Metode Pembelajaran Al-Qur`an Dalam Meningkatkan

advertisement
Metode Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Perkembangan Jiwa
Keagamaan Anak
(Studi Kasus Di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan)
Oleh: Imam Bukhori
(Dosen Tetap pada Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Keislaman Zainul
Hasan Genggong Kraksaan Probolinggo)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran AlQur’an yang diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, usaha-usaha
dan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan
perkembangan jiwa keagamaan anak di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan.
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
dokumentasi dan metode analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
diuraikan dalam bentuk metode analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis
tersebut dapat di ketahui bahwa metode pembelajaran Al-Qur'an di TPQ AnNahdliyyah MINU Kraksaan yang diterapkan adalah metode Qiro'ati yang
didukung dengan Iqro', pembiasaan, ketauladanan, latihan, hafalan, dan
pemberian tugas, serta bermain, cerita dan menyanyi (BCM). Usaha-usaha yang
dilakukan para pembina dalam meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan
anak melalui pembelajaran Al-Qur'an adalah meningkatkan kualitas guru, rapat
dengan para guru, penambahan pendapatan dana. Selain itu juga mengikut
sertakan santri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, membimbing anak dengan
bacaan-bacaan Islami, menanamkan kebiasaan-kebiasaan beribadah, mengadakan
kegiatan ekstra, seperti Qiro'ah, kaligrafi, dan PHBI, menanamkan dasar-dasar
agama melalui materi-materi sebagai berikut yakni Aqidah, akhlaq, tauhid, tarikh,
dan sebagainya, memberikan contoh yang baik bagi santri, penambahan jam
pelajaran. Sedangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
perkembangan jiwa keagamaan anak. Faktor pendukung antara lain: adanya
sarana dan prasarana yang memadai, adanya kebersamaan antar guru, adanya
antusias santri, adanya bahan atau materi penunjang, adanya kegiatan-kegiatan
ekstra. Faktor penghambat antara lain: kurang disiplin baik guru maupun santri,
kurang perhatian dan kerjasama dari sebagian wali santri, keterbatasan waktu,
keterbatasan media ajar, kurangnya pengetahuan psikologi anak, keterbatasan
dana.
Kata Kunci: Metode. Al-Qur’an, Jiwa, Keagamaan, Anak
Pendahuluan
Salah satu aspek pendidikan agama yang kurang mendapat perhatian
adalah pendidikan membaca Al-Qur’an. Pada umumnya orang tua lebih menitik
beratkan pada pendidikan umum saja dan kurang memperhatikan pendidikan
agama termasuk pendidikan membaca Al-Qur’an. Padahal meletakkan dasar
agama yang kuat pada anak merupakan salah satu langkah awal dalam
mempersiapkan anak untuk mengarungi hidup dan kehidupannya pada masa yang
akan datang. Dengan dasar agama yang kuat, maka setelah menginjak dewasa
anak akan lebih arif dan bijaksana dalam menentukan sikap, langkah dan
keputusan hidupnya karena pendidikan agama adalah jiwa dari pendidikan.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional
diyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan tentang mengembangkan manusia seutuhnya bermakna bahwa
orientasi pendidikan harus mencakup dua aspek yaitu intelektual dan spiritual.
Pada awal dimensi kedua untuk membentuk manusia seutuhnya yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka langkah awal
yang harus dilakukan oleh setiap insan adalah meletakkan dasar agama yang kuat
pada anak.
Dan untuk meletakkan dasar agama yang baik seharusnya dimulai sedini
mungkin yaitu dengan dengan pembinaan perilaku yang baik. Untuk itu pada
masa kanak-kanak perlu adanya penanaman budi pekerti yang luhur dan keimanan
yang berdasarkan pada tuntunan Allah SWT. Dan pada masa inilah anak-anak
harus mulai diperkenalkan pada Al-Qur’an yang menjadi pegangan dan pedoman
di kehidupannya nanti, sehingga ketika dewasa tidak kehilangan pegangan dan
pedoman, meskipun badai topan melanda kehidupan rohaninya. Sedangkan
lembaga pendidikan Islam di usia dini yang akan menjawab terhadap tantangan
keringnya nilai spiritual dan keagamaan umat dewasa ini, yang tersebar keseluruh
nuasantara adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Fenomena ini muncul
tentunya akan membawa tujuan agung yaitu sebagai penyelamat generasi penerus
dan merupakan jawaban generasi mendatang, karena sejak dini sudah
diperkenalkan nilai-nilai agama yang bersumber kepada wahyu yaitu Al-Qur’an.
Agama Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mempelajari serta
mengajarkan kitab suci Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah sumber dari segala
sumber ajaran Islam yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tugas ini
menjadi tanggung jawab kita semua khususnya orang tua. Salah satu problem
yang cukup mendasar adalah kondisi obyektif umat Islam dewasa ini, salah
satunya adalah buta akan Al-Qur’an yang menunjukkan indikasi prestasi
meningkat, hal ini perlu segera diatasi, maka giliran umat Islam akan mengalami
kemunduran diberbagai bidang.
Negara kita ini sedang berada ditengah perjalanan masyarakat modern
menuju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga menimbulkan
pergeseran dan perubahan masyarakat yang sangat cepat. Dalam keadaan seperti
ini apakah pembinaan akhlak dan agama sangat berperan penting sebagai salah
satu penentu dalam perubahan menuju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk merebut peran tersebut pembelajaran Al-Qur’an terhadap anak-anak
sebagai salah satu pembinaan akhlak dan agama perlu terus menerus
dikembangkan secara sistematis.
