1 STRATEGI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM MELALUI MANAJEMEN PEMBIAYAAN (Studi Kasus pada MI Negeri Ambarawa Kab. Semarang) Oleh: LULUK ARYANI ISUSILANINGTYAS NIM MI.13.010 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk Gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 1 2 STRATEGI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM MELALUI MANAJEMEN PEMBIAYAAN (Studi Kasus pada MI Negeri Ambarawa Kab. Semarang) Oleh: LULUK ARYANI ISUSILANINGTYAS NIM MI.13.010 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap persyaratan untuk Gelar Magister Pendidikan Islam Salatiga, 31 Agustus 2015 Dr. Anton Bawono, SE, M.Si. NIP. 197403202003121001 3 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama : Luluk Aryani Isusilaningtyas NIM : MI.13.010 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Tanggal Ujian : 10 September 2015 Judul Tesis : Strategi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam melalui Manajemen Pembiayaan (studi kasus pada MI Negeri Ambarawa. Kab Semarang) Panitia Munaqosah Tesis 1. Ketua Penguji : Dr. Zakiyuddin Baiddhawy, M.Ag. 2. Sekretaris :Dr. Phil. Asfa Widiyanto,M.A 3. Penguji I 4. Penguji II :Dr. Winarno, M.Pd. 5. Penguji III : Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag : Dr. Anton Bawono, M.Si. 4 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ”Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.” Salatiga, September 2015 Yang menyatakan, Luluk Aryani Isusilaningtyas 5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Apabila suatu urusan diserahkan pada bukan ahlinya, Maka tunggu saat kehancurannya ( HR Bukhari) PERSEMBAHAN Bapak dan ibuku tercinta, Bryan, Brenda, Fawwaz buah hatiku tersayang. Suamiku tercinta, MI Negeri Ambarawa 6 KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا بسم Puji syukur Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Tesis ini sebagai salah satu syarat akademik, untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M.PdI) pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Proses penulisan tesis tidak lepas masukan dan dorongan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu per satu dalam bagian ini. Oleh karena itu secara khusus pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada 1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Zakiyuddin Badawy, selaku direktur PPs IAIN Salatiga 3. Bapak Dr. Anton Bawono, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 4. Semua dosen PPs. yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S2 ini; 5. Bapak Drs. Amin Murtadlo, selaku Kepala MI Negeri Ambarawa yang memberikan waktu kepada penulis, untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan tesis ini. 7 6. Bapak Ibu guru MI Negeri Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya. Rekanrekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatNya bagi semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini dan semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Salatiga, September 2015 Penulis 8 ABSTRAK Judul tesis : Strategi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam melalui Manajemen Pembiayaan (studi kasus pada MI Negeri Ambarawa) Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan strategi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam melalui manajemen pembiayaan pada MI Negeri Ambarawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan latar alamiah sebagai sumber datanya. Untuk mengumpulkan data disesuaikan dengan fokus dan pertanyaan serta tujaan penelitian, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara mendalam dan kajian dokumen. Untuk mengungkapkan makna perilaku para informan penclitian telah mewawancarai kepala madrasah, wakil kepala madrasah, para guru, komite sekolah, dan siswa. Untuk analisis digunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari kegiatan reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian setelah dilakukan analisis dan triangulasi data, adalah sebagai berikut: Pertama: Stratcgi manajemen pembiayaan pendidikan dalam peningkatan mutu guru, yaitu menekankan pada profesionalisme dan disiplin, serta komitmen tugas untuk meningkatkan mutu sekolah. Kedua: Stratcgi manajemen pembiayaan pcndidikan dalam upaya pembinaan siswa dilakukan melalui pembinaan dibidang seni, oleh raga, keagamaan, pramuka, bahasa Inggris, dan kepribadian. Keempat: Stratcgi manajemen pembiayaan pendidikan dalam bidang sarana dan prasarana dilakukan dengan memperbanyak sumber pembiayaan, menjalankan program peningkatan mutu untuk mendukung sarana dan prasarana serta kesejahteraan guru. Kata kunci: Strategi, mutu, pembiayaan 9 ABSTRACT Title : The Strategic of Improved Education Islamic Institution of Learning Quality through Management of Budgeting of the MIN Ambarawa This research is aimed to describe The Strategic of Improved Education of Learning Quality through Management of Budgeting of the MIN Ambarawa.The researcher used the qualitative approach with natural setting as the data resources. In this research, the writer did an observation and depth-interview and documentation study to get the data with suitable with the focus and the question of the research purpose. To investigate the behavior meaning of the informan of this research include; vice headmaster, teacher, school committee, and student. used the data analysis Miles and Huberman (1992) model with insist of data reduction, data display and conclusion. This finding of this research were four: First, The strategic of improved education for the teacher quality development is emphasizing in the professionalism and discipline and task commitment for increasing the school quality. Second, The strategic of management education budgeting to the creativity of the student through creativity in art, sport, religius activities, language skill, and personality.Third, The strategic of management education budgeting in financial, facilities and infrastructure by raising the funding source from constribution of educational funding, operational budgeting, local government budgeting and funding quality management to drive the program of quality development in supporting facilities and infratructure and teachers prosperity. Key words : Strategic, Quality, Budgeting 10 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i HALAMAN LOGO STAIN ......................................................................................ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................................v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................vi HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................................vi HALAMAN ABSTRAK .........................................................................................viii HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................... x HALAMAN DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1 B. Identifikasi Masalah..............................................................................3 C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah…….................................3 D. Signifikansi Penelitian..........................................................................4 E. Tinjauan Pustaka................................................................................ .. 5 F. Sistematika Penulisan ........................................................................21 BAB II Landasan Teori…………………………................................................... 23 A. Strategi Peningkatan Mutu...................................................................23 B. Indikator Mutu Pemdidikan………………………………………….29 C. Standar Mutu Pendidikan…………………………………………….30 D. Manajemen Pembiayaan……………………………………………..37 1.Jenis Pembiayaan……………………………………………...41 2. Sumber Pembiayaan…………………………………………..42 3.Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan……………………..43 12 DAFTAR BAGAN, TABEL DAN GRAFIK BAGAN BAGAN 3.1: Teknik Analisa Data 70 TABEL 4.1: Sumbangan Komite 82 TABEL 4.2: Nilai Akriditasi 98 TABEL 4.3: Jadwal KBM 101 TABEL 4.4: Jadwal Ekstrakulikuler 104 TABEL 4.5: Sarana Prasarana 116 GRAFIK 4.1: Kontribusi Dana 87 GRAFIK 4.2: Alokasi Dana Bantuan 91 GRAFIK 4.3: Jumlah Pendaftar dan yang diterima 100 GRAFIK 4.4: Nilai Siswa 102 GRAFIK 4.5: Prestasi Non Akademik 105 GRAFIK 4.6: Pertumbuhan Pendidikan Guru 107 TABEL GRAFIK 13 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.1 Pendidikan adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan setiap orang. Pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, pemerintah bukanlah suatu sistem yang lepas dengan pihak swasta dan masyarakat. Hubungan yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk meningkatkan mutu pendidikan.2 Pendidikan diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu menyiapkan tenaga yang terampil. Sementara itu, saat ini pendidikan nasional dihadapkan kepada masalah antara lain peningkatan kualitas, pemerataaan kesempatan, keterbatasan anggaran dan belum terpenuhi sumber daya dari masyarakat secara profesional sesuai dengan prinsip pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua.3 1 Undang undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, 77. 3 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan…., 78. 2 14 Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta terus berupaya mewujudkan amanat melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pembiayaan, pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Ada dua faktor yang menyebabkan mutu pendidikan selama ini kurang berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan menghasilkan output yang bermutu. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi.4 Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro dan tidak 4 Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, (Cet: I Malang, UMM Malang, 2005), 94-96. 15 berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (madrasah), sehingga hal ini memberikan pemahaman bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya mengupayakan peningkatan mutu pendidikan, agar mutu tetap terjaga dan proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Pemikiran ini mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan. Konsep yang menawarkan kerjasama sekolah, masyarakat dan pemerintah berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan melalui pengelolaan sumber daya 16 sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi lingkunganya dan memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam program prioritas dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Realitas Pendidikan Islam saat ini bisa dibilang telah mengalami masa intellectual deadlock.5 Diantara indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan, dan kalau ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan lama dan tidak banyak melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pendidikan Islam menekankan pendekatan menegasikan pentingnya interaksi intelektualisme-verbalistik dan edukatif antara guru-murid. Keempat, orientasi pembelajaran dan komunikasi humanistik pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifatu fi al-ardi. 6 Lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan dan membentuk kepribadian bangsa yang berbudi luhur serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berkompetisi dalam persaingan dunia global. Untuk mencapainya dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas 5 Abd. Rachman Assegaf, Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi, dalam Imam Machali dan Mustofa, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, Cet. 2, 2004, 1. 6 Abd Rachnan Assegaf, Membangun Pendidikan Islam di Era Globalisasi, 8-9. 17 pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup berbagai persoalan yang kompleks, yang menyangkut perencanaan, pendanaan, maupun efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.7 Lembaga pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia agar umat Islam dapat berperan aktif dan tetap survive di era globalisasi. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting dan begitu urgen. Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan situasinya yang penuh dengan persaingan (hypercompetitive situation). John Naisbitt dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, pernah mengatakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan membutuhkan persoalan pemahaman yang yang gampang dan sederhana, karena mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan. 8 Paradigma pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber 7 8 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, 20. A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999, Cet.I, 156. 18 daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian .9 Upaya meningkatkan mutu pendidikan merupakan prioritas dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional di samping prioritas yang lainnya, yaitu penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan peningkatan relevansi melalui kebijaksanaan keterkaitan dan kesepadanan. Untuk mencapai peningkatan mutu berbagai pihak yang sesuai dengan keinginan salah satu faktor utama sangat berkaitan erat dengan masalah pembiayaan. Jadi, pembahasan masalah sumberdaya pendidikan, sarana dan prasarana itu tidak lepas dari masalah pembiayaan. Dalam hubungan ini, semakin besar jumlah biaya pendidikan itu akan lebih dimungkinkan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, apabila kita ingin meningkatkan mutu maka dana pendidikan itu haruslah berlipat ganda. Singkatnya, faktor biaya pendidikan adalah penting dan strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bukanlah tugas ringan karena mencakup berbagai persoalan yang menyangkut tentang perencanaan, pendanaan, efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan sistem sekolah.10 9 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam,….15. 10 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, …, 20. 19 Penyelenggara pendidikan diharapkan mampu mengalokasikan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu upaya peningkatan mutu pendidikan perlu didukung kemampuan manajerial kepemimpinan. Hendaknya pengelola berupaya untuk mengatur sumber keuangan, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Dalam penyelenggaraan kegiatan Pendidikan, manajemen pembiayaan pendidikan merupakan potensi yang sangat urgen, merupakan bagian tidak terpisahkan dalam kajian manajamen Pendidikan.11 Komponen pembiayaan pada sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan pendidikan dalam hal ini proses belajar mengajar. Setiap kegiatan pendidikan akan terlaksana jika manajemen pembiayaan pendidikan baik. Komponen pembiayaan akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pengucuran anggaran yang lancar dari pemerintah, akan berpengaruh terhadap kelancaran penyelanggaraan pendidikan. Pemerintah telah mengatur standar pembiayaan, agar pembiayaan berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini temaktub dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 , yang berisi bagaimana seharusnya sekolah melakukan manajemen terhadap anggaran pendidikan yang telah di anggarkan oleh pemerintah melalui APBN. Sementara itu pada pasal 49 menyatakan alokasi dana pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD.12 Pengelolaan keuangan secara umum sebenarnya telah dilakukan dengan baik oleh semua sekolah. Hanya kadar substansi pelaksanaannya yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang 11 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah…. ,25. Armida,” Model Pembiayaan di Indonesia”, Media Akademika, Volume 26, Nomor 1, Januari 2011, 5. 12 20 lain. Adanya keberagaman ini dipengaruhi oleh status sekolah, sumber daya manusia, lokasi serta jumlah siswa .13 Dari beberapa deskripsi tersebut dapat ditarik suatu konklusi bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berfungsi melancarkan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan yang memadai sangat menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan dengan sedikit dana dapat berlangsung, tetapi pendidikan yang bermutu membutuhkan dana cukup besar. Oleh sebab itu ada beberapa alasan pentingnya manajemen pembiayaan pendidikan dalam mencapai kualitas layanan pendidikan antara lain: Manajemen pembiayaan pendidikan sangat membantu pengelolaan sumber keuangan organisasi pendidikan dalam menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat bagi pengambilan keputusan keuangan yang transparan, akuntabel, dan efektif. Pelaksanaan MBS yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan di hadapkan pada keterbatasan dana.14 Biaya merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan didalam suatu organisasi. 15 jika suatu kegiatan dilaksanakan dengan biaya yang relatif rendah tetapi dapat 13 Thomas,” Faktor faktor Penentu Kualitas Pendidikan Sekolah umum di Jakarta”, hlm 7 diunduh 3 Januari 2015 pukul 17.00 14 E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, …, 48. 15 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo, 2014, 1. 21 menghasilkan produk yang berkualitas tinggi maka hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan secara efisien dan efektif. Dari paparan di atas tampak jelas bahwa manajemen keuangan merupakan satu hal penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu peneliti ingin menggali informasi dan temuan hasil penelitian yang berkenaan dengan manajemen keuangan yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa. Madrasah merupakan ujung tombak pendidikan dasar, Madrasah memegang kunci utama dalam pendidikan dasar. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa adalah satu satunya Madrasah Ibtidaiyah negeri di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, yang menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 1965 dengan NSM.111133220097, kepemilikan tanah hak milik , luas seluruh bangunan 1108 m2, waktu belajar, pagi hari, status gedung milik negara, sifat gedung permanen, luas tanah, 4349 m2 Alamat sekolah jalan Sugiopranata, Panjang, Ambarawa Telp. (0298) 594845 Ambarawa 50612, Adapun profil Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa adalah sebagai berikut : Nama Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Anbarawa Kabupaten : Ambarawa Propinsi : Jawa Tengah a. Kepala Sekolah 1) Nama : Drs. Amin Murtadlo. 2) Pendidikan Terakhir : S1 ( sedang menempuh S2) 22 3) Jurusan : PAI b. Tamatan Tamatan yang dihasilkan lulus 100%, siswa yang melanjutkan 100%, ke berbagai SMPN dan MTSN yang ada di seputar Ambarawa. c. Angka mengulang siswa Jumlah siswa mengulang pada MI Negeri Ambarawa tahun 2009 sebanyak 8 anak, tahun 2010 sebanyak 7 anak, tahun 2011 sebanyak 4 anak, tahun 2012 sebanyak 3 anak tahun 2013 sebanyak 1 anak tahun 2014 tidak ada yang mengulang. d. Kondisi siswa yang diterima pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang signifikan. e. Kondisi Guru, S2 7 orang , S1 13 orang f. Jumlah siswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan pada tahun 2014/2015 sebanyak 464 anak. g. Jumlah ruang belajar siswa sebanyak 14 ruang. h. Pengurus Komite Sekolah Pengurus komite sebanyak 8 orang, terdiri dari unsur tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, orang tua murid, pengusaha, ulama dan unsur masyarakat. MI Negeri Ambarawa terletak sangat strategis di kota Ambarawa dan memiliki sarana prasarana yang memadai. MI Negeri ambarawa memiliki jumlah siswa terbanyak se Kab. Semarang. Sehingga MI Negeri Ambarawa ini mempunyai tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang 23 diharapkan oleh masyarakat yaitu siswa lulusannya dapat diterima di MTs Negeri. Pelaksanaan proses pendidikan di MI Negeri Ambarawa melibatkan 20 guru. Banyaknya guru yang berlatar belakang pendidikan S2 dan S1 ini dinilai oleh kepala sekolah sebagai kenyataan yang menggembirakan. Adapun upaya kepala madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan diwujudkan dalam pembinaan profesionalisme guru dalam melaksanakan KBM melalui kemampuannnya dalam mengelola kelas, pembentukan kelompok diskusi, peningkatan pelayanan Musyawarah, pengadaan bahan-bahan kepustakaan untuk guru dan siswa. B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang di atas maka penelitian ini di batasi untuk meneliti materi materi yang ada dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah strategi perencanaan peningkatan pendidikan Islam melalui manajemen mutu lembaga pembiayaan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembiayaan pendidikan di Madrasah lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa tahun ? 3. Bagaimanakah Islam dengan Implikasi peningkatan manajemen Negeri Ambarawa ? C. Signifikasi Masalah pembiayaan mutu di 24 Mengacu pada rumusan di atas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui strategi perencanaan pembiayaan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa 2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa 3. Untuk mengetahui Implikasi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam dengan manajemen pembiayaan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa Setelah melakukan penelitian yang sesuai prosedur penelitian, maka diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoretis Penelitian ini mendalami dan dapat digunakan sebagai mengembangkan konsep bahan kajian untuk atau teori tentang manajemen pembiayaan pendidikan dan bahan acuan bagi para peneliti berikutnya, terutama yang berminat meneliti tentang halhal yang berhubungan dengan penganggaran, pengalokasian, pengawasan, dan pembiayaan pendidikan. Memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu pendidikan terutama mengenai konsep implementasi manajemen keuangan di lembaga pendidikan Islam tingkat dasar. b. Manfaat Praktis Penelitian khususnya ini yang diharapkan berkaitan dapat dengan bermanfaat bagi manajemen madrasah pembiayaan 25 pendidikan, pemanfaatan mengalokasikannya secara dana tepat secara sesuai efisien dengan skala dan prioritas sehingga mendukung kinerja yang efektif. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang manajemen pembiayaan pembuat pendidikan kebijakan, bagi pengelola pengelola satuan madrasah pendidikan mengelola dan dana pendidikan secara efisien dan efektif dan pemerintah pusat dan daerah meningkatkan anggaran pendidikan untuk madrasah negeri maupun madrasah swasta guna peningkatan mutu pendidikan. D. Kajian Pustaka Penelitian ini terinspirasi dari pemikiran penelitian sebelumnya yaitu penelitian Budi, melakukan penelitian dengan judul Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif (Studi Multi Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah Dasar Abdul Rahman, dan Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu) menjelaskan tentang pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan melalui program BOS , sekolah sangat terbantu.16 Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah Judul penelitian Implementasi Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab. Sintang. Hasil penelitiannya adalah Implementasi pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) melalui keterlibatan Komite Sekolah di SMKN 1 16 Budi. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif (Studi Multi Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah Dasar Abdul Rahman, dan Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu). Disertasi, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2011. 26 Kabupaten Sintang belum terlaksana dengan maksimal. Kondisi ini terlihat dari belum sepenuhnya Komite Sekolah berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu sekolah.17 Hasbi, judul penelitian,” Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional di kota Palopo Tahun 2011-2012 metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan pendekatan historis, sosiologis dan holistikintegratif, metode: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mutu pendidikan madrasah di Kota Palopo sudah memenuhi standar nasional pendidikan (2) implentasi peningkatan mutu pendidikan madrasah dan upaya mengatasi hambatannya MTsN dan MAN Palopo telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan18 Sabar Budi Raharjo judul penelitian,” Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setiap satuan pendidikan memberi tanggapan yang positif dan layak untuk menerapkan standar nasional pendidikan. Kualitas lulusan dan persentase lulusan cenderung naik. Jumlah sekolah yang terakreditasi yang terbanyak adalah nilai B. Variabel standar isi, ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, penilaian, mempunyai hubungan yang positif 17 Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah, ” Implementasi Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab Sintang”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN, 2013. 