BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak terlepas dari pembelajaran. Menurut Usman (2000:4), pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses yang berupa kegiatan-kegiatan yang bersifat mendidik yang dilakukan guru dan siswa. Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendidik tersebut diharapkan dapat membuat siswa menjadi terdidik, artinya siswa menjadi bertambah ilmu, kemampuan atau pengetahuannya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 dalam Anitah (2010:15), disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru dengan sumber belajar yang dapat berupa buku pelajaran, lembar kerja siwa dan benda-benda sekitar. Kemudian dijelaskan pula bahwa pembelajaran berlangsung pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut menggambarkan suatu kondisi yang sangat memungkinkan siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar, contohnya seperti di sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang berupa kegiatankegiatan yang dirancang dan dilakukan guru untuk mendidik atau membelajarkan siswa dengan menggunakan sumber belajar, yang dilakukan pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran di sekolah yang dirancang oleh guru akan efektif bila melibatkan semua komponen pembelajaran. Menurut Hamalik (2005:77), ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi yang meliputi tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga pendidikan khususnya guru, perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi 1 2 pengajaran. Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa antar komponen pembelajaran saling berkaitan erat satu sama lain. Sebagai contoh, pembelajaran yang tidak disertai dengan tujuan pembelajaran sebagai targetnya maka tidak akan ada artinya. Pembelajaran yang tidak disertai dengan materi pelajaran di dalam kurikulum, tidak mungkin terjadi. Pembelajaran yang tidak disertai dengan evaluasi pembelajaran juga tidak akan berjalan maksimal. Oleh karena itu semua komponen pembelajaran harus ada di setiap proses pembelajaran. Salah satu komponen pembelajaran yang perlu diperhatikan yaitu peserta didik atau siswa. Menurut Sujarwo (2012:6), peserta didik sebagai subyek yang mengalami dan merespon informasi dari pendidik dengan sikap dan aktivitas belajar. Dari pernyataan tersebut dikatakan bahwa siswa adalah subyek belajar, artinya siswa adalah orang yang melakukan sekaligus mempunyai peran utama dalam kegiatan belajar. Mengingat bahwa belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan (Gagne dalam Anitah, 2010:3), maka hendaknya siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam hal pikirannya maupun perasaannya. Pelibatan siswa tersebut bisa dilakukan melalui berbagai macam kegiatan seperti membaca, mendengarkan, bertanya, berdiskusi, menemukan, mengamati, dan melakukan. Keberagaman kegiatan dalam proses belajar tersebut akan membuat pikiran dan perasaan siswa lebih aktif. Berbeda dengan kegiatan yang tidak beragam misalnya hanya mendengarkan penjelasan guru saja, justru dapat membuat siswa lebih pasif dalam belajar. Jadi, dalam pembelajaran di kelas hendaknya guru dapat menyelenggarakan pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa untuk belajar. Salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Menurut BSNP (2006:153), matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Dari sumber tersebut dijelaskan pula bahwa matematika bertujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Jadi, agar daya pikir siswa menjadi lebih maju maka siswa perlu mempelajari dan menguasai matematika sejak dini. 3 Matematika telah diajarkan kepada siswa di semua jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Namun seringkali siswa bahkan mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswi di Sekolah Dasar (SD) yang peneliti teliti. Berdasarkan kegiatan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa, diperoleh keterangan bahwa sebagian besar siswa kelas 5 mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika di semester II khususnya pada materi pecahan. Data ini didukung dengan rendahnya ketuntasan hasil belajar mereka yang bersumber dari hasil belajar Ulangan Tengah Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika yang diperoleh sebagai berikut. Tabel 1 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa pada Ulangan Tengah Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 No. 1 2 Nilai Siswa < 70 (Tidak Tuntas) ≥ 70 (Tuntas) Jumlah Siswa Jumlah Siswa Persentase 13 8 21 62 % 38 % 100 % Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa pada materi pecahan masih rendah, dimana dari 21 siswa yang ada terdapat 13 siswa yang tidak tuntas karena memperoleh nilai kurang dari 70 sebagai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan yang sudah tuntas hanya 8 siswa. Menurut penjelasan guru kelas, rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena beberapa hal yaitu kesulitan siswa untuk mengingat materi yang sudah diajarkan, siswa kurang berlatih atau belajar di rumah, siswa pasif dalam belajar yang ditandai dengan perilaku tidak mengerjakan latihan soal yang diberikan guru dan tidak megerjakan pekerjaan rumah atau PR. Penyebab lainnya yaitu kurangnya perhatian dan minat belajar siswa yang terlihat dari sikap kurang bersemangat ketika belajar matematika serta perilaku membolos sekolah oleh beberapa siswa ketika ada 4 pelajaran matematika. Beberapa hal tersebut lah yang pada akhirnya menyebabkan siswa tidak dapat memahami materi matematika dengan baik. Selain melakukan kegiatan wawancara terhadap guru kelas, peneliti juga melakukan kegiatan