Seiring dengan tuntutan tersebut, keadaan pengajian anak-anak dewasa ini
dalam keadaan memprihatinkan. Suara anak-anak mengaji di musolla, masjid
semakin jarang terdengar dirumah-rumah keluarga muslim, suara lagu TV
maupun radio yang lebih dominan.
Pengajian anak terutama model tradisional mengalami kelesuan bahkan
kemacetan, tidak sanggup lagi mengahadapi tantangan yang berat, baik dari luar
maupun dari dalam semakin sepinya musollah maupun masjid dari kiprah
kelompok. Pangajian anak bersumber dari ketidakmampuan kelompok tersebut
merangsang minat anak-anak setelah mereka dihadapkan pada rangsangan dari
luar yang lebih menarik.
Umat Islam sekarang berangkat pada abad yang disinari oleh pengetahuan
yang telah dicapai oleh orang-orang Eropa dan Amerika terutama dalam bidang
teknologi. Umat Islam lupa bahwa mereka mempunyai Al-Qur’an yang
merupakan kitab suci yang telah memberikan pengaruh begitu luas dan mendalam
terhadap jiwa manusia. Al-Qur’an merupakan dasar keyakinan keagamaan,
keibadahan, dan hukum, membimbing manusia dalam mengarungi hidupnya,
adalah sangat layak apabila Al-Qur’an mendapat perhatian istimewa.
Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar
mengajar tidak lepas dari pemilihan metode dan menggunakan metode itu sendiri.
Banyak sekali metode pengajaran oleh para pendidikan Islam, karna dengan
adanya metode ini kemudian banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan
pengajaran Al-Qur’an seperti TPA, TPQ yang semuanya itu bertujuan untuk
memberikan pengajaran terhadap anak-anak dalam membaca Al-Qur’an.
Dari uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
metode pembelajaran Al-Qur’an diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan, usaha-usaha yang dilakukan oleh para Pembina TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan dalam meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan anak serta
faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam rangka meningkatkan
perkembangan jiwa keagamaan anak di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan,
sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam pengembangan
kreatifitas guru dan proses belajar mengajar. Selain itu penelitian ini diharapkan
mampu menunjukkan kepada masyarakat sekitar bahwa pendidikan agama diluar
sekolah penting dalam pembentukan kepribadian anak dan sebagai tambahan
wacana dalam bidang pendidikan bagi kalangan akademisi terutama dalam
peningkatan mutu pendidikan baik yang formal maupun non formal.
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini
merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis dan intensif untuk
memperoleh pengetahuan tentang metode pembelajaran Al-Qur’an dalam
meningkatkan perkembangan jiwa keagamaaan anak di TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002:3)
mangatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedsur penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
oarang-oarang dan prilaku yang diamati. Lebih lanjut Maleong (2002:27)
mengatakan bahwa penelitian kualitatif berakar pada akar alamiah sebagai
keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode
kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran
penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif lebih
mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki
seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya
bersifat sementara dan hasi penelitiannya di sepakati oleh kedua belah pihak,
yakni peneliti dan subyek peneliti.
Berdasarkan pendapat tersebut , maka penelitian ini diarahkan pada proses
belajar mengajar di kelas khususnya dalam kaitannya dengan metode
pembelajaran Al-Qur’an dalam meningkatkan perkembagan jiwa keagamaan anak
di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
yang berlamat di Jl. PB. Sudirman No. 374 Kelurahan Patokan Kota Kraksaan dan
berada satu komplek dengan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlarul Ulama’ Kota
Kraksaan.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penleitian adalah kepala TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan, para pembina (Guru) TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, santri
TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, dan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan.
Teknik Pengumpulan data
Dalam proses pencarian data, penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data antara lain metode observasi, metode wawancara, dan
dokumentasi.
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan
jalan menjadi partisipan secara langsung dan sistematis terhadap obyek yang
diteliti. Dengan cara mendatangi langsung lokasi penelitian yaitu TPQ AnNahdliyyah MINU Kraksaan untuk memperhatikan kegiatan pembelajaran AlQur’an dalam meningkatkan perkemnagan jiwa keagamaan anak.
Metode interview atau tanya jawab yang dilakukan dengan sistematis dan
berdasarkan kepada tujuan penelitian untuk menggali data dari responden
penelitian antara kepala TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, para pembina
TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, dan santri TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan.
Adapun data yang dicari dengan menggunakan metode dokumentasi
adalah data tentang lokasi penelitian dan data lain yang berhubungan dengan
pokok masalah yang diangkat dalam penelitian ini, penelitian lapangan, penulis
mencoba menganalisa, memahami secara mendalam tentang proses belajar
mengajar di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan, sehingga penulis memperoleh
data yang valid.
Teknik Analisa Data
Setelah data-data terkumpul, maka untuk menganalisisnya di gunakan
teknik analisis deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembaki
data-data tyang telah terkumpul mengenai metode pembelajaran Al-Qur’an dalam
meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan anak di TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan.
Proses pengumpulan data di mulai dari berbagai sumber yaitu dari beberpa
informan dan pengamatan langsung yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, transkrip wawancara dan dokumentasi. Data-data tersebut setelah
dibaca, dipelajari, da di telaah, maka langkah berikutnya mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat
rangkuman inti, proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu di jaga sedemikian rupa
sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya menyusun dalam satuansatuan yang kemudian di integrasikan pada langkah berikutnya dengan me,buat
koding. Koding merupakan simbol atau singkatan yng diterapkan pada
sekelompok kata-kata acapkali berupa kalimat atau paragraf dari catatan-catatan
lapangan yang di tulis. Agar dapat menghasilkan kata-kata itu (Huberman,
1992:87). Kemudian tahap terakhir dari analisis data adalah mengadakan
pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah pada tahap
pembahasan hasil penelitian.