18 Hasbi,” Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional di kota Palopo Tahun 2011-2012 “, Jurnal Diskursus Islam Volume 1 Nomor 3, Desember 2013. 27 yang besarnya bervariasi terhadap variabel standar proses dan komptensi lulusan. Kualitas pelayanan untuk SD mencapai 87,4%, SMP 82,6%,19 Marus Suti judul penelitian “Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan” meningkatan menyatakan bahwa kualitas upaya pendidikan dengan yang dilakukan dalam meningkatan kapasitas kelembagaan, penerapan aspek efisiensi internal, penerapan aspek eksternal pendidikan merealisasikan dan memperhatikan pendekatan dalam peningkatan mutu pendidikan.20 Sri Suratno Judul penelitian “Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Studi Kasus di SD Islam Unggulan Bazra Sragen Tahun Ajaran 2005/2006) Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen yang diterapkan di SD Islam Unggulan Bazra Sragen sudah sesuai dengan fungsi dan manajemen pembiayaan pendidikan dalam ruang lingkup administrasi pendidikan.21 Ichsani Judul penelitian “Transparansi Manajemen Keuangan (Studi di Pondok Pesantren Salaf dan Modern Masyithoh di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009)”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen keuangan di pondok pesantren ini sudah transparan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang mengarah 19 Sabar Budi Harjo” Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia” , Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 16, Nomor 2, 2012. 20 Marus Suti,” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “, Jurnal Medtek, volume 3, Nomor 2, Oktober 2011. 21 Sri Suratno,” Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Studi Kasus di SD Islam Unggulan Bazra Sragen “, Tesis, STAIN Surakarta, 2005. 28 kepada perwujudan transparansi meliputi penyusunan anggaran, pembukuan keuangan, evaluasi keuangan dan pertanggungjawaban.22 Andre menyatakan bahwa tidak semua lembaga pendidikan yang mahal memiliki fasilitas pendidikan serba bagus menjadi jaminan bahwa lembaga tersebut baik. Tetapi lembaga pendidikan yang baik mempunyai manajemen pembiayaan pendidikan yang baik dan fasilitas pendidikan juga baik. Akan menjadi sesuatu yang paradoksal ketika berbicara mutu tanpa didukung dana yang cukup. Mereka menyatakan bahwa kebutuhan program pendidikan dihitung berdasarkan teori ekonomi pendidikan yang rasional. Selama kondisi keuangan sekolah belum memadai sulit diharapkan terjadinya perubahan dalam mutu. Salah satu komponen dalam MBS adalah siswa dan staf harus dijamin kesejahteraan dan disediakan kegiatan untuk pengembangan diri.23 Ba’haqi, Nazir, Zahra. Manajemen Pembiayaan pendidikan pada SMKN di Kab. Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan dan proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa pembiayan.24 22 Ichsani,” Transparansi Manajemen Keuangan, Studi di Pondok Pesantren Salaf dan Modern Masyithoh di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali”, Tesis, STAIN Surakarta, 2008. 23 Adre ,” Analisis Kebijakan Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan jilid 14, Nomor 2, Juli 2005. 24 Ba’haqi, Nazir, Zahra, “Manajemen Pembiayaan pendidikan pada SMKN di Kab. Aceh Besar”, Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Syiah Kuala, Volume 1, Nomor 1, 2012. 29 Sri Haryati, Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Magelang, Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP RSBI di Kota Magelang telah melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan berbasis kinerja melalui empat tahap yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Penelitian ini juga menemukan pola manajemen pembiayaan di satuan pendidikan yang berupa SOP Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan model penghitungan unit cost per siswa per tahun per satuan pendidikan. Kedua model tersebut telah diujicoba dan terbukti efektif.25 Thomas Suyatno,” Faktor Faktor Penentu Kualitas Pendidikan SMU di Jakarta”. Hasil penelitian Kualitas sekolah dapat ditingkatkan melalui perbaikan dan peningkatan manajemen pembiayaan pendidikan dan peningkatan integritas kepala sekolah dan lingkungan sekolah. Susilawaty, Cut Zahri, Khairuddin,” MBS dalam pengelolaan pembiayaan sekolah di SDN 4 Kota Banda Aceh”. Hasil penelitiannya, Penerapan MBS merupakan salah usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan secara efektif dan produktif. Pengelolaan manajemen pembiayaan pendidikan yang baik akan memperlancar proses pembelajaran sehingga akan meningkatkan mutu pendidikan. 25 Sri Haryati,” Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Magelang”, Journal of Economic Education 1, 2012. 30 Penelitian Ida AES yang berjudul Analisis Dampaknya Biaya Pendidkan dan Terhadap Kualitas Proses Pembelajaran dan Aspirasi Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012 berisi tentang (1) rata-rata biaya yang dikeluarkan siswa (2) terdapat korelasi yang signifikan antara manajemen pembiayaan pendidikan dengan kualitas proses pembelajaran (3) terdapat korelasi yang signifikan antara manajemen pembiayaan pendidikan terhadap aspirasi pendidikan (4) terdapat korelasi antara manajemen pembiayaan pendidikan secara simultan dengan kualitas proses pembelajaran dan aspirasi pendidikan siswa. Dapat disimpulkan bahwa, manajemen pembiayaan pendidikan memiliki korelasi yang signifikan dengan mutu proses pembelajaran dan aspirasi pendidikan 26 HM. Sukardi dkk. dalam penelitiannya tentang “ pola pembiayaan SMK Negeri dan Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta” menemukan bahwa sumber pembiayaan terbesar untuk SMK Negeri berasal dari pemerintah (pusat dan daerah), sedangkan untuk SMK swasta berasal dari orang tua siswa. Sumbangan yang berasal dari masyarakat, dunia usaha dan industri serta pemanfaatan potensi melalui unit produksi baik untuk SMK Negeri maupun SMK Swasta secara umum belum menghasilkan sumbangan dana yang berarti. Di samping itu ditemukan juga bahwa 26 Ida AES,” Analisis Biaya Pendidkan dan Dampaknya Terhadap Kualitas Proses Pembelajaran dan Aspirasi Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012) Tesis, Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja: 2012. 31 semua SMK merasakan hambatan manajemen pembiayaan pendidikan berupa keterlambatan siswa orang tua dalam melunasi iurannya. 27 Dari penelitian tersebut tampak bahwa belum ada perubahan yang berarti dalam orientasi manajemen pembiayaan pendidikan. SMK negeri pada umumnya masih mengandalkan dana dari pemerintah sedangkan SMK Swasta pada umumnya sangat bergantung pada orangtua siswa. penelitian tersebut juga menemukan dana yang berasal dari masyarakat, dunia usaha dan unit produksi masih rendah. Hal ini mengindikasikan belum mampunya SMK dalam menggali sumber dana alternative dari masyarakat, dunia usaha/industri serta pemanfaatan potensi yang dimiliki. Meskipun demikian terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa belum tentu manajemen pembiyaan pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan, Dedy Achmad Kurniady menyatakan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan tidak berdasarkan pada perencanaan yang dibuat karena keterbatasan dana yang dimiliki , pembiayaan berdasarkan pada hal hal yang urgen saja dan berdasarkan pada pengalaman pengalaman tahun lalu, sehingga hal ini berpengaruh pada penurunan mutu pendidikan.28 Wagiran, “Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah kejuruan dalam era otonomi daerah dan penerapan manajemen 27 Sukardi, dkk,” Pola Pembiayaan Siswa SMK Negeri dan Swasta di DIY “, Laporan Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 2004. 28 Armida, “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 12, No 1, 1 April 2011. 32 peningkatan mutu berbasis sekolah “ Penerapan otonomi daerah serta manajemen berbasis sekolah, belum berpengaruh banyak pada orientasi manajemen pembiayaan pendidikan. Production Based Education serta optimalisasi pengelolaan unit produksi yang dapat dikembangkan sekolah merupakan salah satu upaya untuk mendukung manajemen pembiayaan pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan.29 David Wijaya menemukan Sistem manajemen pembiayaan pendidikan merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah serta merupakan salah satu alat penentu terwujudnya mutu pendidikan. Pendidikan yang mahal bukan berarti secara otomatis dapat menunjukkan mutu pendidikan yang tinggi, karena tinggi rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan ditentukan oleh manajemen pembiayaan pendidikan. Oleh karena itu, setiap sekolah seharusnya menerapkan manajemen pembiayaan pendidikan berbasis akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi dan keuangan yang berlaku secara umum serta sistem manajemen pembiayaan pendidikan yang berbasis peningkatan mutu pendidikan. 30. Dari telaah beberapa hasil penelitian di atas maka ditemukan inkonsistensi hasil penelitian manajemen pembiyaan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. 29 Wagiran,” Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah kejuruan dalam era otonomi daerah dan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Volume 15, Nomor 2, 2 Oktober 2006. 30 David Wijaya, Implikasi Manajemen keuangan Sekolah terhadap kualitas pendidikan “, Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 13, Desember 2009. 33 Penelitian-Penelitian di atas lebih menitikberatkan pada masalah manajemen pembiayaan atau keuangan serta trasparansi manajemen pembiayaan saja, belum menyentuh pada tataran implikasinya terhadap peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di lembaga bersangkutan. Maka dari itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti manajemen keuangan dalam kaitannya dengan perencanaan keuangan, penggunaan keuangan, dan implikasinyan manajemen pembiayaan pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Ambarawa . E. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan tesis ini dibagi menjadi enam bab, yaitu: Bab I: Pendahuluan, membahas tentang: Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kajian pustaka, membahas tentang: Konsep manajemen keuangan, mutu pendidikan, serta hasil penelitian terdahulu dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan teori : membahas tentang strategi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam, manajemen pembiayaan pendidikan, implikasi manajemen pembiayaan pendidikan dengan mutu lembaga pendidikan Islam. Bab III: Metode yang digunakan untuk memaparkan data dan temuan penelitian tentang strategi peningkatan mutu lembaga pendidikan Islam melalui Manajemen pembiayaan. Bab IV: Pembahasan, mencakup: Visi, misi madrasah, strategi Peningkatan mutu, Perencanaan keuangan, penggunaan keuangan, dan implikasinya dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Ambarawa serta analisis. 34 Bab V: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran BAB II Landasan Teori A. Strategi Peningkatkan Mutu Pendidikan Islam 1. Pengertian Peningkatan Mutu Strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran yang khusus. 31 Dulu strategi digunakan dalam kegiatan berperang, tetapi istilah ini kemudian dapat diterapkan dalam berbagai lingkup kehidupan diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai 31 Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 708 35 kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Peningkatan memiliki kata dasar tingkat ditambahi imbuhan pe-an sehingga menjadi peningkatan yang berupa kata benda dengan arti proses, cara, perbuatan meningkatkan sesuatu.32 Selanjutnya mutu adalah baik buruk suatu keadaan. Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible. Beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh Abdul Hadis, dan Nurhayati, dalam Manajemen Mutu Pendidikan menurut para ahli yaitu: 1) Menurut Juran , mutu produk ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu (1) teknologi; yaitu kekuatan; (2) psikologis, yaitu rasa atau status; (3) waktu, yaitu kehandalan; (4) kontraktual, yaitu ada jaminan; (5) etika, yaitu sopan santun. 2) Menurut Crosby mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi . 3) Menurut Deming mutu ialah kesesuaian kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan 32 Kamus besar bahasa Indonesia, …… 677 36 kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa. 4) Menurut Feigenbaum mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila memberikan kepuasan kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan. 5) Garvi dan Davis menyatakan mutu ialah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.33 Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk. Menurut Sallis dalam Thomas mengatakan bahwa mutu dapat diartikan sebagai derajat kepuasan luar biasa yang di terima oleh pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.34 Menurut Marus Suti, mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan segi diskriptif. Dalam arti normatif mutu berdasarkan pertimbangan instrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Sedangkan secara ekstrinsik, pendidikan merupakan instrument 33 Hadis, Abdul & Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit AlfaBeta, 2010,84-85 34 Thomas, Partono. ” Faktor Determinan Produktivitas Sekolah”, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 17, Nomor 1, 2013, 3 37 untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam arti deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes.35 Dengan demikian, penulis simpulkan bahwa mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu. Mutu dalam konteks "hasil pendidikan" mengacu pada prestasi yang dicapai sekolah pada kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya ulangan umum, UN atau UAMBN). Dapat pula prestasi di bidang lain seperti prestasi di suatu cabang olah raga,seni atau keterampilan. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,saling menghormati, kebersihan, dsb. Achmad mengemukakan bahwa, mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien terhadap komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap norma atau standar yang berlaku.36 Apapun yang dilakukan harus berpatokan pada aturan dan standar. Ada banyak pendapat mengenai kriteria mutu pendidikan. Mutu pendidikan menurut standar nasional pendidikan adalah pendidikan yang 35 Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Daerah, Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011,5 36 Dedy,Achmad, Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12. No I, April 2011, 5. 38 menghasilkan lulusan sesuai dengan harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral pengetahuan maupun kompetensi kerja. Mutu merupakan sebuah konsep yang kontradiktif sebab di satu sisi mutu dapat diartikan sebagai konsep yang absolut dan di sisi lain bisa diartikan konsep yang relatif. Sebagai konsep yang absolut, mutu dipahami sebagai dasar penilaian untuk kebaikan dan kebenaran yang memungkinkan standar tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang bersifat relatif ialah mutu dapat dinilai terus kelanjutannya, mutu merupakan produk konseptual yaitu apa yang dianggap sekarang bermutu belum tentu besok bisa dianggap bermutu sehingga perlu adanya perbaikan terus menerus. Secara terminologi mutu telah didefinisikan secara beragam, Edward Dening mendefinisikan mutu sebagai “ kesesuaian dengan kebutuhan pasar”, dari definisi ini, Armand V. Feigenbaun mengatakan ukuran relatif dari suatu produk atas jasa sesuai dengan standar mutu desain. Mutu desain meliputi spesifikasi produk dan mutu kesesuaian, yaitu seberapa jauh suatu produk telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dengan berbagai pengertian mutu tersebut maka manajemen mutu berarti sebagai keseluruhan metode untuk mengatur mutu dalam suatu organisasi yang meliputi produk, jasa, kinerja, proses dan sumber daya manusia. Manajemen mutu menggabungkan trilogi mutu, yaitu perencanaan mutu, pengendalian mutu, dan perbaikan mutu.37 37 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (konsep, prinsip dan aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah ), 320-321. 39 Dengan demikian dapat simpulkan bahwa mutu pendidikan bukan ditentukan dari lembaga penyelenggara pendidikan tetapi mutu pendidikan adalah spesifikasi yang dikehendaki dan kesesuaian dengan apa yang menjadi pandangan serta harapan masyarakat, dengan mengoptimalkan keseluruhan penunjang mutu pendidikan, yaitu input, proses, sehingga akan menghasilkan kualitas output mutu pendidikan yang tinggi. Indikator sekolah bermutu dari perspektif service provider adalah sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memenuhi indikator produk sebagai berikut: a. Sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau confoormance to specification. b. Sesuai dengan penggunaan atau finess for purpose or use. c. Produk tanpa cacat atau zero defect. d. Sekali benar dan seterusnya atau right First every time . Dalam konteks pendidikan nasional maka ke empat indikator mutu tersebut di atur dalam SNP sesuai dengan UU No 32 Tahun 2013 yaitu: standar isi, standar kompetensi lulusan, standaar proses, standar pembiayaan, staandar pengelolaan, standar sarana prasarana, standar penilaian pendidikan. Sedangkan indikator mutu pendidikan menurut spesifikasi costemer ialah. a) kepuasan pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan pelanggan. b) Setia kepada pelanggan bila produk dan jasa memenuhi harapan. 40 Pelanggan sesuai dengan konsep bahwa pendidikan adalah layanan jasa maka indikator kepuasan pengguna dapat dilihat dari penampilan, respons, handal, keyakinan, empati. Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru, kepala sekolah, staf sekolah, proses pembelajaran sarana dan prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem penilaian, dan komponen lainya. Ini berarti melalui pengawasan harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pengawas sekolah harus menjadi bagian intergral dalam meningkatkan mutu pendidikan agar bersama guru, kepala sekolah, staf sekolah dan lain sebagainya berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan seoptimal mungkin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.38 B. Indikator Mutu Pendidikan Indikator atau kriteria yang dapat dijadikan tolak ukur mutu pendidikan yaitu hasil akhir pendidikan misalnya tes tertulis, anakdot, skala sikap.39 Dalam konteks pendidikan, indikator mutu berpedoman pada konteks hasil pendidikan yang mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada kurun waktu tertentu. Sedangkan prestasi yang dicapai dapat berupa hasil tes kemampuan akademik atau prestasi non akademik. Faktor Faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu. 38 Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Peraturan Menteri No 19 Tahun 2011 39 Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum untuk Abad 21;Indikator cara mengukur dan faktor faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan,Sindo: Bandung, 1994,390. 41 Dalam peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh input dan faktor proses manajemen pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input pendidikan terdiri dari seluruh sumber daya sekolah menurut Subagio terdiri dari man, money, policy.40 Dari pengertian diatas maka input pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu dapat berupa 1. Sumber daya manusia sebagai pengelola sekolah terdiri dari : a) Kepala Sekolah merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala. b) Guru merupakan adalah pendidik professional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. c) Tenaga kependidikan. 2. Sarana prasarana Sarana prasarana pendidikan merupakan media belajar atau alat bantu yang pada hakikatnya akan lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.41 3. 40 Kesiswaan Subagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Ardadizya Jaya: Jakarta, 2002, 22. 41 1990. Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, Remaja Rosdakarya: Bandung, 22, 42 Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang turut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Penerimaan siswa berdasarkan pada criteria yang jelas transpran dan akuntabel. 4. Pembiayaan Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan adalah pembiayaan pendidikan yang memadai. Sekolah harus memiliki dana yang cukup untuk menyelenggarakan pendidikan. Oleh karena itu pembiayaan harus dikelola secara transparan. C. Standar Mutu Pendidikan Secara nasional standar mutu pendidikan merujuk pada Undang Udang Sistem Pendidikan Nasional no 32 tahun 2013 meliputi: Standar Kompetensi Lulusan Standar ini merupakan kulifikasi kemampuan lulusan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 26 bahwa Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Standar Isi 43 Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 5 bahwa Standar Isi mencakup kriteria: a. ruang lingkup materi; dan tingkat Kompetensi. Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berlaku untuk satuan pendidikan. Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berlaku untuk Peserta Didik pada setiap tingkat kelas. Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Sedangkan ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dirumuskan berdasarkan kriteria: a.muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; b.konsep keilmuan; dan c.karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Standar Proses Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Sebagaimana yang tercantum pada pasal 19 bahwa Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses 44 Pembelajaran, pelaksanaan proses Pembelajaran, penilaian hasil Pembelajaran, dan pengawasan proses Pembelajaran untuk terlaksananya proses Pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Standar ini merupakan standar nasional tentang kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan dari tenaga guru dan tanaga kependidikan lainnya. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) sertifikat profesi guru untuk SD/MI Standar Sarana dan Prasarana Standar ini merupakan kriteria minimal tentang ruang belajar, perpustakaan, tempat olahraga, tempat ibadah, tempat bermain dan rekreasi, laboratorium, bengkel kerja, sumber belajar lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Dalam standar ini termasuk pula penggunaan teknologi informasi dan komunika. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan 45 habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjut. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar Pengelolaan Standar ini meliputi perencanaan pendidikan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pada tingkat nasional. tujuan dari standar ini ialah meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program. Standar Pembiayaan Standar ini merupakan standar nasional yang berkaitan dengan komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan selama satu tahun.Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, 46 dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Standar Penilaian Pendidikan Standar ini merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang mekanisme, prosedur, instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian yang dimaksud di sini adalah penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang meliputi: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Delapan standar nasional pada akhirnya akan bermuara pada suatu tujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka 47 mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.Pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana serta memiliki target dan kerangka waktu yang jelas agar dapat memenuhi atau bahkan melampaui standar nasional pendidikan. Sebuah sistem pendidikan meniscayakan adanya sebuah evaluasi guna mengontrol kinerja suatu satuan pendidikan, sehingga dengan adanya fungsi kontrol tersebut tingkat efektivitas, produktivitas, berhasil dan gagalnya sistem pendidikan dapat dipantau. Sebagaiman tercantum dalam bab XII pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Di samping ikut serta dalam proses evaluasi kinerja pendidikan, pemerintah juga berwenang dalam melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Yang dimaksud akreditasi di sini adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Akreditasi oleh pemerintah ini dilaksanakan oleh BANS/M (pada jenjang pendidikan dasar dan menengah), 2). Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. 48 Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan tindakan atau tata krama yang sasarannya manusia. 