Article

advertisement
MANAJEMEN
PENGENDALIAN GULMA
PADA KELAPA SAWIT DI
DIVISI 03 AIR BALAM PT.
BAKRIE SUMATERA
PLANTATIONS Tbk.
KABUPATEN PASAMAN
BARAT
DELNI ALEK CANDRA
Received:
2013/ Accepted:
2013
Abstract
DELNI ALEK CANDRA Manajemen Pengendalian Gulma
Pada Kelapa Sawit di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie
Sumatera Plantations Kabupaten Pasaman Barat.
Dibimbing oleh Ir. John Nefri M.Si dan Arnayulis, S.Si,
M.Si.
PT. Bakrie Sumatera Plantations merupakan salah
perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan
pengolahan kelapa sawit. Berbagai macam kegiatan
budidaya yang dilakukan, mulai dari pemeliharaan sampai
kegiatan pemanenan dilakukan setiap hari, yang bertujuan
agar tanaman yang dibudidayakan dapat menghasilkan
TBS (Tandan Buah Segar) yang berkualitas sehingga
diharapkan dapat mencapai dan mempertahankan
produktivitas tinggi. Produktivitas yang tinggi dapat
diperoleh apabila proses budidaya telah berjalan sesuai
prosedur dan tanaman tumbuh di lingkungan yang baik.
Namun, lingkungan yang baik tidak dapat tercipta dengan
sendirinya.
Ada
beberapa
faktor
yang
dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit
tersebut, salah satunya adalah gulma yang tumbuh di
sekitar pokok/pohon tanaman tersebut. Jika gulma tidak
dikendalikan, maka gulma dan pokok kelapa sawit akan
bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat
berkembang biaknya hama dan penyakit.
Penelitian ini dilakukan di PT. Bakrie Sumatera
Plantations Divisi 03 Air Balam Kabupaten Pasaman Barat
yang dilaksanakan selama 1,5 bulan. Selama magang
peneliti ikut aktif berpartisipasi dalam aktivitas obyek
yang diteliti. Teknik Pengumpulan data yang dilakukan
adalah dengan cara wawancara langsung kepada karyawan
yang bersangkutan mengenai manajemen pengendalian
gulma dan kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan
literatur – literatur dari bahan kuliah atau hasil penelitian
lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode
deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan mengetahui
manajemen serta teknik pengendalian gulma yang ada di
Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations.
Analisis ini akan dibandingkan dengan teori – teori yang
sudah ada.
Hasil yang diperoleh setelah melewati beberapa tahapan
analisis diatas di dapatkan hasil bahwa manajemen
pengendalian gulma yang dilakukan di PT. Bakrie
Sumatera Divisi 03 Air Balam sudah berjalan dengan baik.
Hal ini dilihat dari teknis pengendalian gulma dan
manajemen pengendalian gulma yang telah dilakukan
berdasarkan dengan perencanaan, organisasi, pelaksanaan
dan pengawasan yang dilakukan berjalan dengan baik.
Adapun teknis pengendalian gulma di Divisi 03 Air Balam
dibagi menjadi 2 yaitu pengendalian gulma secara manual
dan secara kimia. Biaya yang dibutuhkan untuk
pengendalian gulma secara manual lebih kecil
dibandingkan dengan biaya secara kimia, karena biaya
pengendalian gulma secara kimia membutuhkan alat dan
bahan yang banyak dibandingkan dengan secara manual..
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara produsen sawit terbesar di
dunia, dengan produksi 27 juta ton pada tahun 2013 dan
diperkirakan pada tahun 2014 akan mencapai lebih dari 29
juta ton, dengan ekspor lebih dari 15 juta ton. Apabila
penggunaan biofuel di Indonesia naik menjadi 10%, maka
Indonesia akan menjadi negara produsen, eksportir dan
pengguna sawit terbesar di dunia (Direktorat jendral
perkebunan, 2014).
Sawit yang dihasilkan di Indonesia berasal dari
beberapa pulau, diantaranya pulau Kalimantan dan
Sumatera. Pulau Kalimantan yang merupakan pulau terluas
di Indonesia menempatkan daerah ini menjadi daerah yang
sangat potensial untuk pengembangan kelapa sawit,
sedangkan Pulau Sumatera merupakan produsen kelapa
sawit terbesar di Indonesia, dimana rata – rata produki
sawit di pulau Sumatera 5 tahun terakhir adalah sebanyak
16.191.271 ton per tahunnya (Direktorat jendral perkebunan,
2014).
Pulau Sumatera yang rata – rata produksi tiap
tahunnya 16.191.271 ton berasal dari total produksi
perkebunan kelapa sawit di beberapa daerah di Sumatera
salah satunya adalah provinsi Sumatera Barat. Sumatera
Barat merupakan provinsi yang juga potensial untuk
pengembangan kelapa sawit. Ini dapat dilihat dari adanya
daerah sentral penghasil kelapa sawit di Sumatera Barat.
Sentra produksi kelapa sawit di Sumatera Barat berada di
Kabupaten Pasaman Barat dimana luas lahan yang telah di
tanami kelapa sawit, yaitu seluas 102.000. Kabupaten
Pasaman Barat terdapat 13 pabrik kelapa sawit, namun
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
hanya lima di antaranya yang aktif dengan kapasitas
produksi masing-masing pabrik 40 hingga 80 ton CPO
(Crude Palm Oil) per jam ha (Direktorat jendral
perkebunan, 2014).
