bab i pendahuluan

advertisement
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia, karena informasi
diposisikan sebagai inti dari suatu proses interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan
komunikasi verbal maupun non verbal antara manusia yang satu dengan manusia lainnya,
dan informasi digunakan dalam upaya menyampaikan maksud dari sebuah interaksi.
Informasi bisa dimanifestasikan dalam bentuk yang beragam, seperti bahasa, mimik muka,
gerakan tubuh dan banyak hal lainnya yang menajdi simbol-simbol makna suatu informasi.
Sejalan dengan kebutuhan akan adanya informasi dalam keseharian manusia,
perkembangan teknologi mengantarkan manusia menuju peradaban modern dengan hadirnya
media informasi seperti koran, radio, televisi, bahkan internet sebagai sarana pemerolehan
informasi. Peran dan fungsi dari media-media tersebut pada mulanya hanya sebatas alat
pemenuhan kebutuhan akan informasi saja, tetapi seiring berkembangnya zaman, peran dan
fungsi media sebagai penyedia informasi mulai meluas. Media-media tersebut sudah tidak
lagi hanya sebatas sarana untuk memperoleh informasi, lebih daripada itu media kini sudah
hadir dengan menyuguhkan beragam hiburan. Beraneka hiburan disajikan guna memdapatkan
daya tarik bagi para penggunanya, sehinga munculah beragam acara atupun tulisan yang
memberikan suatu hiburan bagi para pengguna media tersebut.
Salah satu hiburan yang memiliki banyak penikmat seperti sinetron, seringkali
mempertunjukan hal-hal yang merugikan khalayak. Sebagai contoh, penggambaran
lingkungan sekolah yang terlihat kurang etis untuk budaya dan kebiasaaan orang di Indonesia
sehingga memberikan contoh yang kurang baik bagi para pelajar yang mengimitasi apa yang
diperlihatkan dalam sinetron tersebut. Selain itu, dengan munculnya peran-peran kocak, lucu,
ataupun peran yang jadi bahan olok-olok, menjadi sumber masalah baru bagi orang-oang
yang secara tidak sengaja digambarkan jelek. Seperti tayangan yang menggambarkan sosok
orang gemuk yang selalu menjadi bahan perolokan, kegemukkan yang selalu diposisikan
sebagai suatu hal yang memalukan.
Penayangan acara hiburan yang senantiasa menggambarkan sosok lucu, kocak,
ataupun sosok yang sering jadi bahan cemoohan, dapat dicontohkan dalam sebuah sinetron
remaja di salah satu stasiun televisi swasta yang berjudul “pacarku gemuk”. Tayangan ini
1
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
memperlihatkan bahwa sosok orang gemuk selalu menjadi hal yang mengerikan, memalukan,
dan bahkan sering diposisikan sebagai objek yang menderita. Oleh karena itu, tidak jarang
orang gemuk menjadi malu atau tidak percaya diri setelah melihat tayangan-tayangan itu.
Kebutuhan akan informasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia, dan peran
media sangat penting dalam menunjang pemenuhan kebutuhan tersebut. Pemenuhan
kebutuhan manusia terhadap informasi selalu disertai dengan adanya penayangan selingan
hiburan, tetapi selingan tersebut seringkali menjadi bumerang bagi para penikmat sinetron.
Contoh kasus Ai mahasiswi berumur 19 tahun yang tidak percaya diri, merasa tayangan
sinetron membuat dirinya jadi bahan ejekan di kampus. Disamping itu, kegemukan dewasa
ini menjadi salah satu masalah dikalangan remaja. Fenomena media yang berhubungan
dengan pendiskreditan orang-orang gemuk, semakin menjadi sumber masalah baru dalam
keseharian remaja. Pada intinya sumber dari permasalahan tersebut ada pada penerimaan dan
konsep diri dari para remaja yang mengalami kegemukan, dimata mereka kegemukan
menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna yang
seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing dan proporsional,
merupakan idaman bagi mereka.
