PROFIL KPHL MODEL SIJUNJUNG (PROVINSI SUMATERA

advertisement
PROFIL KPHL MODEL SIJUNJUNG (PROVINSI SUMATERA BARAT)
I. ASPEK WILAYAH :
I.1
Penetapan Wilayah KPH dan KPHP tingkat Provinsi Sumatera Barat
Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Barat sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 798/Menhut-VII/2009 tanggal 7 Desember 2009 meliputi area dengan luas ± 1.679.564 ha
terdiri dari 7 unit KPHL dengan luas ± 1.195.649 ha dan 4 Unit KPHP dengan luas ± 483.915 ha.
I.2 Penetapan wilayah KPHL Model Sijunjung:
Unit V (Sijunjung) di Kabupaten Sijunjung telah ditetapkan sebagai KPHL Model Sijunjung sesuai SK
Menhut Nomor SK.331/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010 dengan luas ± 150.492 ha, terdiri dari :
-
Hutan Lindung
± 83.952 ha
-
Hutan Produksi Terbatas ± 25.755 ha
-
Hutan Produksi Tetap
± 40.795 ha
PETA WILAYAH KPHL MODEL SIJUNJUNG & FUNGSI KAWASAN HUTAN
BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR SK. 331/MENHUT-II/2010
TANGGAL 25 MEI 2010
I.3 Kondisi batas kawasan hutan
a. Letak geografis
:
100° 47' 20" - 101° 27' 41" BT
0° 18' 29" -
b. Batas-batas
:
0° 56' 28" LS
Utara
:
Kabupaten Tanah Datar
Selatan
:
Kabupaten Dharmasraya
Timur
:
Provinsi Riau
Barat
: Kabupaten Solok dan Kabupaten Sawah Lunto
c.Hasil tata batas KPHL Model Sijunjung :
- HL Sumpur Kudus telah temu gelang sepanjang 200 km hasil tata batas tahun 92/93 dan 98/99.
- HL Sijunjung sepanjang 154,652 km.
- HL S Binuang, S Lolo sepanjang ± 199,51 ha.
1
I.4 Kondisi Penutupan Lahan
No
Penutupan Lahan
Luas ± (ha)
1
Hutan Lahan Kering Primer
2.895,659
2
Hutan Lahan Kering Sekunder
78.872,380
3
Pemukiman
200,668
4
Perkebunan
13.160,550
5
Pertanian Lahan Kering
14.702,412
6
Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak
29.851,654
7
Sawah
5.082,071
8
Semak/Belukar
5.640,760
9
Tanah Terbuka
35,089
Jumlah
150.441,243
Sumber : Citra landsat tahun 2009
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor 422/Kpts-II/1999 tentang
Penunjukan Peta Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Barat seluas 4.229.730 Ha, luas kawasan hutan di
Kabupaten Sijunjung mencapai 221.191,77 ha. Rincian luas kawasan hutan menurut fungsinya
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
No
Fungsi Kawasan
Luas (Ha) Proporsi (%)
1
HSAW
40.461,57 18,29
2
Hutan Lindung
85.677,78 38,73
3
Hutan Produksi Terbatas
25.124,06 11,36
4
Hutan Produksi
39.611,76 17,91
5
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
30.316,60 13,71
Jumlah
221.191,77 100
Luas lahan kritis di Kabupaten Sijunjung (kategori agak kritis sampai sangat kritis) adalah 103.448 ha
atau sekitar 33% dari luas wilayah Kabupaten Sijunjung. Tabel dibawah ini menyajikan luas lahan
kritis menurut kecamatan di Kabupaten Sijunjung.
