Yayasan Spiritia No. 59, Oktober 2007 Sahabat Senandika Newsletter Bulanan tentang Dukungan untuk Odha Laporan Kegiatan Evaluasi tahunan Yayasan Spiritia 22-25 Oktober 2007 Oleh: Caroline Thomas Pada tahun ini, Yayasan Spiritia mengadakan Evaluasi tahunan terhadap program-program yang sudah dilaksanakan selama setahun ini. Kegiatan ini mengundang teman-teman dari Kelompok Penggagas (KP) dan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) untuk mengevaluasi Yayasan Spiritia. Hal-hal yang dievaluasi adalah program Spiritia yaitu: • Pelatihan keterampilan • Kongres dan pertemuan Odha Wilayah • Diseminasi Informasi • Positive Fund dan ARV Fund • Penguatan Kelompok Dukungan Sebaya. Ringkasan dari seluruh kegiatan evaluasi ini dibagi dalam beberapa poin: Hasil yang telah dicapai, Tantangan, dan Rekomendasi. Berikut ini adalah poin-poin penting yang berhasil didapat sebagai hasil evaluasi: Hasil yang telah dicapai oleh Yayasan Spiritia: • Pembentukan dan penguatan KP dan KDS) di 71 Kabupaten/Kota. • Program-program yang mendukung KP dan KDS: Pelatihan keterampilan yang mendukung pemberdayaan KP dan KDS, Kongres Nasional dan POW, Diseminasi informasi, Dana terbatas, ARV dan Positive Fund, Kegiatan Dukungan KP dan KDS. • Kegiatan-kegiatan Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA di wilayah/ propinsi/KK, dalam peningkatan ketrampilan, advokasi untuk pelayanan kesehatan dan rujukan dan jaringan kerjasama dengan stakeholders • Adanya buku pedoman untuk KP dan KDS Tantangan yang dihadapi oleh Yayasan Spiritia: • Pemberdayaan KP dan KDS dalam hal kuantitas karena cakupan wilayah dan kualitas SDM • Peningkatan sumber daya manusia diperlukan dalam peran dan fungsinya dalam hal: ketrampilan teknis program (advokasi, pelatihan, pengembangan informasi), ketrampilan kepemimpinan, motivator/penggagas dan fasilitator, penguatan organisasi/kelompok dalam upaya pemberdayaan ODHA dan peningkatan kualitas hidupnya • Pengembangan dan distribusi informasi belum dibuat secara kemitraan antara Spiritia dengan KP/KDS dan instansi/ organisasi lain/swasta. Daftar Isi Laporan Kegiatan 1 Evaluasi tahunan Yayasan Spiritia 22-25 Oktober 2007 1 1 Pengetahuan adalah kekuatan 3 Faktor resiko metadon diluar program pengobatan Beralih ke Nevirapine aman untuk yang berpengalaman dengan pengobatan dan CD4 tinggi Harapan vaksin Hepatitis C Vaksin Pneumokokus manjur pada Odha Kotak obat dikaitkan dengan kepatuhan lebih tinggi terhadap ART dan penekanan virus Menyelamatkan bayi: Sebuah kemenangan di Afrika Pojok Info Lembaran Informasi Baru Tips Tips untuk Odha 3 4 5 5 6 6 7 7 7 7 Tanya Jawab 8 Tanya Jawab 8 Positive Fund 8 Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. • Kemandirian dan keberlanjutan KP dan KDS dengan kemampuan untuk mengakses sumber daya dan dana dari berbagai pihak. Rekomendasi yang diberikan oleh temanteman kepada Yayasan Spiritia: • Spiritia perlu meneruskan dan meningkatkan pengembangan, implementasi dan monitoring dan evaluasi atas program-program yang dilakukan • Perlu dikaji dan dikembangkan strategi dan pendekatan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerah • Strategi Spiritia perlu diarahkan untuk kesukarelawanan, kemandirian dan keberlanjutan KP dan KDS, baik secara ideologi