Berangkat dari fenomena tersebut yang sering terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan
jika dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi
remaja dan juga termasuk orang dewasa. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan
menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak
khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana
seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang
disebabkan terjadinya penumpukan lemak di tubuhnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang
obesitas merupakan hal yang penting dan makalah ini berupaya membahas tentang obesitas
dan kaitannya dengan konsep diri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah obesitas dan kaitannya
dengan konsep diri adalah :
1. Bagaimana konsep diri (Self Concept) ditinjau dari berbagai teori-teori yang
mendukung, berkitan dengan pengertian, unsur-unsur dan faktor penyebabnya.
2
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
2. Bagaimana obesitas dikaji dari sudut pandang konsep diri, dalam hal pengertian,
permaslahan yang dihasilkan, dan faktor-faktor penyebabnya.
3. Bagaiamana teori-teori konseling memandang obseitas dalam permasalahan
konsep diri dan teknik konseling kasus obesitas remaja.
C. Pemecahan Masalah
Metode atau teknik pemecahan masalah dalam menyusun makalah obesitas dan
kaitannya dengan konsep diri dengan melakukan studi literatur melalui pengkajian,
pembahasan dan penganalisisan teori-teori yang sudah ada yang dianggap relevan dengan
topik makalah.
D. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan masalah.
Pemecahan masalah, Sistematika Penulisan
BAB II DESKRIPSI TEORI terdiri dari: Konsep diri, Faktor Penyebab konsep diri,
Kaitan Self Concept Dan Permasalahan Remaja.
BAB III OBESITAS PADA REMAJA terdiri dari : Obesitas, Teori Konseling,
Teknik Konseling, Skenario sosiodrama
BAB IV PENUTUP terdiri dari : Penutup dan Kesimpulan
3
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
BAB II
DESKRIPSI TEORI
A. Konsep Diri (Self Concept)
1. Definisi Konsep Diri
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang terhadap dirinya (self). Baik menyangkut aspek fisik, psikis dan sosial.
Konsep diri memegang pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan individu.
Karena konsep diri merupakan landasan bagi individu dalam berperilaku. Hal ini disebabkan
konsep diri merupakan cerminan individu dalam berpikir, berasumsi dan memandang dirinya
secara subyektif menurut pemahamannya pribadi. Mencakup, kemampuan, karakter diri,
sikap, tujuan hidup, kebutuhan, dan penampilan.
Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap
hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik atau minder
(unsur kepribadian) terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat
tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri
negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang
disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung
akan bersikap menarik diri dari pergaulan dengan orang lain atau lingkungan sekitar (unsur
perilaku).
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis,
penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap
kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian dan akhir
segalanya, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan, pengalaman, pelajaran dan
hikmah hidup yang sangat berharga untuk dijadikan bekal pelajaran dalam memandang dan
bebuat untuk hari esok. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai
dirinya dan melihat potensi serta hal-hal yang positif yang dapat diberdayakan secara optimal
untuk mencapai kesuksesan hidup di masa yang akan datang.
4
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
2. Unsur-Unsur Dalam Konsep Diri
Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur sebagai berikut :
a. Penilaian diri adalah bagaimana seorang individu memandang, memahami,
mempersepsi dan menilai dirinya. Aspek yang terkait dalam pengendalian diri
adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita
mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan
dalam diri kita.
b. Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas.
Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.
c. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif
akan kita miliki kalau kita merasa puas (menerima) keadaan fisik kita.
Sebaliknya, kalau kita merasa tidak puas dan meilai buruk keadaan fisik kita
maka konsep diri kita juga negatif atau kita jadi memiliki perasaan rendah
diri.
b. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana kita menerima
penilaian lingkungan sosial pada diri kita. Penilaian sosial terhadap diri kita yang
cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri kita.
c. Self image atau citra diri, yaitu merupakan:
a. Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi.
b. Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang
ingin dicapai, yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai
ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh
ideal yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi
kita.
c. Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada
perasaan keberatan diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita
sendiri.
Disamping ketiga unsur di atas, terdapat satu unsur lagi yang disebut body image,
menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image adalah gambaran mental
seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsikankan
dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan
bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya.
5
Bk Prisos Remaja
Sebenarnya,
apa
Kelompok I
yang
remaja
pikirkan
dan
rasakan,
belum
tentu
benar-benar
mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang
bersifat subjektif.
