Bk Prisos Remaja Kelompok I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia, karena informasi diposisikan sebagai inti dari suatu proses interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan komunikasi verbal maupun non verbal antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, dan informasi digunakan dalam upaya menyampaikan maksud dari sebuah interaksi. Informasi bisa dimanifestasikan dalam bentuk yang beragam, seperti bahasa, mimik muka, gerakan tubuh dan banyak hal lainnya yang menajdi simbol-simbol makna suatu informasi. Sejalan dengan kebutuhan akan adanya informasi dalam keseharian manusia, perkembangan teknologi mengantarkan manusia menuju peradaban modern dengan hadirnya media informasi seperti koran, radio, televisi, bahkan internet sebagai sarana pemerolehan informasi. Peran dan fungsi dari media-media tersebut pada mulanya hanya sebatas alat pemenuhan kebutuhan akan informasi saja, tetapi seiring berkembangnya zaman, peran dan fungsi media sebagai penyedia informasi mulai meluas. Media-media tersebut sudah tidak lagi hanya sebatas sarana untuk memperoleh informasi, lebih daripada itu media kini sudah hadir dengan menyuguhkan beragam hiburan. Beraneka hiburan disajikan guna memdapatkan daya tarik bagi para penggunanya, sehinga munculah beragam acara atupun tulisan yang memberikan suatu hiburan bagi para pengguna media tersebut. Salah satu hiburan yang memiliki banyak penikmat seperti sinetron, seringkali mempertunjukan hal-hal yang merugikan khalayak. Sebagai contoh, penggambaran lingkungan sekolah yang terlihat kurang etis untuk budaya dan kebiasaaan orang di Indonesia sehingga memberikan contoh yang kurang baik bagi para pelajar yang mengimitasi apa yang diperlihatkan dalam sinetron tersebut. Selain itu, dengan munculnya peran-peran kocak, lucu, ataupun peran yang jadi bahan olok-olok, menjadi sumber masalah baru bagi orang-oang yang secara tidak sengaja digambarkan jelek. Seperti tayangan yang menggambarkan sosok orang gemuk yang selalu menjadi bahan perolokan, kegemukkan yang selalu diposisikan sebagai suatu hal yang memalukan. Penayangan acara hiburan yang senantiasa menggambarkan sosok lucu, kocak, ataupun sosok yang sering jadi bahan cemoohan, dapat dicontohkan dalam sebuah sinetron remaja di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “pacarku gemuk”. Tayangan ini 1 Bk Prisos Remaja Kelompok I memperlihatkan bahwa sosok orang gemuk selalu menjadi hal yang mengerikan, memalukan, dan bahkan sering diposisikan sebagai objek yang menderita. Oleh karena itu, tidak jarang orang gemuk menjadi malu atau tidak percaya diri setelah melihat tayangan-tayangan itu. Kebutuhan akan informasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, dan peran media sangat penting dalam menunjang pemenuhan kebutuhan tersebut. Pemenuhan kebutuhan manusia terhadap informasi selalu disertai dengan adanya penayangan selingan hiburan, tetapi selingan tersebut seringkali menjadi bumerang bagi para penikmat sinetron. Contoh kasus Ai mahasiswi berumur 19 tahun yang tidak percaya diri, merasa tayangan sinetron membuat dirinya jadi bahan ejekan di kampus. Disamping itu, kegemukan dewasa ini menjadi salah satu masalah dikalangan remaja. Fenomena media yang berhubungan dengan pendiskreditan orang-orang gemuk, semakin menjadi sumber masalah baru dalam keseharian remaja. Pada intinya sumber dari permasalahan tersebut ada pada penerimaan dan konsep diri dari para remaja yang mengalami kegemukan, dimata mereka kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing dan proporsional, merupakan idaman bagi mereka. Berangkat dari fenomena tersebut yang sering terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi remaja dan juga termasuk orang dewasa. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang obesitas merupakan hal yang penting dan makalah ini berupaya membahas tentang obesitas dan kaitannya dengan konsep diri. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah obesitas dan kaitannya dengan konsep diri adalah : 1. Bagaimana konsep diri (Self Concept) ditinjau dari berbagai teori-teori yang mendukung, berkitan dengan pengertian, unsur-unsur dan faktor penyebabnya. 