7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.
Kajian Pustaka
1.
Teori Persediaan
a.
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Persediaan
Pendapat Ridwan S. Sundjaja (2007 : 379), persediaan
meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses
produksi dan distribusi yang digunakan untuk proses lebih lanjut
atau dijual, sedangkan persediaan menurut Sofjan Assauri (2008 :
169) adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode
usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi. Dari pengertian
persediaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan
merupakan barang-barang atau bahan baku yang diperlukan
dalam proses produksi maupun digunakan untuk dijual dalam
suatu periode tertentu.
Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu
perusahaan menurut Sofjan Assauri (2008 : 169)
adalah
sebagai berikut :
a)
Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi
produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
8
b)
proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan
pemindahan.
c)
Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau
bagian membuat skedul operasinya secara bebas tidak
tergantung dari yang lainnya.
Menurut Sofjan Assauri (2008 : 170), persediaan yang
diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan
barang jadi antara lain berguna untuk :
a)
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang
atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
b)
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak
baik sehingga harus dikembalikan.
c)
Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara
musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak
ada dalam pasaran.
d)
Mempertahankan stabilitas
operasi perusahaan atau
menjamin kelancaran arus produksi.
e)
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
f)
Memberikan pelayanan (service)
kepada
pelanggan
dengan sebaik-baiknya dimana keinginan pelanggan pada
suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan
tetap tersedianya barang jadi tersebut.
g)
Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
dengan penggunaan atau penjualannya.
Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2007 : 15)
adalah sebagai berikut:
a)
Fungsi
Decoupling
adalah
persediaan
yang
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan
pelanggan tanpa tergantung pada pemasok.
b)
Fungsi Economic
Lot
mempertimbangkan
Sizing,
persediaan
penghematan
ini
perlu
atau potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih
murah dan sebagainya.
c)
Fungsi
Antisipasi,
fluktuasi permintaan
apabila
yang
perusahaan
dapat
menghadapi
diperkirakan dan
diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa
lalu yaitu permintaaan musiman.
Menurut Fien Zulfikarijah (2007 : 9), dalam manajemen
persediaan terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a)
Keputusan persediaan yang bersifat umum merupakan
keputusan yang menjadi tugas utama dalam penentuan
persediaan baik kuantitatif maupun kualitatif. Keputusan
kuantitatif bertujuan untuk mengetahui :
1.
Barang apa yang akan di stok?
2.
Berapa banyak jumlah barang yang akan diproses
dan berapa banyak barang yang akan dipesan?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
3.
Kapan pembuatan barang akan dilakukan dan kapan
melakukan pemesanan?
4.
Kapan melakukan pemesanan ulang (Re Order
Point)?
5.
Metode apakah yang digunakan untuk menentukan
jumlah persediaan?
b)
Keputusan kualitatif adalah keputusan yang berkaitan
dengan teknis pemesanan yang mengarah pada analisis
data secara deskriptif. Keputusan kualitatif bertujuan
untuk mengetahui :
1.
Jenis barang yang masih tersedia di perusahaan?
2.
Perusahaan atau individu yang menjadi pemasok
barang yang dipesan perusahaan?
3.
Sistem pengendalian kualitas persediaan yang
digunakan perusahaan?
Tujuan manajemen persediaan menurut Lukas Setia
Atmaja (2008 : 405) adalah mengadakan persediaan yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang
minimum.
Dalam suatu sistem persediaan, apabila jumlah persediaan
lebih besar dibanding permintaan, hal ini dapat menimbulkan
dana besar yang tertanam dalam persediaan, menambah biaya
penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Namun, jika persediaan lebih sedikit dibanding permintaan,
akan menyebabkan kekurangan persediaan (stock out) yang
berakibat proses produksi berhenti, bahkan dapat berakibat
berkurangnya pelanggan. Persoalan yang demikian sering timbul
dalam persediaan, sehingga setiap kali ada permintaan,
permintaan tersebut dapat segera dilayani dengan jumlah biaya
minimum.
b.
