Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Tabel 1 menunjukkan kondisi ekspor produk pertanian Indonesia pada tahun 2013 baik ke dunia maupun ke ASEAN . Produk utama di sektor pertanian yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah Harmonized System (HS) 15 Animal, vegetable fats and oil dengan produk utamanya adalah Crude Palm Oilserta HS 03 Fishery di mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif karena kekayaan lautnya. Produk ekspor utama lainnya adalah HS 09 yaitu produk coffee, tea, mate and spices, Indonesia terkenal sebagai penghasil kopi nomor empat di dunia dan penghasil teh ke tujuh dunia. Produk unggulan pertanian Indonesia yang juga memiliki keunggulan komparatif di pasar Internasional adalah HS 18 yaitu produk cokelat dan olahannya. Indonesia juga merupakan salah satu dari beberapa negara penghasil cokelat terbesar di dunia dengan share produksi sebesar 17% dari total produksi kakao dunia. Pasar ASEAN telah menjadi pasar utama tujuan ekspor untuk produk pertanian tertentu. Misalnya, untuk produk HS 01 live animal lebih dari 96% ekspor Indonesia adalah ke ASEAN. Demikian juga untuk produk HS 10 Cereals (86,64%), HS 24 Tobacco (71,87%), HS 11 milling product (57%), dan HS 18 Cocoa dan Cocoa prep (50,78%). Beberapa produk lainnya juga memiliki kontribusi ekspor ke ASEAN cukup besar yang menandakan bahwa pasar ASEAN sangat penting untuk produk pertanian asal Indonesia. Produk unggulan Indonesia mampu merebut pasar ASEAN dengan pangsa pasar yang cukup tinggi seperti HS 09 Coffee (23,35%), HS 15 animal and vegetable fats and oil (34,52%), dan HS 18 cocoa (28,01%). Namun demikian, Indonesia belum bisa meraih pasar ASEAN secara optimal. Hal tersebut terlihat dari pangsa Indonesia di ASEAN yang masih relatif rendah untuk beberapa produk pertanian. (Endah Ayu Ningsih & Wibowo Kurniawan) KINERJA EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA DI PASAR ASEAN “MEA menjadi peluang sekaligus tantangan untuk mengembangkan daya saing produk di kawasan ASEAN. Munculnya negara pesaing yang lebih kompetitif di pasar ASEAN mengakibatkan penurunan kinerja ekspor produk pertanian Indonesia.” A SEAN telah melakukan perdagangan bebas dengan sesama anggotanya sejak tahun 1993 dengan diberlakukannya Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Sejak itu masing-masing negara anggota secara progresif menurunkan tarif hingga level nol persen, kecuali untuk produk yang masuk dalam kategori Sensitive List yaitu produk yang tarifnya tidak dikurangi hingga nol persen dan General Exception yaitu produk yang tidak dikenakan penurunan tarif sama sekali. Tahun 2010, CEPT digantikan oleh ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) dengan target tidak ada barang yang dikecualikan dari penurunan tarif. ASEAN mencetuskan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2007 dengan tujuan untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang bebas dalam arus perpindahan barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal dengan empat pilar sebagai landasannya. Pilar pertama yaitu menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi. Kedua, menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, mengurangi perbedaan tingkat ekonomi sesama negara anggota ASEAN dan keempat, mendorong integrasi ekonomi ASEAN ke dalam ekonomi global (Sekretariat ASEAN, 2015). Bagi Indonesia, MEA menjadi peluang sekaligus tantangan untuk mengembangkan daya saing produk di kawasan ASEAN. Dalam konteks ini salah satu sektor yang dituntut untuk memiliki daya saing tinggi adalah sektor pertanian. Saat ini pertanian adalah salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah yang tidak hanya bertujuan untuk mewujudkan swasembada pangan tapi juga meningkatkan ekspor nasional. Kinerja Ekspor Pertanian Indonesia ke Negara ASEAN Setelah satu dekade sejak diberlakukannya CEPT, ekspor Indonesia ke ASEAN tidak mengalami banyak perubahan. Hal tersebut karena pada skema CEPT produkproduk pertanian masih banyak yang masuk dalam kategori Sensitive List, bahkan termasuk dalam General Exception atau produk yang tidak dikenakan penurunan tarif. Semakin meningkatnya tingkat integrasi ekonomi ASEAN cakupan produk yang diturunkan tarifnya menjadi semakin banyak dan tidak dikecualikan untuk produk pertanian. Perkembangan ekspor produk pertanian Indonesia ke lima negara ASEAN ditunjukkan oleh Gambar 1. Seperti yang terlihat pada Gambar 1, pada tahun 2010 di mana ATIGA mulai berlaku banyak produk pertanian yang mengalami penurunan tarif secara signifikan. Hal ini berdampak positif pada ekspor produk pertanian Indonesia terutama untuk negara tujuan Malaysia dan Singapura. Tahun 2010 ekspor Indonesia ke Malaysia USD Miliar meningkat tajam dari USD 1,85 pada tahun 2009 menjadi USD 2,94 miliar pada 2010 dan meningkat menjadi USD 3,53 miliar pada tahun 2011. Setelah tahun 2011 ekspor Indonesia ke