2 Bk Prisos Remaja Kelompok I 2. Bagaimana obesitas dikaji dari sudut pandang konsep diri, dalam hal pengertian, permaslahan yang dihasilkan, dan faktor-faktor penyebabnya. 3. Bagaiamana teori-teori konseling memandang obseitas dalam permasalahan konsep diri dan teknik konseling kasus obesitas remaja. C. Pemecahan Masalah Metode atau teknik pemecahan masalah dalam menyusun makalah obesitas dan kaitannya dengan konsep diri dengan melakukan studi literatur melalui pengkajian, pembahasan dan penganalisisan teori-teori yang sudah ada yang dianggap relevan dengan topik makalah. D. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan masalah. Pemecahan masalah, Sistematika Penulisan BAB II DESKRIPSI TEORI terdiri dari: Konsep diri, Faktor Penyebab konsep diri, Kaitan Self Concept Dan Permasalahan Remaja. BAB III OBESITAS PADA REMAJA terdiri dari : Obesitas, Teori Konseling, Teknik Konseling, Skenario sosiodrama BAB IV PENUTUP terdiri dari : Penutup dan Kesimpulan 3 Bk Prisos Remaja Kelompok I BAB II DESKRIPSI TEORI A. Konsep Diri (Self Concept) 1. Definisi Konsep Diri Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya (self). Baik menyangkut aspek fisik, psikis dan sosial. Konsep diri memegang pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan individu. Karena konsep diri merupakan landasan bagi individu dalam berperilaku. Hal ini disebabkan konsep diri merupakan cerminan individu dalam berpikir, berasumsi dan memandang dirinya secara subyektif menurut pemahamannya pribadi. Mencakup, kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan, dan penampilan. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik atau minder (unsur kepribadian) terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung akan bersikap menarik diri dari pergaulan dengan orang lain atau lingkungan sekitar (unsur perilaku). Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian dan akhir segalanya, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan, pengalaman, pelajaran dan hikmah hidup yang sangat berharga untuk dijadikan bekal pelajaran dalam memandang dan bebuat untuk hari esok. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat potensi serta hal-hal yang positif yang dapat diberdayakan secara optimal untuk mencapai kesuksesan hidup di masa yang akan datang. 4 Bk Prisos Remaja Kelompok I 2. Unsur-Unsur Dalam Konsep Diri Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur sebagai berikut : a. Penilaian diri adalah bagaimana seorang individu memandang, memahami, mempersepsi dan menilai dirinya. Aspek yang terkait dalam pengendalian diri adalah sebagai berikut : a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita. b. Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif. c. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan kita miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita. Sebaliknya, kalau kita merasa tidak puas dan meilai buruk keadaan fisik kita maka konsep diri kita juga negatif atau kita jadi memiliki perasaan rendah diri. b. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana kita menerima penilaian lingkungan sosial pada diri kita. Penilaian sosial terhadap diri kita yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri kita. c. Self image atau citra diri, yaitu merupakan: a. Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi. b. Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai, yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh ideal yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita. c. Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberatan diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri. Disamping ketiga unsur di atas, terdapat satu unsur lagi yang disebut body image, menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsikankan dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. 5 Bk Prisos Remaja Sebenarnya, apa Kelompok I yang remaja pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif. B. FAKTOR PENYEBAB KONSEP DIRI Menurut Jacinta F. Rini dalam (www.e-psikologi.com) faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang disebabkan oleh beberapa hal. Baik yang berasal dari dirinya sendiri (faktor internal), maupun faktor yang berasalal dari orang lain atau lingkungan (faktor eksternal). 