Jenis –Jenis Persediaan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 82),
persediaan yang ada di perusahaan biasanya terdiri dari empat
jenis yaitu:
a)
Persediaan Bahan Mentah (Raw Material Inventory) yang
telah dibeli, tetapi belum diproses. Pendekatan yang lebih
banyak diterapkan adalah dengan menghapus variabilitas
pemasok dalam mutu, jumlah atau waktu pengiriman
sehingga tidak perlu pemisahan.
b)
Persediaan Barang Setengah Jadi (Work In Process
Inventory)
adalah komponen-komponen atau bahan
mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan,
tetapi belum selesai.
c)
Persediaan MRO (Maintenance, Repairing, Operating
Iventory)
merupakan
persediaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
dikhususkan
12
untuk perlengkapan pemeliharaan, perbaikan, operasi.
Persediaan ini ada karena kebutuhan akan adanya
pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan yang
tidak diketahui sehingga persediaan ini merupakan fungsi
jadwal pemeliharaan dan perbaikan.
d)
Persediaan Barang Jadi adalah produk yang telah selesai
dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat
dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan
dimasa mendatang tidak diketahui.
c.
Biaya-Biaya yang Berkaitan dengan Persediaan
Untuk
biaya-biaya
persediaan
pengambilan
variabel
yang
keputusan
dan
perlu
penentuan
untuk menentukan
diperhatikan
adalah
besarnya
kebijakan
bagaimana
perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya
persediaan yang harus dipertimbangkan menurut Freddy
Rangkuty (2007 : 16) adalah sebagai berikut :
a)
Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying costs) yaitu
biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan atau
penahanan (carrying) persediaan sepanjang waktu tertentu.
Oleh karena itu biaya ini mencakup biaya yang berkaitan
dengan gudang, seperti asuransi, penambahan staff,
pembayaran bunga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
b)
Biaya Pemesanan (ordering cost) mencakup biaya-biaya
pasokan, formulir, pemrosesan pesanan, tenaga para
pekerja.
c)
Biaya pemasangan (setup cost) adalah biaya-biaya untuk
mempersiapkan mesin atau proses untuk memproduksi
pesanan. Dapat diefisienkan apabila pemesanan dilakukan
secara
elektronik.
Dalam
banyak
operasi,
biaya
pemasangan secara erat berhubungan dengan waktu
pemasangan (setup time).
Menurut Agus Ristono (2009 : 4) faktor biaya persediaan
meliputi :
a)
Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang
yang
disimpan
maka
akan
semakin
besar
biaya
penyimpanannya.
b)
Resiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan
di gudang maka resiko kerusakan barang semakin tinggi.
c)
Resiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan
lama akan “out of date” atau ketinggalan zaman.
d.
Peranan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan
Perencanaan dan pengendalian merupakan bagian dari
manajemen persediaan. Pengendalian adalah suatu tindakan agar
aktivitas dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian tanpa perencanaan
adalah sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian merupakan
tindakan yang tidak efektif.
Pengendalian persediaan menurut Sofjan Assauri (2008 :
176) adalah salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan
yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi
produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah
direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun
biayanya.
Menurut Sofjan Assauri (2008 : 176), untuk menentukan
pengendalian
persediaan
maka
harus
memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a)
Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan
pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan
identifikasi bahan atau barang tertentu.
b)
Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu
orang dapat dipercaya terutama penjaga gudang.
c)
Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan
bahan atau barang.
d)
Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.
e)
Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah
yang dipesan yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang
tersedia dalam gudang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
f)
Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam
persediaan secara langsung.
g)
Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang
telah dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam
gudang dan barang-barang yang sudah usang dan telah
ketingglan zaman.
h)
Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan
rutin.
Dalam pengendalian persediaan yang dijalankan oleh
suatu perusahaan tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
pengendalian persediaan secara terinci menurut Sofjan Assauri
(2008 : 177)
a)
dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan
sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan
produksi.
b)
Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan
tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan.
c)
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat
dihindari karena ini akan mengakibatkan biaya pemesanan
terlalu besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.
Teori Economic Order Quantity (EOQ)
a.
Pengertian Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Hansen dan Mowen (2007 : 473), Economic
Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan ekonomis adalah
sebuah
contoh
dari
sistem
persediaan
yang
bertujuan
menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimalkan total
biaya.
