MANAJEMEN PENGENDALIAN GULMA PADA KELAPA SAWIT DI DIVISI 03 AIR BALAM PT. BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS Tbk. KABUPATEN PASAMAN BARAT DELNI ALEK CANDRA Received: 2013/ Accepted: 2013 Abstract DELNI ALEK CANDRA Manajemen Pengendalian Gulma Pada Kelapa Sawit di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Kabupaten Pasaman Barat. Dibimbing oleh Ir. John Nefri M.Si dan Arnayulis, S.Si, M.Si. PT. Bakrie Sumatera Plantations merupakan salah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan kelapa sawit. Berbagai macam kegiatan budidaya yang dilakukan, mulai dari pemeliharaan sampai kegiatan pemanenan dilakukan setiap hari, yang bertujuan agar tanaman yang dibudidayakan dapat menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang berkualitas sehingga diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan produktivitas tinggi. Produktivitas yang tinggi dapat diperoleh apabila proses budidaya telah berjalan sesuai prosedur dan tanaman tumbuh di lingkungan yang baik. Namun, lingkungan yang baik tidak dapat tercipta dengan sendirinya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut, salah satunya adalah gulma yang tumbuh di sekitar pokok/pohon tanaman tersebut. Jika gulma tidak dikendalikan, maka gulma dan pokok kelapa sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat berkembang biaknya hama dan penyakit. Penelitian ini dilakukan di PT. Bakrie Sumatera Plantations Divisi 03 Air Balam Kabupaten Pasaman Barat yang dilaksanakan selama 1,5 bulan. Selama magang peneliti ikut aktif berpartisipasi dalam aktivitas obyek yang diteliti. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara wawancara langsung kepada karyawan yang bersangkutan mengenai manajemen pengendalian gulma dan kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan literatur – literatur dari bahan kuliah atau hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan mengetahui manajemen serta teknik pengendalian gulma yang ada di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations. Analisis ini akan dibandingkan dengan teori – teori yang sudah ada. Hasil yang diperoleh setelah melewati beberapa tahapan analisis diatas di dapatkan hasil bahwa manajemen pengendalian gulma yang dilakukan di PT. Bakrie Sumatera Divisi 03 Air Balam sudah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari teknis pengendalian gulma dan manajemen pengendalian gulma yang telah dilakukan berdasarkan dengan perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan berjalan dengan baik. Adapun teknis pengendalian gulma di Divisi 03 Air Balam dibagi menjadi 2 yaitu pengendalian gulma secara manual dan secara kimia. Biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian gulma secara manual lebih kecil dibandingkan dengan biaya secara kimia, karena biaya pengendalian gulma secara kimia membutuhkan alat dan bahan yang banyak dibandingkan dengan secara manual.. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen sawit terbesar di dunia, dengan produksi 27 juta ton pada tahun 2013 dan diperkirakan pada tahun 2014 akan mencapai lebih dari 29 juta ton, dengan ekspor lebih dari 15 juta ton. Apabila penggunaan biofuel di Indonesia naik menjadi 10%, maka Indonesia akan menjadi negara produsen, eksportir dan pengguna sawit terbesar di dunia (Direktorat jendral perkebunan, 2014). Sawit yang dihasilkan di Indonesia berasal dari beberapa pulau, diantaranya pulau Kalimantan dan Sumatera. Pulau Kalimantan yang merupakan pulau terluas di Indonesia menempatkan daerah ini menjadi daerah yang sangat potensial untuk pengembangan kelapa sawit, sedangkan Pulau Sumatera merupakan produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia, dimana rata – rata produki sawit di pulau Sumatera 5 tahun terakhir adalah sebanyak 16.191.271 ton per tahunnya (Direktorat jendral perkebunan, 2014). Pulau Sumatera yang rata – rata produksi tiap tahunnya 16.191.271 ton berasal dari total produksi perkebunan kelapa sawit di beberapa daerah di Sumatera salah satunya adalah provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat merupakan provinsi yang juga potensial untuk pengembangan kelapa sawit. Ini dapat dilihat dari adanya daerah sentral penghasil kelapa sawit di Sumatera Barat. Sentra produksi kelapa sawit di Sumatera Barat berada di Kabupaten Pasaman Barat dimana luas lahan yang telah di tanami kelapa sawit, yaitu seluas 102.000. Kabupaten Pasaman Barat terdapat 13 pabrik kelapa sawit, namun Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 hanya lima di antaranya yang aktif dengan kapasitas produksi masing-masing pabrik 40 hingga 80 ton CPO (Crude Palm Oil) per jam ha (Direktorat jendral perkebunan, 2014). PT. Bakrie Sumatera Plantations merupakan salah perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan kelapa sawit. PT. Bakrie Sumatera Plantations mempunyai perkebunan dengan luas sebanyak 4730 ha untuk di daerah Air Balam dan mempunyai satu pabrik