1. Pola asuh orang tua Pola asuh orang tua menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang. 2. Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna. 3. Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya “gemuk” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan orang. 6 Bk Prisos Remaja Kelompok I 4. Kritik internal Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik. 5. Merubah Konsep Diri Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif : a. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do the best you could in every way.... b. Hargailah diri sendiri Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ? c. Jangan memusuhi diri sendiri Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan 7 Bk Prisos Remaja Kelompok I ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep dirinya. d. Berpikir positif dan rasional Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga. C. KAITAN SELF CONCEPT DAN PERMASALAHAN REMAJA Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri (self identity), dalam kenyataannya remaja sering melakukan berbagai kegiatan yang pada akhirnya remaja akan menemukan sebenarnya identitas seperti apa yang tepat dan bermanfaat bagi dirinya. Namun yang terjadi justru remaja sering mengalami permasalahan dalam melihat dirinya. Baik yang bersifat kelebihan maupun kekurangan. Kebanyakan remaja sering melihat kelemahan dirinya sebagai hal yang sangat mengganggunya atau membuat dia tidak nyaman atau tidak percaya diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Hal seperti inilah yang membuat remaja sering mengasumsikan dirinya sendiri secara negatif. Sebagai contoh : - “Badan Saya gemuk” (fisik) - “Saya Pintar” (Psikis) - “Saya malu untuk bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan anak laki-laki” (Sosial) Kesulitan remaja dalam membuat konsep dirinya yang positif inilah yang menjadi masalah pada dirinya baik yang menyangkut aspek fisik, psikis maupun sosial. Seperti contoh ungkapan di atas, remaja yang pada awalnya merasa kegemukan, kemudian merasakan kecemasan yang irasional seperti saya malu atau tidak percaya diri untuk bergaul atau berteman dengan teman yang tubuhnya langsing atau normal. Terutama dengan teman lakilaki, karena mereka tentu tidak tertarik pada tubuh saya yang gemuk dan tidak menarik. Inilah yang disebut kekeliruan individu dalam membuat self concept bagi dirinya. 8 Bk Prisos Remaja Kelompok I Dalam teori psikologi, permasalahan seperti yang diuraikan diatas dibahas dalam teori RET (Rational Emotive Teraphy). Diposisikan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Jadi self concept yang menjadi permasalahan bagi remaja terjadi ketika seorang remaja itu membuat asumsi-asumsi negatif atau irasional, yang pada akhirnya membuat aspek perkembangan fisik, psikis dan sosialnya terganggu. 9 Bk Prisos Remaja Kelompok I BAB III OBESITAS PADA REMAJA A. Obesitas 1) Pengertian Obesitas Obesitas dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya. Obesitas atau kegemukan dapat disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan sehingga badan menjadi gemuk. 2) Permasalahan atau kasus Obesitas Seorang remaja yang bernama Ai (19 tahun), sebagaimana gadis remaja lainnya ingin tampak cantik menarik perhatiaan dari lawan jenis. Tapi dengan berat 84 kg dan tinggi badan 158 cm ia merasa penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis yang menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya. Ia pernah mencoba mengurangi makan dengan tidak makan malam. Usahanya gagal karena ia tidak sanggup menahan lapar. Ia pun mencoba minum jamu berupa serbuk teh dibarengi makan salad dan minum jus buah, nasi dikurangi. Kadang nasi digantikan kentang rebus. Berat badannya sempat turun 5 kg, tetapi ia tidak mampu bertahan. "Tehnya terlalu pahit dan saya kelaparan," begitu alasannya. Kesulitan dalam mengurangi berat badannya, Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk atau tidak proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul dengan teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial). Kini Ai kembali makan nasi atau mie tiga kali sehari. Ia juga mengudap goreng-gorengan kegemarannya, dan ngemil cokelat favoritnya. Mengikuti ajakan teman-temannya yang memang juga hobi makan seperti dirinya, ia kembali jajan bakso di kampus dan sering makan steak ayam. Akibatnya bisa diduga, berat badannya meroket kembali dan masalah yang ingin ia selesaikan tidak teratasi.” Dari : Majalah Nirmala. 