Adapun Carter (2009: 314) dalam bukunya Akuntansi
Biaya berpendapat bahwa Economic Order Quantity atau
kuantitas pemesanan ekonomis adalah jumlah persediaan yang
dipesan pada suatu waktu yang meminimalkan biaya persediaan
tahunan.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Economic
Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode pembelian
bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap kali
pembelian dengan meminimalkan biaya persediaan.
b.
Kebijakan Economic Order Quantity (EOQ)
Untuk mengoptimalkan pembelian bahan baku yang dapat
menekan
biaya
persediaan
sehingga
terwujud
efisiensi
persediaan bahan baku, perusahaan perlu menentukan kebijakan
Economic Order Quantity (EOQ), Safety Stock (SO), dan Re
Order Point (ROP) sebagai berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
a)
Menentukan Jumlah Bahan Baku yang Ekonomis
Dalam rangka proses produksi, setiap perusahaan
manufaktur akan melakukan pembelian bahan baku.
Pembelian
bahan
baku
tersebut
dilakukan
untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan selama satu periode
tertentu dengan biaya yang minimal agar perusahaan tidak
kekurangan bahan baku. Agar pembelian dan persediaan
bahan baku optimal, dalam perhitungan biaya dapat
digunakan metode Economic Order Quantity atau EOQ,
yaitu jumlah atau kuantitas bahan baku yang dapat
diperoleh dengan biaya minimal. Adapun Economic Order
Quantity dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu biaya
penyimpanan per unit, biaya pemesanan per pesan,
kebutuhan bahan baku untuk satu periode, dan harga
pembelian.
b)
Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Dalam
perusahaan
manufaktur
diperlukan
ketersediaan bahan baku untuk menjamin kelancaran
produksi. Persediaan bahan baku itu disebut persediaan
pengaman, yang oleh Hansen dan Mowen (2007 : 474)
bahwa persediaan pengaman adalah persediaan ekstra
yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan.
Adapun Martono dan Harjito (2008:88) juga berpendapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
senada dengan kedua pendapat tersebut bahwa persediaan
pengaman adalah persediaan minimal yang ada di
perusahaan
untuk
berjaga-jaga
apabila
perusahaan
kekurangan barang atau ada keterlambatan bahan yang
dipesan sampai di perusahaan. Atas dasar beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa persediaan
pengaman merupakan jumlah persediaan bahan baku
minimal yang harus ada untuk menjaga kemungkinan
keterlambatan bahan baku yang akan dibeli perusahaan.
Meskipun dalam pembelian bahan baku sudah
menggunakan EOQ, kenyataannya masih bisa terjadi out
of stock (kehabisan persediaan) dalam proses produksi.
Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi
sebelum pembelian atau pemesanan yang berikutnya
datang.
Mengacu pada hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa persediaan pengaman penting dalam perusahaan
manufaktur karena pada kenyataannya jumlah bahan baku
yang diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat
seperti yang direncanakan. Menurut Hansen dan Mowen
(2007 : 475), persediaan pengaman (safety stock) dapat
dihitung melalui perkalian tenggang waktu dengan selisih
antara tingkat penggunaan bahan baku maksimal dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
tingkat rata-rata penggunaan.
c)
Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point)
Perusahaan juga harus menentukan Re Order Point
(titik pemesanan kembali) apabila besar persediaan
pengaman telah diketahui. Menurut Hansen dan Mowen
(2005: 470), Re Order Point adalah titik waktu di mana
sebuah pesanan baru harus dilakukan (atau persiapan
dimulai). Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat
Martono dan Harjito (2008: 88) bahwa Re Order Point
adalah saat harus diadakan pesanan lagi sehingga
penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu
persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Adapun
menurut Carter (2009: 319), titik pemesanan kembali yang
disebutnya sebagai Re Order Point adalah saat jumlah
persediaan yang tersedia dan jumlah persediaan yang akan
diterima sama dengan jumlah persediaan yang akan
digunakan selama waktu tunggu dan jumlah persediaan
pengaman. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa titik pemesanan kembali atau Re
Order Point adalah saat perusahaan harus mengadakan
pemesanan kembali bahan baku sehingga datangnya
pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang
ada dalam persediaan pengaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Titik
pemesanan
kembali
bahan
baku
perlu
ditentukan dengan cermat karena kekeliruan pemesanan
kembali bahan baku dapat mengakibatkan proses produksi
terganggu. Menurut Martono dan Harjito (2008: 88),
dalam
menentukan titik pemesanan kembali perlu
diperhatikan dua faktor berikut.
a)
Penggunaan Bahan Selama Lead time.