42 Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, istilah bahasa Arab yang menurut penulis dapat meliputi kedua istilah di atas. Hal yang sama dikemukakan oleh Azyumardi Azra bahwa pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inhern dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lîm dan ta’dzîb yang harus dipahami secara bersama-sama.43 Dari pemaparan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara sesuai dengan ajaran Islam.44 Rumusan ini sesuai dengan pendapat Endang Saefudin Anshari yang dikutip Azra bahwa pendidikan Islam adalah 42 Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara Wacana,1991, 67 43 Rusli Karim, Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita , ….,67 44 Imam Barnadib, Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam ”Islam dan Pendidikan Nasional,”Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983, 135-136 49 proses bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan fisik dan psikis siswa dengan bahan materi dan metoda tertentu dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu sesuai dengan ajaran Islam. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kita perlu melakukan kajian terhadap rencana yang terkait dengan kualitas untuk upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam. D. Manajemen Pembiayaan Manajemen berasal dari bahasa latin yaitu dari kata asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang melakukan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.45 Menurut Marry Parker Follet mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “the art of getting things done through people” artinya manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang orang. 46 Manajemen adalah kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.47 Sedangkan pengertian manajemen menurut Henry L. Sisk pada buku Principles of Management mengemukakan definisi manajemen sebagai berikut: “Management is the 45 Husaini Usman, Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet 2, 4. 46 Husaini Usman, Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, 3. 47 Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 408 50 coordination of all resources throughthe processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives48. Manajemen berupa mengkoordinasikan semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kontrol guna mencapai tujuan secara obyektif. Menurut Sergiovanni, Barlingome, Coonbs dan Thurton mendefinisikan manajemen sebagai “process of working with and through others to accomplish organizational goals efficiently”. Yaitu proses kerja dengan dan melalui (memberdayakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Oleh karena itu, definisinya merupakan proses terdiri atas kegiatan dalam upaya mencapai tujuan kerjasama (administrasi) secara efisien pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Gorton yang menegaskan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.49 Manajemen adalah suatu istilah yang sulit didefinisikan secara tepat ada sejumlah teori yang diajukan bersama dengan sangat banyak deskripsi berdasarkan observasi karena sulitnya maka batas-batas manajemen pendidikan tidak jelas.50 48 Henry L. Sisk, Principles of Management Brighton England: South-Western Publishing Company, 1969, 10 49 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, cet 2, 39. 50 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, 16-17. 51 Dari pendapat para ahli manajemen di atas penulis menyimpulkan bahwa manajemen adalah suatu tindakan yang terdiri perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian sehari-hari istilah pembiayaan berasal dari kata finance dikaitkan dengan usaha memperoleh modal untuk membiayai aktifitas yang dilakukan. Namun pengertian keuangan itu diperluas, dalam arti bukan hanya sebagai usaha pengumpulan modal, melainkan mencakup dimensi penggunaan modal. Perluasan pengertian itu sebagai akibat kesadaran bahwa modal merupakan faktor produksi yang langka sehingga perlu dipakai sebaik mungkin.51 Pengertian lain pembiayaan pendidikan adalah sejumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru, peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana ruang belajar siswa, perbaikan ruang, pengadaan peralatan, kegiatan ekstra kurikuler siswa dan pengadaan buku pelajaran.52 Dari definisi di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan adalah serangkaian aktivitas yang mengatur keuangan madrasah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan madrasah dengan pengendalian atas fungsi manajemen untuk mewujudkan tujuan organisasi. Berikut pandangan Islam tentang pertanggungjawaban. Firman Allah SWT dalam Surat Al-zalzalah ayat 7- 8: 51 Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan ,Semarang, Setya wacana, 1989,130. 52 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,… 64. 52 Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (7) dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya .53 Dalam pandangan agama Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik, sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam yang sesuai dengan unsur-unsur manajemen. Berikut ini dapat kita lihat mengenai manajemen dan kewajiban untuk bertanggung jawab. Firman Allah SWT. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. (QS. Al-Mudasir: 38.54 a. Sumber Pembiayaan Madrasah Pada tingkat sekolah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat dan pemerintah Sejauh tercatat dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), sebagian besar biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari pemerintah pusat, sedangkan sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan. 53 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Al-Waah, 1989, 54 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, …992. 1087. 53 Sumbangan dapat diberikan secara insedental guna menutup sebagian kecil kebutuhan rutin sedang bantuan dapat diberikan berdasarkan jumlah murid, serta subsidi diberikan untuk menutup semua pengeluaran rutin sekolah.55 Jadi pendapatan madrasah selain bersumber berasal dari orang tua siswa juga bersumber dari pemerintah, bantuan luar negeri dan sumbangan sukarela. b. Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Madrasah Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan yang secara keseluruhan menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban. Berdasarkan penjelasan dari konsep manajemen pembiayaan di lembaga pendidikan formal dapat melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Penganggaran (budgeting) Penganggaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk mengatur pemakaian sumber daya pada masa yang akan datang. 56 Anggaran sering kali dimaknai sebagai suatu rencana, namun dalam bidang manajemen pembiayaan di lembaga pendidikan sering disebut 55 Harbangan Siagian,….133. Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014, 4. 56 54 dengan RAPBM. Ada dua bagian dalam penganggaran, yaitu perkiraan pendapatan dan pengeluaran. Perkiraan dan penyajian pendapatan harus dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat direalisasikan.57 Biaya pendidikan pada umumnya diartikan sebagai pengeluaran sejumlah uang untuk membiayai pendidikan. Investasi dalam pendidikan diperlukan untuk merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut jenis pendidikan. Investasi merupakan pengorbanan sejumlah nilai tertentu saat ini untuk memperoleh nilai (pengembalian) mendatang yang tentunya dengan harapan lebih besar dari nilai saat ini.58 Biaya investasi sekolah meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana serta biaya pengembangan sumber daya manusia. Sementara itu, biaya personal meliputi segala macam pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh siswa sekolah, antara lain SPP (tuition fee) dan biaya praktikum, agar dapat mengikuti pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Adapun biaya operasional sekolah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 62 meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya personal. Biaya investasi meliputi penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Sedangkan biaya operasional mencakup tiga komponen, yaitu: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; dan (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai (boardmarker/kapur, 57 58 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Madrasah,…. 47-48. Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan,… 39. 55 penghapus, tinta, kertas tik dan sebagainya); (3) dan biaya operasional pendidikan tidak langsung yakni biaya pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, air, jasa, daya listrik, telekomunikasi, asuransi dan sebagainya.59 Penerimaan biaya pendidikan di sekolah H. M. Levin dalam Armida menyatakan adalah school revenue refer to the financial receipts of school for supporting their operations. Such revenues can be derived from taxation, tuition charges, and student fees as well as from contributions and income from the provisions of goods and services.60 Kaitannya dalam penyusunan anggaran adalah harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang maka kehidupan sekolah akan menjadi efektif dan efisien dalam hal keuangan, sehingga sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan sekolah, dalam rangka untuk mempermudah pertanggungjawaban keuangan. Penulis menyimpulkan bahwa anggaran ialah suatu rencana yang berisi jumlah uang yang dimiliki untuk membiayai kegiatan proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Adapun Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM) Proses 59 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafik. 60 Armida, “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 12, Nomor 1, 1 April 2011,5. 56 pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Pada tingkat kelompok kerja yang dibentuk madrasah yang terdiri para pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan biaya selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan. 2) Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu diadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBM. 3) Sosialisasi dan legalitas setelah RAPBM dibicarakan dengan komite madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan usulan RAPBM kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.61 c. Pelaksanaan Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yakni penerimaan pengeluaran dan penggunaan. 61 Departemen Agama, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Bandung: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Sekolah, 2003,116-119. 57 1) Penerimaan Penerimaan keuangan sekolah dari sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya menganut pola panduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat makro kelembagaan. Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasis sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Pada umumnya disetiap sekolah telah ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara oleh pihak berwenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar setelah mendapat perintah dari atasan langsung. Sedangkan uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk 58 dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam hal ini pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah. 2) Pengeluaran Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga administrasi, guru, bahan-bahan perlengkapan dan fasilitas. Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya. Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administratif. 3) Evaluasi dan Pertanggungjawaban Evaluasi adalah aktivitas melakukan pengukuran untuk menilai perkembangan keberhasiln pelaksanaan rencana dan program berdasarkan kriteria tertentu.62 Dengan tujuan untuk menilai tingkat keberhasialn pelaksanaan rencana dan program pendidikan, menetapkan 62 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, 205. 59 kriteria sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan, menyempurnakan rencana dan program tahunan serta melaksanakan perbaikan pelaksanaan kegiatan dan menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pendidikan. Besarnya peranan manajemen keuangan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sebuah lembaga pendidikan dijalankan oleh bagian yang menangani khusus manajemen keuangan, atau setidaknya ada orang yang khusus ditunjuk dalam melaksanakan manajemen keuangan. Sedangkan pertanggungjawaban keuangan sekolah dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada: a) Kepala Kanwil Departemen Agama. b) Kepala Badan Administrasi Keuangan Daerah (BAKD) c) Kantor Departemen Agama Setempat. Pertanggungjawaban dalam bentuk pelaporan setiap bulan kepada pihak yang di tetapkan sesuai dengan format dan ketetapan waktu.63 Dengan demikian penulis simpulkan bahwa pelaksanaan manajemen keuangan di madrasah akan berjalan dengan lancar bila pengelolaan keuangan ditangani oleh seseorang yang mengerti betul cara pengelolaan keuangan sekolah dan mempunyai pengetahuan. d. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Agar pelaksanaan program PKPS-BBM dan masyarakat memahami program BOS dengan benar, maka dalam bab ini akan diuraikan tentang definisi tentang progrram BOS. 63 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,…., 201-206. 60 1) Pengertian Dana BOS Menurut peraturan MENDIKNAS Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi non personalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi non personalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari SNP. Dalam buku teknis pelaksanaan dana BOS pada madrasah swasta tahun anggaran 2011. Pengertian BOS ialah program pemerintah yang pada dasarnya adalah penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar 9 tahun. Dengan demikian hakikat program BOS ialah untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun yang berkualitas tinggi. Melalui program BOS, maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan halhal sebagai berikut: a) BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun yang berkualitas. b) Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran. c) Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke tingkat MTs/setara. d) Kepala madrasah penanggungjawab dan mengajak siswa MI yang akan lulus dan berpotensi melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi demikian pula bila teridentifikasi ada anak putus 61 sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah. e) Kepala sekolah dalam mengelola dana BOS harus transparan dan akuntabel dan BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua siswa, memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan komite madrasah dan orang tua siswa. 2) Tujuan dan Sasaran Dana BOS Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka program belajar 9 tahun yang bermutu, secara khusus program BOS bertujuan : a) Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dan beban biaya operasional sekolah. b) Menggratiskan sekolah SD/MI dan SMP negeri terhadap biaya operasional sekolah, kecuali pada rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Bertaraf Internasional (SBI). c) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.64 Sasaran BOS ialah “semua sekolah SD/MI dan SMP, termasuk Sekolah Pertama Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di 64 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan,…., 191-192. 62 Indonesia sedangkan program kejar paket A dan B tidak mendapat bantuan dana BOS karena sudah dibiayai oleh pemerintah”. 3) Landasan Hukum Dana BOS Dalam pelaksanaan program BOS baik sekolah negeri dan swasta di seluruh Indonesia yang menerima dana BOS harus mengetahui peraturan Undang-undang yang berkaitan, di antaranya : a) Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945. b) Undang-undang Dasar No 17 Tahun 1965 tentang pembentukan badan pemeriksa keuangan. c) Undang-undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara. d) Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. e) Undang-undang No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.Undang-undang No 14 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara. f) Undang-undang NO 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Bila melihat perundang-undangan di atas, bahwa pemerintah benar-benar serius dalam menggarap program BOS yang tujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dan untuk penuntasan wajib belajar sembilan tahun yang berkualitas tinggi supaya berjalan sesuai dengan tujuan dan tetap sasaran. 4) Penggunaan Dana BOS 63 Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim manajemen BOS sekolah, dewan guru dan komite sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah yang diterima oleh sekolah. Dana BOS digunakan untuk membiayai kegiatankegiatan berikut: a) Pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, yaitu biaya pendaftaran, pengadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang. b) Pembelian buku referensi untuk dikoleksi diperpustakakan, pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, dan untuk honor tambahan di luar jam pelajaran dalam arti honor les biaya transportasi, dan akomodasi guru/siswa dalam rangka mengikuti lomba. c) Pembiayaan ulangan harian, umum, ujian sekolah, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk foto copy, honor koreksi ujian dan honor dalam rangka penyusunan rapor siswa). d) Pembelian bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis atau spidol, pensil, kertas, bahan praktikum buku-buku siswa, buku inventaris, langganan koran, majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari. 64 e) Pembiayaan perawatan sekolah yaitu pengecatan, perbaikan semua gedung sekolah, dan perbaikan fasilitas sekolah. f) Pembiayaan honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer, untuk sekolah SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga honorer yang membantu administrasi BOS. g) Pengembangan profesi keguruan sepeti pelatihan dan pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transpor dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris sekolah. 65 5) Pengawasan dan Sangsi Dana BOS Pengawasan dana BOS adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi masalah yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang dan pemborosan keuangan negara. Pengawasan dana BOS meliputi pengawasan melekat, fungsional, dan masyarakat. untuk lebih jelasnya peneliti akan bahas satu-persatu yaitu: a) Pengawasan melekat. Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan instansi kepada bawahannya. b) Pengawasan fungsional internal. Instansi pengawasan fungsional yang melakukan pengawasan fungsional yang melakukan pengawasan program BOS secara internal adalah inspektorat 65 Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014, 4-5 65 jenderal Depdiknas serta badan pengawasan daerah (Bawasda) provinsi dan kabupaten atau kota, instansi tersebut bertanggung jawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit. c) Pengawasan eksternal. Instansi. Pengawas eksternal yang melakukan pengawasan program BOS adalah badan pengawas keuangan (BPKP) instansi ini bertanggung jawab untuk melakukan audit sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut atau permintaan instansi yang akan diaudit.66 Sangsi penyalahgunaan dana BOS sangatlah fatal karena pemerintah bertindak tegas dalam hal ini, pemblokiran sementara bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada Kabupaten atau Kota dan, bila mana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan. Secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribnadi, kelompok atau golongan.67 Dengan adanya yang sangsi yang tegas dari pemerintah diharapkan sekolah penerima dana BOS tidak menyalah gunakan dana untuk kepentingan lain. E. Implikasi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya 66 67 Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014, 7 Mulyono, MA. komsep penbiayaan pendidikan, 202-205. 66 termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan Islam. Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan. Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dituntut agar dapat mengembangkan setiap warga yang siap memasuki era globalisasi yang penuh tantangan menghasilkan manusia dan masyarakat indonesia yang maju dan mandiri dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Dalam hubungan ini berbagai program pendidikan yang mengacu kepada tema pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan, meskipun sampai saat ini masih banyak permasalahan dan tantangan yang perlu mendapat perhatian. 68 Keinginan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi sekolah. Keberhasilan sekolah membentuk opini yang positif masyarakat bahwa proses dan hasil pembelajaran di sekolah itu bermutu merupakan indikasi bahwa sekolah itu telah berhasil memuaskan pelanggannya. 68 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000,92-93 67 Dalam kenyataannya tidak semua sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan bermutu. Sekolah yang melakukan proses yang bermutu akan memuaskan orang tua peserta didik. Sebaliknya semua sekolah melakukan hal yang sama sehingga bukan orang tua saja yang terpuaskan, tetapi juga akan meningkatkan jumlah siswa berprestasi sehingga memudahkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sekolah bermutu adalah sekolah yang dapat mencapai tujuan dan dapat memuaskan seluruh masyarakat yang memanfaatkan jasa sekolah itu.69 Oleh karena itu sekolah perlu memperhatikan 3 komponen penentu keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan perhatian pengalokasian dana antara lain: a) Siswa Siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, karena siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya di dalam pembelajaran melainkan juga kegiatan sekolah. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para siswa adalah kegiatan-kegiatan diluar kurikuler atau kegiatan ekstra kurikuler.70 Kegiatan ekstra kurikuler juga membutuhkan dana, untuk itu diperlukan anggaran tersendiri agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik demi perbaikan mutu sekolah tersebut b) Guru 69 Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011 70 Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009 68 Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumberdaya manusia yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh sebab itu agar tugas pembinaan bagi para guru oleh kepala sekolah dapat dilaksanakan secara efektif maka ruang lingkup atau dimensi-dimensi kepegawaian perlu dipahami oleh setiap kepala sekolah.71 Adanya keseragaman dalam pola penggajian guru menjadi salah satu syarat untuk memacu peningkatan mutu proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah sebagaimana yang digagas dalam konsep MBS, tentu saja kesejahteraan tidak identik dengan kesejahteraan finansial. Standar gaji, tunjangan fungsional dan kesejahteraan material lain yang di perjuangkan guru-guru adalah realitas.72 c) Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana Madrasah Sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti meja, kursi, alat peraga, buku pelajaran. Sedangkan prasarana ialah semua komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, dan tata tertib sekolah. Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan merencanakan kebutuhan, pengadaan investasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan penghapusan 71 Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009 Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011. 72 69 hingga penataan halaman, bangunan, perlengkapan dan perabot madrasah secara tepat guna dan tepat sasaran. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan terjadi secara efektif bila mana dikelola dengan manajemen yang tepat. Selama ini peningkatan mutu pendidikan cenderung melalui manajemen sentralistik. Begitu banyak program peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik oleh pemerintah pusat. dan beragam program pelatihan guru dilaksanakan secara terpusat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar.73 Keinginan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi pihak penyelenggara pendidikan. Mutu tidak akan habis-habisnya dibicarakan dan dituntut oleh masyarakat. Kepuasan pelanggan pendidikan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan MBS. 74 Efektifitas pembiayaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi, program kegiatan tidak hanya dihitung berdasarkan biaya tetapi juga waktu, dan amat penting menyeleksi penggunaan dan operasional, pemeliharaan dan biaya-biaya lain yang mengarah pada pemborosan. Implikasi manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan adanya pengalokasian dana pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang memerlukan anggaran dalam dalam meningkatkan mutu pendidikan. 