KAJIAN PERMASALAHAN TEKNIS DALAM PENGELOLAAN

advertisement
KAJIAN PERMASALAHAN TEKNIS DALAM PENGELOLAAN HUTAN
RAKYAT YANG SESUAI
(Study Kasus Permasalahan Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis)
Oleh :
M. Yamin Mile
Balai Penelitian Kehutanan Ciamis
ABSTRAK
Hutan rakyat yang kini berkembang menjadi salah satu tumpuan ekonomi masyarakat
petani khususnya di Jawa perlu ditingkatkan produktifitasnya untuk kesejahteraan masyarakat..
Dalam meningkatkan prouktifitas hutan rakat diperlukan analisa permasalahan yang dihadapi di
lapangan serta pendekatannya pemecahan masalahnya dan didukung oleh kebijakan pemerintah
yang tepat sesuai dengan kondisi actual di lapangan. Untuk itu dilaksanakan suatu study mengenai
analisa permasalahan dalam pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat pada awal tahun 2010
dengan case study pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat sejumlah masalah teknis yang cukup crusial dalam pengembangan
hutan rakyat antara lain menyangkut pengelolaan kesubutan tanah, kelestarian hutan rakyat,
penyediaan bibit yang berkualitas, tingkat penguasaan tehnologi, serta tidak tersedianya data yang
akurat.mengenai luas dan potensi hutan rakyat Permasalahan-permasalahan tersebut memerlukan
pendekaatan khusus melalui pemahaman kondisi obyektif di lapangan dan dukungan kebijakan
pemerintah yang tepat
Kata kunci : Hutan rakyat, Kajian permasalahan, Kebijakan pemerintah
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hutan rakyat saat ini telah berkembang dan menjadi salah satu titik tumpuan
ekonomi penduduk yang tinggal di Pulau Jawa (FKKM, 1999). Keberadaan hutan rakyat
saat ini menjadi sangat penting dan strategis karena telah berkembang menjadi salah
satu andalan dalam perekonomian masyarakat. Hutan rakyat berperan dalam
menyediakan suplay kayu baik untuk konsumsi dalam negeri maupun export, ketahanan
pangan serta menjaga kelestarian lingkungan.
Di Kabupaten Ciamis yang menjadi obyek penelitian, pengembangan hutan rakyat
merupakan salah satu kegiatan strategis dalam memenuhi kebutuhan kayu baik untuk
industri lokal, regional maupun nasional serta permintaan export yang terus meningkat.
Saat ini terdapat sekitar 800 – 900 buah industri perkayuan di Kabupaten Ciamis yang
memanfatkan bahan baku kayu rakyat. Kehadiran industri kecil maupun besar yang
tersebar di berbagai tempat, memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah
khususnya di pedesaan. Dengan demikian permasalahan hutan rakyat di Kabupaten
Ciamis merupakan cermin dari permasalahan hutan rakyat yang dihadapi di Jawa Barat
pada umumnya.
Dalam konteks pembangunan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan sesuai
rencana strategik tahun 2004 – 2010 Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis telah
menetapkan visi yakni “mewujudkan Kabupaten Ciamis sebagai sentra pengembangan
hutan rakyat lestari di Priangan tahun 2009/2010”. Untuk mewujudkan visi tersebut,
terdapat banyak hambatan dan kendala yang dihadapi baik menyangkut permasalahan
dari aspek teknis, sosial dan ekonomi. Dalam penelitian ini kajian permasalahan dibatasi
pad aspek teknis dalam pengelolaan hutan rakyat.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
277
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
- Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan hutan rakyat serta
pendekatan pemecahan masalah yang dihadapi berdasarkan penelitian, pengamatan
dan penilaian kondisi aktual di lapangan
- memberi masukan dalam menyempurnakan kebijakan pengelolaan hutan rakyat
II. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan pengumpulan data dilaksanakan
dengan jalan :
a. Pengukuran dan pengamatan kondisi hutan rakyat pada beberapa lokasi sample yang
berkaitan dengan kondisi lahan dan pertumbuhan tanaman serta pengumpulan data
mengenai berbagai permasalahan teknis yang ditemukan di lapangan.
b. Wawancara dengan petani sample, petugas lapangan dan pemerintah setempat yang
terkait dengan pengembangan hutan rakyat.
