PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar tersebut masih bersifat tradisional dan banyak sekali yang beranggapan bahwa kepandaian di bidang bahasa dan matematika merupakan hal terpenting bagi anak (Gardner 1993). Akan tetapi, Gardner menyatakan bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya dinilai melalui kepandaian anak dalam hal bahasa dan matematika. Gardner melakukan pendekatan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) kepada anak dalam masa pembelajaran dan membagi kecerdasan tersebut menjadi 9 bagian. Kesembilan kecerdasan tersebut yaitu kecerdasan bahasa (verbal), kecerdasan spasial (visual), kecerdasan matematika (logic), kecerdasan musikal (rythmic), kecerdasan kinestetik (bodily), kecerdasan naturalist, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan existensial. Masing-masing kecerdasan memiliki karakteristik yang berbedabeda dan setiap kecerdasan tersebut dapat dikuasai dengan kemampuan yang berbeda pada masing-masing individu. Kecerdasan yang dimiliki oleh anak perlu dikembangkan sejak dini agar dapat mencapai hasil optimal di masa perkembangan berikutnya. Tentunya, kegiatan ini akan berhasil dilakukan apabila ada peran aktif dari orang tua terhadap perkembangan kecerdasan anak tersebut (Gardner 1993). Kecerdasan memahami musikal pentingnya adalah musik bagi kemampuan seseorang diri dalam manusia untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Musik merupakan suatu kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena musik dapat menjadikan orang merasa senang, gembira dan nyaman. Musik dapat menjadi efektif di bidang akademis dengan membantu pembentukan pola belajar, mengatasi kebosanan dan menangkal kebisingan eksternal yang mengganggu. Musik juga dapat membantu meningkatkan energi dalam beraktivitas dan membuat rasa 2 percaya diri semakin tinggi. Selain itu, musik juga dapat membantu mengurangi rasa sedih, amarah, takut dan mengurangi tingkat stress pada diri seseorang (Satrianingsih 2006). Musik harus diperkenalkan sedini mungkin pada anak bahkan sejak dalam kandungan. Memperdengarkan musik atau suara lain yang menyenangkan bagi janin yang masih berada di dalam kandungan ternyata dapat menstimulasi sistem pendengarannya dan berpengaruh positif terhadap respon anak terhadap musik dan suara-suara lain setelah mereka lahir. Janin ketika berada di dalam rahim ibu mendengarkan musik yang rileks dan menenangkan ternyata badannya tumbuh baik serta lebih merasa aman bagi dirinya dan terhadap lingkungan sekitar ketika mereka lahir ( Ortiz 2002 ). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosionalnya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Menurut Suprapti (2006) sebagai orang tua harus memberikan kebebasan kapada anak untuk memilih sendiri musik yang ingin dia dengarkan di waktu luang dan mengizinkan anak untuk melakukan kebebasan dalam berekspresi dengan batas-batas yang telah ditentukan. Hal ini akan memberi pelajaran kepada anak mengenai rasa tanggung jawab serta menumbuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri. Disamping itu, orang tua harus mengawasi jenis musik pilihan anak untuk memastikan agar pilihan musik tersebut dapat diterima oleh sistem kepercayaan dan standar keluarga. Selanjutnya, bidang musik juga dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan emosi anak (Satrianingsih 2006). Permasalahan yang biasa terjadi dalam pembentukan emosi anak tersebut adalah pemikiran yang dilakukan remaja masih kurang dewasa sehingga timbul reaksi untuk melawan tindakan yang diajarkan oleh orang tua kepada remaja tersebut. Oleh karena itu, peran musik bagi perkembangan remaja yang berhubungan dengan peran orang tua adalah untuk mengekspresikan kebebasan anak, tanggung jawab, dan berbagai hal yang masih dapat dikembangkan oleh anak remaja (Gunarsa et.al. 1989). Menurut Suasana (2001) antara peran laki-laki dan peran perempuan masih cenderung memberatkan peran perempuan itu sendiri, 3 hal ini dikarenakan perempuan cenderung lebih ditempatkan pada bagian subordinasi atau domestik. Dalam berkegiatan dapat disimpulkan bahwa sudah saatnya terjadi kesetaraan