maupun sumberdaya manusia dan dana • Perlunya dukungan teknis yang terus menerus dalam meningkatkan kinerja kelompok, baik KP dan KDS • Perlunya meningkatkan Kemitraan yang lebih intensif dengan KP dan KDS untuk penggalian masalah di daerahnya, merespon kebutuhan spesifik ODHA • Meningkatkan jaringan kerjasama dengan berbagai stakeholders untuk pelibatan dan pemberdayaan ODHA dalam mewujudkan kualitas hidup ODHA di Indonesia. • Terus menyalakan api komitmen dan konsistensi perjuangan pemberdayaan ODHA, baik Spiritia, KP dan KDS Pada hari kedua, juga dilaksanakan diskusi terbuka dan teman-teman bisa mengungkapkan apa saja mengenai keluhan, saran, dan pendapat mereka tentang isu HIV/AIDS secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa topik yang didiskusikan dalam kegiatan ini: • KP sebaiknya diinisiasi lebih cepat dan jangan sampai menunggu sampai sudah banyak KDS didaerah, baru memikirkan tentang KP. • Harus ada forum komunikasi antar KP supaya bisa berbagi tentang keadaan atau cara menanggulangi permasalahan yang dihadapi, contohnya: On-job-training dari KDS yang digagasi supaya tahu cara kerja KP, Membuat siklus pergantian KP 2 secara berkala supaya setiap KDS yang digagasi bisa merasa bagaimana menjadi KP, cara KP mengadvokasi kepada pemerintah lokal, dll. • Cara KP dan KDS menyikapi laporan dari Depkes mengenai 20% Odha yang mulai ART dan mangkir (drop out) dan cara-cara KDS untuk bisa membantu mendorong kepatuhan. • KDS di Lapas dan permasalahannya (obat, dokter, kemandirian, klinik VCT (Pokja) sendiri di Lapas, diskriminasi di Lapas, kerjasama dengan ‘orang kunci’ di Lapas) • Membahas kembali Nota kesepahaman (MoU) antara Spiritia dan KDS/KP Yang unik dari kegiatan evaluasi tahun ini, kami juga mengundang stakeholder nasional untuk mendengar secara langsung hasil dari pertemuan 2 hari dengan teman-teman. Selain itu kami juga menggunakan kesempatan ini untuk peserta bertemu dengan stakeholder. Pihakpihak stakeholder yang hadir pada kegiatan ini adalah dari: KPAN, Depkes, IHPCP, USAID, UNAIDS, UNDP, Secara keseluruhan, poin-poin penting yang dilontarkan adalah: • Dari KPA: Sudah baik bahwa sekarang sudah ada pertanggung jawaban LSM diberikan kepada publik. Spiritia telah melakukan fungsi fasilitasi dengan membentuk kelompok komunitas. Secara program, masyarakat masih melihat persoalan HIV adalah persoalan Odha padahal dalam 20 tahun, masalah HIV adalah masalah kesehatan masyarakat. Tantangan ke depan adalah Yayasan Spiritia harus bisa membuat masyarakat melihat bahwa HIV adalah masalah masyarakat dan bukan Odha saja. KPAN belum bisa menanggulangi persoalan ini tapi ini adalah proses yang harus dijalankan secara bersama-sama. • Dari Depkes: Sekarang lebih dari 150 unit RS dari pusat yang mendistribusikan ARV tetapi ketidaksinambungan kesediaan obat merupakan kendalanya. Oleh karena itu, ke depanna, akan distribusi obat akan diberikan melalui pemerintah Propinsi. Obat baik lini 1 dan lini 2 gratis. Beberapa obat untuk Infeksi Oportunistik sudah gratis namun Sahabat Senandika No. 59 • belum semuanya gratis. Pemeriksaan diusahakan disediakan. Untuk tes CD4 sudah 12 mesin yang disediakan. Untuk level kabupaten masih sulit karena terlalu banyak kabupaten di Indonesia tetapi kita tetap