Hasil Penelitian
Penerapan Metode Pembelajaran Al-Qur’an di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan.
Metode pengajaran adalah cara penyampaian dalam proses kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar di TKA/TPQ hanya sejumlah metode tertentu saja yang dapat
diterapkan mengingat tingkat perkembangan anak yang masih dini yaitu usia anak
4-12 tahun. Penerapan metode tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kondisi anak, serta materi atau bahan ajar dan harus dilandasi dengan prinsip
bermain sambil belajar.
Berdasarkan pengamatan atau observasi yang penulis lakukan bahwa
proses kegiatan belajar mengajar di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran Al-Qur’an
anak didik atau santri memperhatikan apa yang telah disampaikan oleh guru atau
pendidik.
Adapun alur proses pembelajaran Al-Qur’an di Taman Pendidikan AlQur’an ( TPQ) An-Nahdliyyah MINU Kraksaan adalah sebagai berikut, (a) Santri
disambut dengan syair-syair Islami, (b) Pembukaan di buka dengan salam dan
do’a, (c) Santri dikelompok-kelompokkan sesuai dengan kemampuannya, (d)
Kemudian privat yaitu guru menyimak apa yang dibaca santri (e) Kemudian
kembali pada tempat semula dan mengulang kembali apa yang telah disampaikan
secara bersama-sama (f) Berdo’a dan ditutup dengan salam (g) Setelah selesai
setiap santri yang pulang harus bersalaman dengan guru atau pendidik.
Adapun kegiatan belajar mengajar di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
di mulai dari hari senin sampai kamis. Dalam sehari di bagi menjadi dua jam
yaitu, jam ke 1 pkl 11.00 WIB-12.30 WIB, jam ke 2 pukul 12.30 WIB-14.00 WIB
Pembagian jam pelajaran ini dilakukan karena sebagian santri adalah siswa
yang belajar di MINU Kraksaan sehingga harus belajar terlebih dahulu sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di madrasah.
Sehubungan dengan metode yang diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan penulis melakukan wawancara dengan kepala dan para pembina
TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan. Menurut kepala TPQ sekaligus Pendidik
menyatakan bahwa metode yang diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah Qira’ati. Sedangkan pelaksanaannya sudah diterapkan kurang
lebih 3 tahun ini, akan tetapi walaupun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan metode Qira’ati apabila guru kesulitan untuk memberikan
pemahaman kepada santri. Selain itu juga menvarisai dengan metode-metode lain
seperti pembiasaan, keteladanan, latihan, penugasan, dan hafalan. Hal ini
dilakukan karena dalam menerapkan metode-metode tersebut disesuaikan dengan
kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai baik kognitif, afektif dan psikomotorik
anak. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah untuk mencetak generasi yang Qur’ani yaitu generasi yang
mencintai Al-Qur’an dan mempunyai komitmen terhadap Al-Qur’an serta
memahami isi kandungannya sehingga dapat mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu metode yang diterapkan adalah metode Qira’ati dalam belajar
mengajar Al-Qur’an, metode ini dilaksanakan kursang lebih 3 tahun dan sebagai
metode penunjangnya adalah pembiasaan, meniru, hafalan, bermain, cerita,
metode ini biasanya digunakan dengan materi-materi penunjang seperti fiqih,
akhlaq, tajwid, tarikh, tauhid, bahasa arab dan inggris.
Metode Qira’ati diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
kurang lebih 3 tahun sebelum itu masih menggunakan metode iqra’, akan tetapi
metode iqra’ ini masih digunakan apabila guru-guru masih kesulitan, karena
sebagian guru masih belum mempunyai syahadah. Adapun tujuan dari TPQ ini,
sesuai dengan TPQ-TPQ pada umumnya adalah sebagai berikut,
Tujuan dari Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan Adalah sebagai berikut: “ Untuk mencetak generasi yang Qur’ani yaitu
generasi yang mencintai Al-Qur’an dan mempunyai komitmen terhadap AlQur’an serta memahami isi kandungannya sehingga dapat mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari”.
Berdasarkan tujuan tersebut bahwa di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
mempunyai dua tujuan yaitu tujuan utama dan penunjang. Adapun tujuan
utamanya adalah membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu tajwid. Sedangkan penunjangnya adalah memiliki
kemampuan menulis, hafal surat dan do’a sehari-hari serta tata cara sholat, wudhu
serta hal-hal yang berkaitan dengan bidang agama. Untuk mencapai tujuan
tersebut sangat bergantung pada materi atau bahan dan metode yang digunakan.
Meteri merupakan penjabaran dari kurikulum yang dilewatkan melalui guru untuk
disampaikan kepada anak didik atau santri kearah tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini materi yang diajarkan tidak mempunyai titik tekan yang berbeda,
mengingat adanya dua tujuan yaitu tujuan utama dan penunjang, maka materi
yang di ajarkan ada dua pokok yaitu materi pokok dan penunjang.
Materi pokok yang diajarkan adalah Qiro’ati dan Al-Qur’an. Dalam hal ini
yang ditekankan adalah santri dapat membaca dan menulis A-Qur’an dengan baik
dan benar. Materi A-Qur’an diajarkan bagi santri yang sudah mampu
membacanya. Sedangkan untuk kelas awal TKA hanya digunakan Qiro’ati saja.