No
Kecamatan
Tidak Kritis
Potensi
Agak Kritis
(Ha)
Kritis (Ha)
(Ha)
Kritis (Ha)
Sangat
Kritis (Ha)
1
Kamang Baru
21.087,30
19.673,10
12.079,20
6.961,50
1.852,60
2
Tanjung Gadang
5.949,90
22.425
20.867,40
3.077,60
1.536,90
3
Sijunjung
15.158,60
33.093
14.812,70
789,20
423,50
4
Lubuk Tarok
1.767,90
6.197,40
4.551,40
2,30
0
5
IV Nagari
4.114,60
2.920,20
1.314,10
246,20
1,40
6
Kupitan
1.565,80
1.972,90
2.120,00
484,60
321,50
7
Koto VII
5.673,30
3.723,60
3.999,60
3.126,90
1.420,50
8
Sumpur Kudus
13.227,20
23.631
19.128,90
3.986,50
343,5
2
I.5 Kondisi Geofisik Wilayah KPH
a. Geologi, Bentuk Lahan dan Tanah
Kabupaten Sijunjung terletak pada ketinggian antara 118 s/d 1.335 m dpl dan mempunyai
kelerengan yang bervariasi mulai dari landai sampai kelerengan lebih dari 40 dengan konfigurasi
datar, berbukit dan berawa. Jenis tanah terdiri atas kompleks podsolik coklat, podsolik, litosol,
podsolik merah kuning dan kompleks podsolik merah kuning yang berasal dari bahan induk batuan
beku, endapan, metamorf dan alluvial. Kesuburan tanah sedang, Tekstur tanah berkisar antara
lempung berpasir dan pasir dengan pH berkisar antara 5.9-7.8 (asam-netral).
b. Iklim
Iklim di wilayah ini termasuk dalam Type A dengan curah hujan rata-rata 231,81 mm per bulan
c. Hidrologi
Di Kabupaten Sijunjung terdapat delapan buah sungai, yaitu Batang Sumpur, Batang Palangki,
Batang Ombilin, Batang Sukam, BatangKuantan, Batang Takung, Batang Sinamar dn Batang
Kulampi. Lebar dan wilayah yang dialiri oleh sungai tersebut secara terperinci disajikan pada tabel
berikut:
No
Nama Sungai Lebar (m) Wilayah yang dialiri
1.
Batang Palangki 25 Palangki, Muaro Bodi, Koto Tuo
2.
Batang Ombilin 30 Tanjung, Padang Laweh, Muaro
3.
Batang Sukam 25 Sijunjung
4.
Batang Sumpur 20 Silanta, Sumpur Kudus, Mangganti, Sisawah
5.
Batang Kuantan 80 Mjaro, Silokek, Durian Gadang, Padang Tarok, Sei
Betung
6.
Batang Takung 25 Sei Lansek, Muaro Takung, Tanjung Gadang
7.
Batang Sinamar 20 Kumanis, Tanjung, Guguk
8.
Batang Kulampi 20 Muaro, Tanjung Gadang
I.6 Kondisi Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
IJIN PEMANFAATAN DALAM KPHL MODEL SIJUNJUNG
3
-
Pencadangan HTR Kabupaten Sijunjung dari Menhut sesuai surat Menhut Nomor 356/MenhutII/2009 tanggal 18 Juni 2009 terdapat pada : HP seluas ± 2.550 ha.
-
Informasi Dinas Kehutanan Kab. Sijunjung, selain HTR dalam kawasan KPHL Model Sijunjung saat
ini sudah ada Rimbo Larangan sebagai daerah konservasi sumber air (jasa lingkungan) pada HL
seluas ± 4.500 ha dan IUPHHK–HA a.n. PT. Multi Karya Lisma Prima, pelepasan kebun PT. Bina
Pratama Sakato Saya, yang belum diketahui luasnya.
Dengan demikian sisa HL yang belum dimanfaatkan adalah seluas ± 79.452 ha (dari ± 83.952 ha- ±
4.500 ha); pada HPT seluas ± 25.755 ha dan pada HP seluas ± 38.245 ha (dari ± 40.795 ha-± 2.550
ha).
Pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan sampai dengan saat ini secara legalitas belum banyak
dilakukan, namun secara fisik di lapangan terdapat beberapa kawasan hutan terutama hutan produksi
yang telah berubah dari hutan dan semak belukar menjadi areal perkebunan rakyat yang secara
swakelola dilaksanakan oleh masyarakat sekitar hutan.