c. Pengumpulan data sekunder.
d. Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh diadakan analisa permasalahan yang
dihadapi dan pemecahannya berdasarkan kondisi actual di lapangan serta hasil
penelitian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi hutan rakyat di lokasi studi
1. Perkembangan Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis
Di Kabupaten Ciamis sebagai lokasi studi, hutan rakyat telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat . Menurut data dari Dinas kehutanan setempat, sampai
dengan tahun 2007/2008 luas hutan rakyat di Kabupaten Ciamis telah mencapai 23.806
ha. Diperkirakan jumlah stok kayu berdiri adalah 1.723.721 m3 dengan jumlah pohon
sebanyak 13.237.767 pohon. Jenis yang ditanam terdiri dari Sengon, mahoni, jati suren
dan sebagainya.
Berdasarkan data yang diperoleh, produksi kayu bulat dari hutan rakyat di
Kabupaten Ciamis pada tahun 2002 tercatat sebesar 79.000 m3, meningkat menjadi
214,070 m3 tahun 2005 / 2006 dengan rincian : jenis Sengon 113.956 m3, Mahoni 76.959
m3, jati 21.393 m3. Informasi ini berdasarkan dokumen surat izin tebang yang diperoleh.
Informasi lengkap mengenai umur, jenis tanaman, kerapatan tegakan dan sebagainya
belum didata secara akurat.
2. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah
Kebijakan pengembangan hutan rakyat sebagai bagian dari kebijakan
pembangunan Kehutanan pada khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya
tertuang dalam Rencana strategik tahun 2004-2010 yang memberikan arah antara lain
menjadikan hutan rakyat sebagai areal yang dapat berfungsi sebagai media perlindungan
tanah dan keseimbangan tata air, meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di
pedesaan serta sebagai menyanggah dan mengamankan kawasan hutan negara yang
sangat terbatas (Dinas Kehutanan.Ciamis, 2005). Untuk mencapai sasaran tersebut,
kebijaksanaan yang dikembangkan adalah :
a. Rehabilitasi lahan kritis
Lahan kritis di Kabupaten Ciamis seluas 22.309 ha diharapkan dapat selesai
direhabilitasi sampai tahun 2010. Perioritas diarahkan untuk membangun hutan
rakyat.
278
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
b. Hutan rakyat dikembangkan menjadi unit usaha Agribisnis
Untuk mengembangkan hutan rakyat menjadi unit agribisnis mulai dengan upaya
penyediaan bibit yang berkualitas. Penyediaan bibit ini dilakukan melalui pembuatan
pesemaian yang sesuai dengan melibatkan pemerintah, lembaga penelitian, dunia
usaha, swasta dan stake holder terkait lainnya.
B. Analisis Permasalahan dalam pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Ciamis
Berdasarakan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan, ditemukan beberapa
permasalahan teknis yang perlu diatasi dalam pengembangan hutan rakyat di Kabupaten
Ciamis. Kajian permasalahan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Penurunan tingkat Kesuburan tanah
Gejala penurunan tingkat kesuburan tanah di berbagai tempat di areal hutan rakyat
di Kabupaten Ciamis sudah sangat dirasakan, namun belum banyak disadari oleh petani.