73 Ibrahim Bafada, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara 2006, 35. 74 Amiruddin Siahaan,dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, 121. 70 Dengan adanya anggaran dana yang di alokasikan untuk proses pembelajaran diharapkan dapat menunjang semua kegiatan yang di madrasah tersebut demi peningkatan mutu pendidikan. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Berdasarkan kajian dan pusat perhatian dari penelitian ini yang berusaha untuk mengetahui strategi peningkatan mutu pendidikan Islam melalui manajemen pembiayaan di madrasah ibtidaiyah negeri Ambarawa, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan melaksanakan studi yang mendalam mengenai sesuatu unit sosial sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial .75 Menurut Judith Preissle dalam Pupu Saeful Rahmat menyatakan bahwa : Quantitative research is a loosely defined category of research designs or models, all of which elicit verbal, visual,tactile,alfactory, and gustatory data in the formof descriptive narratives like field notes, recording, or other transcriptions from audio and videotape and other written records and pictures or films.76 Menurut 75 76 2009,2. Syarifuddin Azwar, Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka, 1999, 8. Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,Equilibrium, Vol.5,No.9, Januari-Juni 71 Bogdan dan Biklen dalam Pupu Saeful Rahmad yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati. 77 Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. Penelitian deskriptif menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.78 Jenis penelitian ini mempunyai ciriciri antara lain setting yang aktual, peneliti adalah instrumen kunci, data bersifat deskriptif, menekankan kepada proses, analisis datanya bersifat induktif, dan pemaknaan (meaning) setiap peristiwa merupakan perhatian yang esensial dalam penelitian kualitatif. B. Subjek Penelitian Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.79 Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, dengan harapan dapat memberikan informasi dan keterangan yang memadai sesuai dengan aspek kajian yang dirumuskan. Selebihnya adalah data tambahan guna 77 Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,3. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001,15. 79 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,2006,129. 78 72 melengkapi dan mendukung sumber data utama yang digunakan yaitu sumber data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif, narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi. Nara sumber melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah yang bertanggungjawab terhadap semua kegiatan yang ada di sekolah, bendahara, komite sekolah, guru, karyawan, siswa dan wali murid. Dasar pemilihan nara sumber adalah adanya pertimbangan untuk memberikan informasi guna menjawab permasalahan-permasalahan penelitian. Pemilihan informan atau key person ini dilakukan secara purposif atau sesuai dengan tujuan fokus permasalahan. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.80 Data dalam penelitian ini dikelompokkan sebagai berikut: Tabel 3.1 Data 80 Rincian Data Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:CV.Alfabeta,2010, cetakan ke-9, 23. 73 Strategi Peningkatan Pendidikan Islam Mutu 1. Penggunaan pembiayaan untuk siswa 2. Penggunaan pembiayaan untuk sarana prasarana yang menunjang pendidikan Islam. 3.Penggunaan pembiayaan untung pengembangan dan tunjangan profesi guru PelaksanaanManajemen 1. Perencanaan RAPBM Pembiayaan 2. Pelaksanaan RAPBM 3. Pengawasan RAPBM 1) Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan tujuan penyelidikan. 81 Wawancara merupakan alat rechecking terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawacara mendalam. Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, Guru, karyawan, komite, siswa, wali siswa MIN Ambarawa. Hal-hal yang akan ditanyakan dalam wawancara ini antara lain: (a) strategi peningkatan mutu pendidikan (b) perencanaan pembiayaan (c) pelaksanaan manajemen pembiayaan (d) pengawasan pembiayaan 81 Sutrisno Hadi, Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000, 136. 74 2) Observasi Bentuk yang digunakan adalah observasi langsung sering juga disebut observasi partisipatif yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer terlibat dalam keseharian responden.82 Peneliti berperan aktif dalam lokasi studi, sehingga benar-benar terlibat dalam kegiatan yang ditelitinya. Peneliti mengamati secara langsung, baik secara formal maupun informal. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran data mengenai peningkatan mutu pendidikan melalui manajemen pembiayaan yang dilaksanakan di madrasah. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan tiga tahap yaitu: (a) pengamatan deskriptif, yaitu pengamatan untuk mengeksplorasi data secara umum;(b) pengamatan terfokus, yaitu pengamatan untuk menunjang analisis; (c) pengamatan terseleksi, yaitu pengamatan untuk menunjang komponen. Peneliti mengambil beberapa kegiatan secara detail sehingga kegiatan tersebut patut dijadikan contoh meskipun masih mengandung beberapa kelemahan. Observasi yang dilakukan peneliti di MIN Ambarawa bertujuan untuk mengetahui kondisi riil yang ada di lapangan serta untuk mengetahui aktivitas peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan. Observasi tersebut meliputi kegiatan pengamatan terhadap: (a) strategi peningkatan mutu pendidikan yang meliputi proses belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler; (b) pengalokasian pembiayaan (c) Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. 3) Dokumen 82 Pupu saeful Rahmad,” Penelitian Kualitatif”,3 75 Dokumen sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mencari sumber data karena dokumen dapat dipergunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peningggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil, atau hukum, dan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.83 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumen analisis, dimana peneliti mendapatkan data berupa draft tentang RAPBM. Analisis dokumen untuk perencanaan manajemen pembiayaan meliputi: (a) notulen rapat yang membahas perencanaan agenda kegiatan tahunan, (b)RAPBM, (c)buku inven-tarisasi, (d) Laporan bulanan, jurnal pengeluaran dan pemasukan, buku besar, Kas dll (e) buku kegiatan madrasah D. Teknik Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan model analisis interkatif yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman dalam Sugiyono.84 1) Reduksi Data Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran 83 84 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam,Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998, 305. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, 337. 76 yang jelas dan memper-mudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya 85 Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang diperoleh peneliti di MI Negeri Ambarawa tentang strategi peningkatan mutu dan manajemen pembiayaan, kemudian data tersebut dipilah-pilah sesuai dengan fokus penelitian dan di reduksi untuk menghasilkan data-data yang penting. Data yang telah terkumpul tersebut kemudian divalidasi oleh bendahara madrasah. 2) Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun selektif. Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya. Yang sering menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks bersifat naratif 86 . Data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk teks narasi. Namun sebelum disajikan data tersebut divalidasi oleh bendahara madrasah. Selain itu data juga dapat disajikan dalam bentuk skema, tabel ataupun gambar. Tujuannya adalah untuk memudahkan orang yang membacanya. 3) Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan setelah analisis data. Selama pengumpulan data dan setelah pengumpulan data selesai dilakukan analisis data 85 86 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,247. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,249. 77 untuk menarik suatu simpulan, sehingga dapat menggambarkan suatu pola tentang peristiwa yang terjadi. Analisis data yang terus-menerus dilakukan mempunyai implikasi terhadap pengurangan dan atau penambahan data yang dibutuhkan. Miles dan Huberman dalam Sugiyono menyatakan langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.87 Dari reduksi data dan penyajian data inilah selanjutnya apabila kesimpulan dan verifikasi pada awal telah didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada. Teknik Analisa data Bagan 3.1 87 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, 252 78 Teknik Analisa Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Penarikan Kesimpulan Sumber: Miles dan Huberman 88 E. Validitas Data Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dalam berbagai waktu. Hal ini dimaksudkan pengecekan data bisa didatangkan dari bendahara madrasah, komite madrasah, guru dan beberapa karyawannya serta siswa dan wali siswa. Untuk memperoleh data yang akurat, melalui wawancara dengan mereka, atau observasi lapangan yang kemudian dapat ditarik sebagai simpulan data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan antara lain: 88 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan,20 79 1. Membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan mutu pendidikan melalui manajemen pembiayaan dengan data hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah kemudian divalidasi oleh bendahara; 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dilihat peneliti pada saat melakukan observasi; 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 80 A. Setting Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di MI Negeri Ambarawa yang beralamat di Jln. Mgr. Soegiyopranata No. 225 Ambarawa dengan nomor statistik sekolah 111332210001 dan NPSN 20320564. MI Negeri Ambarawa berdiri sejak tanggal 11 Juli 1991 dengan akte pendirian nomor 137 tahun 1992. Proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di pagi hari. MI Negeri Ambarawa dibangun di atas tanah seluas 4.349m2 dengan jumlah guru dan karyawan 24 orang. Visi MI Negeri Ambarawa adalah terwujudnya Madrasah yang unggul, religius, disiplin, dan peduli lingkungan. Untuk mewujudkan misi tersebut, di dukung dengan adanya visi sekolah yaitu: a. Mewujudkan kebiasaan positif yang berlandaskan nilai-nilai Islam; b. Mempersiapkan manusia yang shaleh akrom; c. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan bermutu dengan pendekatan PAIKEM guna mewujudkan peserta didik yang berkwalitas; d. Memotivasi dan melaksanakan pembinaan kompetisi bidang akademik dan non akademik; e. Mewujudkan kesadaran berperilaku disiplin bagi warga madrasah.89 MI Negeri Ambarawa didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang kompeten di bidangnya. Tenaga pendidik dan terdiri dari kepala sekolah, 13 guru kelas, guru penjaskes, enam guru mata pelajaran, satu tenaga administrasi, satu security dan dua penjaga malam. Sebagai sekolah yang belum lama berdiri, MI Negeri Ambarawa memiliki kondisi sarana dan prasarana yang masih bagus. MI Negeri Ambarawa memiliki 13 ruang kelas dengan ukuran 7 x 8 m, satu ruang kepala madrasah, satu ruang 89 Observasi dan dokumentasi Rencana Kerja Tahunan kepala Madrasah 81 perpustakaan, ruang guru, satu kantin, ruang komputer, ruang gudang, halaman upacara, lapangan sepak bola, serta sarana internet. B. Hasil Penelitian 1. Strategi Peningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Strategi peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain madrasah di tuntut untuk dapat menghasilkan anak didik yang maju dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Untuk itu madrasah perlu mengelola komponen pendidikan secara optimal agar dalam proses pembelajaran berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan menurut SNP adalah pendidikan yang menghasilkan lulusan yang sesuai dengan harapan masyarakat baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan, maupun kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam kehidupan masyarakat global yang terus berkembang saat ini. Mutu Pendidikan di di MI Negeri Ambarawa diukur dengan criteria yang berdasarkan SNP yang meliputi Standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui tentang strategi peningkatan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa dengan kepala madrasah. Berikut ini petikan wawancaranya. Sekolah kami juga melakukan strategi peningkatan mutu pendidikan. Strategi tersebut kami lakukan agar peningkatan mutu di sekolah dapat tercapai dengan baik sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan 82 pendidikan. Selain itu, dilakukannya strategi peningkatan mutu juga untuk mengetahui sejauh mana hasil mutu pendidikan yang dicapai.90 Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala bagian Kurikulum yang menyatakan sebagai berikut. Strategi peningkatan mutu pendidikan kami lakukan untuk mempermudah dalam pencapaian mutu pendidikan di sekolah kami. Dengan melakukan strategi ini kami akan lebih, mudah mengetahui dan membenahi kekurangan kekurangan yang ada.91 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa strategi peningkatan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa adalah untuk memudahkan madrasah menganalisis kekurangan dalam proses peningkatan mutu. Dalam mendiagnosis kebutuhan, MI Negeri Ambarawa sangat memperhatikan kebutuhan peserta didik, disamping memperhatikan kebutuhan peserta didik diagnosis juga tidak boleh keluar dari visi misi madrasah sebagai model lembaga pendidikan Islam dan relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat serta kebijakan pemerintah tentang KTSP. Dalam mengatur strategi peningkatan mutu pendidikan di madrasah. kepala madrasah dibantu oleh wakil kepala kurikulum berikut wawancara peneliti dengan kepala madrasah. Dalam menentukan perencanaan peningkatan mutu pendidikan pada sekolah, kami mengundang komite madrasah, Mapenda, wali murid dan semua unsur yang terkait agar memberikan saran untuk peningkatan mutu pendidikan.92 Pernyataan tersebut divalidasi oleh wakil kepala kurikulum 90 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 92 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 91 83 Kami selalu melibatkan semua stakeholder, baik itu dari Mapenda, UPT Dinas Pendidikan, guru, wali murid, komite madrasah untuk membicarakan strategi peningkatan mutu pendidikan madrasah.93 MI negeri Ambarawa dalam mengatur strategi peningkatan mutu pendidikan selalu melibatkan berbagai pihak baik itu UPTD Pendidikan, Mapenda, komite, guru dan karyawan serta wali murid. Peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala kurikulum untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam strategi peningkatan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa. Berikut ini petikan wawancaranya Pendekatan yang kami lakukan untuk peningkatan mutu pendidikan yaitu pertama, kami selalu memperbaiki mutu secara terus menerus, menentukan standar yang akan dicapai, menanamkan tentang pentingnya meningkatkan mutu pendidikan, kami selalu menjalin hubungan baik dengan para wali siswa karena mereka adalah patner kami hal ini kami lakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.94 Peryataan di atas divalidasi oleh kepala MI Negeri Ambarawa tentang pendekatan strategi peningkatan mutu pendidikan oleh kepala madrasah. Kami senantiasa melakukan berbagai hal diantaranya : a) perbaikan dan peningkatan mutu secara terus menerus, yang disesuaikan dengan kebutuhan para pelanggan kami, b) Menentukan standar mutu materi kurikulum, evaluasi, standar mutu proses pembelajaran, yang nantinya diharapkan dapat maksimal dalam proses produksi dan dapat melahirkan produk yang menguasai standar mutu pendidikan, c) merubah cara pandang agar lebih menghargai mutu, saya berusaha membangun kesadaran guru, siswa, wali siswa, staf dan semua unsur yang terkait akan pentingnya mempertahankan dan meningkatkan mutu pembelajaran, baik mutu hasil maupun mutu proses, d) perubahan 93 Waka Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 94 Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 84 organisasi, jika visi misi serta tujuan lembaga berubah atau mengalami perkembangan maka otomatis terjadi perubahan struktur organisasi. Hal ini menyangkut perubahan kewenangan tugas dan tanggungjawab, e) mempertahankan hubungan dengan pelanggan.95 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kami simpulkan bahwa MIN Ambarawa selalu berusaha menggandeng semua steakholder untuk membicarakan strategi peningkatan mutu pendidikan dengan melakukan berbagai pendekatan agar dapat tercapai mutu pendidikan yang telah ditentukan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan madrasah untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan mutu pendidikan madrasah : Untuk peningkatan mutu pendidikan kami membentuk tim peningkatan mutu di MI Negeri Ambarawa. Tugas dari tim ini ialah mengawasi proses pengembangan mutu di MI Negeri Ambarawa.96 Peryataan di atas divalidasi oleh kepala MI Negeri Ambarawa tentang peningkatan mutu pendidikan oleh wakil kepala kurikulum. Sebenarnya semua kegiatan yang ada di sekolah yang bertanggungjawab adalah saya, tetapi dalam pelaksanaannya saya dibantu oleh para bapak dan ibu guru. Seperti peningkatan mutu pendidikan, maka yang membantu adalah tim peningkatan mutu yang dikoordinir oleh wakil kepala kurikulum. Tugas dari tim peningkatan mutu ini ialah mengawasi proses pengembangan di MI Negeri Ambarawa, mengusulkan pemecahan masalah di MI Negeri Ambarawa, dan mengusulkan perubahan kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman misalnya memberi tambahan kursus komputer, mengembangkan sumber daya manusia, dan mengembangkan profesionalisme guru. 97 95 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Wakil kepala Kurikulum , Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 97 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 96 85 Agar mutu dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan maka kerjasama tim sangat efektif dilakukan, semua pihak ikut terlibat dalam peningkatan mutu MI Negeri Ambarawa, baik buruknya mutu pendidikan menjadi tanggungjawab bersama. Mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa dilaksanakan sesuai dengan standar SNP berikut wawancara dengan kepala madrasah: Kriteria yang kami patok dalam meningkatkan mutu pendidikan kami sesuaikan dengan standar SNP . Hal ini juga di validitas oleh wakil kurikulum. Untuk kriteria mutu kami sesuaikan dengan standar SNP yang meliputi standar isi, standar proses, stndar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaiaan. MI Negeri Ambarawa telah menetapkan 8 standar untuk mengukur tingkat pencapaian mutu pendidikannya. Hal ini sesuai dengan standar yang ditetapkan SNP. Sehingga madrasah perlu membuat terobosan untuk peningkatan mutu Berikut ini pernyataan kepala madrasah. Untuk peningkatan mutu, madrasah membuat langkah langkah antara lain: melakukan evaluasi diri yang dilakukan setiap kali rapat, merumuskan visi, misi dan tujuan madrasah.98 Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala kurikulum Adapun langkah langkah yang ditempuh madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: melakukan Evaluasi diri, merumuskan visi dan misi serta tujuan madrasah yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman.99 98 99 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Wakil kepala Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 86 Evaluasi diri bertujuan untuk perbaikan madrasah kedepannya dalam perbaikan mutu madrasah. Evaluasi ini dilaksanakan setiap diadakan rapat untuk mengetahui kendala apa yang terjadi dalam komponen ketenagaan, sarana dan prasarana, pembiayaan serta programprogam madrasah lainnya untuk mendapatkan solusi dari kendala tersebut. Kedua Merumuskan visi, misi dan tujuan Madrasah hal ini di harapkan sesuai dengan visi dan misi pendidikan di MI Negeri Ambarawa yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang shaleh akrom yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa, berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk itu dalam perumusan visi, misi dan tujuan ini di MI Negeri Ambarawa melibatkan semua komponen madrasah. Berikut pernyataan kepala madrasah: Yang pertama kami lakukan adalah melakukan rapat kerja yaitu membahas tentang Perencanaan untuk satu tahun kedepan. Rencana ini berupa RAPBM yaitu pengalokasian dana untuk program-program kegiatan dalam upaya peningkatan mutu di madrasah sesuai dengan visi misi yang ada di madrasah. 100 Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Bendahara Hal yang pertama kami lakukan adalaha membuat perencanaan untuk satu tahun kedepan. Rencana ini berupa RAPBM yang kita sesuaikan dengan target yang jelas yakni adanya pengalokasian dana untuk program kegiatan dalam upaya peningkatan mutu di madrasah sesuai dengan visi misi madrasah. 101 100 101 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 87 Perencanaan dibuat untuk memudahkan madrasah dalam membuat terobosan guna peningkatan mutu. Perencanaan ini dibuat di awal tahun dan dibahas dalam rapat perencanaan yang dipimpin oleh kepala madrasah dan dihadiri semua staf madrasah. Dalam rapat tersebut membahas tentang perencanaan anggaran RAPBM guna peningkatan mutu dalam satu tahun ke depan dibahas dan dianggarkan serta dibuat skala prioritas. Adapun program yang dicanangkan MI Negeri Ambarawa berikut wawancara dengan kepala madrasah: Program yang kami buat untuk peningkatan mutu antara lain peningkatan kualitas guru, peningkatan prestasi siswa baik akademik ataupun non akademik serta peningkatan sarana prasarana. Adapun Program yang dicanangkan MI negeri Ambarawa meliputi:a. Peningkatan kualitas guru melalui pelatihan, seminar, workshop, b. Peningkatan prestasi akademik melalui bimbingan belajar dan prestasi non akademik melalui kegiatan ekstrakulikuler, c. Peningkatan sarana prasana yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanaan peningkatan mutu kepala madrasah dibantu berbagai pihak Berikut pernyataan kepala madrasah Saya di bantu tim peningkatan mutu yang selalu memonitoring semua kegiatan yang ada di MI Negeri Ambarawa ini, kami melakukan rapat setiap sebulan sekali. Hal ini kami lakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan semua kegiatan yang berjalan di MI Negeri Ambarawa.102 Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh wakil kepala kurikulum Di MI Negeri Ambarawa ini selalu melakukan rapat rutin sebulan sekali untuk membicarakan tentang hal hal yang berhubungan 102 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 88 dengan peningkatan mutu pendidikan, apakah sudah berjalan dengan baik atau belum, dan mana yang perlu kita benahi.103 Untuk mengetahui dan mengontrol peningkatan mutu, kepala madrasah pelaksanaan kegiatan dibantu tim peningkatan mutu memonitoring semua kegiatan di madrasah kemudian dibicarakan pada rapat bulanan. Sedangkan evaluasi yang menyangkut pengelolaan semua bidang pendidikan yang menunjang peningkatan mutu dilaporkan kepada kepala madrasah. Berikut pernyataan kepala madrasah Evaluasi belajar siswa dapat diukur melalui kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran serta hasil belajar siswa dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, nilai semester dan nilai rapot.104 Untuk evaluasi belajar diukur melalui kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran, ekstrakulikuler di madrasah, hafalan siswa, penilaian akhlak mulia siswa dan rapor. Laporan semua bidang dilaporkan setiap tahunnya kepada kepala madrasah. Berikut wawancara peneliti dengan wakil kepala kurikulum Laporan semua kegiatan di madrasah di lakukan di akhir tahun pelajaran, dalam hal ini masyarakat akan merasa terpuaskan jika madrasah dapat melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Mutu dapat dilihat jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah mengalami perubahan baik sikap, perilaku, maupun bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang bersekolah di madrasah ini.105 Adapun pernyataan kepala madrasah adalah sebagai berikut; Pelaporan semua kegiatan di madrasah dilakukan di akhir tahun pelajaran, dengan harapan masyarakat akan merasa terpuaskan terhadap proses pembelajaran yang bermutu. Mutu dapat dilihat 103 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 105 Wakil kepala kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 104 89 jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah mengalami perubahan baik sikap, perilaku, maupun bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan peserta. Namun semua itu tidak dapat terlepas dari pembiayaan madrasah dalam mengalokasikan biaya pendidikan terhadap kebutuhan peningkatan mutu pendidikan.106 Semua kegiatan di MI Negeri Ambarawa akan dilaporkan dan dipertanggungjawabkan pada setiap akhir pembelajaran dan semua pihak atas amanah yang diberikan madrasah. Dengan harapan agar mutu madrasah dapat terpantau dan diukur tingkat keberhasilannya. Sedangkan faktor pendukung peningkatan mutu lembaga pendidikan meliputi tenaga pendidik yang berlatarbelakang SI, Madrasah memiliki program yang jelas, lingkungan madrasah yang kondusif. Sedangkan faktor penghambat meliputi: Masih rendah tingkat kedisplinan guru dan ketersedian dana madrasah yang masih terbatas. 