KETERTARIKAN ARTRHOPODA PREDATOR PADA TUMBUHAN

advertisement
KETERTARIKAN ARTRHOPODA PREDATOR PADA TUMBUHAN
GULMA DI AREA PERKEBUNAN KOPI (Coffea robusta Lindl.Ex DE WILL)
DESA PENATARAN KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR
Sri Nuryati1, Fatchur Rohman2, Suhadi2
1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian mengenai ketertarikan arthropoda predator pada tumbuhan
gulma di area perkebunan kopi robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will) telah
dilakukan dengan tujuan mengetahui (1) jenis tumbuhan gulma pada area
perkebunan kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will), (2) jenis tumbuhan gulma yang
dominan, (3) jenis-jenis arthropoda predator yang ditemukan, (4) frekuensi
kunjungan artrhopada predator yang terbanyak pada tumbuhan gulma dominan, (5)
distribusi temporal artrhopoda predator pada tumbuhan gulma dominan. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif.
Penentuan tumbuhan gulma uji berdasarkan INP tertinggi. Uji ketertarikan
arthropoda predator pada tumbuhan uji menggunakan visual control. Waktu
pengamatan dilakukan pada pukul 08.00-08.20, dan 12.00-12.20. Data frekuensi
kunjungan Arthropoda predator terhadap tumbuhan uji dihitung dengan persentase
kemudian dideskripsikan. Tumbuhan gulma yang ditemukan di perkebunan kopi
meliputi 9 spesies yang termasuk dalam 5 suku yaitu Amarantaceae, Asteraceae,
Poaceae, Rubiaceae, dan Commelinaceae. Tumbuhan gulma yang dominan adalah
Wedelia biflora (L.) DC. dan Ageratum conyzoides L. Predator yang ditemukan
terdiri dari 8 spesies yaitu Iridomyrm sp, Cordulegaster maculata, Phyllanthus
bilunatus, Pardosa pseudoannulata, Apis mellifera, Paria. sp, Allograpta obliqua,
dan Mantis religiosa. Berdasarkan 2 nilai INP tertinggi Frekuensi kunjungan
Pardosa pseudoannulata memiliki ketertarikan paling banyak pada tumbuhan
Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki Frekuensi kunjungnan
paling banyak pada tumbuhan Ageratum conyzoides L. Arthropoda predator pada
tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC lebih aktif pada siang hari dan pada tumbuhan
Ageratum conyzoides L lebih aktif pada pagi hari.
Kata Kunci: ketertarikan, arthropoda predator, tumbuhan gulma, dan perkebunan kopi
Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke-3 di dunia, tetapi hanya sedikit
kopi yang diproduksi, hal ini dikarenakan rendahnya kualitas kopi di Indonesia.
Padahal produksi kopi di Indonesia cukup bamyak, namun Indonesia masih belum
mampu menguasai pasar EU (Simamora.,et al (2014). Wiryadiputra, 2006
menyatakan dalam penelitiannya yaitu rendahnya kualitas kopi Indonesia
dikarenakan adanya hama penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) yang
menrupakan hama utama pada tanaman kopi. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama
ini berpengaruh langsung, sehingga menyebabkan penurunan produksi dan kualitas
kopi di Indonesia. Arthropoda predator yang di temukan pada area perkebunan kopi
saat ini yaitu laba-laba, Nephus.spp (Coccinellidae) yang merupakan predator hama
kutu putih, dan serangga Curinus coeroleus (Coccinellidae) sebagai predator pada
hama kutu loncat yang juga dapat bertindak sebagai predator hama kutu putih.
Arthropoda predator merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga
keseimbangan Agroekosistem. Banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan
dan melestarikan keberadaan arthropoda predator dalam suatu Agroekosistem.
