta sebanyak 44,2% memiliki ruang khusus untuk perpustakaan yang luasnya berkisar antara 11m² – 50m², selebihnya menggunakan ruang kelas, tata usaha, laboratorium dan OSIS. Sebagian besar perpustakaan SMA/K negeri di wilayah DKI Jakrta menempati ruangan yang ukurannya kebih dari 51m². Ruangan di perpustakaan SD, SMP maupun SMA/K di lengkapi dengan sarana dan prasarana perpustakaan seperti, rak buku, meja dan kursi baca, papan pengumuman, rak katalog dan meja dan kursi kerja. NO. Perpustakaan Layanan dan kegiatan lain Tingkatan Literasi Informasi 1. SMAN 4 Denpasar (ruang, koleksi , multi media, internet akses) Sirkulasi, Referensi, Orientasi Perpustakaan, pengenalan internet 2. SMAN 3 Samarinda ruang, koleksi , (ruang, multi media, internet akses) Sirkulasi, lomba minat baca Pembinaan penalaran dan Minat Baca* 3. MA N 3 Malang (ruang, koleksi , multi media, internet akses) Sirkulasi, referensi 4. MAN 3 Yogyakarta (ruang, koleksi , multi media, internet akses) Sirkulasi, referensi, silang layan, kegiatan belajar dan mengajar di perpustakaan Bimbingan pemakai, konsultasi buku dan penulisan 5. SMAN 70 Jakarta(ruang, koleksi , multi media, internet akses) Sirkulasi, referensi Lomba minat baca, pelatihan menukis cerpen, apriasi sastra 1. 2. Standar kompetensi Mengembangkan kemampuan diri a.l meningkatkan motivasi dan keterampilan belajar Mengembangkan penalaran: Meningkatkan kemampuan analisis Meningkatkan keterampilan problem solving Menumbuhan kemampuan berfikir divergen Menajamkan kemampuan berpikir logis Mengasah kemampuan berpikir sintetis dan evaluatif 3. Membudayakan kebiasaan dan minat baca Membentuk minat baca Memahami teks buku Memiliki kemampuan reproduktif (mengungkapka kembali hasil baca dalam bentuk lisan dan tulisan) Memiliki stamina membaca Memilki kemampuan reflektif Memahami jenis buku Menguasai teknik mebaca dan kutipan Memilik kemampuan menggunakan buku sebagai referensi Memiliki ketertarikan untuk mengkoleksi buku Memiliki minat kunjungan ke perpustakaan Hampir sama dengan perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia baru sebagian kecil melaksanakan program keterampilan literasi informasi. Contoh di UI sudah memiliki modul yang di gunakan sebagai salah satu modul pada program keterampilan belajar mahasiswa baru. Sosialisasi melalui: seminar, workshop, penyusunan dan distribusi pedoman. Standard Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Standar (manajemen) perpustakaan sekolah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (seminar dan lokakarya di berbagai daerah) Forum Perpustakaan Sekolah (seminar) Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah/APISI (workshop di berbagai kota, diantaranya bekerjasama dgn IFLA/ALP) Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (seminar internasional yang mengawali pendirian ATPUSI) Beberapa institusi spt lembaga pendidikan di bawah Ursulin, Yayasan Sekolah Penabur, IAIN, Atmajaya. Dll Program Literasi Informasi Perpustakaan Sekolah Survey perpustakaan sekolah (*) Pembentukan satuan kerja Kajian kebutuhan information literacy nasional Perumusan aplikasi information literacy pada kurikulum Perumusan bersama model standar information literacy Perumusan & penyusunan proposal program pembinaan information literacy Penyusunan pedoman information literacy di sekolah Pembangunan Situs Pendidikan Gratis Nasional Seminar Nasional Information Literacy Bantuan pengembangan program information literacy di perpustakaan sekolah Pelatihan & Sertifikasi Information Literacy Guru Pelatihan & Sertifikasi Information Literacy Perpustakaan Daerah Koordinasi antar lembaga Koordinasi daerah Pembentukan forum bersama information literacy Sosialisasi Information Literacy (brosur & manual, dll.) Supervisi program Kerjasama Internasional Evaluasi program Kajian lanjutan program Program Literasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Survey perpustakaan perguruan tinggi Pembentukan kerja bersama Kajian kebutuhan information literacy tingkat tinggi nasional Perumusan bersama model akuisisi information literacy tingkat tinggi Perumusan & penyusunan proposal program information literacy tkt tinggi Pembangunan Situs Seminar Nasional Information Literacy tingkat tinggi Koordinasi antar lembaga Koordinasi daerah Pembentukan forum Kerjasama Regional Evaluasi program Kajian lanjutan program Pengembangan Literasi Informasi tidak bisa dikerjakan oleh satu lembaga saja melainkan harus merupakan kegiatan yang bersifat sinergis di antara pihak pihak yang berkepentingan dalam peningkatan keterampilan hidup masyarakat, seperti Perpustakaan Nasional, Depdiknas, Asosiasi profesi kepustakawanan Harus ada rencana induk pengembangan literasi informasi yang menjadi gerakan nasional yang terpadu dan terarah di tingakat pusat dan daerah. Dukungan infra struktur, sarana prasarana dan SDM yang memadai kompetensinya untuk pengembangan Litrasi Informasi.