Lead time adalah masa tunggu sejak pesanan
bahan dilakukan sampai dengan bahan tersebut tiba
di perusahaan. Waktu tunggu berbeda-beda antara
barang yang satu dengan lainnya. Di samping itu,
waktu tunggu juga ditentukan oleh jarak antara
perusahaan dan sumber bahan, alat transportasi, dan
sebagainya. Selama waktu tunggu, proses produksi
di perusahaan tidak boleh terganggu. Oleh karena itu,
penggunaan bahan selama waktu tunggu perlu
diperhitungkan dengan cermat sehingga perusahaan
tidak sampai kekurangan bahan.
b)
Safety stock (persediaan pengaman)
Persediaan
minimal
yang
pengaman
ada
dalam
adalah
persediaan
perusahaan
untuk
berjaga-jaga apabila perusahaan kekurangan barang
atau ada keterlambatan bahan yang dipesan sampai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
di
perusahaan.
Untuk
menghindari
terjadinya
kehabisan persediaan (out of stock) dan untuk
meminimalkan biaya penyimpanan, pesanan harus
dilakukan sehingga tiba pada saat unit terakhir
dalam persediaan digunakan. Menurut Hansen dan
Mowen (2005: 474), menghitung titik pemesanan
kembali (Re Order Point), dapat dilakukan dengan
mengalikan tingkat penggunaan bahan baku dengan
tenggang waktu (lead time).
c.
Model Kuantitas Pesanan Ekonomis
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 92), model
kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) adalah salah satu teknik
kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari
pemesanan dan penyimpanan. Teknik ini relatif mudah
digunakan tetapi didasaarkan pada beberapa asumsi :
a)
Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
b)
Waktu tunggu yakni waktu antara pemesanan dan
penerimaan pesanan diketahui dan konstan.
c)
Penerimaan
persediaan
bersifat
instan
dan
selesai
seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah
pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
d)
Tidak tersedia diskon kuantitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
e)
Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau
melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya
menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya
penyimpanan).
f)
Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dan dapat
sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada
waktu yang tepat.
Gambar 2.1 Persediaan dalam Waktu Tertentu
Tingkat Persediaan
Tingkat Penggunaan
Persediaan minimum
Kuantitas pesanan = Q
(tingkat persediaan
maksimum)
Persediaan rata-rata
yang tersedia
 Q*


 2 
Persediaan
minimum
0
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 93)
Dengan asumsi seperti diatas, maka tahapan untuk
mencari jumlah pemesanan yang menyebabkan biaya minimal
adalah sebagai berikut :
a)
Mengembangkan persamaan untuk biaya pemesanan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
b)
Mengembangkan persamaan untuk biaya penahanan atau
penyimpanan.
c)
Menetapkan biaya pemasangan sama dengan biaya
penyimpanan.
d)
Menyelesaikan persamaan dengan hasil angka jumlah
pemesanan yang optimal.
Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus :
2.D.S
H
EOQ =
Keretangan :
EOQ
=
Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*)
D
=
Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S
=
Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan
H
=
Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun
Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk
mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain :
Q*
2
Persediaan rata - rata yang tersedia =
Jumlah pesanan yang diperkirakan 
Biaya pemesanan tahunan =
D
Q*
D
.S
Q*
Biaya penyimpanan tahunan =
Q*
.H
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Total harga per unit = Harga per unit x D
Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya
pemesanan
tahunan
+
Biaya
penyimpanan tahunan
d.