1
2
Retno, 2014 menyatakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keberadaan
musuh alami/ predator adalah dengan menyediakan habitat yang sesuai dan disukai
untuk perkembangannya. Tempat yang cocok untuk dijadikan mikrohabitat yang
sesuai bagi arthropoda predator yaitu tumbuhan gulma atau tumbuhan liar, sehingga
arthropoda predator dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas reproduksi, serta
mendapatkan makanan alternatif.
Gulma atau rumput-rumputan memiliki polen yang dapat dimanfaatkan untuk
pelestarian parasitoid dan predator sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan
berkembang biak sebelum inang atau mangsa utama ada di pertanaman. Selain
sebagai tempat berlindung dan sumber pakan tambahan, tumbuhan gulma juga
seringkali dipilih sebagai tempat bertelur (Karindah et.,al 2011). Retno (2014)
menyatakan bahwa serangga yang tertarik pada tumbuhan yang digunakan sebagai
habitat dan sumber pakan dikarenakan pada tumbuhan tersebut terdapat senyawa
kairomon, selain itu tumbuhan gulma yang berbunga juga dapat menarik datangnya
arthropoda predator. Senyawa koiromon yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut
akan mempengaruhi keputusan serangga dalam memilih jenis tanaman yang akan
dikunjunginya. Kekhususan senyawa koiromon tumbuhan tertentu, membuat
serangga dapat mendeteksi keberadaan jenis tumbuhan yang disukainya.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mengetahui (1) jenis
tumbuhan gulma pada area perkebunan kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will), (2)
jenis tumbuhan gulma yang dominan, (3) jenis-jenis arthropoda predator yang
ditemukan, (4) frekuensi kunjungan artrhopada predator yang terbanyak pada
tumbuhan gulma dominan, (5) distribusi temporal artrhopoda predator pada
tumbuhan gulma dominan.
METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif
yang memaparkan tentang ketertarikan Arthropoda Predator pada tumbuhan gulma di
Lahan Perkebunan Kopi Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua predator yang terdapat pada perkebunan
kopi dan sampelnya adalah arthropoda predator yang di temukan atau teridentifikasi
pada 2 tumbuhan gulma dominan.
Untuk mengetahui spesies tumbuhan gulma menggunakan metode Analisis
Vegetasi kuadran dan tumbuhan gulma diidentifikasi dengan buku Flora of Java.
Penentuan tumbuhan gulma dominan dengan menghitung INP menggunakan rumus:
Kr A =
Fr A =
Σ Individu yang dihitung
Σ total seluruh individu
x 100%
Frekuensi individu yang dihitung
Frekuensi seluruh individu
x 100%
INP = Kr + Fr
Untuk mengetahui spesies arthropoda predator menggunakan swing net yang
diayunkan sebanyak 5 kali secara kontinyu pada kanopi tumbuhan gulma.
Identifikasi arthropoda predator menggunakan buku Pengenalan Pelajaran Serangga
(Borror, et al., 1992) dan Bugguide (Iowa State University Departement of
Entomology, 2003-2015). Uji ketertarikan arthropoda predator dilakukan pada
3
tumbuhan uji menggunakan “Visual Control”. Waktu pengamatan dilakukan pada
pukul 08.00-08.20, dan 12.00-12.20.
HASIL
1. Spesies Tumbuhan Gulma yang terdapat di Area Perkebunan Coffea
robusta Lindl.Ex De Will Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar.
Hasil pengambilan data tumbuhan gulma ditemukan 9 spesies tumbuhan gulma
yang termasuk dalam 5 famili yaitu famili Asteraceae, Amarantaceae, Poaceae,
Rubiaceae, dan Commelinaceae. Data hasil pengamatan disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1:Spesies Tumbuhan Gulma yang di temukan di Area Perkebunan Kopi
Robusta
No
1.
Famili
Asteraceae
2.
Amarantaceae
3.
4.
5.
Poaceae
Rubiaceae
Commelinaceae
Genus
Wedelia
Ageratum
Mikania
Synedrela
Gomphrena
Amaranthus
Cynodon
Borreria
Commelina
Spesies
Wedelia biflora (L.) DC.