gender atau peran dalam beraktivitas baik bagi laki-laki maupun perempuan. Aktivitas tersebut juga termasuk dalam kegiatan seni termasuk seni musik di mana sudah sepantasnya baik laki-laki maupun perempuan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut selama menghasilkan sesuatu yang positif seperti prestasi dengan menghapuskan tradisi lama mengenai gender yang masih dikaitkan dengan jenis kelamin saja (Lewis 1968). Hal tersebut juga telah dibuktikan oleh Göğebakan (2003) bahwa pada tingkat satu, tiga ,lima, dan 8 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki maupun anak perempuan dalam beraktivitas di bidang seni musik. Di sisi lain, orang tua seringkali beranggapan bidang musik termasuk salah satu bidang yang apabila ditekuni tidak akan dapat menjamin masa depan karena dapat menurunkan prestasi akademik anak. Oleh karena itu, kecerdasan kognitif seorang anak lebih dianggap penting oleh orang tua daripada kecerdasan majemuk lainnya seperti kecerdasan musikal karena di mata masyarakat masa lalu hal ini sangat penting untuk menjadikan seseorang terutama generasi muda sebagai manusia yang terpandang. Padahal, pada kenyataanya musik yang dikembangkan pada masa anak-anak dapat mencurahkan pikiran, rasa dan karsa di dalam setiap aktivitas, di mana tingkat kecerdasan anak meningkat dan hal ini berkaitan erat dengan kecerdasan yang lain sehingga prestasi akademik anak pun dapat meningkat (Suprapti 2006). Perumusan Masalah Seseorang pada usia remaja biasanya mulai melakukan aktivitas yang jauh lebih berkembang apabila dibandingkan dengan tahap-tahap usia sebelumnya. Selain itu, tahapan usia remaja akhir yaitu pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan tahap usia dalam pertumbuhan yang mengarah pada proses pembentukan aktualisasi diri yang lebih baik dibandingkan dengan tahapan usia sebelumnya dan memiliki persiapan yang matang untuk menempuh jenjang tahapan usia berikutnya yaitu usia dewasa (Papalia & Olds 1986). Dengan demikian, anak remaja sudah dapat menemukan identitas diri meskipun belum sempurna termasuk 4 proses pembentukan diri dari segi minat dan bakat yang dimiliki. Dengan kata lain, pada tahapan ini seseorang mulai dapat memilih minatnya terhadap sesuatu yang lebih terpusat atau mengembangkan minat yang sudah ada sebelum berada pada tahapan usia remaja akhir dengan lebih baik. Kemampuan berpikir anak remaja akhir sudah lebih baik dibandingkan tahapan usia sebelumnya. Menurut Al-Istanbuli & Mahdi (2002) kecemasan orang tua disebabkan oleh perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya. Dari pernyataan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa anak yang memiliki minat yang tinggi terhadap seni musik justru akan merugikan bagi diri anak tersebut. Apalagi masa remaja adalah masa perkembangan cara berpikir anak untuk menjadi lebih dewasa. Dengan hobi di bidang musik tersebut orang tua menjadi khawatir karena anak akan berteman dengan peer-group yang tidak baik, misalnya anak bergabung dalam band musik tertentu justru akan berdampak negatif pada anak remaja tersebut. Biasanya musik band dianggap oleh orang tua dapat menimbulkan pergaulan yang tidak baik seperti narkoba, seks bebas, perkelahian antar remaja, minuman keras, penurunan prestasi akademik, dan kerugian-kerugian lainnya. Kemudian, kegiatan aktivitas di luar kegiatan belajar dan mengajar di sekolah seperti les musik membutuhkan biaya yang tinggi, padahal kebutuhan orang tua untuk rumah tangga dan anggota keluarga yang lain juga banyak. Pada kenyataanya menurut Aldalalah (2010) dengan tingkat kecerdasan musikal yang tinggi justru akan mengembangkan tingkat berpikir anak, karena dengan skor pengetahuan musik yang tinggi pada anak justru akan mengembangkan memori berpikir anak dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak. Musik yang diberikan kepada anak dapat menurunkan tingkat stres dan menghindari hal-hal negatif yang selama ini menjadi alasan utama orang tua agar anak tidak terlalu menjadikan musik sebagai hobi utama yang dimiliki oleh anak remaja tersebut. Namun semua hal tersebut dapat terjadi apabila ada perhatian dan