PT. Bakrie Sumatera Plantations merupakan salah
perusahaan yang bergerak di bidang budidaya dan
pengolahan kelapa sawit. PT. Bakrie Sumatera Plantations
mempunyai perkebunan dengan luas sebanyak 4730 ha
untuk di daerah Air Balam dan mempunyai satu pabrik
pengolahan. Berbagai macam kegiatan budidaya, mulai dari
pemeliharaan sampai kegiatan pemanenan dilakukan setiap
hari, yang bertujuan agar tanaman yang dibudidayakan
dapat menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang
berkualitas sehingga diharapkan dapat mencapai dan
mempertahankan produktivitas tinggi sehingga pendapatan
akan meningkat.
Pendapatan meningkat dengan produktivitas
tinggi dapat diperoleh apabila semua kegiatan budidaya
telah berjalan sesuai prosedur dan tanaman telah tumbuh di
lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik dan yang
kondusif untuk tanaman kelapa sawit ini, tidak bisa tercipta
dengan sendirinya, karena ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit
tersebut, salah satunya adalah gulma yang tumbuh di
sekitar pokok/pohon tanaman tersebut. Gulma dapat
menyebabkan produksi tandan buah segar (TBS) menurun
sebesar 20% (Rambe, Pane, Sudharto dan Caliman, 2010).
Menurut Hakim (2007) Gulma merupakan salah
satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman pokok
kelapa sawit, dalam arti luas gulma adalah semua jenis
tumbuhan yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak
dikehendaki dalam pengelolaan perkebunan. Jika gulma
tidak dapat dikendalikan, maka gulma dan pokok kelapa
sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu
tempat berkembang biaknya hama dan penyakit. Sasaran
pokok pengendalian gulma adalah menciptakan lingkungan
tumbuh tanaman utama yang optimal agar pekerjaan
pemeliharaan lainnya dapat dengan mudah dilakukan
(pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit, panen)
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Pengendalian gulma pada lahan dengan luasan 4730 ha
memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi, dimana
berbagai macam aspek harus diperhatikan, mulai dari jenis
gulma yang tumbuh, alat yang akan digunakan dan bahan
apa yang digunakan serta berapa orang tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk pengendalian gulma tersebut. Semua
kegiatan pengendalian gulma mulai dari pengamatan jenis
gulma yang tumbuh, alat dan bahan apa yang digunakan
serta berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
pengendalian gulma tersebut telah dilakukan di PT. Bakrie
Sumatera Plantations. Berdasarkan hal ini, maka penulis
tertarik untuk melihat permasalahan yang ada terkait
mengenai manajemen pengendalian gulma di PT. Bakrie
Sumatera Plantations Pasaman Barat khususnya di Divisi 03
Air Balam.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
maka
penulis
1. Sejauh mana teknik-teknik pengendalian pengendalian
gulma yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie
Sumatera Plantations Pasaman Barat.
2. Sejauh mana permasalahan yang ada mengenai
pelaksanaan dan proses manajemen pengendalian gulma di
Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations
Pasaman Barat.
1.3. Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan manajemen pengendalian gulma
ini adalah:
1. Mengetahui teknik – teknik pengendalian gulma yang ada
di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations.
2. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan proses
manajemen pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit
di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai sejak empat
yang lalu (abad ke-16) dimana para ahli berbeda pendapat
mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena
pada masa lampau ilmu taksonomi maupun ilmu-ilmu yang
berkaitan dengannya belum berkembang seperti sekarang
dan
peralatan
yang
tersedia
masih
sederhana
(Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam
sistematika (taksonomi) tanaman kelapa sawit menurut
Pahan (2008) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Style
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin
pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon-pohon
kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia
Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti
minyak, sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan
keyakinan Joaquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea
(Mangunsoekarjo dan Semangun, 2005).
2
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
2.3.3. Metode Pengendalian Gulma
Tanaman kelapa sawit memerlukan persyaratan tertentu
untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal antara lain
tinggi tempat dari permukaan laut, keadaan tanah,
topografi dan iklim (Pahan, 2008). Tables
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha
untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan
melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok
harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak
mampu
mengembangkan
pertumbuhannya
secara
berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman
pokok. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit
dilakukan pada dua tempat, yaitu di piringan dan
gawangan. Tiga jenis gulma yang perlu dikendalikan yaitu
ilalang di piringan dan gawangan, rumput – rumputan di
piringan, serta tumbuhan pengganggu/anak kayu di
gawangan (Pahan, 2008).
2.3. Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa
Sawit
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya
tidak diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan
karena secara estetika akan mengganggu keindahan
tanaman dan secara fungsi akan mengurangi hara,
pemanfaatan sinar matahari, air tanah dan tempat tumbuh
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma
menyebabkan gangguan dan kerugian pada tanaman
budidaya kelapa sawit (Yernelis dan Yakup, 2002).
Adapun teknis pengendalian gulma terbagi
menjadi tiga yaitu pengendalian gulma secara manual,
pengendalian gulma secara hayati dan pengendalian gulma
secara kimia.
2.3.1. Kerugian yang Ditimbulkan Gulma
1. Pengendalian secara manual
Menurut Pahan (2008), ada beberapa kerugian yang
ditimbulkan gulma pada tanaman kelapa sawit antara lain:
Pengendalian secara mekanis merupakan usaha menekan
pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian – bagian
sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya
terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengendalikan
kekuatan fisik atau mekanik (Yernelis dan Yakup, 2002).
1.
Menurunkan produksi akibat bersaing dalam
pengambilan unsur hara, air, sinar matahari dan ruang
hidup.
2. Menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi
oleh bagian – bagian gulma.
3. Mengeluarkan
senyawa
alelopati
yang
dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman.