Ageratum conyzoides L.
Mikania micrantha Kunth
Synedrela nodiflora (L.) Gaertn.
Gomphrena. sp
Amaranthus blitum Miq
Cynodon dactylon (L.) Pers.
Borreria laevis (Lamk.) Griseb
Commelina benghalensi L.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perkebunan kopi ini ditemukan
9 spesies tumbuhan gulma yang termasuk dalam 5 famili. Famili yang anggota
spesiesnya paling banyak adalah famili Asteraceae yang terdiri dari 4 macam spesies.
2. Spesies Tumbuhan Gulma yang Mendominasi di Area Perkebunan Coffea
robusta Lindl.Ex De Will Robusta Desa Penataran Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar
Berdasarkan hasil pengamatan data tumbuhan gulma dari 9 spesies yang
terdapat di perkebunan kopi ditemukan 2 jenis tumbuhan gulma yang dominan. Data
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2:Spesies Tumbuhan Gulma yang Mendominasi dan memiliki Indeks
Nilai Penting (INP) Tertinggi.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis Tumbuhan
Wedelia biflora (L.) DC.
Ageratum conyzoides L.
Gomphrena. sp
Amaranthus blitum Miq
Commelina benghalensi L.
Mikania micrantha Kunth
Synedrela nodiflora (L.) Gaertn
Cynodon dactylon (L.) Pers.
Richardia brasiliensis Gomez
Jumlah
Kr
(Kerapatan
Relatif) (%)
46,825
16,402
8,995
7,672
6,878
6,614
2,646
2,91
1,058
100
Fr (Frekuensi
Relatif) (%)
INP (%)
22,388
16,418
13,433
11,94
11,94
8,955
7,463
4,478
2,985
100
69,213
32,82
22,428
19,612
18,818
15,569
10,109
7,388
4,043
200
4
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa 2 tumbuhan gulma yang dominan
yaitu Wedelia biflora (L.) DC. sebesar 69,213% dan Ageratum conyzoides L sebesar
32,82%. Tingginya Indeks Nilai Penting membuktikan bahwa pada area perkebunan
Coffea robusta Lindl.Ex De Will didominasi oleh tumbuhan gulma suku Asteraceae..
3. Spesies arthropoda predator yang ditemukan di area perkebunan kopi
(Coffea robusta Lindl.Ex De Will) Desa Penataran Kecamatan Nglegok
Kabupaten Blitar
Data hasil identifikasi arthropoda predator diperkebunan kopi robusta
ditemukan 8 spesies predator yang termasuk dalam famili yang berbeda-beda. Data
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3: Spesies Arthropoda Predator yang terdapat di Area Perkebunan
Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.Ex De Will)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Famili
Formicidae
Cordulegastridae
Crabronidae
Lycosidae
Apidae
Chrysomelidae
Syrpidae
Mantidae
Genus
Iridomyrmex
Cordulegaster
Phyllanthus
Pardosa
Apis
Paria
Allograpta
Mantis
Spesies
Iridomyrmex sp
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Mantis religiosa
Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan 8 spesies arthropoda predator yang termasuk
dalam beberapa famili yang berbeda. Hal ini menunjukkan beranekaragamnya
arthropoda predator pada perkebunan kopi robusta di Desa Penataran Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar.
4. Ketertarikan Arthropoda Predator berdasarkan Frekuensi Kunjungan pada
Tumbuan Gulma Dominan di Area Perkebunan Coffea robusta Lindl.Ex De
Will Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Hasil pengamatan ketertarikan Arthropoda Predator terhadap tumbuhan gulma
menunjukkan bahwa, frekuensi kunjungan setiap spesies berbeda-beda. Data dapat
dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC.dikunjungi oleh 7 jenis Arthropoda Predator,
sedangkan pada tumbuhan Ageratum conyzoides L di kunjungi oleh 6 jenis
Arthropoda Predator. Pardosa pseudoannulata memiliki frekuensi kunjungan atau
ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC. Sedangkan
Iridomyrmex memiliki frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada
tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L.
