KETERTARIKAN ARTRHOPODA PREDATOR PADA TUMBUHAN GULMA DI AREA PERKEBUNAN KOPI (Coffea robusta Lindl.Ex DE WILL) DESA PENATARAN KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR Sri Nuryati1, Fatchur Rohman2, Suhadi2 1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No.5 Malang, Indonesia [email protected] ABSTRAK: Penelitian mengenai ketertarikan arthropoda predator pada tumbuhan gulma di area perkebunan kopi robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) telah dilakukan dengan tujuan mengetahui (1) jenis tumbuhan gulma pada area perkebunan kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will), (2) jenis tumbuhan gulma yang dominan, (3) jenis-jenis arthropoda predator yang ditemukan, (4) frekuensi kunjungan artrhopada predator yang terbanyak pada tumbuhan gulma dominan, (5) distribusi temporal artrhopoda predator pada tumbuhan gulma dominan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Penentuan tumbuhan gulma uji berdasarkan INP tertinggi. Uji ketertarikan arthropoda predator pada tumbuhan uji menggunakan visual control. Waktu pengamatan dilakukan pada pukul 08.00-08.20, dan 12.00-12.20. Data frekuensi kunjungan Arthropoda predator terhadap tumbuhan uji dihitung dengan persentase kemudian dideskripsikan. Tumbuhan gulma yang ditemukan di perkebunan kopi meliputi 9 spesies yang termasuk dalam 5 suku yaitu Amarantaceae, Asteraceae, Poaceae, Rubiaceae, dan Commelinaceae. Tumbuhan gulma yang dominan adalah Wedelia biflora (L.) DC. dan Ageratum conyzoides L. Predator yang ditemukan terdiri dari 8 spesies yaitu Iridomyrm sp, Cordulegaster maculata, Phyllanthus bilunatus, Pardosa pseudoannulata, Apis mellifera, Paria. sp, Allograpta obliqua, dan Mantis religiosa. Berdasarkan 2 nilai INP tertinggi Frekuensi kunjungan Pardosa pseudoannulata memiliki ketertarikan paling banyak pada tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki Frekuensi kunjungnan paling banyak pada tumbuhan Ageratum conyzoides L. Arthropoda predator pada tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC lebih aktif pada siang hari dan pada tumbuhan Ageratum conyzoides L lebih aktif pada pagi hari. Kata Kunci: ketertarikan, arthropoda predator, tumbuhan gulma, dan perkebunan kopi Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke-3 di dunia, tetapi hanya sedikit kopi yang diproduksi, hal ini dikarenakan rendahnya kualitas kopi di Indonesia. Padahal produksi kopi di Indonesia cukup bamyak, namun Indonesia masih belum mampu menguasai pasar EU (Simamora.,et al (2014). Wiryadiputra, 2006 menyatakan dalam penelitiannya yaitu rendahnya kualitas kopi Indonesia dikarenakan adanya hama penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) yang menrupakan hama utama pada tanaman kopi. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini berpengaruh langsung, sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas kopi di Indonesia. Arthropoda predator yang di temukan pada area perkebunan kopi saat ini yaitu laba-laba, Nephus.spp (Coccinellidae) yang merupakan predator hama kutu putih, dan serangga Curinus coeroleus (Coccinellidae) sebagai predator pada hama kutu loncat yang juga dapat bertindak sebagai predator hama kutu putih. Arthropoda predator merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga keseimbangan Agroekosistem. Banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan arthropoda predator dalam suatu Agroekosistem. 