BAB III LANDASAN TEORI

advertisement
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengendalian Persediaan
Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu
mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya
persediaan, perusahaan-perusahaan tersebut akan dihadapkan pada resiko
kehabisan stok yang berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh
keuntungan yang seharusnya di dapatkan. Begitu pentingnya persediaan sehingga
merupakan elemen utama terbesar dari modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar secara terus menerus mengalami perubahan.
Persediaan menurut Sofjan Assauri (2004: 169) adalah suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu
periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuty (2004:1) persediaan merupakan suatu
aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam suatu periode usaha tertentu , atau persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan
atau konsumen.
Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut
Sofjan Assauri (2004: 169) adalah sebagai berikut:
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
1. Dibutuhkannya
waktu
untuk
menyelesaikan
operasi
produksi
untuk
memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain yang disebut
persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat
schedule operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai
dengan barang jadi antara lain berguna untuk dapat: Menurut Sofjan Assauri
(2004:170):
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi .
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
Karena sangat luasnya pengertian dan jenis persediaan maka dalam
pembahasan selanjutnya hanya akan menekankan pada masalah persediaan bahan
baku.
Adapun fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2004:15) adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data –data
masa lalu yaitu permintaaan musiman.
3.2. Pengertian Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan merupakan bagian dari Manajemen Keuangan yang
dalam kegiatannya bertugas untuk mengawasi aktiva perusahaan.
Sebelum membuat keputusan tentang persediaan tentu bagian ini harus
memahami konsep persediaan. Dalam Manajemen Persediaan terdapat 2 (dua) hal
yang perlu diperhatikan yaitu menurut Fien Zulfikarijah (2005:9) yaitu:
1. Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan keputusan yang menjadi
tugas utama dalam penentuan persediaan baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Keputusan kuantitatif bertujuan untuk mengetahui:
a. Barang apa yang akan di stok?
b. Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses dan berapa banyak barang
yang akan dipesan?
c. Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan melakukan pemesanan?
d. Kapan melakukan pemesanan ulang ( Re Order Point)?
e. Metode apakah yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan?
2. Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan dngan teknis pemesanan
yang mengarah pada analisis data secara deskriptif.
a. Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan?
b. Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok barang yang dipesan
perusahaan?
c. Sistem pengendalian kualitas persediaan yang digunakan perusahaan?
Adapun pengertian Manajemen Persediaan itu sendiri menurut Martin dan
Pretty (1996:719) adalah inventory management involves the control of assets are
used in the production proccess or produced to be sold in the normal course of the
firms operations. Yang dapat diartikan bahwa manajemen persediaan mencakup
pengendalian dari aktiva dengan diproduksi untuk dijual dalam skala normal dari
operasi perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
Adapun tujuan Manajemen Persediaan menurut D.T. Johns dan H.A.
Harding (2001:77) adalah meminimalkan investasi dalam persediaan namun tetap
konsisten dengan penyediaan tingkat pelayanan yang diminta.
Sedangkan menurut Lukas Setia Atmaja (2003:405) tujuan Manajemen
Persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan pada biaya yang minimum.
3.3. Komponen-Komponen Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya
sistem persediaan terdiri dari: (Nasution, 2008: 121)
3.3.1 Biaya Pembelian (Purchase Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.
Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan
harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga
barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini bisa disebut
sebagai quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan
turun bila jumlah barang yang dibeli banyak.
Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak
dimasukkan ke dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa
harga barang per unit dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga
komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun)
konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi berapa banyak barang yang harus
dipesan.
3.3.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan di bedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu:
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliput i biaya untuk menentukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
pemasok (supplier), pengetikan pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan
dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk sekali pesan.
b. Biaya pembuatan (setup cost)
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik
yang
meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin,
mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya.
3.3.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang. Biaya ini meliput i:
a. Biaya Modal
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal
perusahaan memiliki ongkos (expense)
yang dapat
diukur dengan suatu
bunga bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan
harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. Biaya memiliki
persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu
tertentu.
b. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul
biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya
merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri
maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan
karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya
kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa (Absolence)
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan
teknologi dan model sepeti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya
diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
e. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak
diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang
diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang
ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan
biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan,
termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
3.3.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan
terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian
karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat
keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih
ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:
a. Kuantitas tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi
permintaan, atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini
diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan.
b. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau
lamanya perusahaan
tidak
mendapat
keuntungan,
sehingga
waktu
menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu
pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi
gudang.
c. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat
yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal.
Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
3.4. Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
Pengertian EOQ (Economic Order Quantity) menurut Bambang Riyanto
(2001:78) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang
minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal..
Sedangkan menurut Heizer dan Render (2005:68) adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode
pengendalian persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus
memesan dan berapa banyak harus memesan.
Economic Order Point (EOQ) juga dapat dirumuskan menurut Lukas Setia
Atmaja (2002:407) adalah :
EOQ = Rumus EOQ
Model EOQ (Economic Order Quantity) diatas hanya dapat dibenerkan
apabila asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi menurut Petty, William, Scott dan
David (2005:278) adalah:
1. Permintaan konstan dan seragam meskipun model EOQ (Economic Order
Quantity) mengasumsikan permintaan konstan, permintaan sesungguhnya
mungkin bervariasi dari hari ke hari.