berharap suatu hari nanti akan disediakan. Tahun 2009 diharapkan seluruh kabupaten/kota dapat mengakses ARV. Yayasan Spiritia diharapkan untuk berpartisipasi menghilangkan pola pikir teman-teman yang berpikir bahwa obat yang mahal adalah yang baik. Sebaiknya lini 1 digunakan dulu karena juga baik, kecuali kalo sudah resisten baru beralih ke lini 2. Depkes akan selalu mengirimkan stok obat untuk 6 bulan per pasien. Tetapi Rumah sakit rujukan juga harus meminta ke Depkes melalui prosedur yang berlaku. Dari UNAIDS: Sudah dialokasi kurang lebih 20% dana dari Global Fund yang akan diberikan dan sudah ada kebijakan untuk melibatkan masyarakat madani dan Odha. Tetapi, untuk naik ke tingkat keterlibatan yang lebih besar, dibutuhkan kebijakan yang lebih jelas dan sumber daya yang cukup memadai. Dengan adanya dana tersebut juga, diharapkan masyarakat madani dan KP/KDS tahu cara membuat proposal kepada Global Fund sehingga dana yang tersedia bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Oktober 2007 Pengetahuan adalah kekuatan Faktor resiko metadon diluar program pengobatan Oleh: D. Vlahov et al. Tanggal laporan 7 September 2007 Implikasi terhadap ART di antara pengguna narkoba suntikan “Penyalahgunaan metadon di luar program terapi rumatan terjadi, namun alasan penggunaan ‘metadon jalanan’ tidak dicirikan dengan baik. Pengobatan sendiri untuk sakaw gejala lepas zat adalah satu hipotesis yang masuk akal. Di antara pengguna narkoba yang terinfeksi HIV, beberapa obat antiretroviral (ARV) dapat mengurangi kemanjuran metadon, namun hubungan antara dampak tersebut dan penggunaan metadon sebagai unsur tambahan tetap belum dipastikan,” penulis penelitian menjelaskan. Mereka mencoba memperkirakan frekuensi dan faktor risiko penggunaan metadon jalanan. Para peneliti memantau pengguna narkoba suntikan (injecting drug user/IDU) yang dipilih melalui penjangkauan komunitas secara luas pada 1988-89 dan 1994, dengan memakai angket setiap enam bulan tentang riwayat kesehatan, pengunaan metadon sebagai obat dan narkoba, dan tes terkait HIV. Analisis dilakukan dengan memakaigeneralized estimating equation logistic regression. Analisis terhadap 2.811 IDU yang memenuhi kriteria dan terdaftar menemukan 493 laporan penggunaan metadon jalanan selama masa tindak lanjut 12.315 orang-tahun (4,0/100 orang-tahun). Berdasarkan analisis multivariat, penggunaan metadon jalanan lebih umum di antara perempuan, orang berkulit putih, orang berusia 40-59 tahun, mereka yang melaporkan sakaw, kehadiran program riwayat metadon (6-12 bulan sebelum kunjungan), penggunaan heroin suntikan dengan atau tanpa kokain (tetapi tidak kokain saja) saat ini, menghisap atau menghirup heroin dan laporan menjajakan seks. Infeksi HIV atau pengobatannya tidak terkait dengan metadon jalanan. “Hasil memberi kesan bahwa IDU yang lebih tua yang masih memakai heroin mungkin memakai metadon jalanan untuk mengobati sakaw. Ketiadaan tingkat penggunaan metadon jalanan yang lebih tinggi pada IDU HIV-positif 3 mengungkapkan bahwa interaksi antiretroviral/ metadon bukan penentu primer penggunaan di luar rangkaian pengobatan,” penulis menyimpulkan. Ringkasan: Risk Factors for Methadone Outside Treatment Programs: Implications for HIV Treatment Among Injection Drug Users