4. Menjadi inang (host) bagi hama disamping bersifat
pantogen yang menyerang tanaman.
5. Mengganggu tata guna air.
6. Secara umum kehadiran gulma akan meningkatkan
biaya usaha tani karena adanya penambahan kegiatan
di pertanaman.
2.3.2. Jenis – Jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit
Adapun cara melakukan untuk pengendalian
gulma secara manual pada tanaman kelapa sawit adalah
penyiangan, pencabutan dan pembabatan.
2. Pengendalian hayati
Pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain
berupa hewan dan tumbuhan dengan tujuan untuk
menekan populasi gulma dengan musuh alami hingga
tingkat tertentu sehingga secara ekologi maupun ekonomi
keberadaan gulma sudah tidak merugikan (Yernelis
danYakup, 2002).
Sebagian besar areal pada tanaman baru (newplanting)
kelapa sawit di Indonesia banyak ditumbuhi oleh tanaman –
tanaman pengganggu atau gulma. Menurut (Fauzi ddk,
2008) beberapa gulma pada tanaman kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
3. Pengendalian gulma secara kimia
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia,
terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas.
Penggunaan senyawa kimia diterapkan karena cepat dan
tidak rumit. Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai
pengendalian gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida”
yang berarti suatu senyawa kimia yang dipergunakan untuk
mengendalikan gulma tanpa mengganggu tanaman pokok.
Teknik pengendalian gulma dilakukan dengan cara
menyemprot herbisida tepat pada gulma (Yernelis dan
Yakup, 2002).
Alang – alang (Imperata cylindrica)
Rumput pahit (Axonopus compressus)
Paitan (Passpalum conjugatum)
Teki – tekian (Cyperus rotundus)
Kerisan (Rhynchospora corymbosa)
Bamboo – bambuan (Ottocloa nodosa)
Lampujangan (Panicum repens)
Mikania (Mikania micrantha)
Putihan (Eupatorium odoratum)
Babadotan (Ageratum conyzoides)
Wedusan (Ageratum houstonianum)
Kentangan (Boreira latifolia)
Pakis kawat (Gleichenia linearis)
Kucingan (Mimosa invisa)
Assystasia intrusa
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di perkebunan
PT. Bakrie Sumatera Plantations Air Balam Pasaman Barat.
Kegiatan ini dimulai dari tanggal 26 Maret sampai dengan
07 Mei 2014.
PT. Bakrie Sumatera Plantations (BSP) Pasaman Barat
didirikan pada tanggal 11 juni 1991 dan telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia
No. C2.5246.HT.01.TH 1992 pada tanggal 27 Juni 1992. PT.
Bakrie Sumatera Plantations sebelumnya adalah PT. Bakrie
Nusantara Coorporation yang didirikan pada tanggal 21 Juni
1989.
3.2. Cara Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan magang
mahasiswa selama 1,5 bulan di Divisi 03 Air Balam PT.
Bakrie Sumatera Plantations Pasaman Barat. Selama
kegiatan magang, mahasiswa mengumpulkan data-data
perusahaan, baik data primer maupun dan sekunder.
Berdasarkan akta pernyataan tanggal 8 Juli 1993
No. 40, PT. Bakrie Nusantara Coorporation mengalihkan
izin – izin perolehan areal untuk perkebunan kelapa sawit
pada PT. Bakrie Sumatera Plantations. Berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Badan Pertahanan Nasional No.
2/HGU/BPN/95 tanggal 27 Januari 1995 dan sertifikat HGU
03.07.02.02.2.00001 tahun 2002, PT. Bakrie Sumatera
Plantations memperoleh konsesi pembangunan kelapa
sawit sebesar 4.370 Ha di Kecamatan Lembah Melintang,
Kabupaten Pasaman. Konsesi membangun kebun kelapa
sawit sebesar 5.350 Ha di Kecamatan Sungai Beremas,
Kabupaten Pasaman. Total luas PT. Bakrie Pasaman
Plantations sebesar 9720
3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan,
diantaranya adalah dengan mengikuti semua kegiatan yang
dilakukan di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera
Plantations Pasaman Barat sesuai dengan arahan dan
perintah dari pembimbing lapang serta melakukan
pengumpulan data yang diperlukan untuk proses penelitian.
Setelah melakukan pengumpulan data dari tempat magang,
selanjutnya melakukan pengumpulan data dari beberapa
literatur yang ada guna untuk membandingkan pelaksanaan
yang ada dengan literatur.
4.1.2. Kedudukan PT. Bakrie Sumatera Plantations
PT. Bakrie Pasaman Plantations atau lebih dikenal dengan
PT. Bakrie Sumatera Plantations unit Sumatera Barat
terletak di Kabupaten Pasaman Barat yang termasuk
perusahaan Swasta.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang diperlukan terhadap
penelitian ini adalah:
4.1.3. Lokasi PT. Bakrie Sumatera Plantations
1. Studi lapangan
Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung di Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie
Sumatera Plantations, baik melalui observasi maupun
wawancara langsung kepada karyawan yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Studi literatur digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder yang berssumber dari literatur – literatur, bahan
kuliah dan hasil penelitian lainnya yang ada hubungannya
dengan objek penelitian sehingga penulis mendapatkan
pengetahuan tambahan terhadap masalah yang dibahas.
3. Dokumentasi
Selama melaksanakan penelitian di lapangan mahasiswa
menggunakan foto atau gambar untuk memperkuat isi
laporan yang akan disusun.
Saat ini, areal perkebunan PT. Bakrie Sumatera Plantations
terpisah ke dalam dua bagian yang berjarak sekitar 23 km.
