perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kepercayaan Diri
a. Pengertian
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut
yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat, dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang
mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan
diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu.
Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun
orangtua, secara individual maupun kelompok (Risnawati &
Ghufron, 2011).
Robert Anthony (1993) dalam Wibowo (2007) mengatakan
kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang yang diperoleh
melalui monolog dengan dirinya sendiri yang bersifat internal,
keyakinan yang mendukung pencapaian berbagai tujuan hidupnya
untuk
tidak
berputus
asa
walaupun
menemui
kegagalan.
Kepercayaan diri akan sangat membantu dalam melakukan berbagai
aktivitas. Perilaku yang pemalu, gugup serta cemas berlebihan akan
memberikan
kesan
yang
buruk
commit to user
6
kepada
pihak-pihak
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
berhubungan dengan seseorang. Rasa tidak percaya diri yang akan
tercermin dari cara berdiri, bersalaman, berbicara, menatap dan
lain-lain. Oleh karena itu, kepercayaan diri sangat penting
keberadaannya
Berdasarkan urian para tokoh di atas maka kepercayaan diri
dapat disimpulkan sebagai salah satu aspek kepribadian penting
dalam keyakinan pencapaian berbagai tujuan hidupnya.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Risnawati & Ghufron (2011) rasa percaya diri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
1) Faktor internal, meliputi:
a) Konsep diri
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (2008) dalam
Risnawati & Ghufron (2011), konsep diri merupakan
gagasan tentang dirinya sendiri. Individu yang mempunyai
rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif,
sebaliknya individu yangmempunyai rasa percaya diri akan
memiliki konsep diri positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
b) Harga diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap
diri sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan
menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta
mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.
Individu yang mempunyai harga diri tinggi cenderung
melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya
bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana
menerima dirinya sendiri. Akan tetapi individu yang
mempunyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang
percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial
serta pesimis dalam pergaulan.
c) Kondisi fisik
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada rasa
percaya diri. Anthony (1993) dalam Risnawati & Ghufron
(2011) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab
utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.
Lauster juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik
dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
d) Pengalaman hidup
Lauster (1986)dalam Risnawati & Ghufron (2011)
mengatakan
bahwa
kepercayaan
diri
diperoleh
dari
pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Apalagi jika
pada dasarnya individu memiliki rasa tidak aman, kurang
kasih sayang dan kurang perhatian.
2) Faktor eksternal meliputi:
a) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu.
Anthony lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat
pendidikanyang rendah cenderung membuat individu
merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya
individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan
menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu
lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan
hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan
memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
b) Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan
kemandirian
serta
rasa
percaya
diri.
Lebih
lanjut
dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan
melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh.
Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu
mengembangkan kemampuan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
c) Lingkungan
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dukungan yang baik yang
diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga
yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa
nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan
diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri
berkembang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
terdapat duafaktor yang mempengaruhi rasa percaya diri pada
individu, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi konsep diri, harga diri dan keadaan fisik. Faktor
eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan
pengalaman hidup. Attachment ibu-anak termasuk pada faktor
eksternal, yaitu lingkungan keluarga.
c. Ciri-Ciri Kepercayaan Diri
Lauster (1986) dalam Wahyuni (2014) mengatakan ciri-ciri
kepercayaan diri yaitu:
1) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas diri
sendiri
terhadap
segala
fenomena
yang
terjadi
yang
berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi
serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat
bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang
lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
3) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya
penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan
maupun tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa
positif terhadap diri dan masa depannya.
4) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk
mampu
mengutarakan
sesuatu
dalam
diri
yang
ingin
diungkapkan kepada orang.
d. Cara Menumbuhkan Kepercayaan Diri
Anita Lie (2004) menyebutkan untuk dapat menumbuhkan
rasa percaya diri yang proporsional, individu tersebut harus
memulai dari diri sendiri. Adapun cara yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Evaluasi Diri secara Obyektif
Individu harus belajar untuk menerima diri secara obyektif dan
jujur. Membuat daftar potensi yang ada dalam diri baik yang
telah diraih ataupun belum. Kenali apa yang menjadi penyebab
terhalangnya kemunculan potensi yang ada dalam diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
2) Memberi Penghargaan yang Jujur terhadap Diri
Menyadari dan menghargai sekecil apapun keberhasilan dan
potensi yang dimiliki.
3) Positif Thinking
Mencoba untuk melawan setiap asumsi, prasangka atau
persepsi negatife yang muncul dalam benak dan tidak
membiarkan pikiran negative berlarut - larut.
4) Gunakan Self Affirmation
Menggunakan self affirmation memerangi negative thinking,
pasti
5) Berani Mengambil Risiko
Setelah memahami secara obyektif, maka akan dapat
memprediksi risiko setiap tantangan yang dihadapi, sehingga
tidak perlu menghindari melainkan lebih menggunakan
strategi strategi untuk menghindari, mencegah atau mengatasi
risiko.