bimbingan yang baik dari orang tua kepada anak, mengingat saat ini tingkat mobilitas orang tua dalam bekerja juga sangat tinggi sehingga 5 berdampak pada proses pengasuhan yang kurang memadai pada anak (Busthomi 2007). Dengan demikian, tindakan negatif serta penurunan prestasi belajar anak remaja tidak hanya disebabkan oleh pola pergaulan anak, tetapi juga perlu dilihat berdasarkan kepedulian orang tua terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh anak di luar lingkungan keluarga. Dari beberapa permasalahan tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan yaitu : 1. Apakah peran keluarga membantu meningkatkan kecerdasan musikal yang dimiliki oleh seseorang ? 2. Apakah lingkungan sosial yang berada di sekitar kita selain keluarga dapat memberikan dukungan dalam membentuk kecerdasan musikal tersebut ? 3. Apakah proses penyerapan kecerdasan musikal dan prestasi akademik pada remaja laki-laki jauh lebih baik dibandingkan kecerdasan musikal pada remaja perempuan ? 4. Apakah seseorang dengan kecerdasan musikal yang baik juga memiliki prestasi belajar yang baik? Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan keluarga, gender dan peer-group pada pembentukan kecerdasan musikal dan prestasi akademik siswa SMA di Kota Bogor. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis karakteristik siswa SMA dan keluarga (umur, jenis kelamin, asal SMA, pengorganisasian waktu, tunjangan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, besar keluarga, dan hobi seni orang tua) 2. Mengidentifikasi karakteristik aktivitas ekstrakurikuler (alokasi waktu, waktu mulai les, banyaknya instrumen yang dipelajari, jenis musik yang dipelajari, stmuli kecerdasan musikal dalam ekstrakurikuler), dan karakteristik peer-group (frekuensi, loyalitas, jenis aktivitas). 3. Mengidentifikasi kecerdasan musikal siswa SMA di Kota Bogor. 6 4. Menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik siswa , karakteristik peer-group, aktivitas ekstrakurikuler, pengorganisasian waktu dengan kecerdasan musikal serta menganalisis hubungan kecerdasan musikal dengan prestasi akademik. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat berguna bagi berbagai pihak di mana kecerdasan musikal sangat berguna untuk menciptakan manusiamanusia yang berpotensi bagi kemajuan bangsa dan negara. Bagi anak remaja kecerdasan musikal berguna untuk menurunkan tingkat stres pada anak sehingga dapat berpikir secara positif dan logis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti permasalahan dalam hubungan anak terhadap keluarga, di sekolah seperti dalam pergaulan dengan peer-group, yaitu kelompok teman yang memiliki hobi yang sama dengan anak tersebut. Bagi orang tua dengan tingkat kecerdasan musikal yang baik dari anak diharapkan dapat terhindar dari pergaulan yang negatif serta kenakalan remaja yang sedang marak saat ini. Dengan kecerdasan musikal tersebut prestasi anak tidak hanya dilihat dari prestasi akademik saja tetapi juga prestasi lain yang diraih oleh anak seperti prestasi musik sehingga anak semakin sayang dan percaya kepada orang tua karena merasa dihargai oleh orang tua atas prestasi dan bakat musik yang dimiliki oleh anak. Bagi guru di sekolah terutama guru BK dapat mengurangi permasalahan negatif yang dilakukan oleh anak seperti membolos, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Dengan prestasi yang dimiliki oleh ana remaja tersebut dalam bidang musik baik vokal, musik band maupun kegiatan musikal lainnya dapat meningkatkan kerjasama remaja yang satu dengan yang lain serta nama sekolah juga akan semakin baik karena adanya prestasi yang diraih oleh anak-anak remaja tersebut dalam bidang musik. 7 Bagi pemerintah terutama bagi departemen pendidikan nasional musik dapat dijadikan salah satu mata pelajaran yang penting untuk menjadi materi pembelajaran di sekolah seperti mata pelajaran yang lain, karena dengan bermusik akan meningkatkan ruang di dalam otak untuk berpikir secara kognitif dan menurunkan pikiran negatif seperti stres, emosi labil sehingga dapat menciptakan remaja yang cerdas dan berguna untuk masa depan dengan kehidupan yang lebih baik.