3) Faktor Penyebab Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian (dalam www. e-psikologi.com, oleh : Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.), obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor- 10 Bk Prisos Remaja Kelompok I faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak atau olahraga, emosi, dan faktor lingkungan : a. Genetik Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar. b. Kerusakan Pada Salahsatu Bagian Otak Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak atau hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. c. Pola Makan Berlebihan Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk 11 Bk Prisos Remaja Kelompok I keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. d. Kurang Gerak atau Olahraga Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal. e. Pengaruh Emosional Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan atau tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang 12 Bk Prisos Remaja Kelompok I gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan. Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang membosankan. f. Lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan. Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kegemukan seperti tertulis diatas Anda akan menemukan penyebab mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut. Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali. 13 Bk Prisos Remaja Kelompok I B. TEORI KONSELING Kasus obesitas dapat dipandang dengan menggunakan teori RET (Rational Emotif Therapy) yang diperkenalkan oleh Albert Ellis pada tahun 1958, Ellis berpendapat manusia itu bersifat rasional dan irasional. Istilah Rational Emotive Therapy (RET) dapat dideskripsikan dengan mengatakan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berpikir dan akal sehat atau rasional thinking, berperasaan atau emoting dan berperilaku atau akting, serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Dalam memahami permasalahan individu, Ellis berkeyakinan bahwa emosi dan gangguan emosional merupakan hasil dari pemikiran, gagasan atau konstruk-konstruk individu yang salah dan tidak logis tentang suatu situasi yang khusus (George dan Christiani, 1981) Jika orang dapat mengubah keyakinan, mereka yang irasional dengan keyakinan yang rasional, maka mereka akan terhindar dari penderitaan dan dapat menikmati hidupnya (Wessler,1986). Ellis juga menggambarkan tiga bidang problem yang menunjukkan orang memegang keyakinan irasional yaitu: a) Diri mereka harus sempurna b) Orang lain harus sempurna c) Lingkungan harus menjadi suatu tempat kehidupan yang sempurna (Thomson dan Rudolph, 1983). Sesuai dengan kasus obesitas pada Ai Marifah, terdapat beberapa pernyataan irasional diantaranya : a. Adanya pernyataan “dengan berat 84 kg dan tinggi badan 158 cm ia merasa penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis yang menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya.”. ketidakpenerimaan dirinya mengakibatkan ia tidak menerima dirinya dan ia berpikir harus sempurna. b. Adanya Pernyataan “Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk atau tidak proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul dengan teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial)”. Ketidakpenerimaan 14 Bk Prisos Remaja Kelompok I terhadap fisiknya menyebabkan ia berpikir lingkungan sosialnya menjadi suatu tempat kehidupan yang sempurna. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat adanya ketidaksesuaian perasaan konseli antara keinginannya menjadi pusat perhatian dan lingkungan sosialnya. Maka permasalahan tersebut dapat digolongkan sebagai gangguan yang dapat merusak konsep diri sebagai akibat dari pola pikir yang irasional. Oleh karena itu, teori yang akan digunakan untuk menganalisis kasus tersebut ialah RET (Rational Emotif Therapy). Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal tersebut saling berkaitan. Emosi disebabkan serta dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrestik. Emosi-emosi seseorang dapat dikarenakan pikiran-pikiran yang diciptakan sendiri atau dengan kata lain, emosi merupakan representasi dari pikiran seseorang atau sebaliknya. Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu yang berpangkal pada bicara sendiri (self talk) atau internalisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Adapun konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah : 1. Pemikiran manusia penyebab dasar dari gangguan emosional. 2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional. 3. Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya. 4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan. 5. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa. 6. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization, yaitu mengatakan sesuatu terus menerus kepada diri sendiri. 7. Pemikiran tak logis irasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan psikosis. Masalah-masalah emosional terletak dalam berfikir yang tidak logis. Pikiran yang tidak logis adalah pikiran yang bersifat negatif atau pikiran yang dialihkan dan 15 Bk Prisos Remaja Kelompok I diprasangkakan menjadi sebuah pemikiran yang mempengaruhi emosi. Adapun Tujuan utama Terapi Rasional Emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosional. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara berfikir, merasa, dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional dimasa yang akan datang. Selain itu juga dapat memperbaiki dan merubah sikap, pandangan, cara berfikir, keyakinan serta persepsi yang irasonal menjadi rasional (tak logis menjadi logis) serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri akibat keyakinan yang keliru. Salah satu teori utama mengenai kepribadian adalah teori “A-B-C-D-E” yang merupakan sentral dari teori dan praktek RET, yang secara umum dapat dijelaskan pada bagan sebagai berikut: Komponen A iB rB iC rC Proses Activity, or Action or Agent External event Hak-hal situasi, kegiatan atau peristiwa yang mendahului atau yang menggerakkan individu. Kejadian di luar atau sekitar individu. Irrational beliefes, yakni keyakinankeyakinan irasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal. Self Verbalizations : terjadi dalam diri individu, yakni apa secara terus-menerus ia katakan berhubungan A terhadap dirinya. Rational Beliefs, yakni keyakinankeyakinan yang rasioonal atau layak dan secara empirik mendukung kejadian eksternal. Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak layak yang berasal dari A Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensikonsekuensi rasional atau layak yang dianggap berasal dari rB. Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara empirik mendukung kejadiankejadian eksternal. 16 Bk Prisos Remaja D Dispute irational beliefes, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri individu saling bertentangan. Cognitive Effect of Disputing, yakni CE efek kognitif yang terjadi dari pertentangan dalam keyakinankeyakinan irasional. Kelompok I Validate or invalidate self verbalization : yakni suatu proses self verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak. Change self verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi daripada individu. Behavioral Effect of Disputing, yakni Change behavior, yakni efek dalam prilaku yang terjadi dari terjadinya perubahan perilaku pertentangan dalam keyakinandalam diri individu. BE keyakinan irasional diatas. Terdapat Proses-proses dalam melaksanakan konseling RET ini, yaitu sebagai berikut: 1. Konselor berusaha menunjukkan kesulitan klien yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irasonal dan menunjukkan bagaimana klien harus bersifat rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional. 2. Setelah klien menyadari gangguan perasaan yang bersumber dari pemikiran irasional, maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional. 3. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakkan diri. 4. Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menentang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irasional dan fiktif. 