6) Belajar Mensyukuri dan Menikmati Rahmat Tuhan
Individu tersebut harus dapat melihat dirinya secara positif.
7) Melakukan Tujuan yang Realistis
Mengevaluasi segala tujuan yang telah ditetapkan, apakah
tujuan tersebut realistis atau tidak. Tujuan yang realistis akan
memudahkan dalam pencapaian tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
e. Aspek
aspek Kepercayaan Diri
Menurut Lauster (1986) dalam Risnawati & Ghufron
(2011), aspek-aspek kepercayaan diri yaitu sebagai berikut:
1) Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri
Keyakinan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang
tentang dirinya, sehingga mampu sungguh-sungguh akan apa
yang dilakukannya.
2) Optimis
Sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan
baik
dalam
menghadapi
segala
hal
tentang
diri
dan
kemampuannya.
3) Objektif
Orang yang memandang permasalahan sesuai dengan kebenaran
yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau diri
sendiri.
4) Bertanggung Jawab
Kesediaan orang untuk menanggung segala yang telah menjadi
konsekuensinya.
5) Rasional dan Realistis
Analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal dan suatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal
dan sesuai dengan kenyataan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
f. Cara Menilai Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri diperoleh melalui kuesioner yang
menggunakan skala likert dengan aspek-aspek yang dikemukakan
Lautser (1986) dalam Wahyuni (2014) yaitu aspek percaya pada
kemampuan diri sendiri, optimis, objektif, bertanggung jawab,
rasional dan realistis. Semakin tinggi skor yang didapat maka
semakin tinggi tingkat kepercayaan diri dan sebaliknya semakin
rendah skor yang didapat maka semakin rendah tingkat
kepercayaan diri seseorang.
2. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
a. Pengertian
Chaplin
(2011)
mendefinisikan
kecemasan
sebagai
perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai
rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
Menurut Lazarus (1986) dalam Apollo (2007), menjelaskan lebih
yang samar-samar dis
Sifat kecemasan dikatakan subjektif, artinya bahwa kejadian yang
menjadi penyebab dan reaksi yang dialami tiap individu berbeda.
Philips (1992) dalam Ririn, dkk (2013), menyebut
kecemasan berbicara didepan umum dengan istilah reticence,
yaituketidakmampuan individu untuk mengembangkan percakapan
yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
karena adanya ketidakmampuan menyampaikan pesan secara
sempurna, yang ditandai dengan adanya reaksi secara psikologis
dan fisiologis. Masing-masing gejala yang ditunjukkan ketika
mengalami kecemasan berbicara di depan umum tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi masing-masing gejala saling berhubungan. Individu
yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum akan
mengalami gejala pada psikologisnya, akan
mempengaruhi
fisiologis dan kognitifnya semua gejala tersebut saling timbal balik
satu dengan yang lainnya.
Perbedaan antara berbicara di depan umum dengan
pembicaraan biasa, pada konteks pembicaraan biasa individu
merasa aman untuk menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah adanya proses
memberi dan menerima, proses komunikasi dua arah (dialog).
Berbeda dengan berbicara di depan umum, begitu individu mulai
berbicara di depan umum, secara otomatis individu tersebut menjadi
pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses
komunikasi berubah menjadi monolog. Ketakutan dan kecemasan
berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan
perasaan tertekan (Rogers, 2004).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan
tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap pada diri individu, baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
ketika membayangkan maupun pada saat berbicara di depan orang
banyak.
b. Gejala Gejala Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Frances (2008) mengemukakan gejala kecemasan terbagi
menjadi dua yaitu gejala fisiologis dan psikologis, masing-masing
gejala meliputi gejala yang tergolong ringan dan gejala yang berat.
Gejala fisiologis dan psikologis adalah sebagai berikut:
1) Gejala fisiologis
Gejala kecemasan ini ditandai dengan adanya pusing atau
sakit kepala, sakit perut, muncul jerawat di wajah, muka
memerah karena malu, naiknya pola suara ketika sedang
berbicara, kaki dan tangan mengalami mati rasa, pusing yang
berat atau kehilangan kesadaran dan sulit bernafas.
2) Gejala psikologis
Gejala kecemasan ini ditandai dengan adanya berpikiran
negatife tentang suatu tugas atau kehabisan waktu dalam
mengerjakan
tugas,
meragukan
kemampuan
diri,
takut
dipermalukan, takut akan kegagalan, takut akan mengalami
sakit, kecurigaan bahwa telah dinilai oleh orang-orang dan
menjadi tidak disukai, merasa sedih dan rendah diri oleh
kekhawatiran yang berlebihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
c. Komponen Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Rogers (2004) membagi komponen kecemasan berbicara di depan
umum menjadi 3,yaitu:
1) Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai
pembicaraan. Gejala fisik tersebut berbeda setiap orangnya.
Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak
jantung yang semakin cepat, suara yang bergetar, kaki yang
bergetar, kejang perut, sulit untuk bernafas dan hidung
berlendir.
2) Komponen proses mental misalnya: sering mengulang kata atau
kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk
mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat
penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran sehingga membuat
individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus
diucapkan selanjutnya.
3) Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen
emosional adalah adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang
biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan
kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa tidak berdaya
seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya
rasa panik dan rasa malu setelah berakhirnya pembicaraan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di Depan
Umum
Menurut Rahayu, dkk (2004) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang mengalami kecemasan berbicara di
depan umum adalah sebagai berikut:
1) Pengukuhan (Reinforcement)
Menurut teori pengukuhan, anak belajar mengulang perilaku
yang diberi, sedang perilaku yang tidak diberi pengukuh
cenderung akan dikurangi atau dihilangkan.
2) Skill Acquisition
Teori skala menganggap bahwa individu mengalami kecemasan
ketika berbicara di muka umum, karena gagal mengembangkan
keterampilan yang perlu untuk berkomunikasi dengan sukses.
3) Peniruan (Modelling)
Teori peniruan menganggap bahwa kecemasan berbicara di
muka umum dapat berkembang karena adanya imitasi dengan
orang lain yang dialami individu dalam interaksi sosial.
4) Pikiran yang tidak Rasional (Irrational Thinking)
Pandangan teori kognitif menganggap bahwa tidak ada
peristiwa yang menimbulkan individu merasa cemas ketika
berbicara di muka umum, tetapi kecemasan tersebut lebih
disebabkan oleh keyakinan-keyakinan mereka yang tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
rasional tentang suatu peristiwa yang ada hubungannya dengan
berbicara dimuka umum tersebut.
e. Cara Menilai Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Kecemasan berbicara di depan umum diperoleh melalui
kuesioner yang menggunakan skala likert dengan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Rogers (2004), yaitu: komponen fisik, komponen
proses mental dan komponen emosional. Semakin tinggi skor skala
kecemasan berbicara di depan umum, maka individu semakin
cemas, sebaliknya semakin rendah skor skala kecemasan berbicara
di depan umum, maka semakin rendah kecemasan yang dialami
individu.
3. Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara di
Depan Umum pada Mahasiswa Diploma IV Bidan Pendidik UNS
Menurut Rakhmat (2009), apabila orang merasa rendah diri, dia
akanmengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada
orang lain danmenghindar untuk berbicara di depan umum, karena takut
orang lain menyalahkannya. Kecemasan dalam interaksi sosial lebih
sering dikarenakanadanya pikiran-pikiran negatif dalam diri individu.
Individu merasa orang laintidak dapat menerima dirinya karena
perbedaan-perbedaan yang dimilikinya,seperti perbedaan status sosial,
status ekonomi dan tingkat pendidikan.Kepercayaan diri mahasiswa
diasumsikan dapat mempengaruhi tingkat kecemasan mereka di dalam
berbicara di depan umum. Mahasiswa dengankepercayaan diri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
memadai dapat meminimalisir kecemasanyang terjadi pada diri mereka
saat berbicara di depan umum. Semakin percaya diri seseorang maka
semakin rendah kecemasan dalam berbicara di depan umum.
Penelitian Anwar (2010) dengan judul Hubungan Antara Self
Afficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada
Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara, menunjukkan
terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan diri
dengan kecemasan berbicara di depan umum. Dengan demikian
semakin tinggi self efficacy mahasiswa, maka akan semakin rendah
tingkat kecemasannya berbicara di depan umum dan sebaliknya,
semakin rendah self efficacy mahasiswa maka tingkat kecemasan
berbicara di depan umum akan semakin tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
B. Kerangka Konseptual
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting
dalam
keyakinan pencapaian berbagai tujuan hidupnya. Adapun
kepercayaan diri dan kecemasan berbicara di depan umum digambarkan
sebagai berikut:
Kepercayaan
Kepercayaan
Kecemasan
diri yang
berbicara
di
rendah:
kesulitan
Faktor internal:
dalam
1.
2.
3.
4.
Konsep diri
Harga diri
Kondisi fisik
Pengalaman
hidup
Faktor eksternal:
1. Pengukuhan
(Reinforcement)
2. Skill acquisition
3. Peniruan
(modelling)
4. Pikiran yang
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Lingkungan
tidak rasional
Gambar 1. Kerangka Konsep Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum.
Sumber: Risnawati&Ghufron (2011), Rakhmat (2009) dan
Rahayu, dkk (2004)
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
C. Hipotesis
Ada Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Berbicara di Depan
Umum pada Mahasiswa Diploma IV Bidan Pendidik UNS.
commit to user
Download