Adapun materi penunjangnya adalah sebagai berikut, (a) Aqidah meliputi: Dasardasar dienul Islam, Sifat-sifat wajib bagi Allah, Sifat Muhal bagi Allah, Namanama Nabi dan Rasul dan sebagainya, (b) Akhlak meliputi: Sopan santun kepada
yang lebih dan lebih muda, kewajiban terhadap orang tua, hablum minallah dan
hablum minannas, (c) Fiqih meliputi: Thaharoh (tata cara wudhu), Tata cara
sholat wajib dan sholat sunnah, dan hafal do’a-doa sholat, (d) Tajwid meliputi:
Hukum nun mati dan tanwin, Bacaan panjang pendek, dan sebagainya, (e) Tarikh
meliputi: sejarah rasul, teladan umat terdahulu dan sebagainya (f) Bahasa Arab
melupti, Mufrodat, kata keseharian, muhadatsah, imla’, dasar nahwau dan sorrof
(g) Bahasa Inggris meliputi: kata-kata sehari-hari dan conversation
Berdasarkan dua tujuan tersebut mempunyai dua arah yang sama. Untuk itu
materi-materi yang diajarkan saling menunjang yang satu dengan yang lain dan
melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama pula. Adapun materi yang
diajarkan pada masing-masing jenjang adalah sebagai berikut, 1) TKA-TKAL
materi yang dajarkan melipiti Qiro’ati, khath. Aqidah dan akhlak, 2) TPA-TPAL
materi yang diajarkan meliputi Qiro’ati, aqida, akhlak, figih, bacaan sholat dan
do’a sehari-hari serta dasar-dasar ilmu tajwid, 3) TQA materi yang diajarkan
adalah penguasaan ilmu tajwid, pembacaan Al-Qur’an dengan irama-irama
murottal, hafal tarjamah bacaan sholat, penguasaan kaifiyah sholat wajib dan
sunnah seperti sholat wajib dan sholat janazah serta Bahasa Arab dan Bahasa
Inggris.
Materi yang diberikan kepada santri sudah dapat mengantar santri kepada
tujuan dan target yang telah ditetapkan. Terbukti untuk materi pokok dan
penunjang diajarkan dengan penuh pertimbangan yang matang dan di sesuaikan
dengan jenjang masing-masing. Dalam pemberian materi yang sama pada tiap
kelas bersifat pengembangan dari tingkat sebelumnya, misalnya materi khod pada
kelas awal diberikan dasarnya selanjutnya pada kelas TPAL diberikan
pengembangan dari kelas TKA.
Metode yang diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan.
Metode yang diterapkan di An-Nahdliyyah MINU Kraksaan itu disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi anak itu sendiri, adapun metodenya adalah
sebagai berikut, a) Metode Qiro’ati, yaitu metode membaca Al-Qur’an yang
langsung memasukkan dan memperaktekkan bacaan tartil sesuai sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu tajwid. Dengan metode ini akan lebih mudah dan cepat dalam
membaca Al-Qur’an b) Metode Iqra’ yaitu suatu metode membaca Al-Qur’an
yang menekankan langsung pada latihan membaca Al-Qur’an. Metode ini di
gunakan apabila guru kesulitan dalam menyampaikan atau memberi pemahaman
pada anak didik atau santri.
Sedangkan dalam menanamkan nilai-nilai agama di TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan adalah menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan
perkembangan dan kemampuan anak serta materi atau bahan ajar yang paling
dasar sesuai dengan kehidupan yang nyata atau kongkrit antara lain, a) Metode
pembiasaan ini dilakukan agar anak terbiasa dengan hal-hal yang bersifat baik
mislanya membiasakan anak sebelum dan sesudah melakukan perbuatan
membaca do’a dan lain-lain, b) Metode ketauladanan. Metode ini di gunakan
karena anak didik di usia dini lebih suka meniru apa yang dilihat dan di
dengarnya seperti pendidik memakai pakaian yang menutupi aurat dan bersih,
bertutur kata baik antar sesama guru, berdo’a sebelum melaksanakan sesuatu da
sebagainya, c) Metode hafalan. Metode ini dilakukan karena pada usia ini anak
lebih mudah dan cepat dalam menghafal sesuatu, maka dari itu di TPQ ini metode
hafalan masih ditekankan agar kelak setelah dewasa mempunyai pegangan, d)
Metode cerita, bermain dan bernyanyi dilakukan apabila anak kelihatan jenuh
dalam proses belajar mengajar. Selain itu cerita, bermain dan bernyanyi
mengandung makna yang mendalam. Melalui metode tersebut guru dapat
memasukakan unsure-unsur agama.
Evaluasi.
Untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan belajar mengajar itu
tergantung dari tujuan, metode yang digunakan serta kondisi dan kemampuan
anak itu sendiri. Sebagaimana yang di ungkapkan kepala TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan adalah “ evaluasi dilakukan setiap semester dan setiap proses
belajar mengajar. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan santri
terhadap pelajaran yang telah diberikan, apabila sudah menguasai, maka santri
berhak untuk diberikan materi selanjutnya, akan tetapi sebaliknya apabila tidak,
maka santri tetap diberikan materi yang lalu sampai santri benar-benar meguasai.
Adapun materi yang di evaluasi adalah yang berkaitan dengan tujuan pokok dapat
membaca dengan baik dan benar serta lancar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
tajwid. Sedangkan untuk materi penunjangnya seperti dalam hal keagamaan tidak
begitu berpengaruh terhadap kenaikan tingkat selanjutnya, di sebabkan
pengetahuan ini tidak sampai pada tingkat pemahaman. Untuk tingkat pemahaman
diajarkan pada waktu tingkat diniyah. Adapun untuk menilai atau mengukur
tentang keagamaan cukup dilihat dari semangat santri ketika ada kegiatankegiatan keagamaan seperti lomba-lomba keIslaman, kegiatan-kegiatan
keagamaan, terbiasa sholat berjama’ah baik disekolah maupun rumah, berdo’a
sebelum dan sesudah melakukan sesuatu dan sebagainya.