17 Bk Prisos Remaja Kelompok I C. Teknik Konseling Kasus yang terjadi pada Ai Marifah dengan teori RET yaitu A-B-C-D-E. Hal ini dapat diuraikan diantaranya sebagai berikut : Komponen Kejadian dalam kasus A Activity, or Action or Agent Aktivitas yang memicu terjadinya kasus adalah ketika Konseli yakni Ai Marifah tidak menerima keadaan dirinya. Pemikiran irasionalnya yakni ia merasa bahwa dirinya gemuk atau tidak proposional di tubuhnya. iB Irrational beliefes Keyakinan irasional dari konseli yakni ia ingin merubah dirinya agar menjadi pusat perhatian lakilaki di sekitarnya iC Irrational Consequences Dengan adanya keyakinan irasional tersebut, apapun akan dilakukan konseli agar dapat merubah penampilannya menjadi sempurna. Seperti Usahanya menahan lapar dengan mencoba minum jamu berupa serbuk teh dibarengi makan salad dan minum jus buah, bahkan nasi digantikan kentang rebus. D Dispute irational beliefes CE Cognitive Effect of Disputing Munculnya ketidakpercayaan diri yang mendukung tumbuhnya pemikiran negatif konseli akan kekurangan yang ada dalam dirinyab yakni memiliki tubuh tidak proposional. Hasil dari pemikiran irasionalnya dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap dirinya 18 Bk Prisos Remaja Kelompok I yang berlebihan. BE Behavioral Effect of Disputing Adanya perubahan perilaku dalam diri konseli karena pemikiran irasionalnya terhadap dirinya yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan ketidakpenerimaan diri dan menganggap ia harus sempurna. D. Skenario Di sebuah ruang bimbingan dan konseling yang terlihat sudah sepi di mana konselor terlihat sedang merapikan buku yang ada di meja, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah depan, dan ternyata yang datang sebut saja Ai alumni sekolah tersebut. Ai merupakan mahasiswi di perguruan tinggi swasta yang pada masa awal perkuliahan mengalami permasalahan yang berkaitan obesitas sehingga dia sering mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakan dari temannya. kemudian, ia bermaksud untuk “curhat” pada konselor tentang perihal ketidak ‘PD’an dirinya di hadapan teman-temannya. Dialog Permasalahan di perguruan tinggi ketika masa orientasi mahasiwa : Serra : Hai, Gendut. ayo lari, kamu telat, cepat cepat cepat wey. Ai : Ia Ka. Serra : Ia, ia.kamu tuh lari pa jalan. Lihat tuh teman-teman yang lain dah pada didepan. Makanya punya badan jangan segede gajah. Tessa : Heh serra. Dasar kamu. Dia Tuh bukan gajah, kamu tau ga dia apa. Dia tu Mamout . wa haa haa. “mendengar perkataan tersebut, Ai terus berpikir tentang kondisinya. Maka ketika ia bermaen ke sekolahnya ia berniat bercerita kepada guru pembimbingnya. 19 Bk Prisos Remaja Kelompok I Berikut adalah dialognya ketika di sekolahnya : Ai : Selamat siang bu. Konselor : Selamat siang, ada apa? Ada yang bisa ibu Bantu? Kalau tidak salah kamu Ai kan ? Ai : Iya, Bu, benar, saya ingin curhat Bu tentang keadaan saya dikampus. Semoga ibu tidak keberatan dan mau untuk mendengarkan serta memberi pemahaman pada saya agar saya bisa mengatasi masalah yang saya hadapi. Konselor : ah, ibu tidak keberatan koq, kebetulan ibu sedang tidak sibuk nich. Ai : Terima kasih ibu. Gini loh Bu, menurut Ibu saya gemuk ga’ sih? Konselor : ah tidak terlalu gemuk koq! dan menurut ibu kamu sehat dan ceria, memangnya kenapa? Ai : Begini loh Bu, saya ga ‘PD’ banget sama berat dan ukuran badan saya ini. Konselor : Oh begitu, kira-kira boleh Ibu tahu maksud perasaan tidak ‘PD’nya itu seperti apa? Ai : Ya ga PD aja Bu, apalagi ukuran tubuhku ini khan paling besar diantara teman-teman yang lain. Bete banget kan, Bu! Konselor : Mengapa kamu punya perasaan dan persepsi seperti itu dan apa yang membuat kamu memiliki perasaan dan persepsi seperti itu? Ai : Karena saya merasa bahwa saya sangat gemuk. Badan saya tidak proporsional, padahal saya ingin sekali seperti artis di televisi, Bu, mereka cantik, langsing dan menarik. Konselor : Baik-baik, ibu bisa memahami perasaan Ai. Pada saat kamu melihat artis dalam televisi ataupun melihat teman kamu dengan tubuh yang langsing, sehingga kamu ingin seperti mereka. Tapi apakah kamu tidak berfikir positif dulu...maksudnya mungkin saja yang