Sumber: Addiction Vol. 102; No. 5: P. 771-777 Beralih ke Nevirapine aman untuk yang berpengalaman dengan pengobatan dan CD4 tinggi Oleh: Michael Carter, aidsmap/ com. Tanggal laporan: 6 September 2007 Pasien yang mengalami peningkatan jumlah CD4 setelah memulai terapi antiretroviral (ART) dapat secara aman mengganti terapi ke rejimen yang mengandung NNRTI nevirapine. Hal ini berdasarkan penelitian di India yang diterbitkan dalam jurnal AIDS edisi 15 Agustus 2007. Memulai ART dengan rejimen yang mengandung nevirapine pada saat jumlah CD4 lebih tinggi mungkin berisiko toksisitas hati berat. Karena alasan ini, maka dianjurkan agar laki-laki dengan jumlah CD4 di atas 400 dan perempuan dengan jumlah CD4 di atas 250 tidak boleh memulai ART dengan kombinasi obat yang mengandung nevirapine. Data dari Eropa memberi kesan bahwa aman bagi pasien yang mengalami peningkatan jumlah CD4-nya untuk kemudian beralih ke nevirapine. Tetapi, data terbatas tentang keamanan penggantian ke nevirapine pada pasien yang berpengalaman dengan pengobatan di rangkaian terbatas sumber daya. Oleh karena itu para peneliti di India melakukan penelitian prospektif yang melibatkan 36 orang yang sudah memulai ART dengan rejimen berbasis efavirenz. Semua pasien memulai terapi dengan jumlah CD4 200 atau kurang, atau antara 201-350 apabila mereka sudah mengembangkan penyakit terdefinisi AIDS. 4 Ketika terapi dengan rejimen berbasis efavirenz dimulai, pasien mempunyai jumlah CD4 rata-rata 162. Ketika efavirenz digantikan dengan nevirapine, jumlah CD4 meningkat menjadi rata-rata 463. Setiap tiga bulan selama setahun berikutnya, pasien menjalani tes darah untuk memantau jumlah CD4 dan fungsi hati. Jumlah CD4 rata-rata meningkat menjadi 562 pada akhir masa tindak lanjut. Fungsi hati tidak berubah secara bermakna dalam 12 bulan setelah beralih ke nevirapine. Bahkan, proporsi pasien dengan peningkatan enzim hati menurun selama masa tindak lanjut. Pada saat pengobatan diganti, lima pasien dengan peningkatan fungsi hati grade 1, dan satu pasien mempunyai peningkatan grade 2. setelah setahun terapi dengan nevirapine, hanya satu pasien dengan peningkatan grade 1 dan tambahan satu pasien yang mempunyai peningkatan grade 2. “Data ini memberi kesan bahwa pasien dengan pemulihan sistem kekebalan ketika beralih ke ART yang mengandung nevirapine ketika CD4-nya meningkat tidak mengalami peningkatan enzim hati”, komentar para peneliti, menambahkan, “penelitian ini memberi kesan bahwa ART berbasis nevirapine pada pasien dengan jumlah CD4 yang meningkat adalah efektif, aman, dan dapat ditahan dengan baik, sementara meningkatkan jumlah CD4.” Para peneliti berkeyakinan bahwa temuan ini dapat memberi dampak penting, menulis “jumlah pasien Odha yang baru ditempatkan dalam terapi nevirapine terus meningkat di dunia. Pemahaman patogenesis toksisitas nevirapine yang lebih baik memungkinkan pedoman pengobatan klinis yang lebih baik.” Selanjutnya, para peneliti berpendapat bahwa temuan mereka dapat mengarah pada penghematan biaya secara bermakna. Mereka mencatat bahwa harga ART berbasis efavirenz hampir dua kali lebih mahal dibandingkan dengan ART berbasis nevirapine. Ringkasan: Switch to nevirapine safe for treatment-experienced patients with high CD4 cell counts Sumber: Kumarasamy N et al. Safety of switching to nevirapinebased highly active antiretroviral therapy at elevated CD4 cell counts in a resource-constrained setting. J Acquir Immune Defic SynDr. 