BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, Sagala (2003:17) sedangkan menurut, Dimyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2013:62) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia. IPA berhubungan dengan (1) cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu (2) proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta (3) prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Sejak peradaban manusia orang telah berusaha untuk mendapat sesuatu dari alam sekitar, mereka juga telah mempergunakan pengamatan dan abstraksi. Dari pengamatan bahwa menggosok-gogokkan tangan timbul panas, maka mereka berusaha untuk menggosok-gosokkan bambu (kayu kering) atau batu, dan akhirnya ditemukan api (Putra:2013:52-53). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan oktober 2015 di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, dapat peneliti simpulkan adanya beberapa masalah pada peserta didik. Masih terdapat beberapa peserta didik yang belum memahami materi yang diajarkan, misalnya peserta didik belum memahami benda-benda yang ada di lingkungan yang biasa 1 2 menghasilkan Energi Panas dan Bunyi, selain itu disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru sehingga beberapa peserta didik masih kurang aktif dalam pembelajaran. Cara mengajar yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah, penggunaan metode ceramah tidak menutup kemungkinan pembelajaran itu berhasil akan tetapi metode ceramah yang lebih berpusat pada guru sehingga peserta didik kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi kondisi kelas yang ditemui di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, yang telah penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik masih kurang, khususnya dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar IPA di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, dari 21 peserta didik 11 diantaranya masih kurang memahami pembelajaran IPA yang berarti peserta didik belum mencapai KKM dan hanya 10 peserta didik yang nilainya ≥ 75 yang telah tuntas. Mempertimbangkan kondisi dilapangan yang demikian salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga dengan mengubah sistem pembelajaran yang inovatif dan kreatif, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran inovatif di dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga pembelajaran menjadi bervariasi, menarik dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang sulit dipahami. Untuk meningkatkan hasil belajar, diperlukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Proses pembelajaran peserta didik tidak hanya dituntut untuk menjadi penonton atau pendengar saja yang hanya mendengarkan penjelasan guru namun juga dituntut untuk aktif. Untuk mencapai kondisi sebagaimana yang sudah diuraikan diatas, diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik dapat aktif mengeluarkan pendapat dan menemukan konsepnya sendiri yaitu dengan menggunakan model Discovery. 3 Model pembelajaran Discovery adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas peserta didik dalam belajar. Dalam pembelajaran ini, guru bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing yang mengarahkan peserta didik menemukan konsep, prosedur, dan semacamnya. Model ini menekankan guru untuk memberikan masalah kepada peserta didik kemudian peserta didik disuruh memecahkan masalah tersebut melalui melakukan percobaan, mengumpulkan data dan menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Model pembelajaran Discovery diharapkan dapat meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik serta kualitas pendidikan IPA. Model pembelajaran Discovery merupakan salah satu model mengajar yang mana guru tidak langsung memberi hasil akhir atau kesimpulan dari materi yang disampaikannya, melainkan peserta didik diberi kesempatan mencari dan menemukan hasil data tersebut, sehingga proses pembelajaran ini yang akan diingat oleh peserta didik sepanjang masa serta hasil yang didapat tidak mudah dilupakan (Hosnan, 2014: 280-282). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Dengan menerapkan model Discovery dalam pembelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik kelas 4 tentang Energi Panas dan Energi Bunyi di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan telah dikemukakan dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut : a) pembelajaran IPA di dalam kelas harus melibatkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga nilai peserta didik mampu mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 75 dengan persentase 85%. b) Kolaborasi Guru dan peserta didik masih belum maksimal. c) Kurangnya partisipasi aktif dan kerjasama dalam pembelajaran. 4 1.3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu : a) Peningkatan proses pembelajaran IPA peserta didik kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga, semester II tahun 2015/2016 b) Peneliti ini berfokus pada mata pelajaran IPA (KD siklus I yaitu mendeskripsikan energi panas yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dan KD siklus II yaitu mendeskripsikan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya). 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka timbul pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut : a) Apakah penerapan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga ? b) Apakah model Discovery dapat membuat hasil belajar peserta didik yang berkualitas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang akan dicapai melalui penelitian tindakan kelas yaitu : a) Menerapkan model Discovery untuk meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan energi panas dan energi bunyi peserta didik kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. b) Meningkatkan peran aktif peserta didik dan hasil belajar yang berkualitas melalui peningkatan proses pembelajaran pokok bahasan energi panas dan energi bunyi dengan menggunakan model Discovery pada peserta didik kelas IV SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. 5 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1.6.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis adalah manfaat yang diperoleh dari penelitian bersifat teori. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teori tentang penerapan model Discovery yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. 1.6.2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian tindakan kelas ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan sekolah. 1) Bagi Peserta Didik Peserta didik dapat memahami konsep IPA dan menyelesaikan masalah pembelajaran IPA yang ada di kehidupan sehari-hari melalui model pembelajaran Discovery. 2) Bagi Guru Mendapatkan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran menggunakan model Discovery serta mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajara, guru lebih terampil dalam mendesain sebuah model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. 3) Bagi Sekolah Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada pihak sekolah sebagai instansi pendidikan agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolahnya dengan cara menggunakan model Discovery. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu menerapkan model pembelajaran yang bervariatif, contohnya model Discovery. Meningkatnya mutu pendidikan akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri masyarakat terhadap kualitas sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.