Usaha Yang Dilakukan Para Pembina TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
Dalam Meningkakan Perkembangan Jiwa Keagamaan Anak.
Dalam rangka meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan anak melalui
pembelajaran Al-Qur’an di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan. Peran kepala
TPQ dan para pembina sangat menentukan, karena kepala dan para pembina
merupakan orang yang kedua yang akan ditiru oleh anak didik atau santri. Maka
dari itu barhasil tidaknya suatu pembelajaran tergantung dari peran kepala TPQ
dan Para Pembinanya.
Menurut kepala TPQ sekaligus pendidik dalam rangka meningkatkan
perkembangan jiwa keagamaan anak melalui pembelajaran Al-Qur’an adalah a)
meningkatkan kualitas guru yaitu dengan mengikut sertakan pendidik atau guru
penataran, rapat antara sesama guru, study banding ke TPQ Lain, b). Bagi santri
atau anak didik adalah menggalakkan anak-anak untuk ikut kegiatan-kegiatan
kegamaan, membimbing anak-anak dengan bacaan-bacaan Islami, mengadakan
kegiatan ekstra seperti sholat berjama’ah, dibaiyah, memperingati hari-hari besar
Islam, qir’anh, kaligrafi serta perlomba’an-perlombaan keagmaan sehingga akan
memicu semangat anak-anak. Selain itu juga di tunjang dengan memberikan
pemahaman melalui materi-materi tambahan antara lain: fiqih, tauhid, akhlak,
tarikh, tajwid dan lain-lain.
Usaha yang dilakukan dalam meningkatkan perkembangan jiwa kegamaan
anak melalui pembelajaran Al-Qur’an adalah menyesuaikan materi dengan
kemampuan dan kondisi anak, menanamkan kebiasaan-kebiasaan beribadah
sepert sholat berjamaa’ah, prakter wudhu dan sholat, dan pemberian contoh yang
baik kepada anak baik penampilan fisik maupun prilaku karena anak diusia yang
masih dini ini lebih suka meniru. Menanamkan dasar-dasar agama kepada anak
melalui materi-materi sebagai berikut: fiqih,akidah, tauhid dan lain-lain.
Dalam pendidikan atau pembelajaran pendidik atau guru mempunyai tugas
penting dalam memberikan motivasi, bimbingan dan memberika fasilitas bagi
anak didik agar tujuan tercapai. Pendidik juga mempunyai tanggung jawab dalam
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas, membantu dalam
perkembgangan anak, dan penyampaian pelajaran. Dalam meningkatkan
perkembangan jiwa keagamaan anak jiwa keagamaan anak ini yang dilakukan
oleh kepala sekolah adalah meningkatkan kualitas guru yaitu dengan mengikut
sertakan guru dalam penataran atau pelatihan, rapat dengan para guru (sharing
antar sesama guru). Rapat adalah pertemuan yang melibatkan seluruh dewan guru
yang diadakan tiap satu semster sekali unutk membahas berbagai permaslahan
khususnya yang berkaitan dengan baca tulis Al-Qur’an serta pemecahannya.
Memberikan motivasi bagi pendidik atau guru yang kurang aktif, memberikan
motivasi guru-guru agar kreatif dan inovatif dalam prose belajar mengajar.
Selain itu langkah yang dilakukan adalah penambahan pendapatan dana ini
dilakukakan agar dana yang ada di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan berjalan
dengan lancar. Adapun yang dilakukan adalah mengaktifkan spp dan mencari
sumbangan melalui orang tua santri dan masyarakat. Orang tua santri apabila mau
mengadakan acara, iuran seragam, sertifikat. Sedangkan dana yang didapatkan
dari masyarakat meminta bantuan moril dan materil. Selain itu juga dana
didapatkan dari amal dari santri-santri setiap kamis (seikhlasnya). Amal ini
dlakukan agar anak memilki sifat yang dermawan.dan dana tersebut di gunakan
untuk menambah sarana dan prasarana yang belum ada.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan perkembangan jiwa
keagamaan anak adalah mengikut sertakan santri dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti tahlilan, dan sholawatan, membimbing anak-anak dengan
bacaan-bacaan Islami, menanamkan kebiasaan-kebiasaan beribadah seperti sholat
berjamaa’ah, prakter wudhu dan sholat, dan pemberian contoh yang baik kepada
anak baik penampilan fisik maupun prilaku karena anak diusia yang masih dini ini
lebih suka meniru. Di samping kegiatan tersebut TPQ juga mengadakan kegiatan
ekstra seperti qiro’ah, kaligrafi, dibaiyah dan memperingati hari-hari besar Islami
serta perlombaan-perlombaan seperti tartil, adzan, muhadastah dan lain-lain.
Usaha yang tidak kalah penting adalah menanamkan dasar-dasar agama
kepada anak melalui materi-materi sebagai berikut: fiqih, akidah, tauhid, tarikh
dan lain-lain. Pada aspek aqidah meliputi; dasar-dasar agama Islam, sifat-sifat
wajib bagi Allah, Sifat Muhal bagi Allah, nama-nama Nabi dan Rasul dan
sebagainya. Pada aspek akhlak meliputi: sopan santun kepada yang lebih dan
lebih muda, kewajiban terhadap orang tua, hablim minallah dan hablum
minannas. Untuk Fiqh meliputi: thaharoh (tata cara wudhu), tata cara sholat wajib
dan sholat sunnah, dan hafal do’a-doa sholat. Pada masalah tarikh meliputi:
sejarah rasul, teladan umat terdahulu dan sebagainya. Selain itu juga diajarkan
Bahasa Arab yang meliputi: mufrodat, kata keseharian, muhadatsah, imla’, dasar
nahwau dan sorrof.