Efisiensi Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode
pembelian bahan baku yang optimal yang dilakukan pada setiap
kali pembelian dengan meminimumkan biaya persediaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Harahap dan Indra (2008: 4)
menyimpulkan bahwa Economic Order Quantity memiliki
beberapa efisiensi sebagai berikut.
a)
Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu
konstan.
b)
Permintaan
konsumen,
biaya
pemesanan,
biaya
transportasi, dan waktu antara pemesanan barang sampai
dengan barang tersebut dikirim dapat diketahui secara
pasti dan bersifat konstan.
c)
Harga per unit barang konstan dan tidak memengaruhi
jumlah barang yang akan dipesan nantinya.
d)
Pada saat pemesanan barang tidak terjadi kehabisan
barang atau back order yang menyebabkan perhitungan
menjadi tidak tepat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
e)
e.
Biaya penyimpanan per unit per tahun konstan.
Frekuensi Pembelian
Analisis
frekuensi
pembelian
digunakan
untuk
menghitung berapa kali pemesanan yang dilakukan tiap
tahunnya. Dengan menggunakan acuan dari hasil perhitungan
dari metode EOQ (Render, 2011) adalah sebagai berikut:
Keterangan :
f.
I
= Frekuensi pembelian
D
= Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
Q*
= Jumlah optimal barang per pemesanan
Re Order Point (ROP)
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010 : 99), titik
pemesanan ulang (Re Order Point) yaitu tingkat persediaan
dimana ketika persediaan mencapai tingkat tersebut, pemesanan
harus dilakukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 2.2 : Titik Pemesanan Ulang (Re Order Point)
Tingkat Persediaan
Kemiringan = unit/hari = d
Q*
ROP
(unit)
Waktu tunggu = L
Waktu (hari)
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render (2010 :100)
Keterangan :
Q* adalah kuantitas pesanan optimum, dan waktu tunggu
mempresentasikan waktu antara penempatan pesanan dan
penerimaan pesanan.
Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut :
ROP = d x L
Keterangan :
d = Permintaan per hari
L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari
Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan
selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah
konstan.
Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu
tahun :
Permintaan per hari =
g.
D
Jumlah hari kerja per tahun
Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Menurut Freddy Rangkuty (2007 : 10), pengertian safety
stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan (stock out). Stok cadangan ini disimpan untuk memenuhi
permintaan musiman atau siklus.
Menurut Sofjan Assauri (2007 : 186), Faktor-faktor yang
menentukan besarnya persediaan pengaman adalah :
a)
Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan
bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama
periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan
baku pada masa sebelumnya.
b)
Faktor Waktu atau Lead time (Procurement Time)
Didalam pengisian kembali persediaan terdapat
suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat
mengadakan pesanan untuk menggantikan atau pengisian
kembali
persediaan
dengan
saat
penerimaan
barang-barang yang dipesan tersebut.
Menurut Fien Zulfikarijah (2007 : 144-145) ada beberapa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
faktor yang dapat menyebabkan perusahaan melakukan safety
stock, yaitu :
a)
Biaya atau kerugian yang disebabkan oleh stock out tinggi.
Apabila bahan yang digunakan untuk proses produksi
tidak tersedia, maka aktivitas perusahaan akan terhenti
yang menyebabkan idle tenaga kerja dan fasilitas pabrik
yang
pada
akhirnya
perusahaan
akan
kehilangan
penjualannya.
b)
Variasi atau ketidakpastian permintaan yang meningkat.
Adanya jumlah permintaan yang meningkat atau tidak
sesuai dengan peramalan menyebabkan tingkat kebutuhan
persediaan yang meningkat pula, oleh karena itu perlu
dilakukan antisipasi terhadap safety stock agar semua
permintaan dapat terpenuhi.
c)
Resiko
stock
out
meningkat.
Keterbatasan
jumlah
persediaan yang ada di pasar dan kesulitan yang dihadapi
perusahaan mendapatkan persediaan akan berdampak pada
sulitnya terpenuhi persediaan yang ada di perusahaan,
kesulitan ini akan menyebabkan perusahaan mengalami
stock out.
d)
Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila
perusahaan
memiliki
gudang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
memadai
dan
29
memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah terlalu
besar.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
mengantisipasi
terjadinya stock out.
h.