107 2. Manajemen Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa Biaya pendidikan yang ada di MI Negeri Ambarawa adalah berupa biaya operasional yaitu biaya yang dikeluarkan oleh madrasah yang secara menunjang langsung penyelenggaraan pendidikan. Biaya operasional di madrasah digunakan untuk memenuhi pengeluaran rutin madrasah dan pengeluaran non rutin madrasah meliputi pemeliharaan sarana dan prasarana, pengadaan inventarisasi madrasah, rekening listrik dan telepon, pajak serta kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler. Sumber keuangan dan pembiayaan pada madrasah secara garis besar dapat dikelompokkan atas beberapa sumber yaitu (1) pemerintah 106 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 107 Observasi, 20 Mei 2015 90 baik pemerintah pusat melalui APBN melalui Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), pemerintah daerah melalui APBD bidang pendidikan, (2) orang tua, (3) dana masyarakat, (4) usaha ekonomi madrasah, (4) sumber lain yang tidak mengikat.108 a. Perencanaan Keuangan Madrasah 1) Jenis Keuangan madrasah Jenis keuangan madrasah yang dirancang dan direncanakan oleh MI Negeri Ambarawa adalah terhadap biaya operasional. Berikut petikan wawancara peneliti denga kepala madrasah. Biaya operasional dimadrasah ini digunakan untuk memenuhi pengeluaran rutin madrasah contohnya gaji, perlengkapan KBM, listrik, telepon, air dan lain lain.109 Pernyataan ini divalidasi oleh bendahara Biaya operasional dimadrasah ini dikeluarkan untuk memenuhi pengeluaran rutin madrasah yaitu gaji guru dan karyawan baik tetap maupun tidak tetap, perlengkapan belajar mengajar, listrik, telepon, air dan lain lain seperti kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya. 110 2) Sumber Keuangan Madrasah Sebelum merencanakan proses RAPBM kepala madrasah harus memperhatikan sumber dana yang ada di madrasah. Sebagaimana pernyataan kepala madrasah Sumber dana madrasah kami berasal dari DIPA, dan BOSDA.111 Hal senada juga dinyatakan oleh bendahara Pedoman Pembiayaan dalam Armida,” Sistem Anggaran Pendidikan “, Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 13 Nomor 2, Oktober 2012. 109 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 110 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 111 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 91 Untuk memenuhi kebutuhan keuangan madrasah, kami mendapatkan dana dari DIPA yang berasal dari APBN dan BOSDA yang berasal dari APBD. 112 Sumber keuangan madrasah berasal dari pemerintah berupa DIPA diperoleh satu tahun sekali yaitu pada awal periode tahun anggaran yang jatuh pada bulan Januari- Pebruari. Pendapatan digunakan untuk memenuhi pengeluaran operasional meliputi tunjangan, gaji, biaya pengembangan guru dan tenaga kependidikan, kegiatan pembelajaran, kegiatan kesiswaan, barang habis pakai, kegiatan rapat, perjalanan dinas, penggandaan soal ulangan atau ujian, daya dan jasa serta biaya tak terduga lainnya. MI Negeri Ambarawa merupakan lembaga pendidikan formal, yang terpercaya dalam menjalankan kegiatan pendidikan memerlukan perencanaan yang matang sebagai salah satu usaha mencapai tujuan pendidikan, untuk itu MI Negeri Ambarawa melakukan perencanaan dalam berbagai hal salah satunya dalam bidang pembiayaan sebagaimana petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah Perencanaan dalam pembiayaan selalu kami lakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal diantaranya data data yang kami peroleh sebagai dasar pertimbangan agar pembiayaan tepat sasaran efisien dan efektif.113 Hal senada juga diungkapkan oleh bendahara sekolah Dalam perencanaan keuangan MI Negeri Ambarawa dibawah pimpinan kepala madrasah melakukan perencanaan manajemen pembiayan madrasah dengan memperhatikan berbagai hal data dan informasi yang telah kami kumpulkan kemudian dikaji.114 112 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 114 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 113 92 Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan yang hendak dicapai dan menetapkan sumber dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin. Hal senada sesuai dengan wawancara kepala madrasah dengan peneliti Dalam kegiatan perencanaan keuangan madrasah, MI Negeri Ambarawa melakukan tiga kegiatan yaitu perumusan tujuan yang akan dicapai, memilih program untuk mencapai tujuan, identifikasi dan pengerahan sumber daya yang ada.115 Pertama dilakukan adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan visi misi pendidikan di MI Negeri Ambarawa. Kedua Memilih program yang akan dilakukan setahun kedepan berpedoman pada tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan perkiraan besarnya sumber dana yang diperoleh dan sumber daya lainnya, serta sumber daya manusia yang ada. Ketiga identifikasi dan pengerahan sumber daya yang ada yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak, yang kemudian diolah oleh kepala madrasah dan tim perencana. Berikut petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah Dalam menggali data dan informasi yang akurat kami melakukan berbagai cara diantaranya yang pertama mempelajari masalah, pengenalan personal, menganalisa terhadap berbagai kemungkinan dan terakhir adalah penyusunan RAPBM. 116 Hal tersebut divalidasi oleh bendahara Agar kami memperoleh data yang akurat ma\[ka kami perlu melakukan berbagai pendekatan antara lain pengenalan masalah yang dihadapi madrasah, pengenalan personal yang akan melaksanakan perencanaan baik secara kualitatif dan kuantitatif, pengenalan terhadap berbagai kemungkinan baik secara ekonomis, 115 116 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 93 sosial dan budaya yang timbul akibat dari perencanaan, penyusunan RAPBM.117 dan Pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai hal di atas oleh madrasah digunakan untuk menyusun perencanaan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan setahun mendatang sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut wawancara dengan kepala madrasah; MI Negeri Ambarawa dalam melakukan perencanaan terhadap keuangan madrasah mencakup dua hal yaitu penyusunan anggaran dan pengembangan RAPBM.118 Anggaran di MI Negeri Ambarawa merupakan rencana pemasukan dan pengeluaran yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu satu tahun kedepan. Oleh karena itu dalam anggaran madrasah terdapat gambaran kebutuhan kegiatan yang akan dilaksanakan. Di MI Negeri Ambarawa anggaran difungsikan sebagai penaksir kebutuhan biaya yang diperlukan dan rincian kegiatan yang akan dilaksanakan, sebagai penaksir berisi perkiraan pendapatan dari berbagai jenis penerimaan dan pengeluaran untuk berbagai kebutuhan madrasah. Selain itu anggaran berfungsi sebagai alat otoritas dalam mengeluarkan dana sesuai dengan perencanaan. Adapun sebagai alat efisiensi, anggaran untuk mengetahui ada tidaknya pemborosan dan juga sebagai pengendali anggaran.berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah Penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi antara saya selaku KPA dan guru guru dalam menentukkan besarnya alokasi biaya dan sebagai alat untuk menentukkan skala prioritas. 119 Hal tersebut divalidasi oleh bendahara 117 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 119 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 118 94 Penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi antara KPA dengan bendahara dan para wakil kepala dalam menentukkan besarnya alokasi biaya yang akan digunakan untuk segala macam kegiatan yang akan dilakukan di madrasah setahun ke depan.120 Dalam penyusunan anggaran, KPA dibantu para wakil kepala melakukan musyawarah besarnya alokasi biaya yang dibutuhkan dalam melaksanakan program yang akan disusun dalam RKAM. Dalam keuangan madrasah anggaran terdiri dari penerimaan dan pengeluaran. 121 Sumber penerimaan merupakan dana yang diterima oleh lembaga pendidikan dari berbagai sumber yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah dan komite. Sedangkan pengeluaran biasanya dijabarkan dalam pengeluaran langsung, pengeluaran tidak langsung dan pengeluaran lainnya. Di MI Negeri Ambarawa anggaran terdiri dari rencana penerimaan dan pengeluaran.122 a) Penerimaan MI Negeri Ambarawa memperoleh dana dari DIPA dari pemerintah pusat dan BOSDA berasal dari APBD. Dana yang diterima tersebut digunakan untuk membiayai segala keperluan dan kebutuahan madrasah untuk peningkatan mutu pendidikan. Adapun ilustrasi dana yang diterima adalah sebagai berikut : 120 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesioanal, Bandung: Remaja Rosdakarya,2005, cet ke-5, 149. 122 Dokumentasi Pemasukan dan Rencana Pengeluaran MI Negeri Ambarawa 121 95 KONTRIBUSI DANA 99% DIPA BOSDA 1% Gambar 4.1. Grafik Penerimaan dana MI Negeri Ambarawa 2009-2014.123 Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa di dominasi oleh DIPA yaitu sebesar 99% dan 1% dari BOSDA. BOS diberikan pemerintah nominalnya berdasarkan kuantitas siswa yang ada pada lembaga pendidikan, jika kuantitas siswanya banyak maka dana BOS yang diterima tentu juga banyak tetapi sebaliknya jika jumlah siswanya sedikit maka dana BOS yang diterima juga sedikit. b) Pengeluaran Pengeluaran di MI Negeri Ambarawa berupa pengeluaran untuk pembangunan yang berupa penambahan buku perpustakaan, dana untuk anggaran rutin berupa pengeluaran untuk gaji guru dan karyawan, perlengkapan belajar mengajar, listrik, telepon, air, untuk kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan peringatan hari besar nasional atau Islam. Langkah penyusunan anggaran MI Negeri Ambarawa dan pendekatan partisipasif dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut: Dalam penyusunan anggaran terdapat tiga langkah yang kami lakukan yaitu perencanaan pendidikan, perencanaan pengeluaran untuk berbagai 123 Dokumentasi Pemasukan dan REncana Pengeluaran MI Negeri Ambarawa 96 program dan perencanaan pendapatan. Mengenai pendapatan untuk setiap tahunnya MI Negeri Ambarawa mengandalkan pendapatan dari pemerintah, guna membiayai kegiatan dan kebutuhan yang mendukung kegiatan madrasah. 124 Kepala madrasah menggunakan pendekatan partisipatif dalam penyusunan anggaran dengan cara mengidentifikasi kebutuhan untuk melaksanakan program madrasah dan menetapkan skala prioritas, berikut wawancara dengan kepala madrasah Saya selalu dibantu oleh para waka, komite dan semua guru dan staf dalam menyusun rencana pembiayaan. 125 MI Negeri Ambarawa melakukan proses perencanaan yang dilakukan pada tahun ajaran baru dan melibatkan wali murid dan komite madrasah. Sebelum RAPBM dibuat, dari pihak madrasah memberikan surat pemberitahuan kepada wali murid agar hadir dalam proses pembuatan RAPBM. Perencanaan sebagai suatu proses Pencapaian tujuan seefektik dan seefisien mungkin. Dibawah pimpinan kepala madrasah melakukan proses perencanaan dengan memperhatikan berbagai hal melalui data dan informasi yang dikumpulkan dari berbagai pihak. Pihak yang paling berpengaruh adalah wali murid, masyarakat agar visi yang diemban madrasah dapat terwujud. Data tersebut akan dikaji dan pada akhirnya akan disusun sebagai bahan masukan dalam penyusunan RAPBM. Dalam proses penyusunan RAPBM MI Negeri Ambarawa melakukan empat kegiatan yaitu: a) Merencanakan anggaran. MIN Ambarawa dalam merencanakan anggara pendidikan yang ingin dicapai dibuat berdasarkan visi dan misi 124 125 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 97 madrasah. Sehingga madrasah memperhitungkan dengan matang agar penggunaan dana sesuai dengan kebutuhan . Mempersiapkan anggaran. Dalam mempersiapkan anggaran yang akan dilakukan dalam setahun kedepan. MIN Ambarawa berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai dengan memperhatikan perkiraan besarnya sumber dana yang diperoleh serta pengalokasian untuk program yang dijalankan. Mengelola pelaksanaan anggaran yaitu mempersiapkan pembukuan, melakukan pembelanjaan, membuat bukti transaksi, membuat perhitungan anggaran dalam berbagai program, serta membuat laporan pertanggungjawaban keuangan. agar nantinya laporan ini dapat disampaikan ke masyarakat. Identifikasi dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak yang kemudian diolah bendahara dan dipertanggungjawabkan kepada kepala madrasah, komite dan wali murid. Hal ini penting guna kelancaran dan kesuksesan dalam pelaksanaan suatu rencana. Menilai pelaksanaan anggaran. Proses menilai memerlukan masukan dari wali murid dan komite madrasah. Agar penilaian anggaran dalam setiap kegiatan yang memerlukan biaya lebih efektif dan efisien.126 b) c) d) Kegiatan di atas dilakukan oleh madrasah untuk menyusun perencanaan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sekarang maupun yang akan datang dan dalam proses penyusunan RAPBM, kepala madrasah dibantu wakilnya dan para guru untuk melakukan perundingan dengan wali murid. Perundingan tersebut digunakan untuk menentukkan besar kecilnya alokasi biaya yang dibutuhkan dalam melaksanakan program program yang akan disusun yang pada akhirnya akan menjadi RAPBM. Dalam proses perencanaan, perkiraan pendapatan dan pengeluaran kemudian dituangkan dalam RAPBM. Setelah rencana disusun dengan baik maka pada proses selanjutnya adalah mengembangkan rencana tersebut. Dalam proses pengembangan RAPBM di MI Negeri Ambarawa meliputi beberapa tahap sebagai berikut : a) Pada tingkat kelompok kerja yang terdiri dari para pembantu kepala madrasah melakukan identifikasi terhadap kebutuah 126 Wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 22 Juli 2015 98 kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan penggaran untuk program madrasah ke depan. b) Pada tingkat komite madrasah. Setelah semua kebutuhan teridentifikasi kelompok kerja bersama komite sekolah mengadakan rapat membahas RAPBM yang sudah dibentuk. c) Sosialisasi dan legalitas. Pada tahap ini pihak madrasah mengadakan rapat dengan wali murid untuk merundingkan besarnya biaya untuk membiayai semua program yang telah direncanakan dalam RAPBM sehingga wali murid juga merasa memiliki dan bertanggungjawab akan program yang telah direncanakan madrasah. Setelah semua pihak mengetahui akan semua program madrasah maka tahap terakhir adalah 127 pengesahan. b. Pelaksanaan Keuangan Madrasah Setelah perencanaan keuangan madrasah selesai dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat, maka langkah selanjutnya dalam manajemen adalah pelaksanaan terhadap perencanaan yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan keuangan madrasah melakukan dua jenis kegiatan yaitu penerimaan terhadap dana pendidikan dan pengeluaran untuk berbagai kebutuhan. Dalam pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran diadakan pemisahan antara keduanya yaitu penerimaan dilakukan oleh bendahara II dan pengeluaran oleh bendahara I.128 a) Penerimaan dana pendidikan Penerimaan dana pendidikan di MI Negeri Ambarawa ditentukan oleh besarnya dana yang diterima madrasah dari sumber dana. Adapun dana yang diterima madrasah adalah sebagai berikut: 127 128 Buku Notulen Rapat MI Negeri Ambarawa 15 Juni 2015 Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 15 Juni 2015 99 Trand Alokasi Dana Bantuan 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000,000 DANA 500,000,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar 4.2. Grafik alokasi dana MI Negeri Ambarawa.129 Dari Grafik diatas diketahui bahwa kucuran dana yang diterima di MI Negeri Ambarawa tiap tahunnnya mengalami kenaikan sekitar 10% tentu hal ini sangat membantu MI Negeri Ambarawa dalam pembiayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pendapatan dari pemerintah diperoleh pada setiap tahun sekali yaitu pada awal periode tahun anggaran yaitu bulan Januari- Februari. Untuk menghindari penyalahgunaan keuangan maka saya meminta bendahara II untuk mencatat keuangan kemudian direkap dan saya bisa memonitornya. 130 Hal senada juga diungkapkan oleh bendahara II Saya setiap hari mencatat sirkulasi keuangan kemudian saya rekap dan saya laporkan ke kepala madrasah agar beliau dapat mengontrolnya 131 Dalam melaksanakan penerimaan ini, MI Negeri Ambarawa membuat pembukuan yang berdasarkan prosedur pengelolaan yang telah ditetapkan kepala madrasah. Dalam buku penerimaan dana madrasah dibuat oleh bendahara II yang berisi semua dana yang masuk dicatat dalam dalam buku harian. Buku ini berisi 129 Buku Panduan DIPA Kemenag Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 131 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 130 100 nama penyetor, kelas, guna membayar dan jumlah uang yang disetorkan. Uang yang masuk dalam buku harian. Setiap uang yang masuk kemudia direkap. 132 b) Pengeluaran dana pendidikan Dalam pelaksanaan keuangan, MI Negeri Ambarawa mempercayakan pengelolaan pengeluaran dana pendidikan kepada bendahara I. Dalam prakteknya pengeluaran dana digunakan untuk pengeluaran dana langsung yang terdiri dari gaji, tunjangan guru dan tenaga kependidikan, kegiatan pembelajaran, ATK, perjalanan dinas, penggandaan soal, daya dan jasa serta biaya tak terduga lainnya. Sedangkan biaya tidak langsung meliputi pemeliharaan dan pengembangan sarana prasarana.133 berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah Bendahara II bertugas mencairkan dana untuk berbagai kegiatan di MI Negeri Ambarawa ini tentunya harus sesuai dengan prosedur yang telah kami tetapkan.134 Hal tersebut juga divalidasi oleh kepala madrasah berikut wawancara peneliti dengan bendahara Tugas saya adalah mengeluarkan dana demi kelancaran kegiatan belajar mengajar di MI Negeri Ambarawa tentunya dengan prosedur yang telah kami sepakati. Adapun proses pengeluaran dana di MI Negeri Ambarawa adalah sebagai berikut ini: a. Setiap permintaan pengeluaran dana harus ditulis dalam lembar permintaan atau dibuat proposal kegiatan, b. Yang mengajukan permintaan pengeluaran dana mengajukan lembar permintaan tersebut ke kepala madrasah untuk mendapatkan persetujuan pengeluaran dana. Kepala madrasah akan menelitinya dan akan menandatangani apabila disetujui atau menolaknya. Persetujuan kepala madrasah ini berarti adanya perintah pengeluaran dana kepada bendahara madrasah, c. Setelah kepala madrasah menyetujuinya maka penanggungjawab kegiatan mengajukannya kepada bendahara. Bendahara akan mengecek dan 132 Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 12 Juni 2015 Dokumentasi RKAM MI Negeri Ambarawa tahun 2014/2015 134 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 133 101 menelitinya, d. Setelah diteliti dan sudah ditandatangani kepala madrasah , maka bendahara akan mengeluarkan dana untuk keperluan belanja madrasah.135 Tahapan di atas guna pengendalian dan pengawasan terhadap dana yang dikeluarkan sehingga pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Dalam manajemen pembiayaan madrasah, pelaksanaan keuangan madrasah juga dilakukan pembukuan guna untuk mencatat semua permintaan pengeluaran dana secara kronologis pada setiap transaksi. Berikut wawancara dengan bendahara I Selain mencatat setiap pengeluaran saya juga membuat laporan keuangan baik itu bulanan ataupun pertangggungjawaban pada akhir tahun.136 Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan, kinerja dan arus kas untuk membuat keputusan ekonomi dan laporan keuangan, juga menunjukkan satu pertanggungjawaban pihak manajemen keuangan terhadap internal maupun eksternal madrasah. Laporan bulanan digunakan sebagai pembanding pendapatan dan pengeluaran. Laporan yang dibuat oleh bendahara kemudian diserahkan kepada KPA dengan tujuan agar KPA mengetahui kondisi keuangan dan dapat membandingkan pengeluaran untuk setiap tahunnya. Selain itu juga sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban untuk mendapat pengesahan. c) Pemeriksaan anggaran Pemeriksaan anggaran dilakukan baik internal maupun eksternal. Internal dilakukan oleh kepala madrasah dan eksternal dilakukan oleh komite madrasah. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat kebijakan pengeluaran terhadap 135 136 Bendahara, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 10 Juni 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 10 Juni 2015 102 kebutuhan untuk melaksanakan program madrasah dan kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di madrasah yang bertujuan untuk peningkatan mutu. d) Pemeriksaan Kas Pemeriksaan kas ini bertujuan untuk menguji kebenaran data dengan kenyataan uang yang ada, apabila ada selisih uang maka bendahara harus dapat menjelaskan keadaan keuangan yang sebenarnya tanpa ditutup tutupi berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah; Pemeriksaan ini kami lakukan dengan mencocokkan catatan dana bendahara II yaitu dana yang diterima madrasah dengan catatan yang dibuat oleh bendahara I yaitu pengeluaran dana. Apakah sudah singkron atau belum.137 Hal senada juga diungkapkan dengan komite Saya selaku komite hanya ingin mensinkronkan data penerimaan dan pengeluaran MI Negeri Ambarawa apakah sudah balance.138 Pemeriksaan ini biasanya dilakukan dalam waktu dan tempat yang terpisah atau mereka melakukan pemeriksaan sendiri sendiri. hasil pemeriksaan kas ini akan dapat diketahui adanya kebocoran keuangan atau tidak. a. Pemeriksaan barang Pemeriksaan barang dilakukan terhadap kekayaan madrasah. Pemeriksaan ini bertujuan menilai layak tidaknya barang yang dibeli, yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan pembelian barang berikutnya. Berikut wawancara dengan kepala madrasah 137 138 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 3 Juni 2015 Komite, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 3 Juni 2015 103 Pemeriksaan ini kami lakukan untuk menilai kelayakan barang yang dibeli sebagai tolak ukur pembelian barang berikutnya.dan untuk mengetahui perlu menambah barang atau tidak.139 Selain pemeriksaan terhadap ketiga hal di atas kepala madrasah dan komite juga melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap laporan pertanggungjawaban keuangan yang dibuat bendahara baik bulanan atau tahunan. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui pemasukan dan pengeluaran pada akhir tahun sebagai kumpulan dari beberapa bulan selama satu tahun anggaran. 