kamu lihat dari penampilan kamu sendiri tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri. Setahu Ibu kamu tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri. 20 Bk Prisos Remaja Ai Kelompok I : Iya Bu, tapi kan saya ingin banget dibilang langsing dan menarik sama teman-teman. Konselor : Lalu, kalau boleh ibu tahu, apa yang sudah kamu lakukan untuk dapat merubah penampilan dan penilaian terhadap diri kamu sendiri? Ai : Pertama saya sudah melakukan program diet baik yang berasal dari buku bacaan maupun saran dari dokter kecantikan dan ahli gizi, kemudian saya memakai produk-produk pelangsing atau penurun berat badan. Pada awalnya memang saya sempat turun beberapa kilo bahkan yang paliung tinggi berat badan saya sempat turun 5 kilo Bu. Tapi, ujung-ujungnya justru saya bukannya mendapatkasn hasil yang saya harapkan malah sekarang berat badan saya naik beberapa kilo, saya jadi frustrasi nich Bu. Konselor : Sekarang Ibu ingin bertanya kepada Ai.. apakah menarik dan cantik itu harus dilihat dari tampilan fisik saja ? Ai : Ya nggak sih ,Bu, cantik menurut saya tidak hanya dinilai dari fisik saja, tetapi dapat pula dinilai dari dalam diri individu seperti tingkat intelektualitasnya, perilakunya, gaya bicaranya. Poko’nya banyak deh, Bu. Konselor : Nah, jadi kamu pahamkan cantik dan menarik itu harus seperti apa? Tidak semua orang menilai kecantikan itu dari segi fisik saja, melainkan benar seperti apa yang kamu katakan tadi. Cantik bisa dinilai dari pintar tidaknya ia dalam berkomunikasi dnegan orang lain, pintar tidaknya ia dalam menguasai pelajaran ataupun pintar tidaknya ia dalam berkelakuan baik dengan orang yang lebih tua ataupun dengan teman-temannya. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tergantung bagaiumana dia bisa mengolah potensi yang dimilikinya agar mampu menutupi kelemahan yang ia miliki. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bersyukur kepada apa yang telah dianugerahkan oileh Allah kepada kita. Karena Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa ada hikmah yang dapat kita petik pelajarannya. Ai : oh, gitu ..ya Bu saya mulai mengerti. Konselor : Lalu apa menurutmu atau penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri? 21 Bk Prisos Remaja Kelompok I Ai : (termenung memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh konselor). Konselor : Terus Ibu ingin bertanya, apakah kamu pernah melihat bahwa ada orang lain yang tidak sesempurna kamu tetapi justru orang itu tetap menjalankan kehidupannya dengan rasa percaya diri yang tinggi? Ai : Ya bu saya pernah melihatnya. Konselor : Terus apa penilaian kamu terhadap mereka? Ai : (Terdiam tidak dapat berbicara dan terlihat sedang berfikir). Konselor : Ibu yakin kamu dapat menumbuhkan rasa percaya diri kamu sendiri dengan mudah. Sekarang Ibu ingin bertanya lagi, menurut kamu apa sih kelebihan yang kamu miliki dan dapat kamu banggakan? Ai : Begini Bu, saya rasa saya cukup cerdas dalam setiap pelajaran. Dan itu ditunjukkan dengan prestasi saya yang selalu mendapat juara kelas. Bukannya narsis lho Bu. Konselor : Oke, akhirnya kamu paham dan menyadari tentang diri kamu sendiri dan sekarang dapat menilai diri kamu sendiri dengan pandangan yang positif, kan? Jangan menganggap bahwa kekurangan pada diri kamu sebagai sesuatu yang dapat menghancurkan prestasi kamu sendiri dalam pelajaran atau potensi dan kelebihan yang kamu miliki. Justru dengan kelebihan kamu seperti kecerdasan yang kamu miliki dalam setiap pelajaran itu dapat menetralisir atau dapat mengikis serta menutupi ketidakpercayaan dan kecemasan pada diri kamu yang terlalu berlebihan. Manfaatkan kecerdasan kamu untuk dapat menilai dirimu dengan positif dan dapat menghilangkan asumsi dan penilaian negatif terhadap diri kamu sendiri. Ai : (Diam dan merenungi). Konselor : Oke.. sekarang bagaimana penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri? Ai : Iya Bu, saya saya sadar. Ternyata untuk apa saya susah-susah ke dokter, menghabiskan ratusan ribu untuk mendapatkan tubuh yang langsing padahal belum tentu disenangi oleh orang lain. karena belum tentu orang yang berpenampilan sempurna mempunyai kepintaran dalam dirinya, iya kan bu? 22 Bk Prisos Remaja