45: 598 – 600, 2007. Sahabat Senandika No. 59 Harapan vaksin Hepatitis C Oleh: Lucy Goodchild, Society for General Microbiology. Tanggal laporan: 3 September 2007 Virus hepatitis C (HCV) menginfeksi hingga 500.000 orang di Inggris saja, dengan banyak infeksi yang tidak terdiagnosis. Ini adalah penyebab tunggal terbesar orang membutuhkan pencangkokan hati di Inggris. Saat ini ilmuwan sudah menemukan antibodi monoklon yang membuat keberhasilan vaksin menjadi kenyataan, para peneliti dalam pertemuan ke-161 Society for General Microbiology di Universitas Edinburgh, Inggris, 3-6 September 2007. Pengobatan hepatitis mahal dan hanya berhasil pada separuh pasien. Pasien yang tidak diobati atau tidak menanggapi dapat mengembangkan sirosis hati, yang membahayakan jiwa atau memerlukan pencangkokan hati. Dalam usaha bersama dengan kelompok di seluruh Eropa dan AS, ilmuwan dari Universitas Nottingham baru-baru ini menemukan antibodi yang berhasil mencegah infeksi dengan banyak rangkaian model HCV di laboratorium. “Kemungkinan klinis dari pekerjaan ini tidak dapat dibesar-besarkan. Menurut pengalaman, vaksin yang berhasil melawan virus memerlukan produksi antibodi, dan mungkin hal ini yang terjadi dengan HCV”, dikatakan Dr. Alexander Tarr dari Virus Research Group di Universitas Nottingham. “Menentukan bagian virus yang dapat dipicu untuk membuat antibodi netralisasi yang reaktif secara luas adalah kejadian penting dalam pengembangan vaksin HCV, yang akan mempunyai dampak manfaat kesehatan yang jelas bagi penderita hepatitis, dan juga dapat menolong kita merancang vaksin untuk penyakit virus kronis lain misalnya HIV”. HCV menyerang 180 juta orang di seluruh dunia. Infeksi virus ini dapat mengakibatkan kanker hati, dan menjadi alasan paling umum untuk pencangkokan hati di Inggris dan AS. Oktober 2007 “Saat ini kami juga sedang meneliti kemungkinan meningkatan tingkat keberhasilan pencangkokan hati dengan cara memberi infus antibodi ini pada orang tersebut” dikatakan Dr. Tarr. “Kami juga memakai informasi yang didapatkan melalui pengenalan dan pencirian tanggapan antibodi terhadap HCV untuk merancang cara baru membuat bakal vaksin. Apabila antibodi yang kami temukan dapat diproduksi melalui vaksinasi, pengendalian penyakit dimungkinan”. Artikel asli: Possible Hepatitis C vaccine Vaksin Pneumokokus manjur pada Odha Oleh: POZ Vaksin pneumokokus polisakarid (polysaccharide pneumococcal vaccine/PPV) sudah sejak lama dianjurkan untuk Odha, tetapi berapa tingkat perlindungannya dalam pencegahan penyakit misalnya meningitis bakteri dan pneumonia? Hasil penelitian di Spanyol yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Infectious Diseases versi internet, memberi pendapat bahwa vaksin tersebut efektif untuk mencegah penyakit yang dapat menjadi berat pada Odha, terlepas dari jumlah CD4 mereka. Penelitian ini termasuk penilaian rekam medis dari 736 pasien HIV-positif, termasuk orang dengan atau tanpa riwayat penyakit yang disebabkan oleh pneumonia streptokokus. Faktor yang meningkatkan risiko penyakit pneumokokus adalah