Gejala ini adalah merupakan gejala umum pada kondisi tanah di Jawa barat Penurunan
kesuburan tanah ini adalah akibat dari degradasi lahan yang terjadi secara berangsur
angsur dalam waktu yang relatif cukup lama. Hal ini disebabkan karena pemanenan kayu
dan tanaman semusim yang terus menerus dengan cara mengangkut seluruh bagian
tanaman keluar dari ekosistem tanpa upaya pengembalian dalam bentuk bahan organk
maupun pupuk yang memadai serta cara bercocok tanam yag tidak sesuai dengan kaidah
konservasi tanah. Praktek konservasi tanah pernah dilakukan oleh petani di Kabupaten
Ciamis beberapa waktu yang lalu melalui berbagai kegiatan proyek penghijauan dan
pengelolaan daerah aliran sungai, namun kemudian ditinggalkan dan tidak dipraktekan
lagi. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang berorientasi proyek pada waktu yang
lalu tersebut menyebabkan ketergantungan petani terhadap bantuan pemerintah. Setelah
proyek berakhir petani kembali pada kebiasaan semula. Praktek konservasi tanah yang
ada tinggal bekasnya saja. Tanpa disadari mulai saat itu laju erosi dan aliran permukaan
meningkat setiap tahun secara berangsur angsur yang menyebabkan kemunduran
kesuburan tanah. Hasil penelitian dan pengamatan lapangan yang dilakukan pada
beberpa lokasi sample memperkuat dugaan ini . Ditemukan fakta bahwa tanaman sengon
yang berumur 3 – 4 tahun saat ini tidak tumbuh secara optimal seperti 10 atau 15 tahun
yang lalu walaupun tumbuh ditempat yang sangat sesuai ditinjau dari aspek
pedoagroklimat. Pada saat 15 tahun yang lalu menurut informasi petani setempat
tanaman sengon umur 4-5 tahun mencapai tinggi rata-rata 25- 30 meter. Saat ini rata-rata
tinggi tanaman pada umur tersebut hanya mencapai rata-rata 7-12 meter walaupun
tumbuh ditempat yang mempunyai persyaratan tanah dan iklim yang sangat sesuai untuk
tanaman sengon. Salah satu faktor penyebabnya menurut dugaan berdasarkan hasil
analisa contoh tanah adalah semakin menurunnya kesuburan tanah.
Gejala penurunan tingkat kesuburan tanah terlihat dari semakin menurunnya
produksi yang dihasilkan oleh petani baik pada tanaman pohon maupun tanaman
semusim. Untuk mendapatkan hasil produksi tanaman yang sama dengan beberapa
tahun yang lalu saat ini diperlukan penambahan jumlah pupuk yang diperlukan hampir
dua kali lebih besar dari dosis yang biasa digunakan semula, sementara pupuk itu sendiri
semakin mahal dan semakin sulit dijangkau harganya. Penurunan kesuburan tanah ini
bahkan tanpa disadari oleh petani hutan rakyat.. Kondisi ini apabila berlangsung terus
menerus tanpa usaha perbaikan dapat menyebabkan menurunnya kualitas tegakan dan
produksi usahatani, yang berpengaruh pada tingkat pendapatan petani dan mempercepat perluasan lahan kritis.
2. Belum Tersedianya Data Keberadaan Hutan Rakyat Yang Akurat
Selama ini data yang akurat mengenai luas, potensi, kerapatan, penyebaran dan
kondisi sebenarnya keberadaan hutan rakyat belum terdata secara akurat karena areal
hutan rakayat terbagi atas lokasi lokasi kecil yang tersebar pada berbagai tempat.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
279
Kondisi ini sangat dirasakan di lokasi studi. Data yang ada hanya berupa laporan
perkiraan dan taksiran seperti dokumen surat izin tebang sehingga sangat bervariasi
tergantung sumbernya. Kondisi data seperti ini tidak bisa dijadikan pegangan dalam
menetapkan strategi dan kebijakan pengelolaan hutan rakyat yang tepat.
3. Belum diterapkannya prinsip- prinsip kelestarian
Hutan rakyat yang tumbuh di lahan miliki pada umumnya sangat bervariasi baik
jenis pohonnya, tanaman pencampur maupun tanaman bawahnya. Berbagai pola dan
kombinasi di lapangan sangat beragam tergantung keinginan petani dan ketersediaan
bibit.
Kenyataan menunjukan bahwa pengelolaan hutan rakyat masih dilakukan
seadanya menurut kehendak pemiliknya sehingga menghasilkan tegakan dengan kualitas
dan produksi yang rendah dan tidak terjamin kelestariannya. Areal hutan rakyat sewaktuwaktu dapat berubah menjadi areal pertanian tanaman semusim tergantung pemiliknya.
Hutan rakyat baru dapat terjamin kelestariannya apabila dibangun berdasarkan
struktur tegakan yang mendekati tegakan hutan normal. Dari hasil pengamatan di
lapangan menunjukan bahwa hutan rakyat yang pada umumnya belum dapat
memberikan hasil yang lestari, Hal ini disebabkan kelas umur yang terdapat pada areal
hutan rakyat tidak menyebar secara merata dan tidak lengkap (Terry, 2000).
