BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dasawarsa terakhir, banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai cara yang memungkinkan bunyi, irama, dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005) Musik sangat berpengaruh dalam kehidupan, selain dapat didengarkan dan diselenggarakan, musik juga dapat dipelajari berdasarkan ilmu pengetahuan. Stimuli musik merupakan salah satu fungsi dari belahan otak kanan, tetapi ada pandangan yang menyatakan bahwa melodi yang terdiri atas susunan nada-nada seharusnya dipersiapkan lebih baik oleh belahan otak kiri. Menurut Bever (dalam Anggraeni, 2005), orang yang terlatih di bidang musik lebih memanfaatkan otak kiri dengan strategi analitiknya yang tidak dimiliki oleh belahan otak kanan karena sifatnya yang holistik dan sintesis. Sementara orang yang terlatih musik atau musikally trained ternyata dapat mengenali urutan nada sama baiknya melalui kedua telinganya yang menunjukkan keseimbangan fungsi kedua belah otak. Secara fisiologis, musik berhubungan dengan indera pendengaran, namun secara psikologis musik berhubungan dengan berbagai fungsi psikis manusia seperti persepsi, abstraksi, mood dan berbagai fungsi psikologis lainnya. Seashore (dalam Rustikawati, 2011) menunjukkan bahwa aktivitas musikal melibatkan banyak aspek psikologis. Perbedaan tinggi rendah nada, contohnya, mempengaruhi persepsi terhadap rangsang pendengaran yang merujuk pada penafsiran makna yang berbeda. Nada yang tinggi cenderung dipersepsi sebagai sesuatu yang mengandung emosi yang lebih kuat dibandingkan nada yang rendah. Contoh lain, tempo yang cepat lebih semangat dibandingkan dengan tempo yang lambat. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa musik-musik tertentu dapat menghasilkan mood yang menunjang produktivitas manusia. Gilles (1991) melaporkan bahwa musik dan pembelajaran kesenian merupakan rangkaian penting terhadap pertumbuhan emosional. Sedangkan Swanwick dan kawan-kawan (dalam Gordon, 1989) mengatakan bahwa musik itu penting dalam perkembangan anak, dan tanpa disertai musik, sebuah pendidikan akan menjadi miskin. Gardner, seorang psikolog kognitif dari Universitas Harvard yang mengembangkan Teori Kecerdasan dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences yang terbit tahun 1983, menyebutkan bahwa manusia memiliki 8 kecerdasan dasar yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan musikal, kecerdasan spatial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalistik. Kemudian pada tahun 1993 dipublikasikannya Multiple Intelligences: The Theory in Practice, sebagai pengembangan dari teori lamanya. Thomas Armstrong menyatakan, kedelapan kecerdasan dasar Gardner merupakan kerangka kerja yang tepat dalam praktek pendidikan. (dalam Anggraeni, 2005) Suatu studi (dalam Armstrong, 2004) menunjukkan bahwa sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan mengalami peningkatan IQ sebesar 46%, sementara kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%. Mungkin sering terlihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang didengarkan (Gaya belajar Auditory). Sejumlah penelitian menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara musik dengan prestasi belajar, seperti penelitian dari Anggraeni (2005) di Semarang yang meneliti “Hubungan Antara Kegiatan Musik Siswa Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD” yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,801 dengan taraf sig 1% (rxy=0,801**,p=0,000 < 0,001). Dengan demikian terdapat korelasi positif yang signifikan dan taraf kekuatan korelasi yang sangat tinggi. Berbanding terbalik dengan penelitian Rustikawati (2011) yang menyatakan tidak ada korelasi yang positif antara kecerdasan musikal dengan prestasi belajar matematika kelas V SD Gugus Diponegoro Kabupaten Semarang. Prestasi yang didapatkan peserta didik di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dari banyak faktor salah satunya adalah motivasi agar dapat berprestasi. Mc Clelland (1987) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja, termasuk belajar seseorang yang mendorong untuk mengembangkan kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang maksimal. Motivasi ini terefleksi dalam perilaku-perilaku seperti pencapaian tujuan yang sulit, penentuan rekor baru, ingin sukses dalam penyelesaian tugas yang sulit dan mengerjakan sesuatu yang belum selesai sebelumnya. Individu-individu tersebut menyukai tugas tugas yang kesuksesannya tergantung pada usaha dan kemampuan yang maksimal. Sebuah penelitian tentang musik dan motivasi pernah dilakukan Ismanadi (2008) di Malang yang meneliti “Pengaruh Musik Populer Terhadap Minat Dan Motivasi Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Wajak”. Penelitian yang memilih sampel secara acak atau random smpling ini menunjukkan koefisien korelasi 0,756 sengan taraf sig 1%, dengan ini penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara musik dan motivasi siswa kelas VIII tersebut. Motivasi yang muncul dari dalam diri individu tidak terlepas dari adanya kebutuhan. Adanya motivasi tersebut yang akan menimbulkan dorongan atau motif dalam diri individu untuk melakukan tindakan. Mc Clelland (1985) mengatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sukses dalam suatu persaingan berdasarkan keunggulan yang didasarkan pada prestasi orang lain atau prestasi diri sendiri sebelumnya. Jurnal Application of Research in Music Education (dalam Anggraeni, 2005) melaporkan bahwa konsep-diri, kepercayaan diri, sikap kooperatif, empati, motivasi dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui musik dan sebagai hasil dari pendidikan, sedangkan sebuah jurnal The American Musik Teacher (dalam Rustikawati, 2011) menyebutkan bahwa musik Mozart dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan kreatifitas anak yaitu salah satunya adalah meningkatkan ketenangan atau suasana hati dan memelihara motivasi. Ketika penelitian musik atau kecerdasan musikal dihubungkan pada prestasi belajar, penting bagi peneliti untuk menghubungkan kecerdasan musikal / bermusik dihubungkan dengan motivasi berprestasi yang pada dasarnya ini menjadi acuan untuk mendapatkan prestasi yang baik pada anak dengan kecerdasan musikal yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Dari observasi dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD tersebut, dijelaskan bahwa SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga memiliki kegiatan musik yang cukup maju dengan adanya extra kulikuler musik. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut: “Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan musikal dan motivasi berprestasi siswa kelas V SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga” C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan musikal dan motivasi berprestasi siswa kelas V SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini jika ada hubungan antara kecerdasan musikal dan motivasi berprestasi akan mendukung jurnal Application of Research in Music Education (dalam Anggraeni, 2005) yang melaporkan bahwa konsep-diri, kepercayaan diri, sikap kooperatif, empati, motivasi dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui musik dan sebagai hasil dari pendidikan, akan tetapi jika hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara kecerdasan musikal dan motivasi berprestasi maka hasil ini tidak mendukung jurnal tersebut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi mengenai hubungan kecerdasan musikal dengan motivasi berprestasi siswa kepada lembaga pendidikan, orang tua, siswa maupun warga masyarakat. b. Bagi Sekolah / Guru Sebagai acuan untuk meningkatkan kecerdasan musikal siswa di sekolah, karena musik menjadi hal penting dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan motivasi dan kreatifitas siswa