sirosis hati, penyakit gangguan paru kronis (misalnya emfisema) dan kecanduan alkohol. Faktor pelindung termasuk penggunaan ART dan menerima PPV. Menurut pusat pengendalian penyakit (Centers for Disease Control/CDC) AS, risiko infeksi pneumokokus adalah sampai 100 kali lebih besar pada Odha dibandingkan orang dewasa lain yang berusia serupa. Dihimbau agar PPV diberi setiap lima tahun sekali. Walaupun penelitian memberi kesan bahwa orang yang jumlah CD4-nya rendah cenderung tidak menanggapi PPV, penelitian di Spanyol menyimpulkan bahwa PPV ini – dikombinasikan dengan ART – melindungi Odha yang jumlah CD4-nya kurang dari 200. Artikel asli: Pneumococcal Vaccine Effective in Positive People 5 Kotak obat dikaitkan dengan kepatuhan lebih tinggi terhadap ART dan penekanan virus Menyelamatkan bayi: Sebuah kemenangan di Afrika Oleh: Maya L. Petersen, dkk Tgl. laporan: 24 Agustus 2007 Botswana sudah mengurangi tingkat penularan HIV dari ibu-ke-bayi (MTCT) menjadi kurang dari empat persen tahun ini. Hasil dukungan politik dan logistik terhadap kebijakan pencegahan yang kuat. Ini adalah pertama kali di negara berkembang yang mencapai tingkat MTCT mendekati yang terjadi di Eropa dan AS. Di Botswana kurang lebih 34 persen ibu yang hamil terinfeksi HIV. Botswana meluncurkan program pencegahan MTCT pada 2001, tetapi masih banyak ibu yang tidak dites HIV. Pada 2004, Presiden Festus Mogae memprakarsai tes HIV secara sukarela dan secara menyeluruh, sehingga tingkat skrining melonjak hingga lebih dari 90 persen. Program MTCT di Botswana memakai tes HIV 20-menit pada ibu hamil. Pada ibu hamil yang HIV-positif, program tersebut menyediakan AZT selama empat minggu dan kemudian nevirapine dosis tunggal untuk ibu dan anak saat kelahiran. Pada 2005, pemerintah mulai melakukan tes pada bayi dari ibu yang HIV-positif dengan menganalisis DNA darah yang dikeringkan. Hal ini memungkinkan dokter untuk secara cepat membedakan bayi yang sungguh terinfeksi HIV dengan bayi yang mempunyai antibodi HIV karena secara alami disalurkan dari yang ibu HIV-positif pada bayinya. Dalam survei tes DNA darah, infeksi HIV di antara bayi dari ibu yang terinfeksi menurun dari tujuh persen di antara 1.917 menjadi hanya 3.9 persen – atau 51 di antara 1.300 bayi – antara November 2006 dan Februari 2007. Dengan perbandingan, tingkat MTCT di provinsi KwaZulu-Natal di Afrika Selatan pada penelitian 2006 adalah 20,6 persen. Tes DNA yang lebih cepat pada bayi “memberi dukungan moral yang sangat kuat pada setiap orang: petugas kesehatan, yang pada akhirnya melihat keberhasilan usaha mereka, dan untuk para ibu, yang hampir semuanya diberi hadiah bayi yang HIV-negatif,” dikatakan Dr. Tracy Creek, seorang epidemiologis CDC di Botswana. Artikel asli: Saving the Babies: A Victory in Africa Latar belakang. Kotak obat tidak mahal dan mudah dipakai; tetapi dampaknya pada kepatuhan terhadap pengobatan antiretroviral (ARV) belum diketahui. Metode. Data didapatkan dari kelompok penelitian terhadap 245 peserta Odha yang diamati sejak 1996 hingga 2000 di San Francisco, California, AS. Kepatuhan adalah hasil primer dan diukur memakai penghitungan jumlah pil bulanan yang tidak diumumkan sebelumnya. Viral load HIV dalam darah dipertimbangkan sebagai hasil sekunder. Model