Sebagai antisipasi meluasnya pemanfaatan kawasan hutan oleh masyarakat maka Dinas Kehutanan
telah melakukan beberapa upaya seperti pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang telah
dicadangkan oleh Menteri Kehutanan seluas 2.550 ha. Selain itu, saat ini sedang diupayakan
pembangunan Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan. Pada kawasan hutan produksi terbatas saat
ini sedang dalam proses perizinan IUPHHK-HA dengan luas 32.000 ha.
I.6.1
IUPHHK-HA
Pada kawasan hutan produksi terbatas saat ini sedang dalam proses perizinan UPHHK-HA dengan luas
32.000 ha.
I.6.2 IUPHHK-HT
- Belum ada
I.6.3
IPHHK- Belum ada
I.6.4
IPHHBK- Belum ada
I.6.5
IUPHJL- Belum ada
I.6.6
Lain-lain- Belum ada
Potensi KPHL Model Sijunjung sebagai berikut:
a. Potensi Non Kayu
Beberapa jenis hasil non kayu yang potensial dari wilayah ini antara lain karet, kopi, kelapa,
kulit manis, gambir, pinang, nilam, kakao, kemiri dan kelapa sawit.
b. Flora
Berdasarkan hasil identifikasi flora di Kabupaten Sijunjung tahun 2008, jenis flora yang dapat
dijumpai di dalam kawasan hutan Kabupaten Sijunjung antara lain Ambacang Hutan, Banio,
Balam, Kawang, Durian Hutan, Pulai, Jelutung, Beringin, Meranti, Medang, Mersawa, Anggrek,
Rotan, Manau, Tabu-Tabu, Pasak Bumi, Gaharu, Bayur dan Keruing.
c.
Fauna
Potensi fauna di Kabupaten Sijunjung antara lain Simpai, Siamang, Beruk, Harimau Sumatera,
Beruang, Tupai, Babi Hutan,Kijang, Ular, Enggang, Kalong, Tapir dan beberapa jenis burung.
d. Wisata Alam
Penyebaran obyek wisata alam di Kabupaten Sijunjung dapat dilihat pada tabel berikut.
4
No
1
Kecamatan
Kamang Baru
2
Tanjung Gadang
3
Sijunjung
Objek Wisata
Wana Wisata (Telabang Sati)
Murai Tujuan Basanggik
Danau Batang Kariang
Petualangan Bukik Sula
Panorama Bukik Sabalah
Panorama Bukik Putuih
Ngalau Pandam
Panjat Tebing
Ngalau Loguang
Pemandian Aie Angek
Goa Basurek
Ngalau Palukahan
Ngalau Cigak
Bukit Gadang
Ngalau Solok Ambah
Ngalau Batang Lansek
Air Terjun Nango
Ngalau Kumbu
Ngalau Salak
Panorama Bukik Mandiangin
Ngalau Talago
I.7 Rencana Tata Ruang Wilayah- Belum ada
I.7.1
Rencana Tata Ruang Provinsi- Belum ada
I.7.2
Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota- Belum ada
I.8 Rencana Kehutanan- Belum ada
I.8.1 Rencana Kehutanan Tingkat Nasional- Belum ada
I.8.2 Rencana Kehutanan Tingkat Propinsi- Belum ada
I.8.3 Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten Kota
Arahan Pengembangan
1. Memberikan akses pengelolaan hutan kepada masyakarat sekitar dan dalam kawasan hutan
melalui pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan
Desa/Nagri dan Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (HTHR).
2. Mengembangkan teknik agroforestry dalam pemanfaatan lahan hutan yang menyediakan ragam
kebutuhan masyarakat.
3. Merehabilitasi hutan yang kurang produktif atau kritis melalui reboisasi murni maupun pengkayaan
dengan kombinasi jenis tanaman kayukayuan dan MPTS
4. Memanfaatkan hutan secara optimal sesuai dengan fungsi dan peruntukannya untuk mendorong
pengembangan industry berbasis kehutanan.
5. Memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan melalui fasilitasi peningkatan
kapasitas masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian hutan.