4. Belum tersedianya bibit yang berkualitas dan jenis yang berorientasi Pasar
Bibit yang ditanam untuk hutan rakyat pada umumnya berkualitas rendah.
Hal ini disebabkan karena penyediaan bibit yang dilakukan masih bersifat konvensional
sementara exploitasi hutan sudah lebih maju dan mengunakan cara mekanis. Bibit yang
berkualitas umumnya tidak tersedia atau harganya cukup mahal dan tidak terjangkau
oleh petani.
5. Rendahnya pengetahuan petani dalam penerapan teknik silvikultur yang sesuai
Tingkat pengetahuan dan kemampuan petani dalam penerapan teknik silvikultur
pada umumnya masih relatif rendah. Belum diterapkannya teknologi tepat guna karena
teknology baru belum banyak tersedia, sementara kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh
belum menadai. . Dengan demikian kualitas tegakan masih jauh dari standard sehingga
harganyapun relatif rendah dan tidak mampu bersaing dengan produk yang sama dari
negara lain. Hal ini disebabkan karena harga suatu produk khususnya dipasar global
sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan.
6. Pengembangan hutan rakyat masih bersifat partial
Pengembangan hutan rakyat nasih bersifat partial dan belum terintegrasi dengan
perencanaan pembangunan kehutanan secara utuh dalam rangka pengembangan
wilayah.
C. Pemecahan masalah dan dukungan kebijakan yang diperlukan
1. Masalah Penurunan tingkat Kesuburan tanah di areal hutan rakyat
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah
pengelolaan kesuburan tanah pada areal yang dimiliki petani dan penerapan teknik
konservasi tanah dan air.
Belajar dari apa yang dilakukan masa lalu dan akibat yang dirasakan saat ini, yang
perlu dilakukan adalah merumuskan kembali upaya konservasi tanah dengan kebijakan
yang baru disesuaikan kondisi saat ini. Program pmerintah pusat di bidang kehutanan dan
konservasi tanah silih berganti dicanangkan oleh pemerintah pusat mulai dari Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerahan) yang dicanangkan pemerintah sejak
tahun 2003 disusul dengan program Kecil Menanam Dewasa Memanen dan terakhir
Gerakan Penanaman Sejuta Pohon dan program Satu Orang Satu Pohon. Namun
280
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
kebijakan tersebut belum menyentuh permasalahan yang dikemukakan disini. Diperlukan
kebijakan khusus untuk mengatasinya. Kelangkaan pupuk dan mahalnya pupuk buatan
(anorganik) saat ini dapat diatasi dengan kebijakan pengembangan pupuk organik berupa
pupuk kandang dan pupuk organik lainnya seperti penggunaan bekasi, penggunaan
bahan organik dan kotoran ternak yang difermentasi dan dipercepat proses
dekomposisinya melalui bantuan mikroorganisme EM4 dan semacamnya. Namun sampai
saat ini pupuk bekasi dan berbagai macam pupuk organic lainnya yang sudah banyak di
pasaran belum bisa menggantikan keunggulan pupuk buatan sehingga ketergantungan
petani pada pupuk buatan masih cukup besar. Penggunaan pupuk kandang sudah biasa
dilakukan petani namun saat ini diperlukan dalam jumlah yang relatif lebih besar untuk
bisa mermpertahankan kesuburan tanah..Masalahnya adalah kurangnya modal yang
dimiliki petani sehingga pada umumnya petani tidak melaksanakan pemupukan.
Beberapa pendekatan teknis yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah :
− Penyempurnaan pola Agroforestry hutan rakyat dengan menggiatkan penanaman
tanaman pengikat Nitrogen diantara baris tanaman
− Mengaktifkan penggunaan mulsa sisa tanaman sebagai kompos organik dengan teknik
yang lebih praktis seperti Teknologi Mulsa Vertikal.
− Memperkaya kandungan hara pupuk organik yang dihasilkan sehingga dapat
menggantikan peranan pupuk anorganik (pupuk buatan).