3. Implikasi Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam Melalui Manajemen Pembiayaan Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan di MI Negeri Ambarawa merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan kata lain madrasah dituntut untuk dapat menghasilkan anak didik yang maju dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Untuk itu madrasah perlu mengelola komponen pendidikan secara optimal agar dalam proses pembelajaran berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Mutu dapat dilihat jika di madrasah tersebut peserta didiknya telah mengalami perubahan baik sikap, perilaku, maupun bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang bersekolah di madrasah tersebut. Semua itu tidak dapat terlepas dari pembiayaan madrasah dalam mengalokasikan biaya pendidikan terhadap kebutuhan peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu MI Negeri Ambarawa sangat 139 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 104 memperhatikan tiga komponen penentu keberhasilan madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan pengalokasian dana. a. Akriditasi Program akriditasi sekolah/madrasah yang di laksanakan oleh Badan Akriditasi Propinsi secara bertahap mendorong sekolah/madrasah untuk melengkapi tuntutan dan mutu kinerja sesuai dengan 8 (delapan) SNP. Pengembangan Sekolah Rintisan Mandiri, Sekolah Standar Nasional, dan Sekolah Bertaraf Internasional menunjukkan orientasi pada penguatan program penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah: Akriditasi kami dilakukan pada tahun 2009 dan mendapat nilai B, dan Kebetulan MI Negeri Ambarawa ini juga habis melaksanakan akriditasi pada bulan Juni 2014 dan Alhamdulillah kami mendapat nilai A.140 Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala kurikulum Pada bulan Juni 2014 madrasah kami melaksanakan akriditasi, dan kebetulan madrasah kami masuk putaran pertama untuk wilayah kecamatan Ambarawa, dan Alhamdulillah kami mendapat nilai A.141 Hal senada juga diperkuat oleh komite MIN Ambarawa Alhamdulillah MI Negeri Ambarawa pada bulan Juni 2014 yang lalu telah diakriditasi oleh Badan Akriditasi Propinsi.142 MI Negeri Ambarawa di akriditasi pada tahun 2009 dan terakhir pada tahun 2014 dengan hasil sebagai berikut: 140 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Waka kurikulum, wawancara, MI Negeri Ambarawa, 20 mei 2015 142 Komite, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 23 Mei 2015 141 105 Tabel 4.2 Nilai Akriditasi MI Negeri Ambarawa No 1 2 Tahun Akriditasi 2009 2014 Nilai B A Dengan melihat tabel di atas penulis menyimpulkan bahwa MI Negeri Ambarawa dalam nilai akriditasinya mengalami peningkatan yaitu dari nilai yang diperoleh pada tahun 2009 mendapat nilai B dan tahun 2014 mendapat nilai A tentukan berdampak pula pada peningkatan mutu yang dicapai. Hal ini karena berkat kerja keras yang kompak antara berbagai pihak baik siswa, guru, karyawan, komite, maupun wali siswa dan tentunya juga yang tak kalah penting adalah karena meningkatnya pembiayaan. Pembiayaan memegang peran yang sangat penting dalam terlaksananya akriditasi di MI Negeri Ambarawa. b. Siswa Siswa merupakan input terpenting bagi lembaga pendidikan yang diperlukan untuk berlangsungnya KBM. Tanpa sumber daya manusia yang memadai, proses KBM tidak akan tercapai, siswa memegang peran penting dalam lembaga pendidikan dan penerimaan siswa baru merupakan ujung tombaknya. Berikut petikan wawancara dengan panitia PPDB Siswa yang ada di MIN Ambarawa berasal dari RA dan TK seputar wilayah kecamatan Ambarawa, kecamatan jambu, kecamatan Banyubiru, kecamatan Bawen, Sumowono dan Bandungan, dan Alhamdulillah madrasah kami cukup diminati untuk wilayah seputar Ambarawa dan untuk ini kami tidak memungut dana dari calon siswa baru.143 Hal ini senada dengan pernyataan kepala madrasah 143 Ketua PPDB, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015 106 Siswa kami berasal baik RA atau TK yang berada diwilayah seputar kota Ambarawa. Dalam penerimaan siswa baru MIN Ambarawa semuanya didanai oleh BOS tanpa adanya pungutan apapun. 144 Hal tersebut juga divalidasi oleh bendahara Dalam penerimaan siswa baru MIN Ambarawa semuanya didanai oleh BOS mulai dari pengadaan formulir pendaftaran, pemasangan spanduk semua didanai BOS tanpa adanya pungutan apapun.145 Dalam proses penerimaan siswa baru semuanya didanai oleh madrasah tanpa memungut kepada calon siswa baru, MI Negeri Ambarawa ini cukup diminati oleh masyarakat seputar kota Ambarawa hal ini terbukti dengan jumlah pendaftar yang masuk . Adapun jumlah siswa pendaftar di MIN Ambarawa dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal ini dapat terlihat dari tabel di bawah ini:146 Trand jumlah pendaftar & Yg di terima 102 110 115 96 96 102 2009 2010 2011 Jumlah pendaftar 117 78 2012 122 132 90 90 2013 2014 150 110 2015 Jumlah yang diterima Gambar 4.3. Grafik Pendaftar dan diterima di MI Negeri Ambarawa Di lihat dari grafik di atas dari tahun ke tahun terlihat bahwa MI Negeri Ambarawa semakin diminati masyarakat seputar kota Ambarawa, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah pendaftar tentunya ini merupakan hal yang positif sehingga 144 MI Negeri Ambarawa Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 6 April 2015 146 Observasi Buku Pedoman Akademik 145 107 mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Hanya sayangnya pada tahun 2012 hanya dapat menampung dua kelas besar karena keterbatasan ruang kelas tentunya hal ini sangat disayangkan. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan kepala madrasah Dari tahun 2009 hingga saat ini kami berusaha untuk selalu menampung tiga kelas namun sangat disayangkan sekali pada tahun 2012 kami hanya bisa menerima dua kelas itu terjadi karena keterbatasan ruang kelas.147 Pada tahun 2012 di MI Negeri Ambarawa ruang kelasnya telah terisi penuh sedangkan pada tahun tersebut anak yang kelas VI yang lulus juga dua kelas sehingga hal ini berpengaruh terhadap penerimaan siswa barunya. Adapun jadwal kegiatan yang ditawarkan di MI Negeri Ambarawa dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 4.3 Jadwal KBM MI Negeri Ambarawa Hari Waktu Kelas Kegiatan Senin- Kamis 07.00-07.15 I-VI Hafalan surah pendek 07.15- 11.00 I-II KBM 07.15-12.30 III-VI KBM 12.30 III-VI Salat Dzuhur 07.00-07.30 I-VI Senam bersama 07.30- 10 40 I-VI KBM 07.30- 09.30 I-VI KBM Jumat Sabtu 147 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 108 Dari tabel di atas dapat terlihat kurikulum MIN Ambarawa sangat padat dan syarat dengan berbagai kegiatan keagamaan. Dengan muatan kurikulum yang seperti ini membutuhkan waktu pembelajaran yang cukup banyak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala madrasah Kami berusaha menggabungkan antara mata pelajaran umum dan pelajaran agama, dan hal ini yang menjadi daya tarik kami dimata masyarakat Ambarawa.148 Hal yang sama disampaikan oleh wakil kepala kurikulum Untuk kurikulum kami, merupakan perpaduan antara ilmu umum dengan ilmu agama dan hal ini merupakan crri khas madrasah.149 Salah satu daya tarik MI Negeri Ambarawa adalah adanya mata pelajaran pendidikan agama Islam yang lebih rinci. Dengan pelajaran yang lebih banyak maka MI Negeri Ambarawa menggunakan waktu pembelajaran yang lebih banyak. Adapun prestasi akademik MI Negeri Ambarawa dalam kurun waktu 2009 – 2015 adalah sebagai berikut: 150 Trand nilai siswa 10.00 Axis Title 8.00 6.00 4.00 2.00 - 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Nilai Rata rata UN 6.89 7.03 7.01 7.00 7.12 7.00 Nilai Rata-Rata UAM 6.99 7.50 7.70 8.10 8.6 8.63 Gambar Grafik 4.4 Daftar Nilai Siswa 148 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Waka Kurikulum, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 150 Observasi Rencana Kerja Tahunan 149 109 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di MIN Ambarawa nilai yang diperoleh antara pelajaran umum dengan nilai pelajaran agama ternyata lebih tinggi pelajaran agamanya. Jadi tingkat keberhasilan siswa lebih tinggi pada pelajaran agama hal ini terbukti dengan nilai yang diperoleh setiap tahunnya. Jika dilihat tingkat pertumbuhannya baik nilai UN ataupun UAM tiap tahun mengalami peningkatan sehingga hal ini terbukti bahwa seiring dengan meningkatnya pembiayaan terbukti meningkatkan mutu pendidikan. Selain prestasi akademik siswa juga diberi kesempatan untuk menyalurkan potensinya, dalam kegiatan ekstrakulikuler. Berikut petikan wawancara dengan kepala madrasah MI Negeri Ambarawa berusaha mengembangkan potensi, bakat dan minat siswa melalui berbagai ekstrakulikuler yang mampu kami sediakan dengan tujuan siswa dapat berekspresi dan mengapresiasikan dirinya 151 Hal tersebut juga divalidasi oleh guru penanggungjawab ekstrakulikuler Siswa siswi MIN Ambarawa dalam menyalurkan bakat dan minatnya kami tampung dalam kegiatan ekstrakulikuler yang kami laksanakan seusai KBM. Para siswa dapat memilih kegiatan ekstrakuliler sesuai dengan bakatnya.152 Program pengembangan diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Dalam mendukung terwujudnya keberhasilan program kurikuler para siswa lebih ditekankan kepada kemampuan intelektual yang mengacu kepada kemampuan 151 152 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 27 Juli 2015 Penanggungjawab Ekstrakulikuler, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 27 Juli 2015 110 berpikir secara rasional, sistematik, analitik dan metodik sedangkan program pembinaan kesiswaan melalui ekstra kurikuler untuk mempertajam pemahaman terhadap keterkaitan mata pelajaran. Dengan ekstrakulikuler para siswa dibina ke arah pemahaman, kesetiaan dan pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, watak, dan kepribadian bangsa, berbudi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara, ketrampilan dan kemandirian, olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi, dan kreasi seni. Berikut ini tabel kegiatan ekstrakulikuler sebagai berikut: Tabel 4.4 Jadwal Ekstrakulikuler MI Negeri Ambarawa Jenis Hari Kelas Waktu Pramuka Selasa III-V 13.00-15.00 Seni Tari Kamis III-V 13.00 – 15.00 Rebana Rabu III-V 13.00 – 1500 Komputer Selasa VI 13.00 – 15.00 Komputer Kamis IV-V 13.00- 17.00 Melukis Kamis I-V 13.00- 17.00 Badminton Rabu I-V 13.00- 17.00 Renang Kamis I-VI 13.00- 17.00 Matematika, IPA Jumat I-VI 13.00-16.00 Qiro’ah Jumat I-VI 13.00- 15.00 Drumband Sabtu IV-V 11.00- 14.00 Ekstrakulikuler 111 Kegiatan ekstrakulikuler terdiri dari ekstrakulikuler wajib yaitu pramuka, bagi siswa kelas III –V dan ekstrakulikuler pilihan dengan pelaksanaan sesuai jadwal. Selain itu terdapat organisasi QNS (Qismun Nasat al Arabi Ladza Tholibat) yang artinya kelompok kegiatan bahasa Arab. Dalam kegiatan ini peserta didik diwajibkan menggunakan bahasa Arab pada hari yang telah ditentukan. Peserta didik diberikan Mufradat untuk dihafalkan dan akan disetorkan kepada guru. Selain itu ada Vocab Game yaitu suatu kegiatan yang memadukan antara permainan dan bahasa Inggris. Kegiatan ekstrakulikuler di MI Negeri Ambarawa ini telah mendapat alokasi dana yang telah tercantum dalam RAPBM. Jika dalam pelaksanaan ekstrakulikuler kekurangan dana maka penanggung jawab kegiatan dapat mengajukan proposal kepada pihak madrasah. 153 Adapun prestasi siswa di MI Negeri Ambarawa sebagai berikut:154 Axis Title 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 #REF! 1 Kecamatan 7 4 3 4 2 4 Kabupaten 1 4 5 4 5 2 Propinsi 2 Gambar 4.5. Grafik Prestasi Non Akademik Siswa MI Negeri Ambarawa 153 154 Observasi di MI Negeri Ambarawa pada tanggal 12 Mei 2015 Buku Kegiatan MI negeri Ambarawa 112 Dari grafik di atas terlihat bahwa prestasi non akademik siswa MI Negeri Ambarawa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini terbukti dari tahun ke tahun prestasinya semakin naik. Pada tahun 2014 siswa di MI Negeri Ambarawa menjadi juara di tingkat propinsi. Hal ini terbukti bahwa pembiayaan dapat meningkatkan mutu. Selain kegiatan pembelajaran di kelas dan ekstrakurikuler di MI Negeri Ambarawa juga melaksanakan pembelajaran diluar sekolah seperti yang disampaikan kepala madrasah Kami mengadakan PLS untuk mata pelajaran tertentu seperti kemarin kelas IV mengadakan PLS ke candi Borobudur, Palagan Ambarawa dengan tujuan agar anak dapat belajar langsung.155 Hal senada juga dikatakan bendahara sekolah Kami selalu mendukung siswa untuk mengadakan PLS agar siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dan kegiatan PLS ini murni didanai dari madrasah.156 Dari pernyataan di atas penulis simpulkan bahwa selain pembelajaran didalam kelas MI Negeri Ambarawa juga melaksanakan pembelajarn di luar kelas. Pembelajaran diluar kelas dilaksanakan dengan tujuan agar anak mendapat pengalaman langsung sehingga diharapkan dengan pembelajaran secara langsung siswa akan lebih mudah memahaminya, dan menguasai pelajaran yang disampaikan guru hal ini merupakan salah satu usaha dalam rangka peningkatan mutu di madrasah. 155 156 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 Bendahara, MI Negeri Ambarawa, 18 Mei 2015 113 c. Guru Guru merupakan sumber daya manusia yang mempunyai peranan penting yang menjadi media penunjang pembelajaran siswa. Berikut petikan wawancara peneliti dengan kepala madrasah Saya memberi kesempatan pada guru di MI Negeri dalam pengembangan dirinya, mereka ada yang mendapat beasiswa dari kemenag dan ada yang mandiri untk melanjutkan studinya. 157 Hal tersebut juga dikuatkan oleh wakil kepala kurikulum Kami memang memberi kesempatan seluas luasnya untuk para guru secara bergantian untuk melakukan pengembangan diri dengan catatan tidak menganggu KBM di MI Negeri Ambarawa.158 Mutu siswa tergantung dari bagaimana peranan guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswanya agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu pendidikan yang telah ditempuh oleh guru juga mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan. Berikut ini tabel data pendidik dan tenaga kependidikan 2009-2015159 Axis Title Pertumbuhan by Jurusan 25 20 15 10 5 0 2009 2010 2011 2012 DII 2 1 DIII 1 1 1 1 SI 11 13 16 17 2013 2014 20 18 S2 2015 2 Gambar 4.6. Grafik Perkembangan Pendidikan Guru MI NegeriAmbarawa 157 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 8 Juni 2015 158 Waka, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 8 Juni 2015 159 Laporan Bulanan, MI Negeri, Ambarawa, 3 Juni 2015 114 Dari grafik di atas terlihat bahwa guru MI Negeri Ambarawa selalu berusaha mengembangkan diri, hal ini terbukti pada tahun 2009 masih ada dua guru yang berpendidikan DII dan satu orang yang berpendidikan DIII, namun dalam perkembangannya semua guru berpendidikan SI dan dua orang berpendidikan S2 serta lima orang lainnya sedang menempuh pendidikan S2 hal ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme. Guru di MI NegeriAmbarawa mendapatkan bantuan dari Kemenag yaitu peningkatan profesionalisme guru berupa adanya pelatihan, Diklat, Workshop, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar dan juga madrasah memberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah selama tidak mengganggu tugasnya sebagai guru. Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru sebagai faktor terpenting yang menunjang pendidikan dalam mencerdaskan peserta didik, guru di MI Negeri Ambarawa mendapat pelatihan, diklat,workshop selain itu juga guru di MI Negeri Ambarawa mendapat peningkatan kesejahteraan diantaranya peningkatan material berupa gaji beserta tunjangan, peningkatan non material dan peningkatan prestasi kerja. Dengan adanya peningkatan kesejahteraan ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan profesionalisme kerja guru. Peningkatan kesejahteraan ini bertujuan untuk mengacu peningkatan mutu dalam proses pendidikan dan pembelajaran sehingga guru dapat berlomba-lomba dalam meningkatkan kinerja mengajarnya dan secara bersamaan akan berimplikasi pada kualitas siswa dalam peningkatan mutu pendidikan. 115 d. Sarana dan prasarana Peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh salah satunya adalah sarana dan prasarana. Oleh karena itu madrasah perlu mengelola sarana dan prasarana dengan sebaik-baiknya sebagai penunjang pelaksanaan pembelajaran. MI Negeri Ambarawa melakukan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dengan tujuan agar menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi warga madrasah. Ketersedian sarana dan prasarana yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas dan relevan dengan kepentingan dan kebutuhan pendidikan. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui tentang pelaksanaan manajemen sarana prasarana pendidikan di MI Negeri Ambarawa dengan kepala sekolah. Berikut ini petikan wawancaranya. Sekolah kami juga melakukan manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Manajemen tersebut kami lakukan agar sarana dan prasarana yang ada di sekolah dapat dikelola dengan baik sehingga memudahkan dalam pemakaiannya. Selain itu, dilakukannya manajemen juga bertujuan untuk mengetahui kondisi dari sarana dan prasarana tersebut apakah masih bisa digunakan atau tidak.160 Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana yang menyatakan sebagai berikut. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan di MI Negeri Ambarawa memberikan manfaat bagi semua anggota sekolah. Hal itu saya rasakan ketika saya sebagai waka sarana prasarana. Dengan melakukan manajemen sarana dan prasarana tersebut saya merasa lebih mudah untuk mengaturnya serta mengetahui sarana prasarana apa saja yang harus diperbaiki atau diganti.161 160 161 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015 Wakil kepala Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015 116 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tujuan dilakukannya manajemen sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa adalah untuk memudahkan guru dalam pemeliharaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sarana prasarana untuk mengetahui pelaksanaan manajemen sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa. Berikut ini petikan wawancaranya. Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa semua sarana dan prasarana pembelajaran juga dalam pengawasan saya. Kalau yang bertanggung jawab sebenarnya adalah kepala sekolah tapi yang melaksanakannya adalah para guru.162 Pernyataan di atas divalidasi oleh kepala sekolah MI Negeri Ambarawa tentang pelaksanaan manajemen sarana prasarana pembelajaran oleh wakil kepala sarana prasarana. Sebenarnya semua kegiatan yang ada di sekolah yang bertanggungjawab adalah saya, tetapi dalam pelaksanaannya saya dibantu oleh para bapak dan ibu guru. Seperti manajemen sarana dan prasarana pembelajaran, maka yang membantu adalah waka sarana prasarana.163 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa di MI Negeri Ambarawa melaksanakan manajemen sarana prasarana pembelajaran yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan. Perencanaan perlengkapan pendidikan merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah, 162 163 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015 Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 16 Juni 2015 117 baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dengan perencanaan pengadaan perlengkapan atau fasilitas tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan. Perencanaan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru. Di MI Negeri Ambarawa, perencanaan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dengan melakukan analisis terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Kegiatan perencanaan dilakukan untuk mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan oleh sekolah untuk memenuhi sarana prasarana pembelajaran. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk mengetahui perencanaan manajemen sarana dan prasarana. Yang perlu untuk direncanakan dalam pengelolaan sarpras di MI Negeri Ambarawa antara lain: (a) Mengidentifikasi segala keperluan sarpras yang dibutuhkan, (b) Melakukan penghitungan, pendataan, dan penilaian kondisi barang secara fisik dengan menggunakan formulir laporan opnam fisik, (c) Melakukan evaluasi untuk menentukan jumlah barang yang masih baik, rusak dan kemungkinan barang –barang yang tidak ditemukan, dan (d) Berdasarkan hasil opname fisik tersebut, tim membuat laporan hasil opname fisik barang. 164 Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana yang menyatakan sebagai berikut. Menurut pendapat saya, hal yang perlu untuk direncanakan dalam pengelolaan sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa antara lain: (a) Mengidentifikasi segala keperluan sarpras yang dibutuhkan,(b) Melakukan penghitungan, pen-dataan, dan penilaian kondisi barang 164 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015 118 secara fisik dengan menggunakan formulir laporan opnam fisik, (c) Melakukan evaluasi untuk menentukan jumlah barang yang masih baik, rusak dan kemungkinan barang – barang yang tidak ditemukan, dan (d) Berdasarkan hasil opname fisik tersebut, tim membuat laporan hasil opname fisik barang.165 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa perencanaan sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa dilakukan melalui beberapa tahap antara lain mengidentikasi keperluan sarana dan prasarana, melakukan pendataan, melakukan evaluasi dan membuat laporan. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa kegiatan perencanaan manajemen sarana dan prasarana di sekolah melibatkan kepala sekolah, bendahara dan guru yang bersangkutan. Dalam kegiatan perencanaan manajemen sarana prasarana, keterlibatan kepala sekolah adalah sebagai pemimpin di sekolah, keterlibatan bendahara sebagai orang yang mengelola keuangan sekolah, dan guru yang akan menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran. Kegiatan perencanaan dalam manajemen sarana dan prasarana bertujuan untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan secara hati-hati dan saksama, sehingga madrasah memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan dana yang efisien. Selain itu juga bertujuan untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara teliti dan tepat, sehingga keberadaan sarana dan prasarana tersebut akan selalu dalam keadaan siap pakai. 165 Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015 119 Peneliti melakukan wawancara wakil kepala sarana prasarana untuk mengetahui tujuan dilakukannya perencanaan dalam manajemen sarana dan prasarana. Berikut ini petikan wawancaranya. Tujuan diadakanya perencanaan sarpras antara lain: a. demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang milik negara yang dalam hal ini adalah sarpras; b. untuk penghematan keuangan sekolah/negara; c. mempermudah penghitungan sarpras; d. mempermudah pengawasan dan penyelamatan sarpras.166 Pernyataan di atas dibenarkan oleh kepala sekolah MI Negeri Ambarawa yang menyatakan sebagai berikut: Tujuan kami mengadakan perencanaan sarpras pendidikan jasmani antara lain (a) demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang milik negara, (b) untuk penghematan keuangan sekolah/negara, (c) mempermudah penghitungan sarpras, dan (d) mempermudah pengawasan dan penyelamatan sarpras.167 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan perencanaan dilakukan oleh kepala sekolah, bendahara waka sarana prasarana. Tujuannya adalah:(a) demi tercapainya tertib administrasi pengelolaan barang milik negara yang dalam hal ini adalah sarpras; (b) untuk penghematan keuangan sekolah/Negara; (c) mempermudah penghitungan sarpras; dan (d) mempermudah pengawasan dan penyelamatan sarpras. Perencanaan manajemen sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis kebutuhan sarana dan prasarana sekolah serta perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Berikut ini adalah 166 Wakil kepala Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015 167 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015 120 petikan wawancara peneliti dengan wakil kepala sarana prasarana di MI Negeri Ambarawa tentang analisa kebutuhan sarana dan prasarana. Dalam tahap perencanaan sarana dan prasarana kami melakukan analisis terlebih dahulu terhadap kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan sekolah. Setelah dianalisis kemudian hasilnya akan dibahas dalam rapat dengan kepala sekolah dan bendahara.168 Pernyataan wakil kepala sarana prasarana di atas dibenarkan oleh kepala sekolah MI Negeri Ambarawa yang menyatakan sebagai berikut: Dalam kegiatan manajemen sarana dan prasarana pembelajaran di MI Negeri Ambarawa memang diawali dengan melakukan analisa terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran, apa yang perlu dibeli sekolah untuk mendukung proses pembelajaran. Setelah hasil analisis kebutuhan diperoleh kemudian akan dibahas dalam rapat dengan bendahara dan guru untuk mengetahui besarnya dana yang dimiliki sekolah untuk membeli sarana dan prasarana tersebut. Sehingga apabila ada sarana dan prasarana yang belum begitu penting dapat di tunda terlebih dahulu.169 Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Setelah hasil analisis kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran dibahas dalam rapat, kemudian dilakukan perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Perencanaan dan pengadaan sarana prasarana pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah MI Negeri Ambarawa dapat diketahui bahwa perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan pada keutamaan. Sarana dan prasarana yang 168 169 Wakil kepala, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 15 Juni 2015 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015 121 akan dibeli harus disesuaikan dengan kebutuhan yang paling utama. Berikut ini petikan wawancara peneliti dengan kepala sekolah MI Negeri Ambarawa. Setelah dilakukan analisa terhadap kebutuhan sarana prasarana pembelajaran, kemudian akan dibuat perencanaan terhadap pengadaan sarana prasarana tersebut. Proses pengadaan sarana prasarana pembelajaran berdasarkan pada kebutuhan sekolah. Sekolah membuat rangking untuk kebutuhan sarana prasarana tersebut. Artinya pengadaan sarana prasarana pembelajaran berdasarkan pada keutaman sarana.170 Pernyataan di atas dibenarkan oleh wakil kepala sarana prasarana MI Negeri Ambarawa yang menyatakan sebagai berikut. Tahap selanjutnya adalah perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran. Kegiatan perencanaan yang kami lakukan berdasarkan pada pada hasil analisis kebutuhan. Pengadaan sarana di dasarkan pada kebutuhan sekolah. Jadi yang paling dianggap urgen akan dibeli terlebih dahulu. Kurang lebihnya seperti itu.171 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan perencanaan manajemen sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa dilakukan oleh kepala sekolah, wakil kepala bagian sarana dan prasarana dan bendahara sekolah. Kegiatan perencanaan dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis kebutuhan sarana dan prasarana serta perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana. Analisis dilakukan untuk mengetahui kebutuhan sarana prasarana serta sebagai dasar pembuatan perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana yang akan dimiliki sekolah. Adapun sarana prasarana yang dimiliki MIN Ambarawa Berikut ini tabel perkembangan sarana prasarana yang dimiliki MIN Ambarawa dari tahun 2009 – 2015 sebagai berikut: 170 171 Kepala Madrasah, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015 Waka Sarpras, Wawancara, MI Negeri Ambarawa, 18 Juni 2015 122 Tabel 4.5. Sarana Prasarana MI Negeri Ambarawa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Gedung Sekolah Kamar Kecil Rak penyimpanan Lemari kayu White Board CD Pembelajaran Laptop LCD Printer Bola kaki Atlas Angklung Drumband Kit IPA Buku Pelajaran Buku Cerita Meja computer Kursi guru Meja guru Kursi kayu siswa Meja kayu siswa 2009 2010 2011 7 10 6 9 1 3 13 2 2 7 11 1 2 1 1 2 3 1 3 4 1 11 10 3 2630 300 2 13 13 252 239 23 23 302 25 2012 2013 2014 2015 Jumlah 14 14 15 15 8 9 9 20 25 25 16 16 18 26 26 4 4 2 2 5 5 5 7 7 27 47 47 10 35 35 4 7 3469 5543 8825 8876 8876 800 1402 1402 7 14 14 28 30 30 28 30 30 342 402 422 472 472 40 60 20 25 409 Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar. Untuk itu sarana dan prasarana yang ada di MI Negeri Ambarawa perlu mendapat perhatian pengalokasian dana. Dan untuk pengelolaan sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa telah tersusun dalam perencanaan RAPBM. Selama perkembangannya MI Negeri selalu diupayakan menambah sarana dan prasarana jumlah siswa Selain itu madrasah juga setiap tahunnya mengalokasikan anggaran dana untuk perbaikan sarana dan prasarana yang tercantum dalam RAPBM. 