5
Tabel 4: Frekuensi kunjungan Arthropoda Predator yang terdapat pada
Tumbuhan Gulma di Area Perkebunan Kopi Robusta selama 20 menit
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Arthropoda Predator yang
Berkunjung
Iridomyrmex
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Mantis religiosa
Tumbuhan Gulma
Wedelia biflora
Ageratum conizoides
(kali/20 menit)
(kali/20 menit)
5
29
4
3
6
0
17
10
12
6
2
0
6
4
0
3
5. Distribusi Temporal Arthropoda Predator yang terdapat pada Tumbuhan
Gulma Dominan di Area Perkebunan Kopi (Coffea robusta Lindl.Ex De Will)
Desa Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Distibusi temporal arthropoda predator pada perkebunan kopi dapat dilihat
berdasarkan jumlah tiap spesies dari pengambilan data yaitu pada pagi (08.00-08.20),
dan siang (12.00-12.20). Pengambilan data dilakukan berdasarkan frekuensi
kunjungan arthropoda predator terhadap tumbuhan gulma Wedelia biflofa (L.) DC
dan Ageratum conyzoides L. Data dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5: Distribusi Temporal Arthropoda Predator pad Pagi (08.00-08.20) dan
siang (12.00-12.20) Berdasarkan Frekunsi Kunjungan terhadap
Tumbuhan Gulma Wedelia biflofa (L.) DC dan Ageratum conyzoides
L.
Tumbuhan
gulma
Arthropoda yang
Berkunjung
W. biflora
Iridomyrmex
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Mantis religiosa
Jumlah
A. conyzoides
Jumlah
Iridomyrmex
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Mantis religiosa
Pagi
(08.00-08.20)
(kali/20 menit)
4
2
2
10
3
0
2
0
23
18
1
0
7
3
0
2
3
34
Siang
(12.00-12.20)
(kali/20 menit)
1
2
4
7
9
2
4
0
29
11
2
0
3
3
0
2
0
21
Data dari tabel 5 dapat diubah menjadi diagram batang yang tertera pada Gambar 1.
6
Frekuensi Kunjungan
Arthropoda Predator
(kali/20 menit)
15
10
5
0
Pagi
Siang
Iridomyrmex
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Frekuensi Kunjungan
Arthropoda Predator
(kali/ 20 menit)
Waktu Pengambilan
(a)
20
10
0
Pagi
Siang
Iridomyrmex
Cordulegaster maculata
Phyllanthus bilunatus
Pardosa pseudoannulata
Apis mellifera
Paria. sp
Allograpta obliqua
Mantis religiosa
Waktu Pengambilan
(a)
Gambar 4.1: Distribusi Temporal Arthropoda Predator pada Tumbuhan Gulma (a) Wedelia
biflora, (b) Ageratum conyzoides di Area Perkebunan Kopi Robusta Desa
Penataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
Berdasarkan Tabel 4.5 dan gambar 4.1 menunjukkan bahwa frekuensi
kunjungan setiap jenis arthropoda predator mengalami perubahan dari waktu ke
waktu yaitu pagi dan siang. Pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC yang
frekuensi kunjungan paling banyak yaitu Pardosa pseudoannulatapada pagi hari dan
Apis mellifera pada siang hari. Sedangkan pada tumbuhan gulma Ageratum
conyzoides L arthropoda jenis Iridomyrmex frekuensi kunjungan paling banyak
terjadi pada pagi maupun siang. Berdasarkan jumlah keseluruhan dari data pada tabel
4.5 bahwa arthropoda predator pada tumbuhan gulma Wedelia biflora(L.) DC lebih
aktif pada siang hari, sedangkan pada tumbuhan gulma Ageratum conycoides.L
jumlah secara keseluruhan arthropoda predator yang ditemukan lebih aktif pada pagi
hari.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan gulma menunjukkan bahwa tumbuhan
gulma yang paling banyak di temukan yaitu famili Asteraceae yang terdiri dari 4
spesies. Melimpahnya suku Asteracea yang ditemukan, dikarenakan suku ini dapat
berkembangbiak melalui biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat basah dan tahan terhadap naungan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Maisyaroh (2010) yaitu terjadinya perbedaan
jumlah spesies dikarenakan adaptasi dan kebutuhan pada setiap spesies berbeda.