Untuk menerapkan pendekatan teknis di atas diperlukan kebijakan pemerintah yang
menyentuh masalah ini berdasarkan arahan teknis Lembaga Penelitian. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan telah lama mengembangkan teknologi sederhana untuk
memanfaatkan limbah organik dan biogas sebagai pupuk organik namun pemanfaatan
berbagai teknologi tersebut sampai saat ini belum pernah diformulasikan dalam bentuk
kebijakan ataupun pedoman teknis yang mengingat. Hal ini merupakan masukan bagi
management research Badan Litbang Kehutanan untuk meformulasikan berbagai output
dan outcome yang telah dihasilkan para peneliti menjadi pedoman teknis baik yang
dikeluarkan oleh Badan Litbang Kehutanan maupun eselon I lainnya sebagai peganhgan
yang mengikat para petugas di lapangan.
2. Pemecahan masalah data potensi hutan rakyat yang yang belum akurat
Untuk mengatasi masalah ini diperlukan upaya pendataan kembali kondisi dan
keberadaan hutan rakyat secara akurat umtuk mengetahui potensi sebenarnya sehingga
dapat dibuat perencanaan pengembangan yang sesuai. Data yang akurat diperlukan
untuk dapat menyusun perencanaan yang tepat. Dalam hal ini diperlukan metode
inventarisasi hutan rakyat yang efektif. Metode inventarisasi hutan yang ada saat ini
masih didasarkan pada metode inventarisasi pada hutan alam. Metode inventarisasi
hutan alam perlu modifikasi untuk dapat diterapkan di hutan rakyat karena kondisi hutan
rakyat sangat berbeda dengan hutan alam. Penelitian mengenai metode inventarisasi
hutan rakyat sudah dilakukan di Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Hasil penelitian yang
sudah ada perlu diformulasikan lebih lanjut untuk dapat dijadikan masukan bagi penentu
kebijakan
3. Pemecahan masalah yang berkaitan dengan kelestarian hutan rakyat
Untuk melestarikan hutan rakyat, perlu dimulai dengan teknik penanaman yang
diarahkan untuk membentuk struktur tegakan yang mendekati hutan normal yang terdiri
dari berbagai kelas umur. Tanpa adanya struktur tegakan, hutan rakyat tidak terjamin
kelestariannya karena sewaktu waktu bisa berubah peruntukannya.
Merubah kebiasaan petani dari sistim penanaman biasa menjadi sistim penanaman
dengan membangun struktur tegakan tidak mudah. Untuk itu diperlukan percontohan
tehnik pembangunan hutan rakyat dengan struktur tegakan yang mendekati hutan normal
baik pada lahan kosong maupun pada lahan yang sudah ada tanamannya melalui
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
281
pengayaan dengan teknik tertentu. Kegiatan percontohan ini perlu diformulasikan dalam
bentuk kebijakan yang memungkinkan pengembangan hutan rakyat secara lestari.
4. Pemecahan masalah ketersediaan bibit yang berkualitas dan jenis yang
berorientasi pasar
Untuk itu dukungan pemerintah diperlukan untuk mrnyediakan bibit berkualitas
dalam jumlah yang cukup. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas kehutanan Kabupaten
Ciamis mempunyai program pembangunan pesemaian permanen untuk mensuplay
kebutuhan bibit untuk pembangunan hutan rakyat dengan dana dari ITTO.
Dengan adanya pesemaian yang dtangani secara terpadu dari instansi yang
berkonpoten diharapakan permasalahan bibit yang berkualitas dapat diatasi. Dengan
berakhirnya proyek ITTO tahun 2007 penanganan pesemaian yang menghasilkan bibit
yang brrkualitas perlu dilanjutkan.
5. Pemecaahan masalah Rendahnya pengetahuan petani dalam penerapan teknik
silvikultur yang lebih sesuai
Tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam mengelola hutan rakyat secara
agribisnis masih rendah, sementara itu kualitas maupun kuantitas tenaga penyuluh
belum memadai bahkan dalam beberapa tahun kedepan (menurut data dari dinas
Kehutanan Kabupaten Ciamis, 2005) diperkirakan akan terjadi kekurangan tenaga
penyuluh lapangan karena sebagian akan pensiun dalam waktu yang relatif hampir
bersamaan.