Unit 1 (Estate Sungai Aur), terletak di wilayah Kecamatan
Sungai Aur, kecamatan Lembah Melintang dan Kecamatan
Gunung Tuleh. Unit 2 (Estate Air Balam), terletak di wilayah
Kecamatan Air Beremas dan Kecamatan Koto Balingka.
Lokasi ini memiliki jarak ± 250 km dari kota Padang
(ibukota Provinsi). Secara geografis kebun ini terletak
antara 1013’ - 1019’ LU dan 99041’ - 99045’ BT di kebun Air
Balam, sedangkan di kebun Sungai Aur terletak antara 1010’
- 1019’ LU dan 99047’ - 99050’ BT. Topografi perkebunan
datar dan bergelombang dengan tingkat kemiringan 8 -15 %
untuk wilayah sungai aur dan 0 – 8% untuk tingkat
kemiringan Air Balam, dengan ketinggian tempat berkisar
antara 25 – 250 dpl.
3.4. Teknik Analisis Data
4.1.4. Visi dan Misi PT. Bakrie Sumatera Plantations
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif yaitu dengan menggambarkan dan mengetahui
manajemen serta teknik pengendalian gulma yang ada di
Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations.
Analisis ini akan dibandingkan dengan teori – teori yang
sudah ada.
Visi dan misi PT. Bakrie Sumatera Plantations adalah
sebagai berikut:
1.
2.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Perusahaan
Visi perusahaan PT. Bakri Sumatera Plantations
menjadi perkebunan dengan penerapan terbaik di
Indonesia.
Misi perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations
memelihara dan mempertahankan kesejahteraan
perusahaan dengan penciptaan nilai melalui kegiatan
operasional yang ramah lingkungan.
4.1.5.
4.1.1. Sejarah Umum PT. Bakrie Sumatera Plantations
4
Susunan Organisasi
Plantations
PT.
Bakrie
Sumatera
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
Organisasi yang baik dan teratur merupakan salah satu
faktor untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Tujuan
organisasi perusahaan dibuat agar dapat mengetahui
jabatan – jabatan serta jalur perintah, koordinasi dan
birokrasi perusahaan yang dijalankan. Adapun fungsi dan
tugas masing–masing bagian dari struktur organisasi
pengendalian gulma sebagai berikut:
7.
A. Manager
1.
8.
Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja dan mencegah
pencemaran lingkungan.
Memberikan laporan kepada Manager.
C. Kerani Divisi
Tugas dari kerani Divisi adalah:
Tugas dari manager adalah:
1.
Kerani Divisi bertanggung jawab dalam menangani
aktivitas administrasi di divisi seperti permintaan
material, pendapatan dan surat menyurat.
Kerani Divisi memberikan laporan kepada Assistant
Divisi.
Memimpin kegiatan perusahaan di kebun wilayah
tanggung jawabnya.
2. Menyusun rencana kerja dan anggaran untuk kegiatan
yang dilakukan di kebun wilayah tanggung jawabnya.
3. Menjabarkan dan melaksanakan program budidaya
tanaman yang mencakup pemeliharaan, panen dan
administrasi tanaman perkebunan sesuai peraturan dan
prosedur perusahaan.
4. Menentukan penempatan karyawan sesuai dengan
kompetensinya.
5. Mengawasi dan menilai hasil kerja dari setiap Divisi
secara terus-menerus dan mengambil tindakan untuk
mengatasi terjadinya penyimpangan.
6. Melakukan teguran, surat peringatan, PHK bagi
karyawan yang tidak disiplin dan mutasi antar Divisi
dalam rangka pembinaan jenjang karir/tugas.
7. Memastikan
pelaksanaan
monitoring
terhadap
performansi (SDM, budget, kegiatan dan target).
8. HR (human resource) dan General Affair melakukan
pencegahan dan tindakan untuk menekan tingkat
pencurian di kebun yang dipimpinnya.
9. Memelihara serta menjamin penataan lingkungan yang
sesuai dengan peraturan mengenai lingkungan hidup
agar dapat terjaga dengan baik dan tidak terjadi
pencemaran lingkungan.
10. Memastikan hasil panen kebun dari setiap Divisi
mencapai produktivitas yang optimum sesuai kualitas,
biaya dan waktu yang ditentukan termasuk menjaga
kinerja kebun sesuai target yang ditetapkan dan
memastikan hasil panen dapat terkirim dan sampai ke
pabrik.
2.
B. Assistant Divisi
2.
Tugas dari Assitant adalah:
G. Mandor harian
1.
2.
Tugas dari mandor harian adalah:
3.
4.
5.
6.
D. Mandor I
Tugas dari Mandor I adalah:
1.
2.
3.
Mengatur pembagian ancak pekerja di lapangan. 2.
Menetapkan target kerja para pekerja setiap hari sesuai
kondisi.
Bertanggung jawab mengawasi hasil panen yang
dilaksanakan mandor panen dan mengawasi hasil
pengawasan mandor harian dalam pelaksanaan
pekerjaan di kebun.
Mengawasi transportasi TBS (tandan buah segar) ke
PKS (pabrik kelapa sawit).
E. Kerani Produksi Tugas dari kerani produksi adalah:
1.
2.
3.
4.
Bertanggung jawab menerima dan menghitung TBS
yang dilaporkan mandor panen, pengecekan mutu
buah dari masing - masing pemanen di TPH.
Menangani administrasi produksi dan mengatur
pengiriman TBS ke PKS.
Bertanggung jawab menerima dan menimbang TBS
kebun, pengiriman TBS ke PKS dan menangani
administrasi produksi.