1 2 Retno, 2014 menyatakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keberadaan musuh alami/ predator adalah dengan menyediakan habitat yang sesuai dan disukai untuk perkembangannya. Tempat yang cocok untuk dijadikan mikrohabitat yang sesuai bagi arthropoda predator yaitu tumbuhan gulma atau tumbuhan liar, sehingga arthropoda predator dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas reproduksi, serta mendapatkan makanan alternatif. Gulma atau rumput-rumputan memiliki polen yang dapat dimanfaatkan untuk pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang biak sebelum inang atau mangsa utama ada di pertanaman. Selain sebagai tempat berlindung dan sumber pakan tambahan, tumbuhan gulma juga seringkali dipilih sebagai tempat bertelur (Karindah et.,al 2011). Retno (2014) menyatakan bahwa serangga yang tertarik pada tumbuhan yang digunakan sebagai habitat dan sumber pakan dikarenakan pada tumbuhan tersebut terdapat senyawa kairomon, selain itu tumbuhan gulma yang berbunga juga dapat menarik datangnya arthropoda predator. Senyawa koiromon yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut akan mempengaruhi keputusan serangga dalam memilih jenis tanaman yang akan dikunjunginya. Kekhususan senyawa koiromon tumbuhan tertentu, membuat serangga dapat mendeteksi keberadaan jenis tumbuhan yang disukainya. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mengetahui (1) jenis tumbuhan gulma pada area perkebunan kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will), (2) jenis tumbuhan gulma yang dominan, (3) jenis-jenis arthropoda predator yang ditemukan, (4) frekuensi kunjungan artrhopada predator yang terbanyak pada tumbuhan gulma dominan, (5) distribusi temporal artrhopoda predator pada tumbuhan gulma dominan. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif yang memaparkan tentang ketertarikan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma di Lahan Perkebunan Kopi Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua predator yang terdapat pada perkebunan kopi dan sampelnya adalah arthropoda predator yang di temukan atau teridentifikasi pada 2 tumbuhan gulma dominan. Untuk mengetahui spesies tumbuhan gulma menggunakan metode Analisis Vegetasi kuadran dan tumbuhan gulma diidentifikasi dengan buku Flora of Java. Penentuan tumbuhan gulma dominan dengan menghitung INP menggunakan rumus: Kr A = Fr A = Σ Individu yang dihitung Σ total seluruh individu x 100% Frekuensi individu yang dihitung Frekuensi seluruh individu x 100% INP = Kr + Fr Untuk mengetahui spesies arthropoda predator menggunakan swing net yang diayunkan sebanyak 5 kali secara kontinyu pada kanopi tumbuhan gulma. Identifikasi arthropoda predator menggunakan buku Pengenalan Pelajaran Serangga (Borror, et al., 1992) dan Bugguide (Iowa State University Departement of Entomology, 2003-2015). Uji ketertarikan arthropoda predator dilakukan pada 3 tumbuhan uji menggunakan “Visual Control”. Waktu pengamatan dilakukan pada pukul 08.00-08.20, dan 12.00-12.20. HASIL 1. Spesies Tumbuhan Gulma yang terdapat di Area Perkebunan Coffea robusta Lindl.Ex De Will Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Hasil pengambilan data tumbuhan gulma ditemukan 9 spesies tumbuhan gulma yang termasuk dalam 5 famili yaitu famili Asteraceae, Amarantaceae, Poaceae, Rubiaceae, dan Commelinaceae. Data hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1:Spesies Tumbuhan Gulma yang di temukan di Area Perkebunan Kopi Robusta No 1. Famili Asteraceae 2. Amarantaceae 3. 4. 5. Poaceae Rubiaceae Commelinaceae Genus Wedelia Ageratum Mikania Synedrela Gomphrena Amaranthus Cynodon Borreria Commelina Spesies Wedelia biflora (L.) DC. Ageratum conyzoides L. Mikania micrantha Kunth Synedrela nodiflora (L.) Gaertn. Gomphrena. sp Amaranthus blitum Miq Cynodon dactylon (L.) Pers. Borreria laevis (Lamk.) Griseb Commelina benghalensi L. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perkebunan kopi ini ditemukan 9 spesies tumbuhan gulma yang termasuk dalam 5 famili. Famili yang anggota spesiesnya paling banyak adalah famili Asteraceae yang terdiri dari 4 macam spesies. 2. Spesies Tumbuhan Gulma yang Mendominasi di Area Perkebunan Coffea robusta Lindl.Ex De Will Robusta Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Berdasarkan hasil pengamatan data tumbuhan gulma dari 9 spesies yang terdapat di perkebunan kopi ditemukan 2 jenis tumbuhan gulma yang dominan. Data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2:Spesies Tumbuhan Gulma yang Mendominasi dan memiliki Indeks Nilai Penting (INP) Tertinggi. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC. Ageratum conyzoides L. Gomphrena. sp Amaranthus blitum Miq Commelina benghalensi L. Mikania micrantha Kunth Synedrela nodiflora (L.) Gaertn Cynodon dactylon (L.) Pers. Richardia brasiliensis Gomez Jumlah Kr (Kerapatan Relatif) (%) 46,825 16,402 8,995 7,672 6,878 6,614 2,646 2,91 1,058 100 Fr (Frekuensi Relatif) (%) INP (%) 22,388 16,418 13,433 11,94 11,94 8,955 7,463 4,478 2,985 100 69,213 32,82 22,428 19,612 18,818 15,569 10,109 7,388 4,043 200 4 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa 2 tumbuhan gulma yang dominan yaitu Wedelia biflora (L.) DC. sebesar 69,213% dan Ageratum conyzoides L sebesar 32,82%. Tingginya Indeks Nilai Penting membuktikan bahwa pada area perkebunan Coffea robusta Lindl.Ex De Will didominasi oleh tumbuhan gulma suku Asteraceae.. 3. Spesies arthropoda predator yang ditemukan di area perkebunan kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Data hasil identifikasi arthropoda predator diperkebunan kopi robusta ditemukan 8 spesies predator yang termasuk dalam famili yang berbeda-beda. Data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3: Spesies Arthropoda Predator yang terdapat di Area Perkebunan Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Famili Formicidae Cordulegastridae Crabronidae Lycosidae Apidae Chrysomelidae Syrpidae Mantidae Genus Iridomyrmex Cordulegaster Phyllanthus Pardosa Apis Paria Allograpta Mantis Spesies Iridomyrmex sp Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Mantis religiosa Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan 8 spesies arthropoda predator yang termasuk dalam beberapa famili yang berbeda. Hal ini menunjukkan beranekaragamnya arthropoda predator pada perkebunan kopi robusta di Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. 4. Ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan Frekuensi Kunjungan pada Tumbuan Gulma Dominan di Area Perkebunan Coffea robusta Lindl.Ex De Will Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Hasil pengamatan ketertarikan Arthropoda Predator terhadap tumbuhan gulma menunjukkan bahwa, frekuensi kunjungan setiap spesies berbeda-beda. Data dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC.dikunjungi oleh 7 jenis Arthropoda Predator, sedangkan pada tumbuhan Ageratum conyzoides L di kunjungi oleh 6 jenis Arthropoda Predator. Pardosa pseudoannulata memiliki frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L. 5 Tabel 4: Frekuensi kunjungan Arthropoda Predator yang terdapat pada Tumbuhan Gulma di Area Perkebunan Kopi Robusta selama 20 menit No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Arthropoda Predator yang Berkunjung Iridomyrmex Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Mantis religiosa Tumbuhan Gulma Wedelia biflora Ageratum conizoides (kali/20 menit) (kali/20 menit) 5 29 4 3 6 0 17 10 12 6 2 0 6 4 0 3 5. Distribusi Temporal Arthropoda Predator yang terdapat pada Tumbuhan Gulma Dominan di Area Perkebunan Kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Distibusi temporal arthropoda predator pada perkebunan kopi dapat dilihat berdasarkan jumlah tiap spesies dari pengambilan data yaitu pada pagi (08.00-08.20), dan siang (12.00-12.20). Pengambilan data dilakukan berdasarkan frekuensi kunjungan arthropoda predator terhadap tumbuhan gulma Wedelia biflofa (L.) DC dan Ageratum conyzoides L. Data dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5: Distribusi Temporal Arthropoda Predator pad Pagi (08.00-08.20) dan siang (12.00-12.20) Berdasarkan Frekunsi Kunjungan terhadap Tumbuhan Gulma Wedelia biflofa (L.) DC dan Ageratum conyzoides L. Tumbuhan gulma Arthropoda yang Berkunjung W. biflora Iridomyrmex Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Mantis religiosa Jumlah A. conyzoides Jumlah Iridomyrmex Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Mantis religiosa Pagi (08.00-08.20) (kali/20 menit) 4 2 2 10 3 0 2 0 23 18 1 0 7 3 0 2 3 34 Siang (12.00-12.20) (kali/20 menit) 1 2 4 7 9 2 4 0 29 11 2 0 3 3 0 2 0 21 Data dari tabel 5 dapat diubah menjadi diagram batang yang tertera pada Gambar 1. 