pengolahan. Berbagai macam kegiatan budidaya, mulai dari pemeliharaan sampai kegiatan pemanenan dilakukan setiap hari, yang bertujuan agar tanaman yang dibudidayakan dapat menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang berkualitas sehingga diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan produktivitas tinggi sehingga pendapatan akan meningkat. Pendapatan meningkat dengan produktivitas tinggi dapat diperoleh apabila semua kegiatan budidaya telah berjalan sesuai prosedur dan tanaman telah tumbuh di lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik dan yang kondusif untuk tanaman kelapa sawit ini, tidak bisa tercipta dengan sendirinya, karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut, salah satunya adalah gulma yang tumbuh di sekitar pokok/pohon tanaman tersebut. Gulma dapat menyebabkan produksi tandan buah segar (TBS) menurun sebesar 20% (Rambe, Pane, Sudharto dan Caliman, 2010). Menurut Hakim (2007) Gulma merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit, dalam arti luas gulma adalah semua jenis tumbuhan yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak dikehendaki dalam pengelolaan perkebunan. Jika gulma tidak dapat dikendalikan, maka gulma dan pokok kelapa sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat berkembang biaknya hama dan penyakit. Sasaran pokok pengendalian gulma adalah menciptakan lingkungan tumbuh tanaman utama yang optimal agar pekerjaan pemeliharaan lainnya dapat dengan mudah dilakukan (pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit, panen) sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pengendalian gulma pada lahan dengan luasan 4730 ha memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, dimana berbagai macam aspek harus diperhatikan, mulai dari jenis gulma yang tumbuh, alat yang akan digunakan dan bahan apa yang digunakan serta berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengendalian gulma tersebut. Semua kegiatan pengendalian gulma mulai dari pengamatan jenis gulma yang tumbuh, alat dan bahan apa yang digunakan serta berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengendalian gulma tersebut telah dilakukan di PT. Bakrie Sumatera Plantations. Berdasarkan hal ini, maka penulis tertarik untuk melihat permasalahan yang ada terkait mengenai manajemen pengendalian gulma di PT. Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat khususnya di Divisi 03 Air Balam. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, mengidentifikasi masalah sebagai berikut : maka penulis 1. Sejauh mana teknik-teknik pengendalian pengendalian gulma yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat. 2. Sejauh mana permasalahan yang ada mengenai pelaksanaan dan proses manajemen pengendalian gulma di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat. 1.3. Tujuan Tujuan dalam pelaksanaan manajemen pengendalian gulma ini adalah: 1. Mengetahui teknik – teknik pengendalian gulma yang ada di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations. 2. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan proses manajemen pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistematika Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat yang lalu (abad ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena pada masa lampau ilmu taksonomi maupun ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang dan peralatan yang tersedia masih sederhana (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005). Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2008) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Embryophyta Siphonagama Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Arecaceae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Style Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Joaquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005). 2 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.3.3. Metode Pengendalian Gulma Tanaman kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal antara lain tinggi tempat dari permukaan laut, keadaan tanah, topografi dan iklim (Pahan, 2008). Tables Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan. Tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput – rumputan di piringan, serta tumbuhan pengganggu/anak kayu di gawangan (Pahan, 2008). 2.3. Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan tanaman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar matahari, air tanah dan tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian pada tanaman budidaya kelapa sawit (Yernelis dan Yakup, 2002). Adapun teknis pengendalian gulma terbagi menjadi tiga yaitu pengendalian gulma secara manual, pengendalian gulma secara hayati dan pengendalian gulma secara kimia. 