B. FAKTOR PENYEBAB KONSEP DIRI
Menurut Jacinta F. Rini dalam (www.e-psikologi.com) faktor yang mempengaruhi
konsep diri seseorang disebabkan oleh beberapa hal. Baik yang berasal dari dirinya sendiri
(faktor internal), maupun faktor yang berasalal dari orang lain atau lingkungan (faktor
eksternal).
1. Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri
yang terbentuk. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan
konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif
orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa
dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan
semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada
diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak
pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung
negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri
sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif.
Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa karena saya
“gemuk” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit melihat apakah
dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan
menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau “termakan” ucapan
orang.
6
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
4. Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering
berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar
keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
5. Merubah Konsep Diri
Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan
berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri.
Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke
arah yang lebih positif.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :
a. Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri
Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun
yang pernah dicapai. Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara
dan kesempatan untuk mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap
bahwa Anda dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala
sesuatu sekaligus. You can’t be all things to all people, you can’t do all
things at once, you just do the best you could in every way....
b. Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita selain diri sendiri.
Jikalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan
yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memandang hal-hal baik dan positif
terhadap diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan melihat hal-hal
baik yang ada dalam diri orang lain secara positif? Jika kita tidak bisa
menghargai orang lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita ?
c. Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi
dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan
merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan peperangan antara harapan
7
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan timbul
kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan
negatif konsep dirinya.
d. Berpikir positif dan rasional
Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu, baik itu
persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai
menyesatkan jiwa dan raga.
C. KAITAN SELF CONCEPT DAN PERMASALAHAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri (self identity), dalam
kenyataannya remaja sering melakukan berbagai kegiatan yang pada akhirnya remaja akan
menemukan sebenarnya identitas seperti apa yang tepat dan bermanfaat bagi dirinya. Namun
yang terjadi justru remaja sering mengalami permasalahan dalam melihat dirinya. Baik yang
bersifat kelebihan maupun kekurangan. Kebanyakan remaja sering melihat kelemahan dirinya
sebagai hal yang sangat mengganggunya atau membuat dia tidak nyaman atau tidak percaya
diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Hal seperti inilah yang membuat remaja sering mengasumsikan dirinya sendiri secara
negatif. Sebagai contoh :
-
“Badan Saya gemuk” (fisik)
-
“Saya Pintar” (Psikis)
-
“Saya malu untuk bersosialisasi dengan orang lain terutama dengan anak laki-laki”
(Sosial)
Kesulitan remaja dalam membuat konsep dirinya yang positif inilah yang menjadi
masalah pada dirinya baik yang menyangkut aspek fisik, psikis maupun sosial. Seperti contoh
ungkapan di atas, remaja yang pada awalnya merasa kegemukan, kemudian merasakan
kecemasan yang irasional seperti saya malu atau tidak percaya diri untuk bergaul atau
berteman dengan teman yang tubuhnya langsing atau normal. Terutama dengan teman lakilaki, karena mereka tentu tidak tertarik pada tubuh saya yang gemuk dan tidak menarik.
Inilah yang disebut kekeliruan individu dalam membuat self concept bagi dirinya.
8
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
Dalam teori psikologi, permasalahan seperti yang diuraikan diatas dibahas dalam teori
RET (Rational Emotive Teraphy). Diposisikan bahwa individu memiliki kecenderungan
untuk berpikir rasional dan irasional. Jadi self concept yang menjadi permasalahan bagi
remaja terjadi ketika seorang remaja itu membuat asumsi-asumsi negatif atau irasional, yang
pada akhirnya membuat aspek perkembangan fisik, psikis dan sosialnya terganggu.
9
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
BAB III
OBESITAS PADA REMAJA
A. Obesitas
1) Pengertian Obesitas
Obesitas dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang memiliki berat badan
yang lebih berat dibandingkan berat idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak
di tubuhnya. Obesitas atau kegemukan dapat disebabkan penumpukan adipose (adipocytes:
jaringan lemak khusus yang disimpan tubuh) secara berlebihan sehingga badan menjadi
gemuk.