123 B. Analisis 1. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pengertian mutu pendidikan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Sedangkan berdasarkan ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan kenyataan misalnya hasil tes. 172 Dengan demikian, mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakulikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu. Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah pertama kesiapan dan motivasi siswa. Kedua, kemampuan guru profesional dan kerjasama dalam organisasi sekolah. Ketiga, kurikulum meliputi relevansi isi dan operasional proses pembelajarannya. Keempat sarana prasarana meliputi kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran. Kelima, partisipasi masyarakat dalam pengembangan program pendidikan sekolah. Pendekatan yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan yaitu pertama, perbaikan secara terus menerus. Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan 172 Marus Suti, Strategi Peningkatan Mutu di era Otonomi, Jurnal Medtek, Vol 3, nomor 2, Oktober, 2011 124 peningkatan secara terus menerus untuk menjamin semua komponen penyelenggaraan pendidikan telah mencapai standar mutu yang telah ditetapkan. Konsep ini senantiasa memperbaharui proses pendidikan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Jika tuntutan dan kebutuhan pelanggan berubah, maka pihak pengelola institusi pendidikan. Standar mutu pendidikan misalnya dapat berupa pemilikan atau akuisisi kemampuan dasar pada masing masing bidang pembelajaran, dan sesuai jenjang pendidikan yang ditempuh. Kedua pihak manajemen juga harus menentukan standar mutu materi kurikulum dan standar evaluasi yang akan dijadikan sebagai alat untuk mencapai standar kemampuan dasar. Standar mutu proses pembelajaran harus diterapkan dalam arti manajemen perlu menetapkan standar mutu proses pembelajaran yang diharapkan dapat berdaya guna untuk mengoptimalkan proses produksi dan untuk melahirkan produk yang sesuai yaitu yang menguasai standar mutu pendidikan berupa penguasaan standar kemampuan dasar. Pembelajaran yang dimaksud sekurang kurangnya memenuhi karakteristik, menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, kooperatif, kolaboratif, konstruktif dan pembelajaran tuntas. Ketiga, perubahan kultur. Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Jika manajemen ini ditetapkan di institusi pendidikan, maka kepala madrasah harus membangun kesadaran semua pihak yang berkepentingan baik itu guru, siswa atau wali murid akan pentingnya meningkatkan dan mempertahankan mutu pendidikan baik mutu hasil maupun mutu proses. Keempat, perubahan organisasi, jika visi,misi dan tujuan organisasi 125 berubah atau mengalami perkembangan maka sangat dimungkinkan terjadinya perubahan organisasi. Perubahan organisasi disini adalah perubahan struktur organisasi sehingga menyangkut perubahan tugas dan wewenang masing masing personalnya. Kelima, mempertahankan hubungan dengan wali siswa karena lembaga pendidikan menghendaki agar para pelanggannya merasa puas. Sehingga diperlukan hubungan dan kerjasama yang baik antar kedua belah pihak. Komunikasi harus selalu dijalin, wali siswa diperkenankan mengunjungi dan mengamati serta melakukan penilaian dan memberikan masukan demi peningkatan mutu pendidikan di madrasah.Mutu pendidikan di MI negeri Ambarawa dapat diukur berdasarkan realitas hasil penelitian dengan kriteria yang berdasarkan SNP adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Standar Mutu Pendidikan. NO 1 2 Standar Mutu Pendidikan Standar Isi MIN Ambarawa telah memenuhi kriteria SNP yang meliputi kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, KTSP, dan kalender akademik Normativ Pendukung Penghambat Implikasi Proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran menuntut peserta didik untuk lebih banyak penguasaan materinya sehingga memerlukan waktu pembelajaran lebih lama. Pengembangan kurikulum pada madrasah yang berciri khusus yaitu pelajaran agama lebih rinci. Materi pembelajaran yang padat dengan jam pelajaran yang banyak menjadi beban berat bagi peserta didik. Karena luas cakupan materi kurikulumnya sehingga Pendidik dituntut agar lebih kreatif dan intensif serta siswa dituntut untuk meluangkan banyak waktu belajar.Sehingga memerlukan pembiyaan yang lebih banyak Standar Proses Interaksi Mendorong 126 3 4 Sesuai data secara administrasi MI Negeri Ambarawa telah memenuhi standar proses pembelajaran, demikian pula dilihat dari kesiapan tenaga pengajar dalam proses pembelajaran telah sesuai dengan format SNP. Standar Kompetensi kompetensi lulusan sudah terpenuhi Standar pendidik dan tenaga kependidikan (kompetensi pedagogik, komptensi professional, komptensi sosial, dan kepribadian) pembelajaran memerlukan stimulus respon untuk mengembang kan dan menguasai materi pembelajaran . siswa agar lebih menguasai materi pembelajaran Prestasi non akademik di tingkat propinsi masih sangat kurang, sedangkan prestasi akademiknya baik Minimnya pendidik mendapat seminar, pelatihan dan workshop Jumlah peserta didik yang banyak Semua guru berpendidikan SI. Peningkatan prestasi memerlukan pembiayaan banyak Guru kurang mengikuti seminar, workshop Untu k meningkatan profesionalisme guru dibutuhkan pembiayaan yang cukup 127 5 Standar sarana prasarana Aspek sarana prasarana pendidikan sudah baik 6 Standar pengelolaan sudah terpenuhi Standar pembiayaan perlu adanya kecermatan dalam memilih program peningkatan mutu Standar penilaian sudah berjalan sesuai dengan SNP 7 8 Masih perlu banyak perhatian baik dari segi pengadaan yang sesuai dengan standar pendidikan. pelaksanaann ya belum efektif dan efisien Memilih program peningkatan mutu Keadaan Sarana prasarana cukup mendukung proses KBM Keterbatasan ruang kelas yang dimiliki Untuk peningkatan sarana prasarana dibutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Kreaatif dan inovatif mampu bersaing Kurang disiplin guru dan lemahnya pengawasan Terbatasnya Untuk dana peningkatan mutu memerlukan pembiayaan yang besar. Standar penilaian yang dilakukan sudah memenuhi ketentuan standar penilaian 2. Pelaksanaan Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa a. Perencanaan Keuangan Madrasah Perencanaan sebagai suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk 128 mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin juga dipraktekkan oleh MI Negeri Ambarawa. Dalam perencanaan keuangan madrasah, MI Negeri Ambarawa dibawah pimpinan kepala madrasah melakukan perencanaan dengan memperhatikan berbagai pihak yang kemudian dikaji dan pada akhirnya nanti disusun sebagai bahan masukan penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah( RKAM). Perencanaan pembiayaan di madrasah sebagian besar masuk dalam penyusunan RAPBM yang disusun secara efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Fattah bahwa dalam penyusunan anggaran adalah bagaimana memanfaatkan dana secara efisien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas.173 Itulah sebabnya dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan yang sistematik sebagaiamana tercantm dalam undang undang No 20 tahun 2003 pasal 48 bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik.174 MI Negeri Ambarawa dalam menyusun rencana anggaran dan belanja madrasah (RAPBM) pada prakteknya selalu dilakukan dengan musyawarah yang dihadiri kepala madrasah, guru, karyawan, dan komite. Hal ini dilakukan agar ketika proses pembelajaran dimulai, segala sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. Ini sejalan dengan yang diungkapkan Harjanto dalam susilawaty bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan kegiatan 173 174 Nanag Fatah, Ekonomi dan pembangunan, 2007,26 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. 129 secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. 175 Sementara itu proses penyusunan perencanaan pembiayaan, madrasah telah sepenuhnya melakukan kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam perencanaan pembiayaan madrasah sebagaimana yang diungkapkan Mulyasa bahwa dalam perencanaan pembiayaan madrasah mencakup dua kegiatan yaitu penyusunan dan pengembangan RAPBS.176 Dalam pelaksanaannya mereka melakukan perencanaan pendidikan, pengeluaran dan pendapatan, selain itu mereka juga berusaha melakukan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat madrasah.177 MI Negeri Ambarawa dalam penyusunan anggaran juga menganut prinsip pembagian wewenang. Pelaksanaan pembiayaan dilakukan oleh bendahara madrasah hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Fattah bahwa anggaran harus disusun berdasarkan prinsip prinsip pembagian wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam manajemen organisasi, adanya sistem akuntansi yang memadai, adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi, adanya dukungan dari pelaksana.178 Dalam pelaksanaan musyawarah, kepala sekolah dan para wakilnya melakukan tiga perencanaan yaitu: a. Perencanaan pendidikan kepala madrasah dan para wakinya melakukan kajian terhadap program program yang ingin dicapai dalam satu tahun kedepan. Progaram program yang direncanakan harus berdasarkan visi, misi dan memperhatikan keadaan madrasah serta kemungkinan yang terjadi pada tahun tahun berikutnya. Hal ini penting karena perencanaan yang tidak berdasarkan visi misi akan menjadikan program yang 175 Baihaqi, Manajemen Pembiyaan pada SMKN Aceh Besar, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Volume1, No.2, November 2012, 40 176 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesioal, , 2007,56 177 Wawancara dengan Kepala madrasah pada tanggal 20 Juli 2015 178 Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah,Bandung; Pustaka Bai Quraisy, 2007, 26. 130 disusun tidak sesuai dengan yang diinginkan madrasah. Sedangkan apabila program yang disusun tidak berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya terjadi pada madrasah, maka akan membuat perencanaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena tidak mendapat dukungan dari sumber daya madrasah. Adapun perencanaan yang tidak memperkirakan masa yang akan datang akan berakibat tidak akan mendapat dukungan pada tahun tahun berikutnya b. Perencanaan pengeluaran. Perencanaan yang dilakukan kepala madrasah dan para wakilnya pada tahap selanjutnya adalah perencanaan pengeluaran untuk membiayai kebutuhan kebutuhan madrasah dalam melaksanakan program programnya. Perencanaan pengeluaran di MI Negeri Ambarawa ini berdasarkan pada kemungkinan kemampuan madrasah, sedangkan kemampuan keuangan madrasah tergantung pada penerimaan dan pengeluaran yang masuk pada tahun anggaran. c. Perencanaan pendapatan, kepala madrasah dan para wakilnya merencanakan penerimaan dan pengeluaran yang mungkin masuk ke madrasah melalui berbagai segi dalam satu tahun anggaran. Pendaptan madrasah digunakan utuk memenuhi kebutuhan dan program yang disusun madrasah. Perencanaan terhadap tiga hal di atas yang dilakukan oleh MI Negeri Ambarawa sudah sesuai dengan teori, sehingga menunjukkan bahwa madrasah ini sudah tergolong cukup baik dalam manajemen. Pada data penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa selain menyusun RKAM juga selalu melakukan pengembangnnya. Dalam pengembangan rencana kegiatan dan anggaran MI Negeri Ambarawa menggunakan tiga langkah pendekatan yaitu kelompok kerja, kerjasama dan komite. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan sumber daya yang ada di madrasah, menampung semua aspirasi dan mendapat persetujuan dari pihak yang bersangkutan.179 Perencanaan yang dibuat oleh madrasah yang memperhatikan pengembangan rencana anggaran dan pendapatan dan belanja 179 Wawancara dengan kepala madrasah pada tanggal 12 Juli 2015 131 madrasah seperti yang dilakukan MI Negeri Ambarawa akan melahirkan perencanaan yang baik diantaranya yaitu: a. Perencanaan yang dibuat harus memperhatikan dan berdasarkan pada sumber daya yang ada di madrasah. Dengan pengembangan RKAM pada tingkat kelompok kerja maka perencanaan yang dibuat akan lebih bagus karena sesuai dengan kondisi di madrasah. b. Perencanaan yang dibuat merupakan perencanaan yang dapat menampung aspirasi. Melalui pengembangan RKAM pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah, maka perencanaan akan sesuai dengan keinginan berbagai pihak. Perencanaan yang dibuat merupakan perencanaan yang mendapat persetujuan dari berbagai pihak. Melalui pengembangan RKAM dengan sosialitas dan legalitas, maka perencanaan yang dibuat diakui keberadaannya oleh berbagai pihak. Dari uraian di atas maka penulis simpulkan bahwa perencanaan keuangan di MI Negeri Ambarawa sudah berjalan baik dan teratur. b. Pelaksanaan Keuangan Madrasah Pelaksanaan pembiayaan di MI Negeri Ambarawa dilakukan oleh bendahara, hal ini sejalan dengan mulyasa bahwa sekolah dapat menetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. 180 Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan ditunjuk bendahara oleh kepala madrasah . Kegiatan pelaksanaan pembiayaan di MI Negeri Ambarawa disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh ini sejalan yang dikatakan Bafadal bahwa pelaksanaan anggaran dalam setiap personel sekolah adalah semua penggunaan dana yang tersedia harus disesuaikan dengan rencana anggaran yang telah disusun lembaga.181 Pelaksanaan keuangan di MI Negeri Ambarawa dibagi dalam dua kegiatan yaitu penerimaan dan pengeluaran dana 180 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesioal, Bandung , , 2007,69 181 Bafadal , Pengelolaan Keuangan Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008, 54 132 pendidikan. Pemisahan kegiatan penerimaan dan pengeluaran dapat memberikan manfaat antara lain: a. Mempermudah pembukuan, dengan pemisahan ini akan memudahkan bendahara penerimaan dan pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam penerimaan maupun pengeluaran uang. b. Memudahkan dalam pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dan pemeriksaan dalam melihat aliran dana di MI Negeri Ambarawa lebih mudah dilakukan dengan adanya pemisahan dana penerimaan dan pengeluaran. Dengan adanya pemisahan antara dana penerimaan dan pengeluaran maka akan memudahkan berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat aliran dana di MI Negeri Ambarawa. Penerimaan dana pendidikan ditentukan oleh besarnya dana yang diterima lembaga dari setiap sumber dana Dalam Undang Undang No 20 tahun 2003 pasal 46 disebutkan bahwa pendanaan pendidikan di Indonesia menjadi tanggngjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. 182 Di MI Negeri Ambarawa dana diperoleh dari pemerintah dan komite. Pemerintah merupakan penyandang dana tetap yang dikelola madrasah untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam penerimaan dana pendidikan MI Negeri Ambarawa telah menunjuk bendahara II untuk membuat pembukuan antara lain: a. Buku harian. Buku ini berisi nama penyetor, kelas guna membayar dan jumlah yang disetorkan serta waktu penyetorannya. Disini dapat dilihat format bukunya sederhana dan mudah dipahami. Format seperti ini memudahkan madrasah dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan. Apalagi jika ada kronologi kejadiannya akan lebih memudahkan dalam menggali informasi. 182 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Mulyono,Mewujudkan keunggulan madrasah, vol 2, No 1, 2009 133 b. Buku Rekap Buku ini berisi kumpulan catatan harian, dari buku ini dapat diketahui jumlah dana yang masuk serta dapat diketahui keadaan dana yang ada di MI Negeri Ambarawa. Dan dapat dibandingkan dengan dana yang ada di bendahara umum, sehingga dana yang masuk dapat dikontrol. c. Buku Setor Di MI Negeri Ambarawa, buku ini digunakan bendahara madrasah untuk mencatat penyetoran dana yang telah dilakukan kepada bendahara. Dari buku ini menjadi bukti setoran dana yang telah dilakukan kepada bendahara. Dari buku ini menjadi bukti setoran dana yang telah dilakukan bendahara madrasah kepada ke kepala madrasah agar setiap dana yang masuk dapat dikontrol. Pembukuan terhadap penerimaan di MI Negeri Ambarawa dilakukan dalam format sederhana dan mudah dimengerti sehingga berbagai pihak yang berkepentingan dapat memahaminya. Dalam pelaksanaan keuangan di MI Negeri Ambarawa dalam kegiatan pengeluaran dilakukan oleh bendahara I yang menangani pengeluaran dana pendidikan di madrasah. Dalam pelaksanaan pembiayan di madrasah subjek penelitian, laporan pelaksanaan pembiayaan disusun dengan baik sebagai bahan pertanggungjawaban. Ini sesuai dengan Bafadal bahwa semua keuangan harus dilengkapi dengan kwitansi pengeluaran, semua penggunaan dana harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang 134 undangan yang berlaku dalam rangka mempermudah pengawasan dan pertanggungjawaban, semua penggunaan dana harus dibukukan secara seksama dan berkesinambungan melalui proses pembukuan yang berlaku.183 Langkah langkah pengeluaran dana adalah sebagai berikut: pengajuan permintaan yang ditulis dalam lembar permintaan pengeluaran dana kepada kepala madrasah; setelah mendapat persetujuan kemudian bendahara madrasah mengecek keabsahan lembar permintaan tersebut yakni sudah disetujui oleh kepala madrasah atau belum; setelah diketahui keabsahannya maka dilakukan pengajuan permintaan pengeluaran dana kepada bendahara; bendahara madrasah memberikan kepada yang bersangkutan untuk meminta pengeluaran dana agar dapat dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan yang diajukan. Melakukan analisis dan pengambilan keputusan merupakan tugas fungsional bagian keuangan untuk melaksanakan tugas itu maka bendahara harus berpatokan pada rencana anggaran yang tepat, mengestimasi secara tepat nilai nominal sumber keuangan, mencermati tentang pengaruh waktu dan ketidakpastian, memperhitungkan efisiensi pengaruh waktu, memperhitungkan efisiensi pengeluaran secara cermat.184 Pembiayaan madrasah berasal dari pemerintah pusat, dan daerah yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, orang tua atau siswa dan masyarakat. Keuangan dan 183 Bafadal , Pengelolaan Keuangan Sekolah, Jakarta; Bumi Aksara, 2008,61 Baihaqi, Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada SMKN di Aceh Besar, Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas SyiaH Kuala Volume1, No.2, November 2012, 43 184 135 pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan bagian yang tak terpisahkan dalam pendidikan. oleh karena itu madrasah selalu merencanakan anggaran dengan matang untuk kelancaran proses belajar mengajar. Biaya madrasah terdiri dari biaya rutin dan biaya operasional, biaya rutin selalu lancar dikeluarkan dari tahun ke tahun seperti gaji pegawai sedangkan biaya operasional dikeluarkan sekolah untuk perbaikan dan rehab gedung serta fasilitas dan alat alat pengajaran. Pengeluaran dana di MI Negeri Ambarawa melalui beberapa tahap yang melibatkan penanggungjawab atau yang mengajukan permintaan pengeluaran, bendahara madrasah bagian pengeluaran dan kepala madrasah. Prosedur ini biasa dikatakan panjang dan lama, namun dana ini agar dapat dipertanggungjawabkan penggunaanya dengan baik, sehingga berbagai pihak yang berkepentingan akan dapat mengetahui penggunaan dana yang ada apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan. Dalam pembukuan pengeluaran di MI Negeri Ambarawa dilakukan secara kronologis pada setiap transaksi yang dilakukan dalam setiap bulan, yaitu sesuai dengan urutan tanggal transaksi pada bulan tersebut.185 Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembukuannya. Pengeluaran dana yang dilakukan setelah ditulis secara kronologis kemudian dicatat dalam buku catatan pengeluaran menurut jenis pengeluaran, yaitu seperti kebutuhan guru, pembelian perlengkapan belajar mengajar yang kemudian data pengeluaran tersebut dimasukkan dalam laporan bulanan kepala 185 Dokumentasi RKAM MI Negeri Ambarawa tahun 2014 136 madrasah, dari sini dapat dimengerti bahwa pembukuan yang dilakukan untuk memudahkan pengawasan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban yakni melalui pembukuan atau pencatatan pengeluaran harian dan bulanan yang kemudian dituangkan dalam laporan harian, bulanan, tahunan. Selain itu pembukuan pengeluaran dicatat berdasarkan jenis pengeluaran akan memudahkan bagi pengawas dan pemeriksa untuk mengetahui besarnya pengeluaran untuk berbagai jenis kebutuhan madrasah, sehingga pengeluaran dapat dikontrol sesuai dengan yang telah direncanakan. Dari uraian di atas penulis dapat simpulkan bawa pelaksanaan keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa sudah berjalan baik dan perlu dipertahankan dan ditingkatan kinerjanya. Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa sudah dikelola secara professional oleh tenaga pendidik dan kependidikan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian yang melibatkan peran komite madrasah. MI Negeri Ambarawa sebagai salah satu madrasah yang disukai banyak kalangan di seputar kota Ambarawa dan memiliki reputasi yang bagus dalam pandangan masyarakat itu sendiri. Dalam rangka peningkatan pelayanan, fasilitas dan kegiatan ekstra pendukung lainnya, maka madrasah harus memiliki sumber alternatif lainnya tidak hanya menunggu dana dari pemerintah. c. Evaluasi Evaluasi sebagai salah satu langkah dalam tahapan manajemen MI Negeri Ambarawa difungsikan sebagai langkah dalam mengontrol 137 perencanaan dan pelaksanaan keuangan madrasah. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dilakukan terhadap barang barang dan pelaksanaan keuangan madrasah. Sedangkan pemeriksaan dilakuakan terhadap anggaran, kas dan barang. Pemeriksaan terhadap anggaran di MI Negeri Ambarawa dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kebijakan yang dilakukan madrsah dalam melakukan perencanaan penerimaan dan pengeluaran sehingga dari sini pihak pihak yang berkepentingan dapat melakukan pengontrolan terhadap penerimaan dan pengeluaran dari hal hal yang tidak berguna maka dengan pemeriksaan terhadap anggaran ini akan menghindarkan dari anggaran yang tidak perlu dan tidak bermanfaat. Sedangkan pemeriksaan terhadap kas bertujuan untuk menguji kebenaran jumlah dana yang ada dengan membandingkan jumlah dana yang seharusnya ada dengan dana yang ada melalui catatan. Di MI Negeri Ambarawa pemeriksaan terhadap kas dilakukan oleh kepala madrasah dan komite madrasah dengan melihat catatan dana yang masuk yang dipegang oleh bendahara II untuk mengetahui jumlah dana yang diterima madrasah dan terhadap catatan dana yang sudah dikeluarkan dan mengtahui jumlah dana yang masih ada. Pemeriksaan yang dilakukan ini akan dapat mengontrol pengeluaran berikutnya, yang berarti bahwa pengeluaran berikutnya harus memperhatikn pengeluaran yang sudah dilakukan, sehingga tidak terjadi pengeluaran yang tidak sesuai dengan perencanaan. Adapun pemeriksaan 138 terhadap barang yang dilakukan di madrasah terhadap jenis, jumlah dan fungsi merupakan pemeriksaan yang baik dan sesuai dengan teori pemeriksaan terhadap barang yang tercantum dalam bab sebelumnya. Dari keterangan tersebut diketahui bahwa evaluasi yang dilakukan oleh MI Negeri Ambarawa sudah tergolong baik, hal ini dapat dilihat seperti dari pemeriksaan yang dilakukan yakni sudah sesuai teori yang tercantum dalam bab 2 yaitu terhadap anggaran, kas dan barang. Selain itu evaluasi juga dilakukan dengan memeriksa laporan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara dan madrasah juga telah melibatkan masyarakat dan orang tua siswa yang bergabung dalam komite madrasah dalam kegiatan pemeriksaan dan pengawasan. Hal ini diperlukan karena pendapatan yang diterima madrasah berasal dari mereka, dan sebagai salah satu bentuk menjadikan mereka merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap madrasah ini. Dalam pertanggungjawabannya, MI Negeri Ambarawa melakukan pertanggungjawaban ke dalam dan keluar. Pertanggungjawaban ke dalam dilakukan oleh dua pihak yaitu pertama bendahara selaku pelaksana pembiayaan pendidikan di madrasah melaporkan kepada kepala madrasah selaku pimpinan. Kedua dilakukan kepala madrasah selaku pimpinan pelaksanaan keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa kepada komite madrasah. Adapun pertanggungjawaban keluar dilakukan dengan menyediakan informasi tentang pendapatan dan penggunaan dana yang diperoleh kepada wali siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa MI 139 Negeri Ambarawa melakukan pertanggungjawaban dengan baik, sehingga perlu dipertahankan. Informasi yang disediakan untuk oang tua merupakan bentuk pertanggungjawaban, tinggal wali siswa peduli atau tidak dengan hal ini. Kepedulian ini ini perlu dipupuk dalam rangaka mengikutsertakan orang tua dalam program pengelolaan madrasah. Evaluasi di madrasah ini juga dilakukan dengan memeriksa pelaksanaan pembukuan keuangan yang dilakukan oleh bendahara. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya mengenai dana saja yang diperiksa namun juga dalam pembukuan keuangan yang dilakukan oleh bendahara. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya mengenai dana saja yang diperiksa, namun juga dalam pembukuannya. Dalam pemeriksaan di MI Negeri Ambarawa ini dilakukan dengan menilai pembukuan yang dibuat dengan indikator yang dinilai adalah mengenai kerapian, keteraturan dan kelengkapan serta kesesuain anggaran. Keempat hal tersebut jika dilakuakan maka pembukuan diangap baik. Ini menunjukkan bahwa madrasah menyiapkan diri bukan hanya dalam mengelola dana saja, namun juga dalam pembukuannya. 1. Implikasi peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan Upaya meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Madrasah merupakan bagian penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Adanya sumber daya manusia yang unggul dipengaruhi pula oleh faktor yang menunjang pembelajaran di madrasah. Faktor tersebut berupa guru yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, juga penunjang pembelajaran siswa berupa kegiatan ekstrakulikuler. Semua itu 140 tidak akan terpenuhi jika tidak adanya biaya yang mencukupi kebutuhan kebutuhan untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Maka dari itu biaya perlu dikelola dengan sebaik-baiknya demi kelancaran dan peningkatan mutu di madrasah. Pengelolaan pembiayaan di MI Negeri Ambarawa dikelola langsung oleh kepala madrasah dibantu oleh bendahara, sehingga kepala madrasah mengetahui pengeluaran dan penerimaan keuangan secara langsung. Selain itu kepala madrasah bertugas pelaksana bagaimana meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan mengkoordinir kegiatan-kegiatan demi berlangsungnnya peningkatan mutu pendidikan melalui pembiayaan yang telah diatur dalam RAPBM. Manajemen pembiayaan dalam meningkatkan mutu pendidikan di madrasah perlu memperhatikan tiga komponen penentu keberhasilan madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang membutuhkan perhatian pengalokasian dana antara lain: a. Siswa Dalam usaha peningkatan mutu pendidikan siswa merupakan sumber daya terpenting dalam proses pembelajaran dan juga kegiatan sekolah. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para siswa adalah kegiatan-kegiatan diluar kurikuler atau ekstrakurikuler.186 Semakin banyak kegiatan yang di ikuti siswa maka akan menambah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa. ekstrakurikuler ini bertujuan untuk mempertajam pemahaman terhadap keterkaitan dengan mata pelajaran 186 Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm 239. 141 kurikuler. Para siswa dibina kearah mantapnya pemahaman, kesetiaan dan pengalaman nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, watak dan kepribadian bangsa, budi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara, keterampilan dan kemandirian, olahraga dan kesehatan serta persepsi, apersepsi dan kreasi seni.187 Ekstra kurikuler yang ada di MI Negeri Ambarawa dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan pada awal tahunnya oleh penanggungjawab yang mengatur semua kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang ada di MI Negeri Ambarawa antara lain pramuka, rebana, melukis, badminton, komputer, seni baca Al Quran. Juga ada organisasi QNS yang khusus mengkoordinir kegiatan ekstra kurikuler kebahasa Arab. Di MI Negeri Ambarawa memang yang diutamakan agar siswa-siswinya dapat berbahasa Arab dengan lancar. Selain kursus bahasa Arab juga ada kursus bahasa Inggris dalam kegiatannya kursus bahasa Inggris terdapat Vocab Game yaitu kegiatan yang memadukan permainan dan berbahasa Inggris. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar bahasa Inggris dengan bermain dalam menggunakan bahasa Inggris. Semua siswa di MI Negeri Ambarawa di wajibkan mengikuti ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini menjadi penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di karenakan kegiatan estrakurikuler menunjang pembelajaran dan juga meningkatkan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Mengingat begitu pentingnya ekstrakurikuler dalam 187 Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2008, 239.h 241-242 142 meningkatkan kualitas siswa, untuk itu pengelola madrasah memberikan anggaran kegiatan untuk menunjang tercapainya proses kegiatan agar berjalan dengan lancar. Tanpa adanya pengalokasian dana yang cukup pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar. Maka dari itu kegiatan ekstraklurikuler yang ada di MI Negeri Ambarawa ini telah mendapat pengalokasian dana yang telah tercantum dalam RAPBM. b. Guru Guru merupakan salah satu faktor yang mepengaruhi kualitas siswa. guru mempunyai peranan penting menjadi media dalam proses pembelajaran siswa. Mutu siswa tergantung bagaimana peran guru dalam memberikan pembelajaran yang tepat kepada siswanya. Selain itu jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh guru juga mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan. Di MI Negeri Ambarawa semua guru berpendidikan sarjana, dan banyak diantara mereka yang melanjutkan ke S2. Untuk meningkatkan profesionalisme guru di MI Negeri Ambarawa mendapatkan bantuan dari KEMENAG yaitu peningkatan profesionalisme guru dengan adanya program kualifikasi peningkatan profesionalisme mutu guru dan adanya pelatihan, diklat, workshop diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar dan juga madrasah memberikan kesempatan para guru untuk melanjutkan kuliah dan membekali para guru kursus bahasa Inggris dan kursus bahasa Arab. Selama dalam pelaksanaannya tidak mengganggu tugasnya sebagai guru. 143 Dalam peningkatan mutu pendidikan, guru sebagai faktor terpenting dalam penunjang pendidikan untuk mencerdaskan peserta didik, guru di MI Negeri Ambarawa mendapatkan pelatihan, selain itu juga guru mendapatkan peningkatan kesejahteraan dalam upaya membangkitkan gairah guru dalam meningkatkan kinerja pengajarannya. Dengan adanya peningkatan kinerja ini dimaksudkan akan dapat meningkatkan profesionalisme kerja guru. Peningkatan kesejahteraan ini bertujuan untuk mengacu peningkatan mutu dalam proses pendidikan dan pembelajaran sehingga guru dapat berlomba-lomba dalam meningkatkan kinerja mengajarnya dan secara bersamaan akan berimplikasi pada kualitas dalam peningkatan mutu pendidikan. c.Sarana dan prasarana Faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu proses pembelajaran salah satunya adalah sarana dan prasarana pendidikan. Agar sarana prasarana pendidikan dapat terus berdaya guna aktif dalam proses pembelajaran pihak madrasah harus terus melakukan perkembangan dan penambahan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman, yang semakin canggih dan teknologi semakin berkembang terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan sekarang ini terutama proses pembelajaran memerlukan sarana dan prasarana pendidikan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran dan untuk mengoptimalkan kreatifitas siswa. Sarana dan prasarana pendidikan yang canggih serta mengikuti kemajuan zaman adalah harapan dan keinginan 144 setiap madrasah untuk mewujudkan harapan dan keinginan tersebut, pihak madrasah haruslah mempunyai dana yang cukup banyak dalam pengelolaan sarana dan prasarana madrasah. Madrasah perlu mengelola sarana dan prasarana dengan sebaik baiknya sebagai penunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menunjang proses belajar dan mengajar. Dalam proses pembelajaran sarana dan prasarana sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, membantu memudahkan belajar bagi siswa. untuk dapat menarik perhatian siswa lebih besar dan menarik minat murid dalam belajar, untuk itu sarana dan prasarana yang ada di MI Negeri Ambarawa perlu mendapat perhatian pengelolaan pengalokasian dan untuk mendapatkan sarana dan prasarana yang baik sehingga dapat menunjang proses pembelajaran siswa. Pengalokasian dana untuk pengelolaan sarana dan prasarana di MI Negeri Ambarawa telah tercantum dalam perencanaan RAPBM. Agar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat mempengaruhi mutu proses pembelajaran perlu partisipasi aktif dari guru dan murid, serta perlunya dukungan dari kepala madrasah untuk mewujudkannya. Sarana dan prasarana pendidikan yang sudah ada perlu dimaksimalkan penggunaannya karena dengan demikian sarana dan prasarana tersebut akan terus berdaya guna aktif terhadap proses pembelajaran. 145 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan (studi kasus pada MI Negeri Ambarawa) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Strategi yang dilakukan MI Negeri Ambarawa untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan membentuk tim peningkatan mutu yang bertugas merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi mutu pendidikan di MI Negeri ambarawa. Penyelenggaraan pendidikan yang berdasarkan SNP dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional. MI Negeri Ambarawa telah memenuhi SNP. Pencapaian ini di dukung berbagai faktor diantaranya yaitu peserta didik, kurikulum dan sarana prasarana sedangkan faktor penghambatnya adalah sistem penilaian pendidikan yang hanya fokus pada hasil pembelajaran dan kurang memperhatikan penilaian proses pembelajaran. Implementasi peningkatan mutu pendidikan dan upaya mengatasi hambatan berdasarkan SNP meliputi kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban mengajar dan kalender pendidikan telah dijabarkan dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan SNP. Pengelolaan system Manajemen yang baik akan mendukung proses pembelajaran yang baik dan menghasilkan peningkatan mutu pendidikan. 146 2. Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di MI Negeri Ambarawa dalam proses perencanaan pembiayaan telah melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak hal ini dilakukan untuk mengurangi beban biaya dalam penyelenggaraan pendidikan. Penggunaan anggaran pembiayaan pendidikan yang telah sesuai dengan program pembiayaan yang telah ditetapkan merupakan faktor kunci terlaksana proses pendidikan di madrasah. MI Negeri Ambarawa cenderung lebih memprioritas kebutuhan yang menunjang peningkatan mutu pendidikan agar pembiayaan dapat berjalan efektif dan efisien. Dalam pembiayaan MI Negeri Ambarawa cenderung menunggu kucuran dana dari pemerintah saja. Pelaksanaan keuangan madrasah di MI Negeri Ambarawa sudah berjalan baik dan perlu dipertahankan dan ditingkatan kinerjanya. Pembiayaan di MI Negeri Ambarawa sudah dikelola secara professional. Berdasarkan hasil analisis mutu pendidikan pendidikan berkorelasi positif dan signifikan dengan manajemen pembiayaan dimana dengan manajemen pembiayaan madrasah mampu merencanakan hal hal yang menunjang peningkatan mutu misalnya dengan pembiayaan yang handal akan menunjang pengadaan sarana prasarana yang menunjang pembelajaran, pengembangan diri guru serta prestasi akademik dan non akademik siswa. Dengan demikian manajemen pembiayaan memegang peranan yang sangat vital dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa. 147 B. Saran 1. Disarankan kepada kepala MI negeri Ambarawa agar terus berupaya mengoptimalkan peningkatan mutu melalui manajemen pembiayaan. Upaya ini ditempuh dengan penyusunan program pembiayaan tetap menganut asas efektifitas dan efisiensi, guna tercapainya program yang telah ditetapkan. 2. Diharapkan kepada kepala madrasah sebagai kuasa pengguna anggaran dapat lebih meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan bendahara dalam proses pengeluaran biaya agar memperoleh persepsi dan memiliki komitmen yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di MI Negeri Ambarawa. 3. Diharapkan kepada pihak-pihak yang terkait lebih meningkatkan upaya pembinaan pengawasan dalam pengelolaan biaya pendidikan di MI Negeri Ambarawa agar tidak terjadi penyelewengan dana. 148 DAFTAR PUSTAKA Abdul, Hadis & Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: AlfaBeta, 2010. Andrian, Arkanudin, Gusti Suryansyah. “Implementasi Pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah di SMKN 1 Kab. Sintang”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSIAN 2013. Achmad, Dedy. “Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Bandung”, Jurnal Penelitian Pendidikan Vol.12. No I, April 2011. Ahmadi, Rulam. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005. Armida. “Sistem Anggaran Pendidikan (Studi Tentang Sistem Penganggaran Pendidikan dan Efektivitas Penggunaan Biaya Pendidikan serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah di Kota Jambi)”, Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 12, Nomor 1, 1 April 2011. Atmodiwiryo, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta, 2006. 149 Ba’haqi, Nazir, Zahra. “Manajemen Pembiayaan pendidikan pada SMKN di Kab. Aceh Besar”,Jurnal Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Syiah Kuala, Volume 1, Nomor 1, 2012. Bafadal, Ibrahim. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, cet 2, 2006. Budi Santoso. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar yang Efektif (Studi Multi Kasus Sekolah Dasar Panglima Sudirman, Sekolah Dasar Abdul Rahman, dan Sekolah Dasar Welirang di Kota Batu). Disertasi, Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2011. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif;Pemahaman Filosofis dan Metode Logis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers ,2010. Barnadib.Imam. Sistem Pendidikan Nasional Menurut Konsep Islam dalam ”Islam dan Pendidikan Nasional, Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN, 1983. Depdiknas dan Kemenag, Buku Panduan BOS dan BOS buku, 2014. E Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005. Fatah, Nanang. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Harsono. Pengelolaan Biaya Pendidikan, STAIN Surakarta, 2007. Harjo.Budi, Sabar. ” Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia” , Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Tahun 16, Nomor 2, 2012. 150 Hasbi. Peningkatan Mutu Pendidikan Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional di kota Palopo Tahun 2011-2012, Jurnal Diskursus Islam, Volume 1 Nomor 3, Desember 2013 penilaian pendidikan STAIN Datuk Sulaiman Palopo. Hadi,Sutrisno. Metode Research II, Yogyakarta: Andi Offset, 2000. Haryati, Sri.” Pengembangan Model Manajemen Pembiayaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Magelang”, Journal of Economic Education 1, Nomor 1, 2012. Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Ichsani, Transparansi Manajemen Keuangan, Studi di Pondok Pesantren Salaf dan Modern Masyithoh di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali, Tesis, STAIN Surakarta, 2008. Ida ,” Analisis Biaya Pendidkan dan Dampaknya Terhadap Kualitas Proses Pembelajaran dan Aspirasi Pendidikan Siswa (Studi Tentang Persepsi Para Siswa SMA Dwijendra Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012), Tesis, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 2012. Kamus besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 151 Karim, Rusli. Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita, Yogyakarta:Tiara Wacana,1991. Kristianty, Theresia.” Peningkatan Mutu Pendidikan Terpadu Cara Deming”, Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 04, Juli 2005. Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam,Jakarta: Radar Jaya Offset, 1998. Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Matin. Manajemen Pembiayaan Pendidikan konsep dan aplikasinya, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014. Resep , Adre KP. ”Analisis Kebijakan Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan jilid 14, Nomor 2, Juli 2005. Saeful, Pupu, Rahmad,” Penelitian Kualitatif”, Equilibrium, Vol. 5, No.9, Januari-Juni 2009. Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001. Suti, Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011. Syarifuddin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka, 1999. Sukmadinata, Nana S. Metode Penelitian Pendidikan ,Bandung: Rosdakarya, 2009. 152 Sukardi, dkk, Pola Pembiayaan Siswa SMK Negeri dan Swasta di DIY, Laporan Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, 2004. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2001. Suratno, Sri. Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Studi Kasus di SD Islam Unggulan Bazra Sragen, Tesis, STAIN Surakarta 2005. Sisk. Henry L, Principles of Management , Brighton England: South-Western Publishing. Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009. Thomas, Partono. ” Faktor Determinan Produkt Sekolah”, JurnalPenelitian dan Evaluasi Pendidikan , Tahun 17, Nomor 1, 2013. Undang-undang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Peraturan Menteri No 19 Tahun 2005. Usman, Husaini. Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, cet 2, 2008. Wagiran,” Peluang dan tantangan pembiayaan pendidikan menengah kejuruan dalam era otonomi daerah dan penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Volume 15, Nomor 2 Oktober 2006. Wijaya, David. Implikasi Manajemen keuangan Sekolah terhadap kualitas pendidikan “, Jurnal Pendidikan Penabur, Nomor 13 Desember 2009. 153 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Daftar Pustaka LAMPIRAN 2 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 3 Daftar Jumlah Siswa Pendaftar dan yang diterima di MI Negeri Ambarawa LAMPIRAN 4 Daftar Nilai UN dan UAM LAMPIRAN 5 Daftar Perkembangan Pendidikan Pendidik di MI Negeri Ambarawa LAMPIRAN 6 Daftar Perkembangan tenaga kependidikan di MI Negeri Ambarawa LAMPIRAN 7 Daftar Prestasi Non Akademik LAMPIRAN 8 Pedoman wawancara LAMPIRAN 9 Surat Keterangan Benar-Benar Mengadakan Penelitian 154 Daftar Jumlah Siswa Pendaftar dan yang diterima di MI Negeri Ambarawa No Tahun Jumlah pendaftar Jumlah yang diterima 1 2009 102 96 2 2010 110 96 3 2011 115 102 4 2012 117 78 5 2013 122 90 6 2014 132 90 7 2015 150 110 Daftar Nilai UN dan UAM MI Negeri Ambarawa NO Tahun Nilai Rata rata UN Nilai Rata-Rata UAM 1 2009 6.89 6,99 2 2010 7,03 7,50 3 2011 7,01 7.70 4 2012 7,00 8,10 5 2013 7,12 8,60 6 2014 7,00 8,63 7 2015 7,00 8,65 155 Daftar Perkembangan Pendidikan Pendidik MI Negeri Ambarawa No Tahun DII DIII SI 1 2009 2 1 11 2 2010 1 1 13 3 2011 1 16 4 2012 1 17 5 2013 20 6 2014 18 S2 2 Daftar Perkembangan Tenaga Kependidikan MI Negeri Ambarawa NO Tahun SMP SMA DII SI 1 2009 1 1 2 2010 1 1 3 2011 1 1 4 2012 1 2 5 2013 1 2 1 1 6 2014 1 2 1 1 156 Daftar Prestasi Non Akademik MI Negeri Ambarawa No Jenis Lomba Tahun Peringkat 1 Lomba melukis 2009 Juara I tingkat kecamatan 2 Lomba lari 2009 Juara I tingkat Kecamatan 3 Lomba Tartil 2009 Juara II tingkat Kecamatan 4 Lomba Qiro’ah 2009 Juara II tingkat Kecamatan 5 Lomba Tilawah 2009 Juara II tingkat Kabupaten 6 Lomba Aksioma 2009 Juara IV tingkat Kecamatan 7 Lomba siswa berprestasi 2009 Juara II tingkat Kecamatan 8 Lomba OSN 2009 Juara I tingkat Kecamatan 9 Lomba melukis 2010 Juara I kecamatan 10 Lomba lari 2010 Juara III tingkat Kabupaten 11 Lomba Tartil 2010 Juara II tingkat Kabupaten 12 Lomba Qiro’ah 2010 Juara II tingkat Kecamatan 13 Lomba Tilawah 2010 Juara II tingkat Kabupaten 14 Lomba Aksioma 2010 Juara IV tingkat Kabupaten 15 Lomba siswa berprestasi 2010 Juara II tingkat Kecamatan 16 Lomba OSN 2010 Juara I tingkat Kecamatan 17 Lomba lari 2011 Juara III tingkat Kabupaten 18 Lomba Tartil 2011 Juara II tingkat Kabupaten 19 Lomba Qiro’ah 2011 Juara II tingkat Kecamatan 20 Lomba Tilawah 2011 Juara II tingkat Kabupaten 157 21 Lomba Aksioma 2011 Juara IV tingkat Kabupaten 22 Lomba siswa berprestasi 2011 Juara III tingkat Kecamatan 23 Lomba OSN 2011 Juara II tingkat Kecamatan 24 Lomba lari 2011 Juara III tingkat Kabupaten 25 Lomba Tartil 2012 Juara II tingkat Kabupaten 26 Lomba Qiro’ah 2012 Juara II tingkat Kecamatan 27 Lomba Tilawah 2012 Juara II tingkat Kabupaten 28 Lomba Aksioma 2012 Juara IV tingkat Kabupaten 29 Lomba siswa berprestasi 2012 Juara II tingkat Kecamatan 30 Lomba OSN 2012 Juara I tingkat Kecamatan 31 LCC 2012 Juara III tingkat Kecamatan 32 Lomba lari 2013 Juara III tingkat Kabupaten 33 Lomba Tartil 2013 Juara II tingkat Kabupaten 34 Lomba Qiro’ah 2013 Juara II tingkat Kecamatan 35 Lomba Tilawah 2013 Juara II tingkat Kabupaten 36 Lomba Aksioma 2013 Juara IV tingkat Kabupaten 37 Lomba Mewarnai 2013 Juara I tingkat Kabupaten 38 Lomba siswa berprestasi 2013 Juara II tingkat Kecamatan 39 Lomba OSN 2013 Juara I tingkat Kecamatan 40 Lomba Tartil 2014 Juara II tingkat Propinsi 41 Lomba Qiro’ah 2014 Juara II tingkat Propinsi 42 Lomba Tilawah 2014 Juara II tingkat Kabupaten 158 43 Lomba Aksioma 2014 Juara IV tingkat Kabupaten 44 Lomba siswa berprestasi 2014 Juara II tingkat Kecamatan 45 Lomba OSN 2014 Juara I tingkat Kecamatan 46 Lomba LCC 2014 Juara II tingkat Kecamatan 47 Lomba Lari 2014 Juara I tingkat Kecamatan Tabel Sarana Prasarana MI Negeri Ambarawa No Nama 2009 2010 2011 2012 1 Luas Tanah 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 `1 2 13 Gedung Sekolah R kepala sekolah R Guru R Perpustakaan R UKS R Ibadah Gudang Kamar Kecil Halaman Upacara Taman Sekolah Kebun Sekolah 5000 M 7 10 1 1 1 1 14 15 16 17 18 19 20 Lapangan Olah Raga Scanner Rak penyimpanan Lemari kayu Filling Cabinet besi Filling Cabinet kayu Buffet Papan nama 2 6 1 1 1 4349M 14 9 2013 2014 2015 Jumla h 4349 M 14 1 1 1 1 1 1 2 15 15 1 1 1 2 2 1 1 13 1 9 25 2 3 1 8 20 9 25 1 7 7 5 14 5 14 159 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 White Board Peta Globe Mesin Absen Tempat tidur UKS Kasur Jam Kipas Angin Tape Recorder Speaker CD Pembelajaran CD Keagamaan Wireless Megaphone Timbangan Barang Timbangan Orang Gambar Presiden Tiang bendera Gordin Kabel Roll Compact DiscPlay Kompas Telefon Computer Laptop LCD Printer Lempar cakram Tolak peluru Tenis meja Volly Alat Badminton Bola kaki Atlas Angklung Pianika Drumband Kit IPA Wayang Buku Pelajaran Buku Cerita Tangga 2 25 3 16 1 16 25 3 1 1 1 14 1 2 1 2 6 1 1 1 1 14 1 2 1 26 6 1 1 1 1 7 11 18 26 1 18 1 15 4 1 1 18 1 15 4 1 4 2 15 1 4 2 15 4 2 5 2 2 1 3 16 7 47 10 14 35 7 9 5104 1402 1 1 2 2 1 3 16 1 1 2 3 11 10 2 1 3 4 4 2 5 5 27 7 47 14 35 3 9 2630 300 4 839 800 514 325 1 796 1402 160 63 64 65 66 67 68 69 Alumunium Meja computer Audio Gerobak Kursi guru Meja guru Kursi kayu siswa Meja kayu siswa 2 7 14 1 1 13 13 252 239 23 23 302 25 28 28 342 40 30 30 402 60 422 20 472 25 RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama lengkap : Luluk Aryani Isusilaningtyas 2. Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 31 Mei 1976 3. : Desa Gogodalem Barat Alamat Rumah Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang B. Riwayat Pendidikan 1. MI Panjang Lulus tahun 1988 2. MTSN Salatiga Lulus tahun 1991 3. SMA Sudirman Ambarawa Lulus tahun 1994 4. IAIN Walisongo Lulus tahun 2013 14 1 1 30 30 472 409 161