Memberi laporan kepada Assistant Divisi.
F. Mandor Panen
Tugas dari mandor panen adalah:
1.
Membuat rencana kerja pada masing – masing Divisi.
Bertanggung jawab pada Divisinya baik terhadap
kelancaran dan kesuksesan kegiatan harian yang
dilaksanakan di Divisinya.
Membimbing, mengarahkan dan memberikan perintah
kepada mandor dalam membuat perbaikan jika terjadi
penyimpangan.
Memeriksa seluruh kegiatan dari setiap blok.
Berwenang dalam hal memberi persetujuan atas buku
mandor yang ada pada unit kerjanya.
Mengatur pemakaian biaya Divisi sesuai anggaran yang
telah disetujui oleh Manager.
1.
2.
Mandor panen bertanggung jawab mengawasi
pemanenan dan menginspeksi aktifitas panen.
Memberikan laporan kepada mandor I.
Mandor harian bertanggung jawab mengawasi
pekerjaan harian dan aktivitas pemeliharaan di kebun.
Memberikan laporan kepada mandor I.
H. Pekerja/tenaga kerja.
Melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan di lapangan
sesuai dengan tugas masing –masing.
4.1.6. Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan
Fasilitas – fasilitas yang diberikan oleh pihak perusahaan
berupa jaminan social tenaga kerja (JAMSOSTEK) berupa
5
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, pengobatan,
THR, fasilitas perumahan, listrik, air dan fasilitas
pendidikan.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian
gulma secara kimia di Divisi 03 Air Balam adalah spraying
circle and path, spraying lalang dan spraying assystasia.
1. Penyemprotan piringan dan pasar pikul (spraying
Circle and Path)
Spraying circle and path adalah kegiatan pembersihan
gulma di areal sekitar piringan dan jalan di pasar pikul
dengan menggunakan zat kimia (Herbisida). Tujuan
melakukan Spraying Circle and Path untuk mempermudah
dalam proes pemanenan, mempermudah dalam proses
pemupukan dan menghindari persaingan unsur hara
tanaman pokok dengan gulma. Herbisida yang digunakan
adalah amyphosate dan alat yang digunakan untuk Spraying
circle and Path adalah Micron Herbi dengan prinsip kerja
yang menggunakan gaya gravitasi bumi, karena air dalam
Micron Herbi tidak memakai tekanan. Cara melakukan
spraying circle and path pada pengendalian gulma kelapa
sawit yaitu dengan menyemprot dalam bentuk angka
delapan agar dapat menghemat energi, waktu dan biaya
tenaga kerja. Penyemprotan dilakukan di sekitar circle
(piringan) dan path (pasar pikul). Pengendalian gulma
dengan Micron Herbi digunakan untuk ketinggian gulma
lebih kurang 15 cm.
Penggunaan alat Micron Herbi dapat menghemat
pemakai herbisida, hal ini sesuai dengan pendapat Barus
(2003) bahwa penggunaan Micron Herbi dapat mengurangi
atau menghemat dosis pemakaian herbisida sekitar 50%
dibandingkan dengan menggunakan knapsack sprayer.
Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 Air Balam blok H01
dengan luas 37,8 Ha dan tenaga kerja yang digunakan
1HK/Ha. Rotasi yang dilakukan dalam Spraying Circle and
Path 3 kali dalam setahun. Kegiatan yang dilakukan di
lapangan telah sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat oleh PT. Bakrie Sumatera Plantations Divisi 03 Air
Balam.
2. Penyemprotan lalang (spraying lalang)
4.2. Teknis –Teknis Pengendalian Gulma
Ada beberapa metode/teknik pengendalian gulma pada
tanaman menghasilkan yang dilakukan di Divisi 03 PT.
Bakrie Sumatera Plantations Air Balam yaitu dengan
pengendalian secara manual dan pengendalian secara kimia.
A. Pengendalian secara manual
Adapun teknik pengendalian gulma secara manual pada
tanaman menghasilkan kelapa sawit di Divisi 03 Air Balam
PT. Bakrie Sumatera Plantations secara dongkel anak kayu
dan slashing.
Dongkel anak kayu dan pembabatan (slashing)
Dongkel anak kayu merupakan kegiatan
pencabutan gulma jenis berkayu yang berada di sekitar areal
tanaman kelapa sawit. Gulma anak kayu dicabut dengan
menggunakan tangan atau mencongkel anak kayu dengan
menggunakan parang. Slashing merupakan kegiatan
membabat habis semua gulma yang tumbuh diantara
gawangan tanaman kelapa sawit dengan menggunakan
parang. Slashing digunakan untuk memberantas semua
jenis gulma kecuali anak kayu. Dongkel anak kayu dan
slashing dilakukan dengan rotasi 2 sampai 4 kali dalam
setahun.
Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 blok G5 dengan
luas 40,7 Ha. Tenaga kerja yang digunakan untuk dongkel
anak kayu dan slashing 2 HK/Ha. Menurut Risza (2010)
tujuan melakukan dongkel anak kayu yaitu untuk
mencegah timbulnya semak belukar yang menghalangi
pengamatan dan pemeliharaan kelapa sawit, serta
mencegah persaingan dalam mendapatkan zat hara dengan
tanaman utama. Pelaksanaan dongkel anak kayu dan
slashing yang dilakukan di lapangan telah sesuai dengan
SOP (Standard operational procedur) yang ada pada
perusahaan.
Menurut Risza (2010) bahwa slashing tidak boleh
bersamaan dengan dongkel anak kayu tapi harus
bergantian. Hal ini berbeda dengan yang dilaksanakan di
lapangan, karena Kegiatan yang dilakukan di Divisi 03
untuk dongkel anak kayu dan slashing dilakukan secara
bersamaan agar dapat mengefisienkan biaya yang
dikeluarkan.