6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia kehutanan dalam perencanaan, kelembagaan,
pengawasan dan pengendalian tata kelola kawasan.
5
I.8.4 RAN – GRK- Belum ada
I.8.5 Strategi Nasional REDD+
Untuk melaksanakan kebijakan yang ditetapkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan sebaikbainya maka strategi yang ditempuh sebagai berikut:
a. Strategi Pengelolaan
Strategi pengelolaan dilaksanakan melalui penatakelolaan kawasan hutan dengan memperhatikan
kondisi aktual yang tengah terjadi. Hutan diarahkan mampu menyediakan aneka ragam
kebutuhan masyarakat dengan mengembangkan budidaya tanaman kehutanan dan tanaman
lainnya.
b. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk menciptakan masyarakat kehutanan yang
mandiri melalui optimalisasi partisipasi, perluasan akses informasi dan peningkatan kapasitas
kelembagaan lokal.
c. Strategi Rehabilitasi dan Konservasi
Strategi rehabilitasi dan konservasi mengedepankan upaya segera mengembalikan struktur dan
fungsi ekosistem hutan yang rusak melalui optimalisasi rehabilitasi hutan dan lahan serta dengan
mempertahankan keberadaan lahan hutan sebagai sumber cadangan keanekaragaman hayati
yang mampu menjamin distribusi dan kelimpahan spesies
d. Strategi Industri Kehutanan
Strategi industri kehutanan dimaksudkan bahwa perencanaan pembangunan hutan dan
kehutanan harus mampu menjamin tumbuh dan berkembangnya industri-industri kehutanan
skala kecil dan menengah, atau bahkan skala besar dengan tetap memegang teguh prinsipprinsip kelestarian. Artinya, pengembangan usaha kehutanan sesuai dengan ketersediaan
pasokan bahan baku dan mendorong terciptanya inovasi aneka usaha kehutanan.
II. ASPEK KELEMBAGAAN
II.1 Bentuk organisasi KPH Model
Sampai dengan Profil KPH Model Sijunjung ini disusun, struktur organisasi KPHL Sijunjung belum
dibentuk. Namun, upaya-upaya persiapan pembentukan struktur organisasi KPHL Model Sijunjung
telah dilakukan baik berupa sosialisasi terhadap Pemerintah Kabupaten Sijunjung, maupun konsultasi
dan koordinasi dengan Dinas Kehutanan Provinsi.
II.2 Landasan pembentukan organisasi- Belum ada
II.3 Struktur organisasi- Belum ada
II.4 Personil pengelola KPH Model- Belum ada
II.5 Rencana menuju SKPD- Belum ada
II.6 Rencana pengembangan SDM
Berdasarkan formulasi SDM yang disusun oleh tim pakar Universitas Andalas dan mempertimbangkan
ruang lingkup dan beban kerja KPH tersebut, terutama dilihat dari aspek cakupan wilayah kerjanya,
maka untuk jabatan KKPH setidaknya dipegang oleh seorang yang berpendidikan sarjana (S1) bidang
ilmu kehutanan sedangkan untuk kepala seksi dapat dipegang oleh seorang yang berpendidikan
6
Sarjana (S1) baik Sarjana Kehutanan atau sarjana lainnya. Sedangkan jabatan KBKPH dan KRPH
dapat dipegang oleh seorang Petugas Polisi Kehutanan. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga dengan
persyaratan tersebut maka untuk perekrutannya dapat dilakukan dengan cara penataan personel yang
ada di lingkup Pemda Kabupaten Sijunjung atau berasal dari wilayah Propinsi lain atau dari Pusat.
II.7 Kelengkapan Sarpras- Belum ada
II.8 Lain-lain- Belum ada
III.