2.3.1. Kerugian yang Ditimbulkan Gulma 1. Pengendalian secara manual Menurut Pahan (2008), ada beberapa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman kelapa sawit antara lain: Pengendalian secara mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian – bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengendalikan kekuatan fisik atau mekanik (Yernelis dan Yakup, 2002). 1. Menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dan ruang hidup. 2. Menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian – bagian gulma. 3. Mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. 4. Menjadi inang (host) bagi hama disamping bersifat pantogen yang menyerang tanaman. 5. Mengganggu tata guna air. 6. Secara umum kehadiran gulma akan meningkatkan biaya usaha tani karena adanya penambahan kegiatan di pertanaman. 2.3.2. Jenis – Jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Adapun cara melakukan untuk pengendalian gulma secara manual pada tanaman kelapa sawit adalah penyiangan, pencabutan dan pembabatan. 2. Pengendalian hayati Pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain berupa hewan dan tumbuhan dengan tujuan untuk menekan populasi gulma dengan musuh alami hingga tingkat tertentu sehingga secara ekologi maupun ekonomi keberadaan gulma sudah tidak merugikan (Yernelis danYakup, 2002). Sebagian besar areal pada tanaman baru (newplanting) kelapa sawit di Indonesia banyak ditumbuhi oleh tanaman – tanaman pengganggu atau gulma. Menurut (Fauzi ddk, 2008) beberapa gulma pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 3. Pengendalian gulma secara kimia Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Penggunaan senyawa kimia diterapkan karena cepat dan tidak rumit. Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai pengendalian gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida” yang berarti suatu senyawa kimia yang dipergunakan untuk mengendalikan gulma tanpa mengganggu tanaman pokok. Teknik pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyemprot herbisida tepat pada gulma (Yernelis dan Yakup, 2002). Alang – alang (Imperata cylindrica) Rumput pahit (Axonopus compressus) Paitan (Passpalum conjugatum) Teki – tekian (Cyperus rotundus) Kerisan (Rhynchospora corymbosa) Bamboo – bambuan (Ottocloa nodosa) Lampujangan (Panicum repens) Mikania (Mikania micrantha) Putihan (Eupatorium odoratum) Babadotan (Ageratum conyzoides) Wedusan (Ageratum houstonianum) Kentangan (Boreira latifolia) Pakis kawat (Gleichenia linearis) Kucingan (Mimosa invisa) Assystasia intrusa 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di perkebunan PT. Bakrie Sumatera Plantations Air Balam Pasaman Barat. Kegiatan ini dimulai dari tanggal 26 Maret sampai dengan 07 Mei 2014. PT. Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Pasaman Barat didirikan pada tanggal 11 juni 1991 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2.5246.HT.01.TH 1992 pada tanggal 27 Juni 1992. PT. Bakrie Sumatera Plantations sebelumnya adalah PT. Bakrie Nusantara Coorporation yang didirikan pada tanggal 21 Juni 1989. 3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan magang mahasiswa selama 1,5 bulan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat. Selama kegiatan magang, mahasiswa mengumpulkan data-data perusahaan, baik data primer maupun dan sekunder. Berdasarkan akta pernyataan tanggal 8 Juli 1993 No. 40, PT. Bakrie Nusantara Coorporation mengalihkan izin – izin perolehan areal untuk perkebunan kelapa sawit pada PT. Bakrie Sumatera Plantations. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertahanan Nasional No. 2/HGU/BPN/95 tanggal 27 Januari 1995 dan sertifikat HGU 03.07.02.02.2.00001 tahun 2002, PT. Bakrie Sumatera Plantations memperoleh konsesi pembangunan kelapa sawit sebesar 4.370 Ha di Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman. Konsesi membangun kebun kelapa sawit sebesar 5.350 Ha di Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman. Total luas PT. Bakrie Pasaman Plantations sebesar 9720 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya adalah dengan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat sesuai dengan arahan dan perintah dari pembimbing lapang serta melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk proses penelitian. Setelah melakukan pengumpulan data dari tempat magang, selanjutnya melakukan pengumpulan data dari beberapa literatur yang ada guna untuk membandingkan pelaksanaan yang ada dengan literatur. 4.1.2. Kedudukan PT. Bakrie Sumatera Plantations PT. Bakrie Pasaman Plantations atau lebih dikenal dengan PT. Bakrie Sumatera Plantations unit Sumatera Barat terletak di Kabupaten Pasaman Barat yang termasuk perusahaan Swasta. 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang diperlukan terhadap penelitian ini adalah: 4.1.3. Lokasi PT. Bakrie Sumatera Plantations 1. Studi lapangan Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations, baik melalui observasi maupun wawancara langsung kepada karyawan yang bersangkutan. 