Pada penelitian ini gulma famili Asteraceae ditemukan lebih banyak dari pada gulma
famili lain. Penyebab beragamnya Asteraceae dikarenakan oleh struktur tanah yang
mendukung terjadinya proses perkecambahan yang lebih cepat. Suryaningsih., et al
(2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gulma suku Asteraceae dalam
pertumbuhannya memerlukan banyak air untuk mempercepat proses petumbuhan.
Gulma suku Asteraceae banyak ditemukan karna tumbuhan ini berkembangbiak
dengan biji, selain itu tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan
7
lingkungannya, seperti sedikit air maupun tempat basah dan juga tahan terhadap
naungan.
Tumbuhan gulma dominan yang ditemukan di perkebunan kopi robusta adalah
Wedeia biflora (L.) DC sebesar 69,213% dan Ageratum conyzoides L sebesar
32,82%. Menurut Syafei (1990) dalam Maisyaroh (2010) menyatakan bahwa adanya
spesies yang mendominasi dapat dipengaruhi oleh faktor antara lain yaitu persaingan
antar tumbuhan yang berkaitan dengan iklim dan mineral yang dibutuhkan oleh suatu
tumbuhan. Jadi jika iklim dan mineral yang dibutuhkan memenuhi, maka spesies
tersebut akan lebih unggul.
Pada perkebunan kopi robusta ditemukan 8 spesies arthropoda predator yaitu
Iridomyrmex sp (famili Formicidae), Cordulegaster maculate (Famili
Cordulegastridae), Phyllanthus bilunatus (Famili Crabronidae), Pardosa
pseudoannulata (Famili Lycosidae), Apis mellifera (Famili Chrysomelidae), Paria.
sp (Famili Apidae), Allograpta oblique (Famili Syrpidae), dan Mantis religiosa
(Famili Mantidae) antara 8 spesies tersebut yang paling banyak dijumpai adalah
Iridomyrmex sp (famili Formicidae) dan Pardosa pseudoannulata (Famili
Lycosidae).
Beragamnya jenis arthropoda predator yang ditemukan di perkebunan kopi
robusta menunjukkan bahwa perkebunan tersebut tidak banyak menggunakan
insektisida sintetik. Sehingga keanekaragaman arthropoda maupun serangga lain
masih tetap terjaga. Selain itu, beragamnya arthropoda predator pada perkebunan
kopi juga disebabkan oleh banyaknya tumbuhan gulma yang masih tumbuh di
perkebunan kopi tersebut, sehingga arthropoda predator memiliki tempat berlindung
dan berkembang biak.
Berdasarkan hasil penelitian ketertarikan menunjukkan bahwa tumbuhan
Wedelia biflora(L.) DC dikunjungi oleh 7 spesies, sedangkan tumbuhan Ageratum
conyzoide L dikunjungi oleh 6 spesies Arthropoda predator. Hal ini menunjukkna
bahwa arthropoda predator lebih tertarik pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.)
DC dari pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L. Ketertarikkan arthropoda
predator pada tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC dikarenakan pada tumbuhan
gulma Wedelia biflora (L.) DC lebih banyak mengeluarkan senyawa volatil dari pada
tumbuhan Ageratum conyzoides L. Sehingga arthropoda predator lebih menyukai
tumbuhan gulma Wedelia biflora (L.) DC. Pernyataan diatas sesuai dengan penelitian
Retno (2014) yakni serangga tertarik pada tumbuhan gulma di karenakan tumbuhan
gulma tersebut mengeluarkan senyawa volatil yaitu kairomon, senyawa ini mudah
menguap di udara.