B. Pengendalian gulma secara kimia
Menurut hakim (2007) bahwa pengendalian gulma dengan
menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman
pokok dikenal dengan nama herbisida. Adapun kelebihan
dan keuntungan dalam menggunakan herbisida pada
pengendalian gulma adalah :
1. Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh
bersama tanaman pokok.
2. Skala pekerjaan lebih luas.
3. Tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit.
4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan.
Lalang (Imperata cylendrica) adalah gulma yang paling
merugikan. Gulma ini mengandung alelopati yang
merupakan zat racun yang menyebabkan tanaman pokok
kekurangan unsur N. Spraying lalang dilakukan pada lalang
yang ada di areal tanaman sawit, dimana cara pengendalian
gulma lalang dibagi atas 3 yaitu spraying sheet lalang,
spraying spot lalang dan wiping. Spraying sheet lalang
merupakan Penyemprotan merata di semua lahan apabila
pertumbuhan gulma lalang sudah terlalu tebal dan merata,
sedangkan spraying spot lalang dilakukan pada lalang yang
tumbuh sedikit/jarang dan wiping dilakukan setiap bulan
setelah spot spraying pada kondisi lalang yang tumbuh
satu-satu dan terpencar. Pelaksanaan wiping dilakukan
dengan cara membersihkan sekeliling lalang lalu dilakukan
pengusapan dari pangkal sampai pucuk menggunakan kain
lap atau sarung tangan kain dengan larutan herbisida
glifosat.
Alat yang digunakan untuk spraying lalang adalah
dengan menggunakan knapsack solo dan bahan yang
digunakan adalah herbisida amiphosate dengan dosis 0,1
liter untuk 15 liter air. Herbisida amiphosate merupakan
6
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
herbisida untuk memberantas gulma setahun dan tahunan,
selain itu herbisida amiphosate adalah salah satu herbisida
untuk memberantas lalang. Herbisida ini digunakan
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kegiatan ini dilakukan di Divisi 03 blok G5
dengan luas 40,7 Ha. Spot spraying lalang dilakukan dengan
rotasi 2 kali dalam setahun. Setelah melakukan
penyemprotan lalang, lakukan penyemprotan ulang pada
lalang yang tidak mati 21 hari kemudian.
3. Penyemprotan assystasia (spraying assystasia)
yang paling penting alat ini bisa digunakan untuk spot
spraying.
4.3. Manajemen Pengendalian Gulma
Adapun manajemen pengendalian gulma yang dilaksanakan
di Divisi 03 Air Balam meliputi perancanaan (planning),
organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
4.3.1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu tindakan dalam memilih dan
menghubungkan fakta
– fakta, membuat serta
mengasumsikan masa yang akan datang terhadap masa
sekarang, dalam hal untuk merumuskan aktivitas yang
dianggap perlu diusulkan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Perencanaan dalam pengendalian gulma di
divisi 03 PT. Bakrie Sumatera Plantations disusun oleh
assistant berdasarkan keadaan di lapangan dan diajukan ke
manager kebun untuk disusun menjadi budget kebun, lalu
diusulkan kepada manager untuk disetujui oleh general
manager PT. Bakrie Sumatera Plantations.
Rencana yang akan dilaksanakan di PT. BSP unit
sumbar berdasarkan dari budget yang telah disetujui.
Budget tersebut dijabarkan menjadi budget dari divisi
masing – masing, dengan berpatokan dari budget di setiap
Divisi maka assistant akan merealisasikan setiap kegiatan
yang telah dibuat. Adapun perencanaan yang telah dibuat di
divisi 03 Air Balam dalam bentuk program kerja yang
mengacu kepada anggaran biaya tersebut. Program kerja
tersebut terdiri atas program kerja tahunan, program kerja
bulanan dan harian.
Program kerja tahunan dibuat dalam bentuk
budget keuangan dan budget produksi, sedangkan program
kerja bulanan dibuat dalam bentuk PPAB (permintaan
penggunaan anggaran biaya). Program kerja bulanan
diuraikan lagi menjadi program kerja harian yang dibuat
dalam bentuk laporan harian dan BPPB (bukti permintaan
dan pengeluaran barang).
a. Program kerja tahunan
Program kerja tahunan terdiri dari budget cost dan budget
produksi.
1. Budget cost
Budget keuangan untuk pengendalian gulma di
divisi 03 Air Balam dipengaruhi oleh kebijaksanaan manager
kebun dan berpedoman pada harga material, kebutuhan
material/Ha, upah tenaga kerja/HK dan norma standar
tenaga kerja/Ha. Penetapan harga material dalam budget
setiap tahunnya selalu berubah yang disesuaikan dengan
perkiraan harga pasar. Pembuatan rencana pengendalian
gulma di Divisi 03 Air Balam dipengaruhi terhadap keadaan
di lapangan, ketersediaan tenaga kerja, alat dan bahan yang
terdapat di gudang.
Assystasia adalah A. intrusa merupakan tumbuhan herba
yang tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak. Berbatang
lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik.
Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat
panjang,
pangkal
bulat dan
bertangkai.
Bunga
mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna
putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah
kapsul, 2-3 cm panjangnya, berbiji empat atau kurang dalam
buah kapsul (Sastroutomo,1990)
Bila biji-biji A. intrusa sudah berkecambah dan
mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma
assystasia dalam suatu lahan dan gulma ini juga akan
menyita hampir semua cadangan unsur hara yang dapat
mendukung pertumbuhan di lahan tersebut bila penyiangan
tidak tepat pada saat periode kritis. Dan bila penyiangan
tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan
berkurang akibat persaingan dengan gulma tersebut
(Sastroutomo,1990).