2. Studi Literatur Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berssumber dari literatur – literatur, bahan kuliah dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian sehingga penulis mendapatkan pengetahuan tambahan terhadap masalah yang dibahas. 3. Dokumentasi Selama melaksanakan penelitian di lapangan mahasiswa menggunakan foto atau gambar untuk memperkuat isi laporan yang akan disusun. Saat ini, areal perkebunan PT. Bakrie Sumatera Plantations terpisah ke dalam dua bagian yang berjarak sekitar 23 km. Unit 1 (Estate Sungai Aur), terletak di wilayah Kecamatan Sungai Aur, kecamatan Lembah Melintang dan Kecamatan Gunung Tuleh. Unit 2 (Estate Air Balam), terletak di wilayah Kecamatan Air Beremas dan Kecamatan Koto Balingka. Lokasi ini memiliki jarak ± 250 km dari kota Padang (ibukota Provinsi). Secara geografis kebun ini terletak antara 1013’ - 1019’ LU dan 99041’ - 99045’ BT di kebun Air Balam, sedangkan di kebun Sungai Aur terletak antara 1010’ - 1019’ LU dan 99047’ - 99050’ BT. Topografi perkebunan datar dan bergelombang dengan tingkat kemiringan 8 -15 % untuk wilayah sungai aur dan 0 – 8% untuk tingkat kemiringan Air Balam, dengan ketinggian tempat berkisar antara 25 – 250 dpl. 3.4. Teknik Analisis Data 4.1.4. Visi dan Misi PT. Bakrie Sumatera Plantations Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan mengetahui manajemen serta teknik pengendalian gulma yang ada di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations. Analisis ini akan dibandingkan dengan teori – teori yang sudah ada. Visi dan misi PT. Bakrie Sumatera Plantations adalah sebagai berikut: 1. 2. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perusahaan Visi perusahaan PT. Bakri Sumatera Plantations menjadi perkebunan dengan penerapan terbaik di Indonesia. Misi perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations memelihara dan mempertahankan kesejahteraan perusahaan dengan penciptaan nilai melalui kegiatan operasional yang ramah lingkungan. 4.1.5. 4.1.1. Sejarah Umum PT. Bakrie Sumatera Plantations 4 Susunan Organisasi Plantations PT. Bakrie Sumatera Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 Organisasi yang baik dan teratur merupakan salah satu faktor untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Tujuan organisasi perusahaan dibuat agar dapat mengetahui jabatan – jabatan serta jalur perintah, koordinasi dan birokrasi perusahaan yang dijalankan. Adapun fungsi dan tugas masing–masing bagian dari struktur organisasi pengendalian gulma sebagai berikut: 7. A. Manager 1. 8. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dan mencegah pencemaran lingkungan. Memberikan laporan kepada Manager. C. Kerani Divisi Tugas dari kerani Divisi adalah: Tugas dari manager adalah: 1. Kerani Divisi bertanggung jawab dalam menangani aktivitas administrasi di divisi seperti permintaan material, pendapatan dan surat menyurat. Kerani Divisi memberikan laporan kepada Assistant Divisi. Memimpin kegiatan perusahaan di kebun wilayah tanggung jawabnya. 2. Menyusun rencana kerja dan anggaran untuk kegiatan yang dilakukan di kebun wilayah tanggung jawabnya. 3. Menjabarkan dan melaksanakan program budidaya tanaman yang mencakup pemeliharaan, panen dan administrasi tanaman perkebunan sesuai peraturan dan prosedur perusahaan. 4. Menentukan penempatan karyawan sesuai dengan kompetensinya. 5. Mengawasi dan menilai hasil kerja dari setiap Divisi secara terus-menerus dan mengambil tindakan untuk mengatasi terjadinya penyimpangan. 6. Melakukan teguran, surat peringatan, PHK bagi karyawan yang tidak disiplin dan mutasi antar Divisi dalam rangka pembinaan jenjang karir/tugas. 7. Memastikan pelaksanaan monitoring terhadap performansi (SDM, budget, kegiatan dan target). 8. HR (human resource) dan General Affair melakukan pencegahan dan tindakan untuk menekan tingkat pencurian di kebun yang dipimpinnya. 9. Memelihara serta menjamin penataan lingkungan yang sesuai dengan peraturan mengenai lingkungan hidup agar dapat terjaga dengan baik dan tidak terjadi pencemaran lingkungan. 10. Memastikan hasil panen kebun dari setiap Divisi mencapai produktivitas yang optimum sesuai kualitas, biaya dan waktu yang ditentukan termasuk menjaga kinerja kebun sesuai target yang ditetapkan dan memastikan hasil panen dapat terkirim dan sampai ke pabrik. 2. B. Assistant Divisi 2. Tugas dari Assitant adalah: G. Mandor harian 1. 2. Tugas dari mandor harian adalah: 3. 4. 5. 6. D. Mandor I Tugas dari Mandor I adalah: 1. 2. 3. Mengatur pembagian ancak pekerja di lapangan. 2. Menetapkan target kerja para pekerja setiap hari sesuai kondisi. Bertanggung jawab mengawasi hasil panen yang dilaksanakan mandor panen dan mengawasi hasil pengawasan mandor harian dalam pelaksanaan pekerjaan di kebun. Mengawasi transportasi TBS (tandan buah segar) ke PKS (pabrik kelapa sawit). E. Kerani Produksi Tugas dari kerani produksi adalah: 1. 2. 3. 