2) Permasalahan atau kasus Obesitas
Seorang remaja yang bernama Ai (19 tahun), sebagaimana gadis remaja lainnya ingin
tampak cantik menarik perhatiaan dari lawan jenis. Tapi dengan berat 84 kg dan tinggi badan
158 cm ia merasa penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis
yang menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya. Ia pernah mencoba mengurangi makan
dengan tidak makan malam. Usahanya gagal karena ia tidak sanggup menahan lapar. Ia pun
mencoba minum jamu berupa serbuk teh dibarengi makan salad dan minum jus buah, nasi
dikurangi. Kadang nasi digantikan kentang rebus. Berat badannya sempat turun 5 kg, tetapi ia
tidak mampu bertahan. "Tehnya terlalu pahit dan saya kelaparan," begitu alasannya.
Kesulitan dalam mengurangi berat badannya, Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk
atau tidak proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul dengan
teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial). Kini Ai kembali makan nasi atau mie tiga
kali sehari. Ia juga mengudap goreng-gorengan kegemarannya, dan ngemil cokelat
favoritnya. Mengikuti ajakan teman-temannya yang memang juga hobi makan seperti dirinya,
ia kembali jajan bakso di kampus dan sering makan steak ayam. Akibatnya bisa diduga, berat
badannya meroket kembali dan masalah yang ingin ia selesaikan tidak teratasi.” Dari :
Majalah Nirmala.
3) Faktor Penyebab
Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian (dalam www. e-psikologi.com,
oleh : Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.), obesitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
10
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah satu bagian otak, pola
makan yang berlebih, kurang gerak atau olahraga, emosi, dan faktor lingkungan :
a. Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya di
dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk
cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor
genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal
ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur sel
lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan
diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi
yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar.
b. Kerusakan Pada Salahsatu Bagian Otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang
disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan
dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus
mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebih
mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus
lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak atau hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi
makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM
maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
c. Pola Makan Berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal
terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu
makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan
pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk
11
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang
kuat untuk mengurangi berat badan.
d. Kurang Gerak atau Olahraga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara
umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal
memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang
dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik
memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan
mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi
sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung
akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga
sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori,
melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.
e. Pengaruh Emosional
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang
tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan
dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi
untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya. Walaupun
penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan
berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang
gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan atau tekanan
batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam
suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang
12
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri
terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa
bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang
gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan
berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999).
Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat
badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan
menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang
mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah
seksual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa
mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang
dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan
berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang
maupun film yang membosankan.
f. Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika
seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol
kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk.
Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang
obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan
kegemukan.
Nah, bagi para remaja yang kebetulan memiliki berat badan berlebih dan belum berhasil
mengurangi berat badan, janganlah merasa frustrasi. Mungkin dengan mengetahui
faktor-faktor penyebab kegemukan seperti tertulis diatas Anda akan menemukan
penyebab mengapa berat badan Anda tidak kunjung susut. Satu hal yang paling penting
untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak mengidap suatu penyakit maka tidak ada
yang salah dengan tubuh yang besar (gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting
adalah cobalah untuk berolahraga secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap
terkendali.
13
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
B. TEORI KONSELING
Kasus obesitas dapat dipandang dengan menggunakan teori RET (Rational Emotif
Therapy) yang diperkenalkan oleh Albert Ellis pada tahun 1958, Ellis berpendapat manusia
itu bersifat rasional dan irasional. Istilah Rational Emotive Therapy (RET) dapat
dideskripsikan dengan mengatakan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan
interaksi antara berpikir dan akal sehat atau rasional thinking, berperasaan atau emoting dan
berperilaku atau akting, serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam
dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan
berperilaku.
Dalam memahami permasalahan individu, Ellis berkeyakinan bahwa emosi dan
gangguan emosional merupakan hasil dari pemikiran, gagasan atau konstruk-konstruk
individu yang salah dan tidak logis tentang suatu situasi yang khusus (George dan Christiani,
1981) Jika orang dapat mengubah keyakinan, mereka yang irasional dengan keyakinan yang
rasional, maka mereka akan terhindar dari penderitaan dan dapat menikmati hidupnya
(Wessler,1986). Ellis juga menggambarkan tiga bidang problem yang menunjukkan orang
memegang keyakinan irasional yaitu:
a) Diri mereka harus sempurna
b) Orang lain harus sempurna
c) Lingkungan harus menjadi suatu tempat kehidupan yang sempurna (Thomson
dan Rudolph, 1983).