Sedangkan usaha yang dilakukan oleh guru TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah menyesuaikan materi dengan dengan kemampuan dan kondisi
anak, menanamkan kebiasaan-kebiasaan beribadah kepada santri, memberikan
contoh yang baik kepada santri, penambahan jam pelajaran.
Faktor-Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Dalam Perkembangan
Jiwa Keagamaan Anak
Faktor pendukung dan pengahambat dalam suatu kegiatan pasti ada.
Begitu pula di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan Malang dalam rangka
meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan pada anak melalui pembelajaran
Al-Qur’an. Karena tujuan utama yang ingin dicapai adalah santri dapat membaca
dan menulis Al-Qur’an dengan baik, sedangkan yang lain hanya penunjang saja.
Sehubungan dengan perkembangan zaman, maka TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan mengembangkan dan meningkatkan kualitas dari out put baik dalam
hal bidang baca tulis Al-Qur’an maupun dalam bidang kegamaan.
Faktor pendukung yang ada di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
adalah sarana dan prasarana yang menunjang, adanya kebersamaan antara guru,
adanya antusias santri, adanya suasana yang agamis, adanya materi atau bahan
penunjang, adanya kegiatan-kegiatan ekstra.
Sedangka faktor penghambat yang ada di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah kurang disiplin baik guru maupun santri, kurang perhatian dan
kerjasama dari sebagian orang tua santri, keterbatasan waktu, keterbatasan media
ajar, kurangnya pengetahuan dan pemahaman pada psikologi anak serta
keterbatasan dana
Pembahasan
Metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru
ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan
pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna sesuai dengan
pembelajaran yang ditargetkan.
Untuk kegiatan belajar mengajar di TK atau TPQ hanya sejumlah metode
tertentu saja yang mungkin dapat diterapkan, mengingat tingkat perkembangan
anak yang masih dini, yaitu usia 4-12 tahun. Penerapan metode pengajaran itu pun
harus dilandasi dengan prinsip "Bermain sambil belajar" atau "Belajar sambil
Bermain". Oleh karenanya metode tersebut perlu dikiat-kiat khusus berdasarkan
pengalaman guru yang bersangkutan. Salah satu kemungkinannya adalah dengan
cara memadukan sejumlah metode pertemuan, atau divariasi dengan pendekatan
seni tersendiri yaitu dengan seni bermain, bernyanyi, dan bercerita.
Maka dari itu pendidik harus memahami perkembangan agama pada anak
usia pendidikan dasar dan strategi atau metode yang akan digunakan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam bukunya (Muhaimin, 2003: 114)
bahwa perkembangan jiwa keagamaan anak didik dapat dilihat dari karakteristik
anak itu sendiri antara lain adalah sebagi berikut, 1) Usia 6-9 tahun sebagai masa
social imitation (masa mencontoh), 2) Usia 9-12 tahun sebagai masa second star
of individualization (masa individualis), dan 3) Usia 12-15 tahun masa social
adjusment (penyesuaian diri secara sosial).
Berdasarkan karakteristik tersebut diketahui bahwa anak di usia TPQ
yakni, 6-15 Tahun sudah dapat meniru apa yang dilihatnya baik itu perbuatan
yang baik maupun yang buruk, masa individualis dan penyesuain diri, dalam
pembelajaran Al-Qu'an di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan Malang, para
Pembina dalam menetapkan metode yang digunakan disesuaikan dengan sifat dan
jenis bahan ajar atau materi pelajaran yang akan disampaikan dalam pembelajaran
Al-Qur’an. Dengan menggunakan metode yang mengarah pada realita atau
fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dimana metode tersebut besifat
variatif sehingga disesuaikan dengan materi pelajaran, situasi, kondisi kegiatan
belajar mengajar serta kemampuan anak, agar tidak mengalami kejenuhan dan
kebosanan.
Adapun metode yang telah diterapkan di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah metode Qiro'ati sebagai metode utama (pokok) sedangkan
metode penunjangnya adalah metode ketauladanan, pembiasaan, hafalan, bermain,
cerita dan menyanyi. Dari semua metode tersebut bertujuan agar anak dengan
mudah memahami pelajaran yang telah disampaikan sehingga mereka dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hemat penulis bahwa metode yang diterapkan di TPQ AnNahdliyyah MINU Kraksaan sudah dapat dikatakan meningkatkan perkembangan
jiwa keagamaan anak, itu dapat dilihat bahwa dalam Qiro'ati terdapat beberapa
tingkatan yaitu mulai jilid 1-6 dan pada tiap jilid, anak di ajarkan mulai dari hal
yang paling dasar (mudah) sampai pada tingkat berikutnya (sulit) baik dalam hal
baca tulis Al-Qur’an maupun prilaku mereka. Selain itu juga di tunjang dengan
metode dan materi yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi anak.
Apabila dikaitkan dengan karakteristik anak bahwa anak usia 6-9 tahun sudah
dapat mencontoh, maka dalam Qiro’ati di ajarkan materi yang paling dasar seperti
pengenalan huruf serta ditunjang dengan kebiasaan dan tauladan yang baik seperti
berpakaian yang menutupi aurat, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
dan lain-lain begitu juga selanjutnya. Dengan demikian bahwa metode Qirao’ati
selain anak dapat belajar baca tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
kaidah-kaidah ilmu tajwid juga mempunyai prilaku yang baik itu dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari anak-anak.