4. Bertanggung jawab menerima dan menghitung TBS yang dilaporkan mandor panen, pengecekan mutu buah dari masing - masing pemanen di TPH. Menangani administrasi produksi dan mengatur pengiriman TBS ke PKS. Bertanggung jawab menerima dan menimbang TBS kebun, pengiriman TBS ke PKS dan menangani administrasi produksi. Memberi laporan kepada Assistant Divisi. F. Mandor Panen Tugas dari mandor panen adalah: 1. Membuat rencana kerja pada masing – masing Divisi. Bertanggung jawab pada Divisinya baik terhadap kelancaran dan kesuksesan kegiatan harian yang dilaksanakan di Divisinya. Membimbing, mengarahkan dan memberikan perintah kepada mandor dalam membuat perbaikan jika terjadi penyimpangan. Memeriksa seluruh kegiatan dari setiap blok. Berwenang dalam hal memberi persetujuan atas buku mandor yang ada pada unit kerjanya. Mengatur pemakaian biaya Divisi sesuai anggaran yang telah disetujui oleh Manager. 1. 2. Mandor panen bertanggung jawab mengawasi pemanenan dan menginspeksi aktifitas panen. Memberikan laporan kepada mandor I. Mandor harian bertanggung jawab mengawasi pekerjaan harian dan aktivitas pemeliharaan di kebun. Memberikan laporan kepada mandor I. H. Pekerja/tenaga kerja. Melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan di lapangan sesuai dengan tugas masing –masing. 4.1.6. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan Fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh pihak perusahaan berupa jaminan social tenaga kerja (JAMSOSTEK) berupa 5 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, pengobatan, THR, fasilitas perumahan, listrik, air dan fasilitas pendidikan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian gulma secara kimia di Divisi 03 Air Balam adalah spraying circle and path, spraying lalang dan spraying assystasia. 1. Penyemprotan piringan dan pasar pikul (spraying Circle and Path) Spraying circle and path adalah kegiatan pembersihan gulma di areal sekitar piringan dan jalan di pasar pikul dengan menggunakan zat kimia (Herbisida). Tujuan melakukan Spraying Circle and Path untuk mempermudah dalam proes pemanenan, mempermudah dalam proses pemupukan dan menghindari persaingan unsur hara tanaman pokok dengan gulma. Herbisida yang digunakan adalah amyphosate dan alat yang digunakan untuk Spraying circle and Path adalah Micron Herbi dengan prinsip kerja yang menggunakan gaya gravitasi bumi, karena air dalam Micron Herbi tidak memakai tekanan. Cara melakukan spraying circle and path pada pengendalian gulma kelapa sawit yaitu dengan menyemprot dalam bentuk angka delapan agar dapat menghemat energi, waktu dan biaya tenaga kerja. Penyemprotan dilakukan di sekitar circle (piringan) dan path (pasar pikul). Pengendalian gulma dengan Micron Herbi digunakan untuk ketinggian gulma lebih kurang 15 cm. Penggunaan alat Micron Herbi dapat menghemat pemakai herbisida, hal ini sesuai dengan pendapat Barus (2003) bahwa penggunaan Micron Herbi dapat mengurangi atau menghemat dosis pemakaian herbisida sekitar 50% dibandingkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 Air Balam blok H01 dengan luas 37,8 Ha dan tenaga kerja yang digunakan 1HK/Ha. Rotasi yang dilakukan dalam Spraying Circle and Path 3 kali dalam setahun. Kegiatan yang dilakukan di lapangan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh PT. Bakrie Sumatera Plantations Divisi 03 Air Balam. 2. Penyemprotan lalang (spraying lalang) 4.2. Teknis –Teknis Pengendalian Gulma Ada beberapa metode/teknik pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan yang dilakukan di Divisi 03 PT. Bakrie Sumatera Plantations Air Balam yaitu dengan pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimia. A. Pengendalian secara manual Adapun teknik pengendalian gulma secara manual pada tanaman menghasilkan kelapa sawit di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations secara dongkel anak kayu dan slashing. Dongkel anak kayu dan pembabatan (slashing) Dongkel anak kayu merupakan kegiatan pencabutan gulma jenis berkayu yang berada di sekitar areal tanaman kelapa sawit. Gulma anak kayu dicabut dengan menggunakan tangan atau mencongkel anak kayu dengan menggunakan parang. Slashing merupakan kegiatan membabat habis semua gulma yang tumbuh diantara gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan parang. Slashing digunakan untuk memberantas semua jenis gulma kecuali anak kayu. Dongkel anak kayu dan slashing dilakukan dengan rotasi 2 sampai 4 kali dalam setahun. Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 blok G5 dengan luas 40,7 Ha. Tenaga kerja yang digunakan untuk dongkel anak kayu dan slashing 2 HK/Ha. Menurut Risza (2010) tujuan melakukan dongkel anak kayu yaitu untuk mencegah timbulnya semak belukar yang menghalangi pengamatan dan pemeliharaan kelapa sawit, serta mencegah persaingan dalam mendapatkan zat hara dengan tanaman utama. Pelaksanaan dongkel anak kayu dan slashing yang dilakukan di lapangan telah sesuai dengan SOP (Standard operational procedur) yang ada pada perusahaan. Menurut Risza (2010) bahwa slashing tidak boleh bersamaan dengan dongkel anak kayu tapi harus bergantian. Hal ini berbeda dengan yang dilaksanakan di lapangan, karena Kegiatan yang dilakukan di Divisi 03 untuk dongkel anak kayu dan slashing dilakukan secara bersamaan agar dapat mengefisienkan biaya yang dikeluarkan. B. Pengendalian gulma secara kimia Menurut hakim (2007) bahwa pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan nama herbisida. Adapun kelebihan dan keuntungan dalam menggunakan herbisida pada pengendalian gulma adalah : 1. Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman pokok. 2. Skala pekerjaan lebih luas. 3. Tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit. 4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan. Lalang (Imperata cylendrica) adalah gulma yang paling merugikan. Gulma ini mengandung alelopati yang merupakan zat racun yang menyebabkan tanaman pokok kekurangan unsur N. Spraying lalang dilakukan pada lalang yang ada di areal tanaman sawit, dimana cara pengendalian gulma lalang dibagi atas 3 yaitu spraying sheet lalang, spraying spot lalang dan wiping. Spraying sheet lalang merupakan Penyemprotan merata di semua lahan apabila pertumbuhan gulma lalang sudah terlalu tebal dan merata, sedangkan spraying spot lalang dilakukan pada lalang yang tumbuh sedikit/jarang dan wiping dilakukan setiap bulan setelah spot spraying pada kondisi lalang yang tumbuh satu-satu dan terpencar. Pelaksanaan wiping dilakukan dengan cara membersihkan sekeliling lalang lalu dilakukan pengusapan dari pangkal sampai pucuk menggunakan kain lap atau sarung tangan kain dengan larutan herbisida glifosat. Alat yang digunakan untuk spraying lalang adalah dengan menggunakan knapsack solo dan bahan yang digunakan adalah herbisida amiphosate dengan dosis 0,1 liter untuk 15 liter air. Herbisida amiphosate merupakan 6 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 herbisida untuk memberantas gulma setahun dan tahunan, selain itu herbisida amiphosate adalah salah satu herbisida untuk memberantas lalang. Herbisida ini digunakan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 blok G5 dengan luas 40,7 Ha. Spot spraying lalang dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam setahun. Setelah melakukan penyemprotan lalang, lakukan penyemprotan ulang pada lalang yang tidak mati 21 hari kemudian. 3. Penyemprotan assystasia (spraying assystasia) yang paling penting alat ini bisa digunakan untuk spot spraying. 4.3. Manajemen Pengendalian Gulma Adapun manajemen pengendalian gulma yang dilaksanakan di Divisi 03 Air Balam meliputi perancanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling). 4.3.1. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan suatu tindakan dalam memilih dan menghubungkan fakta – fakta, membuat serta mengasumsikan masa yang akan datang terhadap masa sekarang, dalam hal untuk merumuskan aktivitas yang dianggap perlu diusulkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Perencanaan dalam pengendalian gulma di divisi 03 PT. Bakrie Sumatera Plantations disusun oleh assistant berdasarkan keadaan di lapangan dan diajukan ke manager kebun untuk disusun menjadi budget kebun, lalu diusulkan kepada manager untuk disetujui oleh general manager PT. Bakrie Sumatera Plantations. Rencana yang akan dilaksanakan di PT. BSP unit sumbar berdasarkan dari budget yang telah disetujui. Budget tersebut dijabarkan menjadi budget dari divisi masing – masing, dengan berpatokan dari budget di setiap Divisi maka assistant akan merealisasikan setiap kegiatan yang telah dibuat. Adapun perencanaan yang telah dibuat di divisi 03 Air Balam dalam bentuk program kerja yang mengacu kepada anggaran biaya tersebut. Program kerja tersebut terdiri atas program kerja tahunan, program kerja bulanan dan harian. Program kerja tahunan dibuat dalam bentuk budget keuangan dan budget produksi, sedangkan program kerja bulanan dibuat dalam bentuk PPAB (permintaan penggunaan anggaran biaya). Program kerja bulanan diuraikan lagi menjadi program kerja harian yang dibuat dalam bentuk laporan harian dan BPPB (bukti permintaan dan pengeluaran barang). a. Program kerja tahunan Program kerja tahunan terdiri dari budget cost dan budget produksi. 1. Budget cost Budget keuangan untuk pengendalian gulma di divisi 03 Air Balam dipengaruhi oleh kebijaksanaan manager kebun dan berpedoman pada harga material, kebutuhan material/Ha, upah tenaga kerja/HK dan norma standar tenaga kerja/Ha. Penetapan harga material dalam budget setiap tahunnya selalu berubah yang disesuaikan dengan perkiraan harga pasar. Pembuatan rencana pengendalian gulma di Divisi 03 Air Balam dipengaruhi terhadap keadaan di lapangan, ketersediaan tenaga kerja, alat dan bahan yang terdapat di gudang. Assystasia adalah A. intrusa merupakan tumbuhan herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, 2-3 cm panjangnya, berbiji empat atau kurang dalam buah kapsul (Sastroutomo,1990) Bila biji-biji A. intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma assystasia dalam suatu lahan dan gulma ini juga akan menyita hampir semua cadangan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis. Dan bila penyiangan tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan berkurang akibat persaingan dengan gulma tersebut (Sastroutomo,1990). Pengendalian gulma di PT. Bakrie Sumatera Plantations Divisi 03 Air Balam dilakukan dengan cara spot spraying, ini disesuaikan dengan kondisi tumbuhan gulma assystasia pada lahan perkebunan yang tumbuh secara berspot – spot. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan peralatan spraying yaitu kep solo dan bahan yang digunakan yaitu, DMA (dimethylamiene 2-4 dichlorophenoxy acetat). DMA merupakan jenis herbisida yang mempunyai bahan aktif yang bersifat sistemik. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. DMA adalah salah satu herbisida yang kuat dalam mengendalikan gulma berdaun lebar. DMA merupakan herbisida untuk memberantas/ menekan pertumbuhan gulma berdaun lebar, sehingga herbisida jenis DMA sangat cocok untuk aplikasi pemberantasan gulma assystasia. Assystasia merupakan jenis gulma berdaun lebar yang berbahaya bagi tanaman pokok. Herbisida ini digunakan berdasarkan ketentuan yang telah ditetap oleh perusahaan. Menurut Wijaya (2010) Knapsack solo adalah jenis alat spraying yang sistem kerjanya menggunakan tekanan cairan yang masuk ke dalam tabung sementara sehingga mampu menyemprot. Keunggulan dari alat knapsack solo adalah bisa digunakan untuk semua jenis herbisida baik sistemik ataupun kontak, bisa untuk jenis pestisida yang mempunyai LD (Lethal Dosage), mudah digunakan serta 2. Budget produksi Budget produksi dibuat berdasarkan persentase pemupukan 2 tahun sebelumnya, ramalan curah hujan di tahun yang akan datang, produksi yang diperoleh setahun yang lalu dan dihubungkan dengan potensi produksi pada setiap tingkat umur tanaman kelapa sawit. b. Program kerja bulanan (PPAB) 7 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 PPAB (permintaan penggunaan anggaran belanja) yang telah dibuat oleh assistant Divisi 03 Air Balam 10 hari sebelum tutup buku pada akhir bulan harus diketahui dan disahkan oleh manajer estate sebelum diajukan ke general manager untuk disetujui. PPAB berisikan permintaan upah tenaga kerja 1 bulan dan tidak termasuk biaya material atau barang. Besarnya PPAB berpatokan pada anggaran bulan sebelumnya serta tergantung pada ketersediaan tenaga kerja pada tahun itu. PPAB Divisi 03 Air Balam dibuat 4 rangkap untuk diketahui oleh manajer dan disetujui oleh general manager. c. Program kerja harian Program kerja harian dibuat dalam bentuk laporan dan BPPB (bukti permintaan dan pengeluaran barang). BPPB dibuat setiap saat oleh assistant sebanyak 4 rangkap pada hari pengambilan barang atau material yang ada di gudang PT. BSP unit Sumbar. Rencana kegiatan pada pengendalian gulma adalah dongkel anak kayu, babat gawangan (slashing), pemeliharaan pasar pikul dan di sekitar pokok tanaman dengan menggunakan spraying, spraying lalang, serta spraying assystasia. Rencana kebutuhan alat dibuat oleh assistant dengan berpedoman kepada norma kebun/Ha. Rencana kebutuhan alat dan bahan dibuat berdasarkan kondisi lapangan dan kebutuhan pada tahun sebelumnya. 4.3.2. Organisasi (organizing) Organisasi merupakan suatu wadah yang beranggotakan orang – orang yang secara bersama – sama menjalankan usaha baik karyawan, pengawas dan pimpinan perusahaan dengan tujuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Lahan perkebunan PT. BSP unit Sumbar di Air Balam dipimpin oleh manager, sedangkan untuk Divisi 03 Air Balam dipimpin oleh asisstant manager. Pada pelaksanaan pengendalian gulma assistant dibantu oleh mandor I, mandor dan karyawan. Manager bertugas untuk mengkoordinir, mengawasi, membina dan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan baik itu mengenai tanaman atau administrasi. Tugas assistant Divisi untuk pengendalian gulma yaitu mengontrol, membuat rencana kerja dan membuat laporan hasil kerja serta bertanggung jawab atas kegiatan operasional di Divisi 03 Air Balam. Mandor 1 pemeliharaan bertanggung jawab kepada assistant Divisi dalam mengatur tenaga kerja untuk pengendalian gulma yang ada di lapangan, sedangkan Mandor untuk pengendalian gulma dibagi menjadi dua yaitu mandor spraying, mandor dongkel anak kayu dan slashing yang kedua tersebut bertanggung jawab kepada mandor 1 pemeliharaan dalam kegiatan mengatur serta mengawasi tenaga kerja di lapangan, sedangkan tugas dari kerani administrasi yaitu bertanggung jawab kepada assistant Divisi dalam mencatat absen karyawan, kegiatan di lapangan, administrasi dan membuat budget permintaan barang untuk pengendalian gulma. Tenaga kerja yang ada di Divisi 03 Air Balam bertanggung jawab kepada mandor dalam melaksanakan kegiatan pengendalian gulma di lapangan. Stuktur organisasi di Divisi 03 Air Balam sudah teratur, karena struktur organisasi di Divisi 03 Air Balam dibagi dalam beberapa departemen sehingga dapat bekerja secara efektif dan efisien. 