Rendahnya pengetahunan petani erat kaitanya dengan sistim penyuluhan yang
berjalan. Kurang efektifnya penyuluhan dapat juga disebabkan karena kurangnya
dukungan teknologi hasil hasil penelitian Untuk itu sebagai instansi yang berkompoten
Badan Libang Kehutanan ditantang untuk dapat segera menyampaikan hasil hasil
penelitian berupa paket tetnologi tepat guna yang siap pakai untuk diteruskan kepada
petani melalui sistim penyuluhan yang disempurnakan
6. Pemecahan masalah Pengembangan hutan rakyat masih bersifat partial
Rancangan sistim tata ruang di wilayah penelitian (Ciamis) sudah ada namun belum
tersosialisasi dengan baik. Berdasarkan tata ruang tersebut Kabupaten Ciamis dibagi
kedalam wilayah wilayah pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Setiap wilayah pengembangan dibagi lagi menjad sub-sub wilayah pengembangan
berdasarkan kesesuaian lahan dan peruntukan wilayah. Pengembangan hutan rakyat
sebaiknya mengikuti rencana pengembangan tata ruang yang sudah disusun sehingga
tidak bersifat partial. Dengan mengikuti rencana peruntukan wilayah tersebut
perencanaan pengembangan hutan rakyat dapat di tetapkan dengan lebih terarah dan
sejalan dengan pengembangan sektor lain sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
Demikian pula pengembangan hutan rakyat yang terintegrasi dapat diarahkan sebagai
penyanggah kawasan hutan dan kawasan perlindungan yang semakin terbatas. Untuk itu
permasalahan ini perlu dirumuskan secara bersama oleh berbagai instansi terkait dalam
mengembangkan hutan rakyat secara terintegrasi.
IV. KESIMPULAN
1. Masih terdapat sejumlah masalah yang dihadapi dalam pengelolaan dan
pengembangan hutan rakyat. Dari aspek teknis permasalahan tersebut mencakup
antara lain :semakin menurunnya kesuburan tanah, belun tersedianya data tentang
keberadaan hutan rakyat yang akurat, belum dipenuhinya prinsip-prinsip kelestarian,
belum tersedianya bibit yang berkualitas, rengahnya pengetahuan dan ketrampilan
petani dan pengembangan hutan rakyat yang nasih bersifat partial.
282
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
2. Pemecahan masalah yang telah duraikan merupakan masukan bagi penentu
kebijakan baik di pusat maupun di daerah untuk memformulasikannya dalam bentuk
kebijakan yang sesuai dengan kondisi actual di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Awang, San Afri, W. Andayani, B. Himmah, W.T. Widayanti, A. Afianto. 2002. Hutan
Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah
Mada, Yokyakarta.
Badan Perencanaan Daerah Kab. Ciamis, 2004. Rencana Tata ruang dan Pembangunan
Kabupaten Ciamis dalam mendukung penyelamatan kawasan Laguna Segara
anakan, Lokakarya SACDP, Ciamis.
Daniel, T.W., J.A. Helms and F. Baker. 1979. Principles of Silviculture, McGraw-Hill Inc.
New York.
FKKM, 1999. Mempersoalkan Kembali Kebijakan Hutan Rakyat, Warta FKKM Vol 2 No
11, 1999, Fahutan UGM Bulaksumur, Yokyakarta P3KM, Institute Pertanian Bogor
Heronymus, B.S., 1992. Budidaya Sengon, Kanisius Yokyakarta 19921.
Mustari Tery..2000. Hutan Rakyat Sengon, Daur dan Kelestarian Hasil, Hutan Rakyat di
Jawa, P3KM, Institute Pertanian Bogor.
Mile, M.Y. 2003. Penilaian Tingkat Produktifitas dan Kelestarian Hutan Rakyat, Prosiding
Seminar Sehari Prospek pengembangan Hutan Rakyat di era Otonomi Daerah,
Loka Litbang Hutan Monsson, Badan Litbang Departemen Kehutanan, Ciamis 2003.
Perhimpi. 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat, Pengembangan Hutan Tanaman Sengon di
Pulau Jawa. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutana dan
Perhimpunan meteorologi Pertanian.
Suharlan, A., K. Sumarna, Y. Sudiono. 1975. Tabel Tegakan Sepuluh Jenis Kayu
Industri, Lembaga Penelitian Hutan Bogor.
Tiwa S. 2005. Kebijakan Pembangunan Hutan Rakyat dan Hutan Kemasyarakatan di
Kabupeten Ciamis, Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis 2005.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian
283
Download