Jarak Waktu Antar Pesanan
Jarak waktu antar pesan adalah selisih waktu saat
pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya
(Render, 2011). Jarak waktu antar pesanan dapat dihitung
dengan rumus:
Keterangan :
T
= Jarak waktu antar pesanan
W
= Jumlah hari kerja dalam setahun
Q*
= Jumlah optimal barang per pemesanan
D
= Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
B.
Penelitian Terdahulu
Dari kajian teori diatas penelitian terdahulu untuk acuan penelitian ini
adalah :
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
3.
Judul
Penelitian
Ruauw,
Pengendalian
Eyverson
Persediaan
(2011)
Bahan
Baku
(Contoh
Pengendalian
pada
usaha
Grenda Bakery
Lianli, Manado)
Septi
Pengoptimalan
Pandan Sari Persediaan
(2010)
Bahan
Baku
Kacang Tanah
Menggunakan
Metode EOQ
Di PT. Dua
Kelinci Pati
Alat
Penelitian
EOQ,
analisis
safety
stock, ROP,
Maximum
Inventory,
TIC
EOQ, Just
In
Time,
safety
stock ,TIC,
Proyeksi
Kebutuhan
Bahan
Baku
Terjadi penurunan TIC
dan
optimalnya
persediaan bahan baku
dengan
menggunakan
metode EOQ.
Lamidja,
Anastasia
(2014)
EOQ, ROP,
Safety
Stock,
Maximum
Inventory,
TIC
Terjadi
efisiensi
penggunaan bahan baku
dengan
menggunaka
metode EOQ.
Peneliti
Analisis
Persediaan
Bahan
Baku
Kedelai
Pada
Agroindustri
Produk
Susu
Kedelai
Dan
Tahu Cina Di
Taas
Banjer
(Studi
Kasus
Ud. Kembang
Tahu.
Hasil Penelitian
Terjadi
optimalisasi
pembelian bahan baku
tepung terigu dengan
menggunakan
metode
EOQ.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
No.
4.
5.
6.
Judul
Penelitian
Hoon Jung Optimal
and Cerry inventory
M.
Klein policies
for
(2007)
profit
maximizing
EOQ
models
under various
cost functions.
Setyorini
Analisis
(2011)
Pengendalian
Persediaan
Bahan
Baku
Kain
dengan
Metode EOQ
(Economic
Order Quantity)
pada CV. Cahyo
Nugroho
Jati
Sukoharjo
Peneliti
Michel
Chandra
Tuerah
(2014)
Alat
Penelitian
Economic
Order
Quantity,
Geometric
Hasil Penelitian
Terdapat korelasi antara
penggunaan
metode
EOQ
dengan
menggunakan Geometric
Programing Programing
technique
technique, dengan skala ekonomis
Inventory
persediaan bahan baku
Cost
dan biaya persediaan.
Economic
Menunjukkan
bahwa
Order
kebijakan
perusahaan
Quantity
dalam
menentukan
(EOQ),
pembelian bahan baku
frekuensi
belum
mendatangka
pembelian, biaya persediaan yang
total biaya minimum.
Hal
ini
persediaan, disebabkan
karena
persediaan perusahaan
tidak
pengaman menggunaka
metode
(safety
EOQ dalam pengadaan
stock), dan persediaan
bahan
Re Order bakunya.
Point.
Analisis
Economic
Pengendalian
dan
Pengendalian
Order
pengadaan
persediaan
Persediaan
Quantity
bahan baku CV. Golden
Bahan
Baku (EOQ)
KK sudah efektif dalam
Ikan Tuna Pada
memenuhi
CV Golden KK
permintaan
konsumen
karena perusahaan tidak
mengalami
kehabisan
persediaan bahan baku.
Total biaya persediaan
dengan metode economic
order quantity (EOQ)
lebih
efisien
dibandingkan kebijakan
CV. Golden.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Judul Penelitian
Alat
Penelitian
No.
Peneliti
7.