Pengendalian gulma di PT. Bakrie Sumatera
Plantations Divisi 03 Air Balam dilakukan dengan cara spot
spraying, ini disesuaikan dengan kondisi tumbuhan gulma
assystasia pada lahan perkebunan yang tumbuh secara
berspot – spot. Pengendalian dilakukan dengan
menggunakan peralatan spraying yaitu kep solo dan bahan
yang digunakan yaitu, DMA (dimethylamiene 2-4
dichlorophenoxy acetat).
DMA merupakan jenis herbisida yang mempunyai
bahan aktif yang bersifat sistemik. Herbisida sistemik
adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke
seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun
sampai keperakaran atau sebaliknya. DMA adalah salah satu
herbisida yang kuat dalam mengendalikan gulma berdaun
lebar. DMA merupakan herbisida untuk memberantas/
menekan pertumbuhan gulma berdaun lebar, sehingga
herbisida jenis DMA sangat cocok untuk aplikasi
pemberantasan gulma assystasia. Assystasia merupakan
jenis gulma berdaun lebar yang berbahaya bagi tanaman
pokok. Herbisida ini digunakan berdasarkan ketentuan
yang telah ditetap oleh perusahaan.
Menurut Wijaya (2010) Knapsack solo adalah jenis
alat spraying yang sistem kerjanya menggunakan tekanan
cairan yang masuk ke dalam tabung sementara sehingga
mampu menyemprot. Keunggulan dari alat knapsack solo
adalah bisa digunakan untuk semua jenis herbisida baik
sistemik ataupun kontak, bisa untuk jenis pestisida yang
mempunyai LD (Lethal Dosage), mudah digunakan serta
2. Budget produksi
Budget produksi dibuat berdasarkan persentase
pemupukan 2 tahun sebelumnya, ramalan curah hujan di
tahun yang akan datang, produksi yang diperoleh setahun
yang lalu dan dihubungkan dengan potensi produksi pada
setiap tingkat umur tanaman kelapa sawit.
b. Program kerja bulanan (PPAB)
7
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
PPAB (permintaan penggunaan anggaran belanja)
yang telah dibuat oleh assistant Divisi 03 Air Balam 10 hari
sebelum tutup buku pada akhir bulan harus diketahui dan
disahkan oleh manajer estate sebelum diajukan ke general
manager untuk disetujui. PPAB berisikan permintaan upah
tenaga kerja 1 bulan dan tidak termasuk biaya material atau
barang. Besarnya PPAB berpatokan pada anggaran bulan
sebelumnya serta tergantung pada ketersediaan tenaga kerja
pada tahun itu. PPAB Divisi 03 Air Balam dibuat 4 rangkap
untuk diketahui oleh manajer dan disetujui oleh general
manager.
c. Program kerja harian
Program kerja harian dibuat dalam bentuk laporan
dan BPPB (bukti permintaan dan pengeluaran barang).
BPPB dibuat setiap saat oleh assistant sebanyak 4 rangkap
pada hari pengambilan barang atau material yang ada di
gudang PT. BSP unit Sumbar.
Rencana kegiatan pada pengendalian gulma adalah
dongkel anak kayu, babat gawangan (slashing),
pemeliharaan pasar pikul dan di sekitar pokok tanaman
dengan menggunakan spraying, spraying lalang, serta
spraying assystasia. Rencana kebutuhan alat dibuat oleh
assistant dengan berpedoman kepada norma kebun/Ha.
Rencana kebutuhan alat dan bahan dibuat berdasarkan
kondisi lapangan dan kebutuhan pada tahun sebelumnya.
4.3.2. Organisasi (organizing)
Organisasi merupakan suatu wadah yang beranggotakan
orang – orang yang secara bersama – sama menjalankan
usaha baik karyawan, pengawas dan pimpinan perusahaan
dengan tujuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Lahan perkebunan PT. BSP unit Sumbar di Air Balam
dipimpin oleh manager, sedangkan untuk Divisi 03 Air
Balam dipimpin oleh asisstant manager. Pada pelaksanaan
pengendalian gulma assistant dibantu oleh mandor I,
mandor dan karyawan. Manager bertugas untuk
mengkoordinir, mengawasi, membina dan bertanggung
jawab atas kelancaran kegiatan baik itu mengenai tanaman
atau administrasi. Tugas assistant Divisi untuk
pengendalian gulma yaitu mengontrol, membuat rencana
kerja dan membuat laporan hasil kerja serta bertanggung
jawab atas kegiatan operasional di Divisi 03 Air Balam.
Mandor 1 pemeliharaan bertanggung jawab kepada assistant
Divisi dalam mengatur tenaga kerja untuk pengendalian
gulma yang ada di lapangan, sedangkan Mandor untuk
pengendalian gulma dibagi menjadi dua yaitu mandor
spraying, mandor dongkel anak kayu dan slashing yang
kedua tersebut bertanggung jawab kepada mandor 1
pemeliharaan dalam kegiatan mengatur serta mengawasi
tenaga kerja di lapangan, sedangkan tugas dari kerani
administrasi yaitu bertanggung jawab kepada assistant
Divisi dalam mencatat absen karyawan, kegiatan di
lapangan, administrasi dan membuat budget permintaan
barang untuk pengendalian gulma. Tenaga kerja yang ada di
Divisi 03 Air Balam bertanggung jawab kepada mandor
dalam melaksanakan kegiatan pengendalian gulma di
lapangan.