4.3.3. Pelaksanaan (actuating) Pelaksanaan kegiatan yang ada di Divisi 03 merupakan tanggung jawab dari manager yang kemudian dilimpahkan ke assistant Divisi 03 Air Balam. Pada administrasi assistant dibantu oleh kerani administrasi, sedangkan untuk di lapangan dibantu oleh mandor I pemeliharaan dan mandor. Tugas dari mandor pemeliharaan yaitu mengatur dan mengawasi tenaga kerja yang ada di lapangan. Seluruh kegiatan yang ada di lapangan assistant berpedoman pada rencana kerja yang telah disetujui oleh pihak kebun dan berdasarkan kebijakan teknis agronomi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Kegiatan yang dilakukan di Divisi 03 dimulai dari pagi pukul 06.15 WIB. Setiap pagi assistant mengevaluasi hasil kerja yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya dan memberi pengarahan tentang teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari itu. Pada waktu pelaksanaan di lapangan masih ada tenaga kerja yang terlihat kurang disiplin dan rajin. Dari hal tersebut, sebaiknya pihak perusahaan lebih mengintensifkan pengawasan dan evaluasi permasalahan yang terjadi pada tenaga kerja. Pelaksanaan pengendalian gulma yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam menggunakan dua metode yaitu metode pengendalian gulma secara manual dan secara kimia, karena kedua metode merupakan metode yang umum dilakukan disetiap perusahaan. Pelaksanaan di lapangan yang telah dilakukan di Divisi 03 Air Balam untuk pengendalian gulma adalah dongkel anak kayu, slashing (babat gawangan), spraying circle and path, spraying lalang dan spraying Assystasia. Hal ini telah sesuai dengan program kerja yang telah direncanakan di Divisi 03 Air Balam, dimana program kerja yang direncanakan disesuaikan dengan rotasi pengendalian gulma dilapangan serta biaya penggunaan alat dan bahan pada tahun sebelumnya. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik pengendalian gulma pada TM yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations Kabupaten Pasaman Barat ada 2 yaitu pengendalian gulma secara manual, dan secara kimia. Pengendalian gulma secara manual terdiri dari dongkel anak kayu dan slashing (membabat), sedangkan pengendalian gulma secara kimia terdiri dari spraying circle and path, spraying lalang, dan spraying Assystasia. 2. Manajemen pengendalian gulma kelapa sawit di Divisi 03 Air Balam sudah berjalan dengan baik. 3. Proses manajemen pengendalian gulma pada Pelaksanaan yang dilakukan di lapangan telah sesuai dengan yang direncanakan, serta bentuk struktur organisasi di Divisi 03 Air Balam sudah tertata dengan baik dan pengawasan 8 Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000 yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam sudah terlaksana dengan baik. 5.2. Saran Pengawasan dan pelaksanaan agar dapat ditingkatkan lagi sehingga dapat mengontrol pertumbuhan gulma, dapat dikendalikan tepat waktu, dan dapat mencapai hasil kerja yang baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Admosudirdjo. 2005. Pengawasan Dalam Organisasi. http://pyia.wordpress.com/2010/01/03/tugas-teori-organisasiumum. [2] Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius. Yogyakarta. [3] Direkturat Jendral Perkebunan. 2014. Pengelolaan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit. http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-196pengelolaan-gulma-pada-perkebunan-kelapa-sawit.html. Diakses tanggal 20 mei 2014. [4] Fauzi, Y., Yustina E.W., Iman S. dan Rudi H. 2008. Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. [5] Hakim, M. 2007. Agronomis dan manajemen Kelapa Sawit : Buku pegangan Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit . Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. [6] Mangunsoekarjo, S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen Agribisinis Kelapa Sawit Gajah mada Universitas Press. Yogyakarta. [7] Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. [8] Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. [9] Rambe, T.D, L. Pane, P. Sudharto, Caliman. 2010. Pengelolaan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit. PT. Smart Tbk: Jakarta. [10] Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. [11] Risza, S. 2012. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. [12] Sastroutomo.1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. [13] Soerjandono, 2005. Pengendalian Gulma dengan Herbisida. http://happyeah.yolasite.com/college/pengendalian-gulmadengan-herbisida. diakses tanggal 05 juni 2014. [14] Sutaryono. 2014. Survei Gulma Pada Tanaman Karet di PTPN. http://lugito-center.blogspot.com/2014/04/survei-gulma-padatanaman-karet-di-ptpn.html. diakses pada tanggal 05 juni 2014. [15] Wijaya, L. 2010. Macam-Macam Alat Semprot Pertanian. Universitas Jember. [16] Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik pengendaliannya. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 9