Malaysia mengalami penurunan drastis. Sebagai negara asal impor produk pertanian di Malaysia, Indonesia sebenarnya masih menempati peringkat pertama dengan pangsa 13,7% pada tahun 2013 namun pertumbuhan ekspor Indonesia ke Malaysia lebih rendah dibandingkan negara eksportir lainnya. Tahun 2011 Malaysia telah melakukan perdagangan bebas dengan India, Selandia Baru, Australia, dan Chile (WTO RTA Database, 2015). Keempat negara tersebut berhasil merebut pangsa pasar Malaysia sejak diberlakukannya perdagangan bebas dengan Malaysia. Rata-rata pertumbuhan ekspor produk pertanian selama 2011-2013 masing-masing negara tersebut ke Malaysia sebesar 13%, 16%, 17%, dan yang tertinggi adalah Chile sebesar 86%, sedangkan ekspor Indonesia ke Malaysia rata-rata turun pertahun sebesar 52% (COMTRADE, 2015). Hal yang sama terjadi pada pasar tujuan ekspor Singapura di mana ekspor Indonesia perlahan meningkat sejak tahun 2006 dan meningkat tajam sejak tahun 2010, namun pada tahun 2012 ekspor Indonesia ke Singapura menurun tajam. Sebenarnya pasar produk pertanian di Singapura tidak mengalami perubahan yang cukup berarti sejak tahun 2010 dengan rata-rata penurunan 0,7%. Indonesia merupakan pemasok produk pertanian ke Singapura ke dua setelah Malaysia dengan pangsa pasar sebesar 11%. Namun, beberapa negara mengalami peningkatan ekspor ke Singapura secara signifikan sejak tahun 2011 sehingga menggeser posisi eksportir utama lainnya. Negara yang mengalami peningkatan ekspor ke Singapura, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun selama 2011-2013 di antaranya adalah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (6%), Brazil (9%), Vietnam (19%), India (12%), Belanda (7%), Korea (30%), dan Filipina (15%) (COMTRADE, 2015) Malaysia Filipina Singapura Thailand Tabel 1. Pangsa Ekspor Indonesia untuk Produk Pertanian ke Dunia dan ASEAN, 2013 Indonesia Ekspor ke: Vietnam Kode HS 01 Deskripsi Hewan Hidup 02 Daging 03 Perikanan Gambar 1. Perkembangan Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Beberapa Negara ASEAN. 04 Produk susu olahan dan produk hasil hewan yang bias dimakan 05 06 Malaysia Filipina Singapura Thailand Vietnam Gambar 2. Perkembangan Pangsa Produk Pertanian Indonesia di ASEAN Ekspor produk pertanian Indonesia ke Vietnam, Filipina, dan Thailand tidak banyak mengalami perubahan sejak dimulainya CEPT awal tahun 1990an hingga saat ini. Hal ini menunjukkan Indonesia belum memanfaatkan pasar tersebut secara optimal. Gambar 1 menunjukkan perkembangan ekspor pertanian Indonesia secara agregat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami penurunan kinerja, namun beberapa produk masih memiliki kinerja ekspor yang cukup baik di ASEAN. Gambar 2 menunjukkan pangsa pasar Indonesia di pasar Malaysia mulai tumbuh sejak tahun 2001 dan perlahan meningkat hingga tahun 2011. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pangsa pasar Indonesia di Malaysia semakin berkurang dikarenakan munculnya pesaing baru yang lebih kompetitif, sedangkan pangsa pasar Indonesia di Singapura tidak banyak mengalami perubahan hingga tahun 2013. Namun, dengan banyaknya negara yang mulai menguasai pasar Singapura dikhawatirkan pangsa Indonesia akan semakin berkurang. Pangsa Indonesia di Thailand justru mengalami penurunan tidak lama setelah perdagangan bebas ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) diberlakukan. Hingga tahun 2013 pangsa pasar Indonesia di tiga negara: Thailand, Vietnam, dan Filipina masih di bawah 5%. Artinya Indonesia belum menjadi pemasok utama untuk negara tersebut. USD (000) USD (000) 76.971 74.450 22.602 USD (000) 96,72 941.359 Pangsa Indonesia di ASEAN (%) 7,91 155 0,685.652.073 0,00 2.856.355 464.222 16,257.805.331 5,95 231.094 96.895 41,93 6.066.532 1,60 Produk hasil hewan lainnya 18.439 1.868 10,13 782.806 0,24 Pohon dan bunga 19.597 7.255 37,02 182.710 3,97 109.311 38.148 34,903.621.445 08 Buah-buahan 418.086 111.865 26,764.905.264 Kopi, teh, dan rempah 1.948.659 401.520 20,60 1.719.564 1,05 2,28 23,35 10 Sereal 11.965 10.366 86,648.660.453 11 Produk hasil penggilingan 90.014 51.923 57,68 1.681.472 3,09 12 Biji yang mengandung minyak 243.379 39.396 16,19 5.422.677 0,73 0,12 13 Sapi dan ekstrak nabati 86.700 13.491 15,56 376.219 3,59 14 Bahan nabati anyaman 38.362 11.080 28,88 33.507 33,07 15 Lemak dan minyak dari nabati 19.224.920 1.799.701 9,36 5.213.903 34,52 dan hewani 2,63 16 Daging, ikan, dan makanan laut 989.551 44.305 4,48 1.687.375 17 Produk gula 235.471 87.610 37,21 4.108.993 2,13 18 Kakau dan kakau persiapan 1.151.481 584.686 50,78 2.087.223 28,01 19 Sereal , tepung, pati, susu persiapan 646.866 309.224 47,80 3.571.012 8,66 20 Makanan persiapan 13.644 6,68 1.891.792 24 Tembakau Sumber: COMTRADE (2015), diolah ASEAN 07 Sayuran 09 Sumber: COMTRADE (2015), diolah Dunia Dunia Ekspor ke ASEAN Pangsa ke ASEAN terhadap dunia (%) 204.139 931.386 669.362 71,873.673.956 0,72 18,22