2. Harga perunit konstan memasukan variabel harga yang timbul dari diskon
kuantitas dapat ditangani dengan agak mudah dengan cara memodifikasi
model awal, mendefinisikan kembali biaya total dan menentukan kuantitas
pesanan yang optimal.
3. Biaya pemesanan konstan, biaya penyimpanan perunit mungkin bervariasi
sangat besar ketika besarnya persediaan meningkat.
4. Biaya pemesanan konstan, meskipun asumsi ini umumnya valid, pelanggan
asumsi dapat diakomodir dengan memodifikasi model EOQ (Economic Order
Quantity) awal dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk harga
perunit variabel.
5. Pengiriman seketika, jika pengiriman tidak terjadi seketika yang merupakan
kasus umum, maka model EOQ (Economic Order Quantity) awal harus
dimodifikasi dengan cara memesan stok pengaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
6. Pesanan yang independen, jika multi pesanan menghasilkan penghematan biaya
dengan mengurangi biaya administraasi dan transportasi maka model EOQ
(Economic Order Quantity) awal harus dimodifikasi kembali.
Asumsi-asumsi ini menggambarkan keterbatasan model EOQ (Economic
Order Quantity) dasar serta cara bagaimana model tersebut dimodifikasi.
Memahami
keterbatasan
dan
asumsi
model
EOQ
(Economic
Order
Quantity) menjadi dasar yang penting bagi manajer untuk membuat keputusan
tentang persediaan.
Hampir semua model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biayabiaya total dengan asumsi yang tadi dijelaskan.
Metode EOQ (Economic Order Quantity) ini adalah metode yang
digunakan untuk mencari titik keseimbangan antara biaya pemesanan dengan
biaya penyimpanan agar diperoleh suatu biaya yang minimum.
Atas dasar model EOQ (Economic Order Quantity) diatas maka untuk
menghitung biaya persediaan yang paling optimal digunakan model Total
Incremental Cost (TIC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Biaya Persediaan = Total Biaya Penyimpanan + Total Biaya Pemesanaan
3.5. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Pengertian persediaan pengaman (Safety Stock) menurut Freddy Rangkuty
(2004:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock Out).
Sedangkan pengertian menurut Sofjan Assauri (2004:186) sama halnya
dengan pengertian Freddy Rangkuty yaitu persediaan tambahan yang diadakan
untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (Stock
Out).
Dalam menentukan cadangan penyelamat terdapat dua hal pokok yang
perlu diperhatikan menurut Suyadi Prawirosentono (2001: ) yakni:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
1. Besar kecilnya kemungkinan terjadinya kehabisan bahan (stock out)
2. Besar kecilnya atau sulit dan mudahnya memperoleh bahan-bahan pengganti
secara tepat dan cepat, artinya bila kemungkinan terjadinya stock out besar
namun dapat diantisipasi dengan upaya pengadaan darurat secara mudah dan
cepat, belum tentu perlu cadangan penyelamat.
Cadangan penyelamat pada prinsipnya mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Dalam hal terjadinya kehabisan bahan, proses produksi dapat dijamin
kelanjutannya
2. Sehubungan dengan itu cadangan penyelamat perlu untuk menyelamatkan
perusahaan dalam menjamin kontinuitas proses produksi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya Safety Stock
suatu perusahaan adalah sebagai berikut menurut Bambang Riyanto (2001:74)
1. Resiko kehabisan persediaan
2. Hubungan antara biaya penyimpanan digudang disatu pihak dengan biaya-biaya
ekstra yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari kehabisan persediaan dilain
pihak.
3.6. Reorder Point ( ROP)
Selain memperhitungkan konsep EOQ (Economic Order Quantity),
perusahaan juga perlu memperhitungkan kapan harus dilakukan pemesanan
kembali (Re Order Point).
Pengertian Re Order Point (ROP) menurut Freddy Rangkuty (2004:83)
adalah strategi operasi persediaan merupakan titik pemesanan yang harus
dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan adanya Lead Time dan Safety
Stock
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:83) ROP adalah saat atau
titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan
atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat waktu dimana persediaan
diatas Safety Stock sama dengan nol.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
Menurut Sofjan Assauri (1999:196) ROP (Re Order Point) adalah suatu
titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada saat dimana pemesanan
harus diadakan kembali.
ROP (Re Order Point) menurut Gaspersz (2004:291) mengatakan bahwa
tarik dari Re Order Point (Pull System With Re Order Point) menimbulakan cash
loading input ke setiap tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya
sehingga menyebabkan saling ketergantungan diantara tingkat-tingkat dalam
sistem distribusi.
Lebih jauh lagi Gasperz menambahkan dalam sistem ROP (Re Order
Point) setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan
untuk produk guna melayani pelanggannya, kemudian memesan dari pusat
distribusi pada tingkat yang lebih tinggi apabila kuantitas dalam stock pada pusat
distribusi yang lebih rendah mencapai ROP (Re Order Point) .
Ada beberapa faktor untuk menentukan ROP (Re Order Point) diantaranya
menurut Petty, William, Scott dan David (2005:279) adalah:
1. Pengadaan atau stock selama masa pengiriman
2. Tingkat pengamanan yang diinginkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Download