struktur marjinal dipakai untuk memperkirakan dampak penggunaan kotak obat terhadap kepatuhan dan penekanan virus, disesuaikan terhadap faktor pembaur jumlah CD4, viral load, kepatuhan sebelumnya, penggunaan narkoba, ciri-ciri demografi serta pengobatan saat ini dan sebelumnya. Hasil. Penggunaan kotak obat diperkirakan meningkatkan kepatuhan sebanyak 4,1%-4,5% dan dikaitkan dengan penurunan viral load sebanyak 0,34-0,37 log dan 14,2%-15,7% lebih mungkin mencapai viral load # 400 (rasio odds, 1,8-1,9). Seluruh perkiraan terhadap dampak ini bermakna secara statistik. Kesimpulan. Kotak obat tampak meningkatkan kepatuhan terhadap ART secara bermakna dan meningkatkan penekanan virologi. Kami memperkirakan bahwa kotak obat dapat dikaitkan dengan biaya hampir 19.000 dolar AS per tahun penyesuaian mutu kehidupan. Kotak obat harus dijadikan intervensi baku untuk meningkatkan kepatuhan terhadap ART. Abstrak asli: Pillbox Organizers Are Associated with Improved Adherence to HIV Antiretroviral Therapy and Viral Suppression: A Marginal Structural Model Analysis 6 Oleh: John Donnelly, Boston Globe. Tanggal laporan: 27 Agustus 2007 Sahabat Senandika No. 59 Pojok Info Tips Tips untuk Odha Lembaran Informasi Baru Pada Oktober 2007, Yayasan Spiritia telah menerbitkan 15 lembaran informasi yang direvisi: • Informasi Dasar Lembaran Informasi 001—Daftar Lembaran Informasi • Terapi Antiretroviral Lembaran Informasi 400—Penggunaan Obat Antiretroviral Lembaran Informasi 401—Nama Obat Antiretroviral Lembaran Informasi 410—Terapi Antiretroviral Lembaran Informasi 442—Ritonavir Lembaran Informasi 443—Saquinavir Lembaran Informasi 444—Nelfinavir Lembaran Informasi 446—Lopinavir/Ritonavir Lembaran Informasi 479—Hidroksiurea (urutan baru, ganti 469) Lembaran Informasi 481—Pemulihan Kekebalan (urutan baru, ganti 470) Lembaran Informasi 482—Interleukin-2 (urutan baru, ganti 472) Lembaran Informasi 483—Sindrom Pemulihan Kekebalan (urutan baru, ganti 473) • Infeksi Oportunistik Lembaran Informasi 515—Tuberkulosis (TB) • Efek Samping Lembaran Informasi 555—Neuropati Perifer • Referensi Lembaran Informasi 910—Daftar Interaksi Obat NNRTI/PI Lembaran Informasi 911—Daftar Interaksi Obat NRTI Agar terhindar dari infeksi toksoplasmosis, ikuti langkah-langkah pencegahan infeksi sedini mungkin: 1. Periksakan kucing atau binatang piaraan yang ada di rumah Anda ke dokter hewan, untuk mengetahui apakah binatang tersebut terinfeksi parasit toksoplasma secara aktif atau tidak 2. Apabila kucing atau binatang piaraan tersebut berada pada masa penularan aktif (sekitar 6 minggu), titipkanlah binatang piaraan tersebut pada tempat penitipan binatang piaraan. 3. Jangan biarkan kucing atau anjing makan daging mentah, pergi ke luar rumah, berburu tikus atau burung, dan bermain dengan kucing atau anjing lain. 4. Jangan mengadakan kontak langsung, baik dengan kandang maupun kotoran hewan piaraan. Mintalah orang lain untuk membersihkannya. Jika terpaksa harus membersihkan sendiri, pakailah sarung tangan, dan cucilah tangan Anda sampai bersih. Karena virus tersebut sangat aktif, jangan lupa untuk membersihkan kandang setiap hari. 5. Hindari mengkonsumsi daging mentah atau minum susu yang belum disterilkan. 6. Cuci sampai bersih sayuran dan buahbuahan sebelum Anda konsumsi. 