Aju
Mathew,
Prof.E.M.S
Demand
Forecasting For
Economic
omasekaran
Order Quantity
Nair, Asst in
Prof. Jenson Inventory
Joseph
E Management
(2013)
Artificial
neural
network
(AN),
Economic
Order
Quantity
(EOQ),
Exponentia
l
smoothing
(ES)
Dengan
merekomendasikan
model
pengendalian
persediaan,
hasil
menunjukkan perbaikan
dalam peramalan serta
dalam
pengurangan
biaya.
Jadi,
jika
perusahaan
mengikuti
mengimplementasikan
direkomendasikan model
persediaan, mereka akan
mampu mengurangi total
biaya sekitar 20% yang
merupakan
penurunan
biaya untuk menjual
produk.
8
Hayati
Hidayah
(2016)
Economic
Order
Quantity
(EOQ)
Biaya persediaan yang
ditanggung
oleh
perusahaan
terdapat
selisih biaya persediaan
sebesar Rp 182.910.525,dengan demikian dapat
menghemat
biaya
persediaan
apabila
perusahaan
menggunakan
metode
EOQ.
Analisis
Pengendalian
Persediaan
Bahan
Baku
Tepung Terigu
Citarasa Bakery
pada PT Kaltim
Multi
Boga
Utama
di
Bontang
Hasil Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
No.
Peneliti
Judul Penelitian
9.
Rosmiati,
Rustam
Abdul Rauf,
Dafina
Howara
(2013)
Analisis
Economic
Order Quantity
untuk
Menentukan
Persediaan
Bahan
Baku
Keripik Sukun
(Studi Kasus :
Industri Rumah
Tangga
Citra
Lestari
Production)
10.
Ahmad
Taufiq,
Achmad
Slamet
(2014)
Alat
Penelitian
Economic
Order
Quantity
(EOQ), Re
Order
Point
(ROP),
Safety
Stock (SO)
Pengendalian
Economic
Persediaan
Order
Bahan
Baku Quantity
dengan Metode (EOQ)
Economic
Order Quantity
(EOQ)
Pada
Salsa
Bakery
Jerpara
Sumber : Beberapa Jurnal Ilmiah (di olah)
Hasil Penelitian
Jumlah pembelian yang
paling
ekonomis
dilakukan oleh Industri
Citra Lestari Production
yaitu sebanyak 108 buah
setiap kali produksi dan
frekuensi
pemesanan
optimal
yang
harus
dilakukan yaitu sebesar 8
kali. Pemesanan bahan
baku pada saat Lead
Time dan persediaan
bahan
baku
masih
tersedia,
sehingga
industri tidak mengalami
kehabisan
persediaan
untuk pembuatan keripik
sukun.
Persediaan
sebesar
300
buah
sebelum
melakukan
pemesanan kembali. Dan
melakukan
pemesanan
kembali
(Re
Order
Point), Industri harus
mempunyai persediaan
pengaman (Safety Stock)
sebanyak 108 buah.
Bahwa dengan metode
EOQ untuk bahan baku
tepung terigu dan gula
pasir
lebih
efisien
dibanding dengan metode
Konvensional
yang
digunakan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
C.
Kerangka Pemikiran
Menurut Sugiyono (2012: 89) Kerangka berfikir merupakan sintesa
tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan. Dalam penelitian ini kerangka pemikirannya adalah:
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran
Pengendalian Persediaan
Bahan Baku
Efisiensi Biaya Persediaan
Efisiensi Biaya Persediaan
Sumber: Diolah oleh peneliti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
D.
Hipotesis
Dari kerangka penelitian diatas, maka hipotesis untuk penelitian ini
adalah sbb:
H1 : Diduga jumlah pesanan yang ekomis berdasarkan metode EOQ
kurang dari rata-rata pembelian yaitu 34.917 kg.
H2 : Diduga frekuensi pemesanan berdasarkan metode EOQ sama
dengan aktual perusahaan yaitu 12 kali.
H3 : Diduga pemesanan kembali terjadi pada saat persediaan mencapai
stok kurang dari rata-rata persedian awal yaitu 18.474 kg.
H4 : Diduga persediaan pengaman yang efisien dapat ditentukan dengan
metode EOQ.
H5 : Diduga jarak waktu antar pesanan efisien sama dengan aktual
perusahaan yaitu 14 hari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download