6 Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator (kali/20 menit) 15 10 5 0 Pagi Siang Iridomyrmex Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Frekuensi Kunjungan Arthropoda Predator (kali/ 20 menit) Waktu Pengambilan (a) 20 10 0 Pagi Siang Iridomyrmex Cordulegaster maculata Phyllanthus bilunatus Pardosa pseudoannulata Apis mellifera Paria. sp Allograpta obliqua Mantis religiosa Waktu Pengambilan (a) Gambar 4.1: Distribusi Temporal Arthropoda Predator pada Tumbuhan Gulma (a) Wedelia biflora, (b) Ageratum conyzoides di Area Perkebunan Kopi Robusta Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.1 menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan setiap jenis arthropoda predator mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu pagi dan siang. Pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC yang frekuensi kunjungan paling banyak yaitu Pardosa pseudoannulatapada pagi hari dan Apis mellifera pada siang hari. Sedangkan pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L arthropoda jenis Iridomyrmex frekuensi kunjungan paling banyak terjadi pada pagi maupun siang. Berdasarkan jumlah keseluruhan dari data pada tabel 4.5 bahwa arthropoda predator pada tumbuhan gulma Wedelia biflora(L.) DC lebih aktif pada siang hari, sedangkan pada tumbuhan gulma Ageratum conycoides.L jumlah secara keseluruhan arthropoda predator yang ditemukan lebih aktif pada pagi hari. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan gulma menunjukkan bahwa tumbuhan gulma yang paling banyak di temukan yaitu famili Asteraceae yang terdiri dari 4 spesies. Melimpahnya suku Asteracea yang ditemukan, dikarenakan suku ini dapat berkembangbiak melalui biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat basah dan tahan terhadap naungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maisyaroh (2010) yaitu terjadinya perbedaan jumlah spesies dikarenakan adaptasi dan kebutuhan pada setiap spesies berbeda. Pada penelitian ini gulma famili Asteraceae ditemukan lebih banyak dari pada gulma famili lain. Penyebab beragamnya Asteraceae dikarenakan oleh struktur tanah yang mendukung terjadinya proses perkecambahan yang lebih cepat. Suryaningsih., et al (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gulma suku Asteraceae dalam pertumbuhannya memerlukan banyak air untuk mempercepat proses petumbuhan. Gulma suku Asteraceae banyak ditemukan karna tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji, selain itu tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan 7 lingkungannya, seperti sedikit air maupun tempat basah dan juga tahan terhadap naungan. Tumbuhan gulma dominan yang ditemukan di perkebunan kopi robusta adalah Wedeia biflora (L.) DC sebesar 69,213% dan Ageratum conyzoides L sebesar 32,82%. Menurut Syafei (1990) dalam Maisyaroh (2010) menyatakan bahwa adanya spesies yang mendominasi dapat dipengaruhi oleh faktor antara lain yaitu persaingan antar tumbuhan yang berkaitan dengan iklim dan mineral yang dibutuhkan oleh suatu tumbuhan. Jadi jika iklim dan mineral yang dibutuhkan memenuhi, maka spesies tersebut akan lebih unggul. Pada perkebunan kopi robusta ditemukan 8 spesies arthropoda predator yaitu Iridomyrmex sp (famili Formicidae), Cordulegaster maculate (Famili Cordulegastridae), Phyllanthus bilunatus (Famili Crabronidae), Pardosa pseudoannulata (Famili Lycosidae), Apis mellifera (Famili Chrysomelidae), Paria. sp (Famili Apidae), Allograpta oblique (Famili Syrpidae), dan Mantis religiosa (Famili Mantidae) antara 8 spesies tersebut yang paling banyak dijumpai adalah Iridomyrmex sp (famili Formicidae) dan Pardosa pseudoannulata (Famili Lycosidae). Beragamnya jenis arthropoda predator yang ditemukan di perkebunan kopi robusta menunjukkan bahwa perkebunan tersebut tidak banyak menggunakan insektisida sintetik. Sehingga keanekaragaman arthropoda maupun serangga lain masih tetap terjaga. Selain itu, beragamnya arthropoda predator pada perkebunan kopi juga disebabkan oleh banyaknya tumbuhan gulma yang masih tumbuh di perkebunan kopi tersebut, sehingga arthropoda predator memiliki tempat berlindung dan berkembang biak. Berdasarkan hasil penelitian ketertarikan menunjukkan bahwa tumbuhan Wedelia biflora(L.) DC dikunjungi oleh 7 spesies, sedangkan tumbuhan Ageratum conyzoide L dikunjungi oleh 6 spesies Arthropoda predator. Hal ini menunjukkna bahwa arthropoda predator lebih tertarik pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC dari pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L. Ketertarikkan arthropoda predator pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC dikarenakan pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC lebih banyak mengeluarkan senyawa volatil dari pada tumbuhan Ageratum conyzoides L. Sehingga arthropoda predator lebih menyukai tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC. Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian Retno (2014) yakni serangga tertarik pada tumbuhan gulma di karenakan tumbuhan gulma tersebut mengeluarkan senyawa volatil yaitu kairomon, senyawa ini mudah menguap di udara. Seleksi inang bau yang di keluarkan oleh senyawa volatil merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman. Senyawa inilah yang nantinya dapat mengarahkan serangga pada tanaman. Setelah terjadi kontak antara serangga dengan inang (tanaman), maka nantinya informasi yang diterima oleh indera pencium atau peraba dan reseptor kimia akan menentukan serangga tersebut tinggal atau pergi dari tanaman tersebut (Wijaya, 2007). Tumbuhan gulma yang disukai oleh serangga nantinya akan dijadikan sebagai habitat oleh serangga tersebut baik itu predator, parasitoid, ataupun hama. Selain dijadikan sebagai tempat habitat, tumbuhan gulma tersebut juga digunakan sebagai pakan alternatif dan tempat peletakan telur oleh serangga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karindah., et al (2011) yaitu tumbuhan gulma selain sebagai tempat berlindung dan sumber pakan juga di gunakan sebagai tempat bertelur. 8 Tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC dan Ageratum conyzoides L di area perkebunan kopi berpotensi sebagai tanaman refugia, karena tanaman ini mampu menarik datangnya arthropoda predator. Adanya tumbuhan refugia dalam agroekosistem dapat melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman arthropoda predator. Hal ini didukung dengan pernyataan Rohman (2008) yaitu tumbuhan gulma berpotensi sebagai tumbuhan refugia bagi arthropoda predator dan parasitoit. Dalam penelitian ini arthropoda predator Pardosa pseudoannulata memiliki frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L . Shepard (1987) dan Tulung (1999) dalam penelitiannya menyatakan Pardosa pseudoannulata berperan sebagai predator yang merupakan pemburu mangsa yang aktif berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti wereng, selain itu Pardosa pseudoannulata juga dapat memangsa larva Lepidoptera. Pardosa pseudoannulata dapat menekan hama sebelum populasinya meningkat ke arah yang merusak tanaman budidaya (Aprilizah, 2006). Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2002 bahwa Iridomyrmex juga berperan sebagai predator yaitu memangsa berbagai jenis serangga hama yang terdapat di kopi salah satu contohnya yaitu kepik. Aktivitas keberadaan serangga di alam dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Serangga atau arthropoda beraktivitas pada kondisi lingkungan yang optimal, sedangkan kondisi lingkungan yang kurang optimal aktivitas serangga menjadi rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas serangga yaitu intensitas cahaya. Cahaya matahari digunakan oleh serangga sebagai penanda untuk aktivitas tertentu seperti dalam pencarian makan, molting, ataupun reproduksi. Cahaya tersebut masuk dalam mata faset yang dimiliki oleh suatu serangga dan diterima oleh reseptor (Aditamadan Kurniawan, 2013). Kisaran suhu yang efektik untuk serangga adalah 150 C (minimum), 250 C (Optimum), dan 450 C (maksimum). Suhu optimum sangat mendukung untuk keberlangsungan hidup serangga (Wardani., et al. 2013). Maka dari itu suhu pada perkebunan mendukung untuk kehidupan serangga. Hal ini dikarenakan suhu pada perkebunan kopi pada waktu pagi,siang dan sore yaitu 300 C 32,90 C, yang masih termasuk dalam rentangan suhu maksimum. KESIMPULAN Tumbuhan gulma yang ditemukan di perkebunan kopi meliputi 9 spesies yang termasuk dalam 5 suku. Suku Amarantaceae, Asteraceae, Poaceae, Rubiaceae, dan Commelinaceae. Tumbuhan gulma yang dominan yaitu Wedelia biflora (L.) DC. dan Ageratum conyzoides L. Predator yang ditemukan terdiri dari 8 spesies yaitu Iridomyrm sp, Cordulegaster maculata, Phyllanthus bilunatus, Pardosa pseudoannulata, Apis mellifera, Paria. sp, Allograpta obliqua, dan Mantis religiosa. Berdasarkan 2 nilai INP tertinggi Frekuensi kunjungan Pardosa pseudoannulata memiliki ketertarikan paling banyak pada tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki Frekuensi kunjungnan paling banyak pada tumbuhan Ageratum conyzoides L. Arthropoda predator pada tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC lebih aktif pada siang hari dan pada tumbuhan Ageratum conyzoides L lebih aktif pada pagi hari. 9 DAFTAR RUJUKAN Aditama, R. C dan Kurniawan, N. 2013. Struktur Komunitas Serangga Nokturnal Area Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Malang, Jurnal Biotropoka Vol. 1 No. 4. Aprilizah, T. 2006. Pengaruh Kerapatan Predator terhadap Pemangsa Larva Spedoptera litura F. (Lipedoptera: Noctuidae). Institut Pertanian Bogor. Skripsi diterbitkan. Borror, D.J., Triplehorn C.A. dan Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga (Diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono). Yogyakarta: Gajah Mada university Press Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Karindah. S, Purwaningsih. A, Astuti. L.P & Agustina. A. 2011. Ketertarikan Anaxipha longipennisServille (Orthoptera: Gryllidae) terhadap Beberapa Jenis Gulma di Sawah sebagai Tempat Bertelur. Jurnal Entomol. Indon., April 2011, Vol. 8, No. 1, 27-35 Maisyaroh.W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Raya R. Soerjo Cangar Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol. 1 No.1 Retno. R. S. 2014. Preferensi Arthropoda Terhadap Tumbuhan Liar di Area Kebun Teh Afdeling Wonosari, Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Flore Volume 1 No.2 Rohman. F. 2008. Struktur Komunitas Tumbuhan Liar dan Arthropoda Sebagai Komponen Evaluasi Agroekosistem Di Kebun Teh Wonosari Singosari Kabupaten Malang, Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya. Simamora. S.D, Safira. M, Laksono. R, Anandhika. M.R, dan Rahayu. N. 2014. Market Brief Langkah dan Strategi Ekspor Ke Unit Eropa: Produksi Kopi. Suryaningsih, Joni. M, dan Darmadi. A. A. K. 2011. Inventarisasi Gulma pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak, Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis I Vol.(1), No. 1-8. Wardani, F. S., Leksono, A. S., dan Yanuwiadi, B. 2013. Ketertarikan Arthropoda pada Blok Refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum, Commelina diffusa) di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo. Malang. Jurnal Biotropika Vol. 1 No. 2. Wijaya. I. N. 2007. Preferensi Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae) pada Beberapa Jenis Tanaman Jeruk. Jurnal Agritrop, Vol. 26, No. 3. Wiryadiputra, S. 2006. Penggunaan Perangkat dalam Pengendalian Hama Pnggerek Buah Kopi (PBKo, Hypothenemu hampei), Jurnal Pelita Perkebunan Vol. 22 No. 2.