Seleksi inang bau yang di keluarkan oleh senyawa volatil merupakan hasil
metabolisme sekunder dari tanaman. Senyawa inilah yang nantinya dapat
mengarahkan serangga pada tanaman. Setelah terjadi kontak antara serangga dengan
inang (tanaman), maka nantinya informasi yang diterima oleh indera pencium atau
peraba dan reseptor kimia akan menentukan serangga tersebut tinggal atau pergi dari
tanaman tersebut (Wijaya, 2007). Tumbuhan gulma yang disukai oleh serangga
nantinya akan dijadikan sebagai habitat oleh serangga tersebut baik itu predator,
parasitoid, ataupun hama. Selain dijadikan sebagai tempat habitat, tumbuhan gulma
tersebut juga digunakan sebagai pakan alternatif dan tempat peletakan telur oleh
serangga betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karindah., et al (2011) yaitu
tumbuhan gulma selain sebagai tempat berlindung dan sumber pakan juga di
gunakan sebagai tempat bertelur.
8
Tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC dan Ageratum conyzoides L di area
perkebunan kopi berpotensi sebagai tanaman refugia, karena tanaman ini mampu
menarik datangnya arthropoda predator. Adanya tumbuhan refugia dalam
agroekosistem dapat melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman arthropoda
predator. Hal ini didukung dengan pernyataan Rohman (2008) yaitu tumbuhan gulma
berpotensi sebagai tumbuhan refugia bagi arthropoda predator dan parasitoit.
Dalam penelitian ini arthropoda predator Pardosa pseudoannulata memiliki
frekuensi kunjungan atau ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Wedelia
biflora (L.) DC. Sedangkan Iridomyrmex memiliki frekuensi kunjungan atau
ketertarikan tertinggi pada tumbuhan gulma Ageratum conyzoides L . Shepard (1987)
dan Tulung (1999) dalam penelitiannya menyatakan Pardosa pseudoannulata
berperan sebagai predator yang merupakan pemburu mangsa yang aktif berpindah
dari satu tempat ke tempat lain seperti wereng, selain itu Pardosa pseudoannulata
juga dapat memangsa larva Lepidoptera. Pardosa pseudoannulata dapat menekan
hama sebelum populasinya meningkat ke arah yang merusak tanaman budidaya
(Aprilizah, 2006). Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jendral Bina
Produksi Perkebunan, 2002 bahwa Iridomyrmex juga berperan sebagai predator yaitu
memangsa berbagai jenis serangga hama yang terdapat di kopi salah satu contohnya
yaitu kepik.
Aktivitas keberadaan serangga di alam dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Serangga atau arthropoda beraktivitas pada kondisi lingkungan yang optimal,
sedangkan kondisi lingkungan yang kurang optimal aktivitas serangga menjadi
rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas serangga yaitu intensitas
cahaya. Cahaya matahari digunakan oleh serangga sebagai penanda untuk aktivitas
tertentu seperti dalam pencarian makan, molting, ataupun reproduksi. Cahaya
tersebut masuk dalam mata faset yang dimiliki oleh suatu serangga dan diterima oleh
reseptor (Aditamadan Kurniawan, 2013). Kisaran suhu yang efektik untuk serangga
adalah 150 C (minimum), 250 C (Optimum), dan 450 C (maksimum). Suhu optimum
sangat mendukung untuk keberlangsungan hidup serangga (Wardani., et al. 2013).
Maka dari itu suhu pada perkebunan mendukung untuk kehidupan serangga. Hal ini
dikarenakan suhu pada perkebunan kopi pada waktu pagi,siang dan sore yaitu 300 C 32,90 C, yang masih termasuk dalam rentangan suhu maksimum.