Kelompok I Konselor : Iya, betul sekali. Ai : Saya merasa lega Bu, karena akhirnya saya dapat mengetahui kelebihan positif saya dan Insya Allah secara bertahap saya akan mensyukuri apa yang telah dianugerahkan oleh Allah pada saya dan saya akan mulai membangun rasa ‘PD’ dalam diri saya. Konselor : Ya, bagus kalau begitu, Ai. Akhirnya kamu dapat mengetahui dan memanfaatkan kelebihan dan dapat menghilangkan kekurangan atau pemikiran negatif dalam diri kamu. Ai : Iya Bu, tentu saja. Terimakasih ya Bu atas bantuannya dan terimakasih juga telah mau mendengarkan keluhan saya. Konselor : Ya sama-sama, itu memang sudah kewajiban Ibu. Kalau perlu lagi dengan Ibu, segera kemari saja ya, Ai. Ai : Baik ibu. Saya pulang dulu ibu, terimakasih. Assalamualaikum… Konselor : Waalaikumsalam… hati-hati ya, Ai. 23 Bk Prisos Remaja Kelompok I BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pada dasarnya faktor utama yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa remaja ialah ketidakmampuan remaja itu mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka selama masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi. Semua aspek kehidupan individu mengalami perpindahan pada masa ini. Apabila seseorang berhasil melalui masa transisi ini, maka ia tidak akan menemukan hambatan apapun. Namun, apabila seseorang mengalami gangguan, maka ia akan menemukan hambatan/ permasalahan. Apabila ditinjau dari perkambangan fisik dan psikomotorik, faktor yang dapat menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa remaja ialah ketidakmampuan individu untuk menerima perubahan fisik pada dirinya. Apabila perubahan fisik yang terjadi pada dirinya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan, maka hal ini merupakan masalah bagi remaja tersebut. Penerimaan keadaan fisik, psikis dan sosial remaja ini erat kaitannya dengan konsep diri remaja tersebut. Remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya sehingga remaja akan menilai dirinya tidak berdaya, tidak kompeten bahkan ia tidak memiliki motivasi untuk berkembang. Maka dari semua itu, Konsep diri memegang pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan individu terutama remaja yang sedang mencari identitas akan dirinya. Kasus yang dialami Ai dapat menggunakan salah satu teknik konseling yakni teknik RET dengan mengembalikan pikiran irasional kepada pekiran rasional. Pemahaman tentang teori RET ini harus dimiliki konselor sebagai keterampilan dalam membantu konseli. Keterampilam dalam pemahaman teori ini ialah kemampuan memberikan pertanyaan kepada konseli sehingga konseli mampu merenungkan dan menyadari dari tindakan irasionalnya. 24 Bk Prisos Remaja Kelompok I B. REKOMENDASI Makalah ini ditujukan untuk mengidentifikasi salah satu fenomena remaja, yakni obesitas dan kaitannya dengan konsep diri. Setelah melakukan kajian dan analisis terhadap fenomena-fenomena berkaitan dengan obesitas dan konsep diri, kami megajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Diharapkan para praktikan bisa lebih mendalami berbagai sumber-sumber materi, baik berupa artikel-artikel sebagai bahan kajian teoritis utnuk memperkuat kompetensi dalam melakukan konseling, guna menghadapi permasalahanpermasalahan konseli. 2. Konselor diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para siswa dalam konteks remaja, berkitan dengan konsep diri sehingga siswa mampu menerima keadaan dirinya. 3. Materi konsep diri yang dipaparkan dalam makalah ini, kiranya dapat digunakan sebagai salah satu bahan dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling klasikal di sekolah. 25 Bk Prisos Remaja Kelompok I DAFTAR PUSTAKA Santrock. (2003). Adolescence ‘Perkembangan Remaja’. Jakarta: Erlangga. Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntikan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda Burns, R. B. (1993). Konsep Diri. Jakarta: Arcan. Rumini, Sri & Sundari, Siti. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta Yusuf, S dkk. (2004). Pengembangan Diri. Bandung: UPT Layanan Bimbingan dan Konseling, UPI. www. portal.cbn.net.id Tambunan, Raymond. (2001). Kasus Obesitas Kategori Individual (Online). Tersedia : http:// www. e-psikologi.com (24 Septemeber 2008) 26