ASPEK RENCANA dan AKTIVITAS/KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN
III.1 Tata Hutan- Belum ada
III.1.1 Citra Satelit- Belum ada
III.1.2 Inventarisasi desk analisis- Belum ada
III.1.3 Inventarisasi Sosekbud
Penggunaan lahan sebagian besar adalah lahan berhutan dengan luas 159.764,75 ha (51.03%)
Jumlah penduduk tahun 2007 mencapai 199.878 jiwa terdiri dari 98.486 laki-laki dan 101.392
perempuan dengan rasio kelamin 97,13 persen. Kepadatan penduduk 64 jiwa per Km2. Sebaran
penduduk per kecamatan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No
Kecamatan
Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
1
Kamang Baru
19.365
19.683
39.048
98,38
2
Tanjung Gadang
11.422
11.680
23.102
97,79
3
Sijunjung
19.784
20.276
40.060
97,57
4
Lubuk Tarok
6.730
6.996
13.726
96,20
5
IV Nagari
6.203
6.488
12.691
95,61
6
Kupitan
6.119
6.330
12.449
96,67
7
Koto VII
15.547
16.089
31.636
96,63
8
Sumpur Kudus
13.316
13.850
27.116
96,14
Jumlah
98.486
101.392
199.878
97,13
Pada umumnya masyarakat Kabupaten Sijunjung merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas
seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Pertanian tanaman
pangan yang dominan adalah padi dan jenis palawija lainnya. Sekitar 64,31% penduduk di
Kabupaten Sijunjung di sektor pertanian.
-
Komoditi perkebunan dikembangkan adalah karet, kopi, kelapa, kulit manis, gambir, pinang,
nilam, kakao, kemiri dan kelapa sawit. Komoditi yang paling banyak digemari masyarakat
adalah karet dengan luas lahan mencapai 37.129 Ha dan total produksi sebesar 63.232 kg.
-
Jenis hewan ternak yang dipelihara masyarakat seperti sapi, kerbau, kuda, kambing/domba.
Jumlah ternak terbanyak terdapat pada Kecamatan Koto VII.
-
Potensi pertambangan terbagi atas bahan tambang golongan A yaitu batubara yang tersebar di
seluruh kecamatan kecuali Tanjung Gadang, bahan tambang golongan B yaitu emas yang
tersebar di seluruh kecamatan kecuali Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dan
7
bahan golongan C seperti marmer, dolomite, oker, granit, kaolin dan sirtukil yang tersebar di
seluruh kecamatan. Di Kabupaten Sijunjung terdapat delapan perusahaan pertambangan
batubara.
-
Sektor industry yang terdapat di Kabupaten Sijunjung meliputi industry hasil pertanian dan
kehutanan, serta industry logam. Sektor industry pertanian dan kehutanan merupakan cabang
sektor yang mendukung perkembangan pembangunan dan cukup banyak menyerap tenaga
kerja.
III.1.4 Inventarisasi Hutan
Tahun 2010 telah dilakukan inventarisasi wilayah kelola dengan hasil sebagai berikut:
Inventarisasi dilakukan pada 4 kecamatan dari 8 kecamatan dengan sampel plot sebanyak 1
karena keterbatasan anggaran :
a. Kecamatan Tanjung Gadang potensi 191,61 m3/ha.
b. Kecamatan Sijunjung potensi 21,914 m3/ha.
c. Kecamatan IV Nagari potensi 8,40 m3/ha.
d. Kecamatan Koto VII dengan potensi 7,28 m3/ha.
III.2 Penyusunan Rencana Pengelolaan HUtan- Belum ada
III.3 Penggunaan Kawasan Hutan- Belum ada
III.4 Pemanfaatan Hutan- Belum ada
III.5 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan- Belum ada
III.6 Perlindungan Hutan dan Konservasi- Belum ada
III.7 Pengolahan Hasil Hutan- Belum ada
III.8 Pemberdayaan Masyarakat- Belum ada
III.9 Peta Operasional- Belum ada
III.10 Alokasi Dana Bantuan Pembangunan/Operasional
8
Kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan baik yang dibiayai melalui APBN, APBD Propinsi dan
APBD Kabupaten serta sumber lain dapat dikonvergensikan ke wilayah kelola KPHL Model
Sijunjung
III.11 Konvergensi Kegiatan- Belum ada
III.12 Kegiatan Pengelolan Hutan Lainnya- Belum ada
9
Download