KESIMPULAN
Tumbuhan gulma yang ditemukan di perkebunan kopi meliputi 9 spesies yang
termasuk dalam 5 suku. Suku Amarantaceae, Asteraceae, Poaceae, Rubiaceae, dan
Commelinaceae. Tumbuhan gulma yang dominan yaitu Wedelia biflora (L.) DC. dan
Ageratum conyzoides L. Predator yang ditemukan terdiri dari 8 spesies yaitu
Iridomyrm sp, Cordulegaster maculata, Phyllanthus bilunatus, Pardosa
pseudoannulata, Apis mellifera, Paria. sp, Allograpta obliqua, dan Mantis religiosa.
Berdasarkan 2 nilai INP tertinggi Frekuensi kunjungan Pardosa pseudoannulata
memiliki ketertarikan paling banyak pada tumbuhan Wedelia biflora (L.) DC.
Sedangkan Iridomyrmex memiliki Frekuensi kunjungnan paling banyak pada
tumbuhan Ageratum conyzoides L. Arthropoda predator pada tumbuhan Wedelia
biflora (L.) DC lebih aktif pada siang hari dan pada tumbuhan Ageratum conyzoides
L lebih aktif pada pagi hari.
9
DAFTAR RUJUKAN
Aditama, R. C dan Kurniawan, N. 2013. Struktur Komunitas Serangga Nokturnal
Area Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang. Malang, Jurnal Biotropoka Vol. 1 No. 4.
Aprilizah, T. 2006. Pengaruh Kerapatan Predator terhadap Pemangsa Larva
Spedoptera litura F. (Lipedoptera: Noctuidae). Institut Pertanian Bogor.
Skripsi diterbitkan.
Borror, D.J., Triplehorn C.A. dan Johnson, N. F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga (Diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono). Yogyakarta: Gajah
Mada university Press
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan.
2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Karindah. S, Purwaningsih. A, Astuti. L.P & Agustina. A. 2011. Ketertarikan
Anaxipha longipennisServille (Orthoptera: Gryllidae) terhadap Beberapa Jenis
Gulma di Sawah sebagai Tempat Bertelur. Jurnal Entomol. Indon., April 2011,
Vol. 8, No. 1, 27-35
Maisyaroh.W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan
Raya R. Soerjo Cangar Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol. 1
No.1
Retno. R. S. 2014. Preferensi Arthropoda Terhadap Tumbuhan Liar di Area Kebun
Teh Afdeling Wonosari, Singosari Kabupaten Malang. Jurnal Flore Volume 1
No.2
Rohman. F. 2008. Struktur Komunitas Tumbuhan Liar dan Arthropoda Sebagai
Komponen Evaluasi Agroekosistem Di Kebun Teh Wonosari Singosari
Kabupaten Malang, Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Brawijaya.
Simamora. S.D, Safira. M, Laksono. R, Anandhika. M.R, dan Rahayu. N. 2014.
Market Brief Langkah dan Strategi Ekspor Ke Unit Eropa: Produksi Kopi.
Suryaningsih, Joni. M, dan Darmadi. A. A. K. 2011. Inventarisasi Gulma pada
Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak,
Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis I Vol.(1),
No. 1-8.
Wardani, F. S., Leksono, A. S., dan Yanuwiadi, B. 2013. Ketertarikan Arthropoda
pada Blok Refugia (Ageratum conyzoides, Ageratum houstonianum,
Commelina diffusa) di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo. Malang. Jurnal
Biotropika Vol. 1 No. 2.
Wijaya. I. N. 2007. Preferensi Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae)
pada Beberapa Jenis Tanaman Jeruk. Jurnal Agritrop, Vol. 26, No. 3.
Wiryadiputra, S. 2006. Penggunaan Perangkat dalam Pengendalian Hama Pnggerek
Buah Kopi (PBKo, Hypothenemu hampei), Jurnal Pelita Perkebunan Vol. 22
No. 2.
Download