Sesuai dengan kasus obesitas pada Ai Marifah, terdapat beberapa pernyataan irasional
diantaranya :
a. Adanya pernyataan “dengan berat 84 kg dan tinggi badan 158 cm ia merasa
penampilannya masih jauh dari harapannya agar menjadi seorang gadis yang
menjadi pusat perhatian laki-laki di sekitarnya.”. ketidakpenerimaan dirinya
mengakibatkan ia tidak menerima dirinya dan ia berpikir harus sempurna.
b. Adanya Pernyataan “Ai pun mulai berasumsi “badan saya gemuk atau tidak
proporsional” (fisik). Selanjutnya Ai berpikiran “saya malu untuk bergaul
dengan teman, terutama dengan anak laki-laki” (sosial)”. Ketidakpenerimaan
14
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
terhadap fisiknya menyebabkan ia berpikir lingkungan sosialnya menjadi
suatu tempat kehidupan yang sempurna.
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat adanya ketidaksesuaian perasaan konseli antara
keinginannya menjadi pusat perhatian dan lingkungan sosialnya.
Maka permasalahan tersebut dapat digolongkan sebagai gangguan yang dapat merusak
konsep diri sebagai akibat dari pola pikir yang irasional. Oleh karena itu, teori yang akan
digunakan untuk menganalisis kasus tersebut ialah RET (Rational Emotif Therapy).
Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan
dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling
bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal tersebut saling berkaitan. Emosi
disebabkan serta dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan
diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrestik. Emosi-emosi
seseorang dapat dikarenakan pikiran-pikiran yang diciptakan sendiri atau dengan kata lain,
emosi merupakan representasi dari pikiran seseorang atau sebaliknya. Pandangan yang
penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak prilaku emosional individu
yang berpangkal pada bicara sendiri (self talk) atau internalisasi kalimat-kalimat yaitu orang
yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif.
Adapun konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah :
1. Pemikiran manusia penyebab dasar dari gangguan emosional.
2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional.
3. Pemikiran irasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil
dan pengaruh budaya.
4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
5. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa.
6. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization, yaitu mengatakan sesuatu terus
menerus kepada diri sendiri.
7. Pemikiran tak logis irasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan
reorganisasi persepsi ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan
psikosis.
Masalah-masalah emosional terletak dalam berfikir yang tidak logis. Pikiran yang
tidak logis adalah pikiran yang bersifat negatif atau pikiran yang dialihkan dan
15
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
diprasangkakan menjadi sebuah pemikiran yang mempengaruhi emosi. Adapun Tujuan utama
Terapi Rasional Emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka
merupakan sumber gangguan emosional. Kemudian membantu klien agar memperbaiki cara
berfikir, merasa, dan berperilaku, sehingga ia tidak lagi mengalami gangguan emosional
dimasa yang akan datang. Selain itu juga dapat memperbaiki dan merubah sikap, pandangan,
cara berfikir, keyakinan serta persepsi yang irasonal menjadi rasional (tak logis menjadi
logis) serta menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri akibat
keyakinan yang keliru.
Salah satu teori utama mengenai kepribadian adalah teori “A-B-C-D-E” yang
merupakan sentral dari teori dan praktek RET, yang secara umum dapat dijelaskan pada
bagan sebagai berikut:
Komponen
A
iB
rB
iC
rC
Proses
Activity, or Action or Agent
External event
Hak-hal situasi, kegiatan atau
peristiwa yang mendahului atau yang
menggerakkan individu.
Kejadian di luar atau sekitar
individu.
Irrational beliefes, yakni keyakinankeyakinan irasional atau tidak layak
terhadap kejadian eksternal.
Self Verbalizations : terjadi dalam
diri individu, yakni apa secara
terus-menerus ia katakan
berhubungan A terhadap dirinya.
Rational Beliefs, yakni keyakinankeyakinan yang rasioonal atau layak
dan secara empirik mendukung
kejadian eksternal.