7. Segeralah berobat ke dokter bila ternyata Anda terinfeksi parasit toksoplasma. Untuk memperoleh lembaran revisi ini atau seri Lembaran Informasi lengkap, silakan hubungi Yayasan Spiritia dengan alamat di halaman belakang atau browse ke situs web Spiritia: <http://www.spiritia.or.id> Oktober 2007 7 Tanya Jawab Tanya Jawab T: Saya seorang wanita HIV-positif dan memiliki seorang anak berusia sepuluh tahun yang HIV negatif. Saya tidak pernah menceritakan padanya bahwa saya punya penyakit. Jika mengunjungi dokter, saya katakan padanya bahwa saya sedang mengunjungi seorang bibi. Saya sangat berhati-hati merahasiakan hal ini padanya. Tapi saya pernah berpikir untuk menyusun semacam persiapan adopsi jika saya meninggal nanti. Saya kira, jika hal itu saya lakukan saya akan mengatakan hal sebenarnya pada anak saya. Tapi rasanya saya seperti akan hancur. Ia sangat periang dan polos. Ia membantu saya untuk tetap tegar. Ada saran bagaimana saya harus mengatakan padanya tapi tidak membuat saya dan anak saya hancur? J: Ini merupakan masalah yang rumit dan merupakan beban emosional. Saya sarankan Anda menemui seorang ahli terapi keluarga untuk menyusun strategi mengungkapkan kondisi kesehatan Anda pada anak. Saya sangat yakin bahwa rahasia di dalam suatu keluarga itu tidak sehat, dan sebenarnya Anda bermaksud untuk melindungi anak. Pada kenyataannya Anda hanya melindungi diri sendiri. Dengan segala cara, Anda harus menyusun persiapan tentang siapa yang akan merawatnya nanti. Bukan hanya pada saat akhir hidup Anda, tapi mulai ketika Anda dirawat di rumah sakit. Ini penting untuk menjadi orang tua yang bertanggung jawab dan untuk memastikan bahwa harapan Anda bisa dilanjutkan jika penyakit Anda menjadi semakin parah atau memburuk. Saya pikir, keterbukaan Anda mengenai kondisi kesehatan Anda lebih menguntungkan daripada ketidaknyamanan yang akan terjadi pada awalnya. Memang ini akan menjadi bahan pembicaraan yang menyakitkan, tapi pada akhirnya akan membuat Anda berdua lebih dekat. Berhati-hatilah agar tidak membanjirinya dengan informasi yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan atau yang bisa dipahami oleh anak Anda. Pertanyaan dijawab oleh: Michael Shernoff, MSW Positive Fund Laporan Keuangan Positive Fund Yayasan Spiritia Periode Oktober 2007 Saldo awal 1 Oktober 2007 19,694,919 Penerimaan di bulan Oktober 2007 300,000+ _________ Total penerimaan 19,994,919 Pengeluaran selama bulan Oktober : Item Jumlah 127,000 Pengobatan Transportasi Komunikasi 0 0 Peralatan / Pemeliharaan Modal Usaha 0 2,980,000+ Total pengeluaran _________ 3,107,000- Saldo akhir Positive Fund per 31 Oktober 2007 16,887,919 Sahabat Senandika Diterbitkan sekali sebulan oleh Yayasan Spiritia dengan dukungan THE FORD ATION FOUNDA FOUND Kantor Redaksi: Jl. Johar Baru Utara V No 17 Jakarta Pusat 10560 Telp: (021) 422 5163 dan (021) 422 5168 Fax: (021) 4287 1866 E-mail: [email protected] Editor: Caroline Thomas Copyright 2002 Yayasan Spiritia. Izin dikeluarkan bukan untuk diperdagangkan, sehingga bila mengutip isinya Anda harus mencantumkan sumber (termasuk alamat dan nomor telepon). Semua informasi di dalam Sahabat Senandika sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter. 8 Sahabat Senandika No. 59