Stuktur organisasi di Divisi 03 Air Balam sudah
teratur, karena struktur organisasi di Divisi 03 Air Balam
dibagi dalam beberapa departemen sehingga dapat bekerja
secara efektif dan efisien.
4.3.3. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan kegiatan yang ada di Divisi 03 merupakan
tanggung jawab dari manager yang kemudian dilimpahkan
ke assistant Divisi 03 Air Balam. Pada administrasi assistant
dibantu oleh kerani administrasi, sedangkan untuk di
lapangan dibantu oleh mandor I pemeliharaan dan mandor.
Tugas dari mandor pemeliharaan yaitu mengatur dan
mengawasi tenaga kerja yang ada di lapangan. Seluruh
kegiatan yang ada di lapangan assistant berpedoman pada
rencana kerja yang telah disetujui oleh pihak kebun dan
berdasarkan kebijakan teknis agronomi yang dikeluarkan
oleh perusahaan.
Kegiatan yang dilakukan di Divisi 03 dimulai dari
pagi pukul 06.15 WIB. Setiap pagi assistant mengevaluasi
hasil kerja yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya
dan memberi pengarahan tentang teknis pekerjaan yang
akan dilaksanakan pada hari itu.
Pada waktu pelaksanaan di lapangan masih ada
tenaga kerja yang terlihat kurang disiplin dan rajin. Dari hal
tersebut,
sebaiknya
pihak
perusahaan
lebih
mengintensifkan pengawasan dan evaluasi permasalahan
yang terjadi pada tenaga kerja. Pelaksanaan pengendalian
gulma yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam menggunakan
dua metode yaitu metode pengendalian gulma secara
manual dan secara kimia, karena kedua metode merupakan
metode yang umum dilakukan disetiap perusahaan.
Pelaksanaan di lapangan yang telah dilakukan di Divisi 03
Air Balam untuk pengendalian gulma adalah dongkel anak
kayu, slashing (babat gawangan), spraying circle and path,
spraying lalang dan spraying Assystasia. Hal ini telah sesuai
dengan program kerja yang telah direncanakan di Divisi 03
Air Balam, dimana program kerja yang direncanakan
disesuaikan dengan rotasi pengendalian gulma dilapangan
serta biaya penggunaan alat dan bahan pada tahun
sebelumnya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik pengendalian gulma pada TM yang dilakukan di
Divisi 03 Air Balam PT. Bakrie Sumatera Plantations
Kabupaten Pasaman Barat ada 2 yaitu pengendalian
gulma secara manual, dan secara kimia. Pengendalian
gulma secara manual terdiri dari dongkel anak kayu dan
slashing (membabat), sedangkan pengendalian gulma
secara kimia terdiri dari spraying circle and path, spraying
lalang, dan spraying Assystasia.
2. Manajemen pengendalian gulma kelapa sawit di Divisi 03
Air Balam sudah berjalan dengan baik.
3. Proses manajemen pengendalian gulma pada Pelaksanaan
yang dilakukan di lapangan telah sesuai dengan yang
direncanakan, serta bentuk struktur organisasi di Divisi
03 Air Balam sudah tertata dengan baik dan pengawasan
8
Last Name, First NameAuthor 1; Last Name, First NameAuthor2/ International Journal SustaN 00 (2012) 000–000
yang dilakukan di Divisi 03 Air Balam sudah terlaksana
dengan baik.
5.2. Saran
Pengawasan dan pelaksanaan agar dapat ditingkatkan lagi
sehingga dapat mengontrol pertumbuhan gulma, dapat
dikendalikan tepat waktu, dan dapat mencapai hasil kerja
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Admosudirdjo. 2005. Pengawasan Dalam Organisasi.
http://pyia.wordpress.com/2010/01/03/tugas-teori-organisasiumum.
[2] Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas
dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius. Yogyakarta.
[3] Direkturat Jendral Perkebunan. 2014. Pengelolaan Gulma Pada
Perkebunan
Kelapa
Sawit.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-196pengelolaan-gulma-pada-perkebunan-kelapa-sawit.html.
Diakses tanggal 20 mei 2014.
[4] Fauzi, Y., Yustina E.W., Iman S. dan Rudi H. 2008. Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis usaha dan Pemasaran
Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
[5] Hakim, M. 2007. Agronomis dan manajemen Kelapa Sawit :
Buku pegangan Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit .
Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta.
[6] Mangunsoekarjo, S. dan Semangun, H. 2005. Manajemen
Agribisinis Kelapa Sawit Gajah mada Universitas Press.
Yogyakarta.
[7] Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen
Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
[8] Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun
dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
[9] Rambe, T.D, L. Pane, P. Sudharto, Caliman. 2010. Pengelolaan
Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit. PT. Smart Tbk: Jakarta.
[10] Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia.
Kanisius. Yogyakarta.
[11] Risza, S. 2012. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit.
Kanisius. Yogyakarta.
[12] Sastroutomo.1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
[13] Soerjandono, 2005. Pengendalian Gulma dengan Herbisida.
http://happyeah.yolasite.com/college/pengendalian-gulmadengan-herbisida. diakses tanggal 05 juni 2014.
[14] Sutaryono. 2014. Survei Gulma Pada Tanaman Karet di PTPN.
http://lugito-center.blogspot.com/2014/04/survei-gulma-padatanaman-karet-di-ptpn.html. diakses pada tanggal 05 juni 2014.
[15] Wijaya, L. 2010. Macam-Macam Alat Semprot Pertanian.
Universitas Jember.
[16] Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik pengendaliannya.
Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
9
Download