Sedangkan usaha yang dilakukan oleh para Pembina TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan dalam meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan anak
adalah sebagai berikut: Meningkatkan kualitas guru yaitu dengan mengikut
sertakan pendidik atau guru penataran, rapat antara sesama guru, study banding
ke TPQ Lain, menggalakkan anak-anak untuk ikut kegiatan-kegiatan kegamaan,
membimbing anak-anak dengan bacaan-bacaan Islami, mengadakan kegiatan
ekstra Seperti memperingati hari-hari besar Islam, qir’ah, kaligrafi serta
perlomba’an-perlombaan keagmaan, menyesuaikan materi dengan kemampuan
dan kondisi anak, menanamkan kebiasaan-kebiasaan beribadah seperti sholat
berjamaa’ah, prakter wudhu dan sholat, dan pemberian contoh yang baik kepada
anak baik penampilan fisik maupun prilaku karena anak diusia yang masih dini ini
lebih suka meniru. Menanamkan dasar-dasar agama kepada anak melalui materimateri sebagai berikut: fiqih,akidah, tauhid dan lain-lain.
Menurut hemat penulis bahwa usaha yang dilakukan oleh kepala dan para
Pembina TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan dalam meningkatkan
perkembangan jiwa keagamaan anak melalui pembelajaran Al-Qur’an sudah
dikatakan baik itu dapat dilihat dari santri (anak didik) lulusan santri sudah dapat
membaca, menulis, hafal surat-surat pendek, do’a sehari-hari serta mengamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun faktor-faktor pendukung dalam pembelajaran menurut Zuhairini
(1993:121) adalah sikap mental guru, kemampuan guru, penyediaan alat peraga
atau media, kelengkapan kepustakaan dan menyediakan majalah. Sedangkan
faktor-faktor yang mendukung dalam meningkatkatkan perkembangan jiwa
keagamaan anak melalui pembelajaran Al-Qur’an di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan adalah sebagai berikut: sarana dan prasarana memadahi seperti gedung,
perpustakaan, musholla, kamar mandi, WC, alat-alat peraga dan lain-lain.
Sedangkan factor-faktor yang menghambat dalam pembelajaran menurut
Zuhairini (1993:31) adalah kesulitan menghadapi perbedaan individu anak didik,
kesulitan menentukan materi yang cocok dengan anak didik, kesulitan memilih
metode yang sesuai dengan materi pelajaran, kesulitan memperoleh sumber dan
alat/media pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan
waktu.
Sedangkan hambatan-hambatan yang ada di TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan kurangnya dukungan dari sebagian orang tua santri, banyaknya
tantangan dari luar seperti tv dan game, kurang tersedianya media belajar seperti
alat-alat peraga, gambar, buku-buku dan majalah Islami, minimnya gaji bagi guru
sehingga guru tidak bisa terlalu fokus dalam kegiatan-kegiatan anak didik (santri),
kurang adanya kerja sama bagi sebagian orang tua santri (orang tua terlalu pasrah
pada guru), keterbatasan waktu dalam artian santri terburu-buru untuk pulang
karena letak sekolah mereka yang jauh, keterbatasan dana, kurangnya disiplin.
Menurut hemat penulis bahwa di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan
dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut sudah dapat diatasi dengan baik
misalnya dengan melihat kesamaan anak didik secara klasikal, walau kedua anak
individu harus mendapatkan perhatian lebih. Dan dalam menentukan materi,
metode atau hal-hal yang berkaitan dalam proses belajar mengajar, akan tetapi
dalam hal yang berhubungan dengan lingkungan baik sekolah maupun luar
sekolah masih membutuhkan kerjasama baik masyarakat pada umumnya maupun
orang tua santri karena pendidikan tidak hanya disekolah saja. Maka implikasi
dari berbagai usaha tersebut adalah agar anak di usia sedini itu dapat belajar
dengan aktif dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian bahwa usaha yang dilakukan para pembina TPQ AnNahdliyyah MINU Kraksaan dalam meningkatkan perkembangan jiwa
keagamaan anak sudah baik Baik dalam penerapan metode maupun dalam hal
yang berhubungan dengan sarana dan prasana serta dalam mengatasi hambatanhambatan itu terbukti bahwa kegiatan belajar mengajar TPQ tersebut berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan
kondisi lingkungan sangat mendukung.
Kesimpulan
Dari paparan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
metode pembelajaran Al-Qur’an di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan adalah
dengan metode Qiro'ati yang didukung dengan Iqro', pembiasaan, ketauladanan,
latihan, hafalan, dan pemberian tugas, serta bermain, cerita dan menyanyi (BCM).
Kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat dari lulusan
santri yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an serta mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha-usaha yang dilakukan para pembina TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan dalam meningkatkan perkembangan jiwa keagamaan anak melalui
pembelajaran Al-Qur’an adalah peningkatan kualitas guru, rapat dengan para
guru, dan penambahan pendapatan dana. Sedangkan usaha yang dilakukan untuk
santri antara lain mengikut sertakan santri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan,
membimbing anak dengan bacaan-bacaan Islami, Menanamkan kebiasaankebiasaan beribadah, mengadakan kegiatan ekstra, seperti Qiro'ah, kaligrafi, dan
PHBI, menanamkan dasar-dasar agama melalui materi-materi sebagai berikut
yakni Aqidah, akhlaq, tauhid, tarikh, dan sebagainya, memberikan contoh yang
baik bagi santri, dan penambahan jam pelajaran.