observasi proses pembelajaran matematika di kelas 5 tersebut. Hasil observasi yang peneliti dapatkan yaitu pembelajaran yang dilakukan guru kelas 5 bersifat konvensional karena metode pembelajaran yang digunakan hanya ceramah. Selain itu guru tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga apa pun dalam mengajarkan materi matematika kepada siswa. Selama pembelajaran berlangsung siswa terlihat pasif. Selain itu pembelajaran menjadi monoton karena model interaksinya hanya satu arah yaitu guru ke siswa. Sehingga tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat rendah. Setelah kegiatan observasi selesai, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap beberapa siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Berdasarkan kegiatan wawancara tersebut diperoleh keterangan bahwa mereka kurang menyukai matematika. Menurut mereka matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Berawal dari alasan itulah yang membuat minat belajar mereka menjadi rendah. Rendahnya minat belajar tersebut pada akhirnya menimbulkan sikap atau perilaku-perilaku pasif mereka ketika belajar matematika di dalam kelas. Menurut peneliti permasalahan tersebut harus segera diatasi, karena bila dibiarkan berlarut-larut maka justru dapat memperburuk keadaan. Apabila sekarang siswa tidak menguasai materi yang sedang diajarkan, maka siswa akan lebih kesulitan lagi ketika mempelajari materi lanjutan. Kemudian apabila siswa tidak menguasai semua materi, maka siswa akan kesulitan mengerjakan evaluasi akhir atau tes akhir semester. Sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan siswa tidak naik kelas. Berdasarkan masalah tersebut peneliti terdorong untuk memecahkannya melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti memilih PTK yaitu karena penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas, untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas, sekaligus untuk 5 meningkatkan profesionalisme guru (Kunandar, 2008:63). Oleh karena itulah peneliti berasumsi bahwa PTK adalah penelitian yang paling sesuai untuk pemecahan permasalahan di atas. Supaya PTK benar-benar dapat mengatasi masalah kesulitan belajar siswa secara efektif, maka guru harus melakukan inovasi atau pembaharuan dalam pembelajaran. Pembaharuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dari pembelajaran sebelumnya. Pembaharuan pembelajaran bisa dilakukan guru dengan memperbaharui pendekatan, model, metode, atau media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Peneliti mencoba untuk menawarkan pendekatan Contextual Teaching and Learning yang selanjutnya disebut dengan CTL dengan bantuan alat peraga, sebagai pembaharuan pembelajaran sebelumnya dalam upaya pemecahan masalah kesulitan belajar siswa tersebut. Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas dalam Kesuma, dkk, 2010:58). Pengaitan materi dengan kehidupan nyata siswa ini dimaksudkan agar siswa mampu melihat makna dari materi tersebut. Apabila siswa mampu melihat makna dari materi yang sedang dipelajarinya maka ia akan mampu memahami materi tersebut dengan lebih mudah. Langkah-langkah dalam pendekatan CTL meliputi berbagai aktivitas-aktivitas yang menunjang keaktifan belajar siswa. Sehingga pendekatan CTL akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Sedangkan penggunaan alat peraga bertujuan untuk membantu memperjelas materi matematika yang akan diajarkan. Hal tersebut sangat sesuai dengan karakteristik siswa SD yang sedang berada pada tahap operasional konkrit (Piaget dalam Muhsetyo, 2012:9), sehingga mereka membutuhkan penjelasan yang bersifat konkrit atau nyata. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, peneliti beranggapan bahwa pendekatan CTL berbantuan alat peraga diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa pada materi matematika. 6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, persoalan mendasar dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. a. Guru cenderung menyampaikan materi dengan metode ceramah. b. Guru kurang dapat mengembangkan pendekatan atau model pembelajaran yang bervariasi. c. Guru tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga apapun dalam mengajarkan materi. d. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru dengan metode ceramah. e. Siswa memiliki perhatian dan minat belajar yang rendah dalam pembelajaran. f. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Agar permasalahan dalam uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dijawab dan dikaji secara mendalam, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika melalui Pendekatan CTL Berbantuan Alat Peraga pada Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat dirumuskan yaitu “Apakah pendekatan CTL berbantuan alat peraga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014?”. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika pada siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui pendekatan CTL berbantuan alat peraga. 7 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.5.1 Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk mendukung dan mengokohkan teori yang sudah ada terkait dengan pendekatan CTL dan alat peraga. 1.5.2 Secara Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau pertimbangan bagi guru SD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui pendekatan CTL dengan bantuan alat peraga. b. Bagi Siswa Dengan pengaplikasian pendekatan CTL pada mata pelajaran matematika ini, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka atau referensi terkait dengan upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan CTL berbantuan alat peraga.