Faktor-faktor pendukung dalam perkembangan jiwa keagamaan anak
antara lain adanya sarana dan prasarana yang memadai, adanya kebersamaan antar
guru, adanya antusias santri, adanya bahan atau materi penunjang, adanya
kegiatan-kegiatan ekstra.
Sedangkan faktor penghambatnya antara lain kurang disiplin baik guru
maupun santri, kurang perhatian dan kerjasama dari sebagian wali santri,
Keterbatasan waktu, keterbatasan media ajar, kurangnya pengetahuan dan
pemahaman terhadap psikologi anak serta keterbatasan dana.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan agar kegiatan
belajar mengajar di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan sudah berjalan dengan
baik, terutama dalam hal baca tulis Al-Qur’an, akan tetapi hal tersebut perlu
ditingkatkan dengan pemahaman dan implementasi nilai-nilai agama, sesuai
dengan tujuan yang diharapkan serta tuntutan dan kemajuan zaman.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru memang sudah baik akan tetapi
perlu adanya tambahan kegiatan ekstra diantaranya diadakannya lomba-lomba dan
festival yang bukan hanya dari kalangan Santri TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan saja akan tetapi dengan daerah-daerah yang lain misalnya se kabupaten
malang, sehingga para santri lebih termotivasi lagi untuk belajar dan bersaing.
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti tidak akan lepas dari faktor
pendukung dan penghambat, oleh karena itu faktor pendukung harus lebih
diperhatikan. Di TPQ An-Nahdliyyah MINU Kraksaan kedisplinan santri dan
guru harus ditingkatkan lagi sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar, perlu adanya pertemuan antara guru dan wali santri agar
mengetahui perkembangan anak tersebut, sehingga orang tua termotivasi untuk
membina anak di rumah. Guru harus lebih bisa memanfaatkan waktu dengan baik
agar tujuan yang ada dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Dalam hal media
perlu adanya peningkatan sehingga anak dapat lebih kreatif dan inovatif dalam
belajar. Guru harus lebih mempunyai rasa ikhlas dan besar hati dalam
membimbing dan membina anak. Dan bagi kepala TPQ An-Nahdliyyah MINU
Kraksaan harus lebih bisa mengelola keuangan sehingga TPQ An-Nahdliyyah
MINU Kraksaan lebih maju dan kegiatannya berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
Shodiq, Nur Achrom. 2006. Pendidikan Dan Pengajaran Al-Qur’an Sistim
Qoidah Qiro’aty. Pondok pesantren Salafiyah Shirotul Fuqoha’ II
Ngembul Kalipare.
An-Nahlawi, Abdurahman. 2002. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat. Bandung. CV. Diponogoro.
Anonim. tt. Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA/TPQ
Indonesia. Jakarta. Ammi.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta. PT Rienika Cipta.
Budiyanto. 2005. Prinsip-Prinsip Metodologi Buku Iqra’ Balai Penelitian Dan
Pengembagan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an LPTQ
Nasional. Yogyakarta. Team Tadarrus.
Bahresy, Salim. 1987. Terjemah Riyadus Sholihin Jilid II. Bandung. PT. AlMa’arif.
Departemen Pendidikan Agama. 2008. Al-Qur’an dan Tarjemah.
Derajat, Zakiyah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara.
Ghafar, Irfan, Abdul, dan Jamil, Muhammad. 2003. Reformulasi Racangan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Nur Insani.
Hadi, Sutrisno. 1999. Metode Riseach II. Yogyakarta. Andi Ofset.
Hurlouck dan elizabetr. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta. PT Erlangga.
Human, As’ad, dkk. 2001. Pedoman Pengelolaan Pengembangan Dan Pembinaan
Membaca Dan Menulis Al-Qur’an. Yogyakarta. LPTQ Nasional.
Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Maleong J, Lexy. 2002. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
Muhaimin. 2003. Arah Baru Pengembangan Kurikulum; Hingga Redefinisi
Islamisasi Pengetahuan. Bandung. Penerbit Nuansa.
________. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya. Pusat
Studi Agama, Politik Dan Masyarakat (PSAPM)
Muhaimin, Dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya. CV. Citra Media
Karya Anak Bangsa.
Muhaimin dan Mudjib, Abdul. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian
Filosofis dan Kerangaka Dasar Operasionalnya. Bandung. Triganda
Karya.
Muslim, Dkk. 2003. Moral dan Kognisi Islam. Bandung. Cv. Alfabeta.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Abditama.
Sanadji, Waryo, Kasmiran. 1995. Filsafat Manusia. Jakarta. Erlangga.
Shihab, Quraisy. 2004. Membumikan Al-Qur’an. Bandung. Mizan
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anaka Membaca, Menulis, dan Mencintai
Al-Qur’an. Jakarta. Gema Insani.
Tadjab. Ilmu Jiwa Pendidikan. 1994. Suarabaya. Karya Abditama.
Tafsir, Ahmad. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung. PT Remaja
Rosda Karya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. 1996. Jakarta. Balai Pustaka.
UU. RI. NO. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SIKDIKNAS).
Bandung. Citra Umbara.
Zaini, Syahminan. 1986. Wawasan Al-Qur’an tentang Pembangunan Manusia
Seutuhnya. Jakarta. Kalam Mulia.
______________. 1999. Kewajiban Orang Beriman Terhadap Al-Qur’an.
Surabaya. Al-Ikhlas.
Zuhairini, dkk. 2003. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya. Usaha
Nasional.
Download