Irrational Consequences, yaitu
konsekuensi-konsekuensi irasional
atau tidak layak yang berasal dari A
Rational or reasonable
Consequences, yakni konsekuensikonsekuensi rasional atau layak yang
dianggap berasal dari rB.
Rational Beliefs, yakni
keyakinan-keyakinan yang
rasional atau layak dan secara
empirik mendukung kejadiankejadian eksternal.
16
Bk Prisos Remaja
D
Dispute irational beliefes, yakni
keyakinan-keyakinan irasional dalam
diri individu saling bertentangan.
Cognitive Effect of Disputing, yakni
CE efek kognitif yang terjadi dari
pertentangan dalam keyakinankeyakinan irasional.
Kelompok I
Validate or invalidate self
verbalization : yakni suatu proses
self verbalization dalam diri
individu, apakah valid atau tidak.
Change self verbalization,
terjadinya perubahan dalam
verbalisasi daripada individu.
Behavioral Effect of Disputing, yakni Change behavior, yakni
efek dalam prilaku yang terjadi dari
terjadinya perubahan perilaku
pertentangan dalam keyakinandalam diri individu.
BE keyakinan irasional diatas.
Terdapat Proses-proses dalam melaksanakan konseling RET ini, yaitu sebagai berikut:
1. Konselor berusaha menunjukkan kesulitan klien yang dihadapi sangat berhubungan
dengan keyakinan irasonal dan menunjukkan bagaimana klien harus bersifat rasional
dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional.
2. Setelah klien menyadari gangguan perasaan yang bersumber dari pemikiran irasional,
maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien berusaha
mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
3. Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irasionalnya, dan
konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan
perusakkan diri.
4. Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menentang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang
irasional dan fiktif.
17
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
C. Teknik Konseling
Kasus yang terjadi pada Ai Marifah dengan teori RET yaitu A-B-C-D-E. Hal ini dapat
diuraikan diantaranya sebagai berikut :
Komponen
Kejadian dalam kasus
A
Activity, or Action or Agent
Aktivitas yang memicu terjadinya
kasus adalah ketika Konseli yakni
Ai Marifah tidak menerima
keadaan dirinya. Pemikiran
irasionalnya yakni ia merasa
bahwa dirinya gemuk atau tidak
proposional di tubuhnya.
iB
Irrational beliefes
Keyakinan irasional dari konseli
yakni ia ingin merubah dirinya
agar menjadi pusat perhatian lakilaki di sekitarnya
iC
Irrational Consequences
Dengan
adanya
keyakinan
irasional tersebut, apapun akan
dilakukan
konseli
agar
dapat
merubah penampilannya menjadi
sempurna.
Seperti
Usahanya
menahan lapar dengan mencoba
minum jamu berupa serbuk teh
dibarengi makan salad dan minum
jus buah, bahkan nasi digantikan
kentang rebus.
D
Dispute irational beliefes
CE Cognitive Effect of Disputing
Munculnya ketidakpercayaan diri
yang mendukung tumbuhnya
pemikiran negatif konseli akan
kekurangan yang ada dalam
dirinyab yakni memiliki tubuh
tidak proposional.
Hasil dari pemikiran irasionalnya
dapat
menyebabkan
ketidakpercayaan terhadap dirinya
18
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
yang berlebihan.
BE
Behavioral Effect of Disputing
Adanya perubahan perilaku dalam
diri konseli karena pemikiran
irasionalnya terhadap dirinya
yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan ketidakpenerimaan
diri dan menganggap ia harus
sempurna.
D. Skenario
Di sebuah ruang bimbingan dan konseling yang terlihat sudah sepi di mana konselor
terlihat sedang merapikan buku yang ada di meja, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari
arah depan, dan ternyata yang datang sebut saja Ai alumni sekolah tersebut. Ai merupakan
mahasiswi di perguruan tinggi swasta yang pada masa awal perkuliahan mengalami
permasalahan yang berkaitan obesitas sehingga dia sering mendapatkan perlakuan yang
kurang mengenakan dari temannya. kemudian, ia bermaksud untuk “curhat” pada konselor
tentang perihal ketidak ‘PD’an dirinya di hadapan teman-temannya.
Dialog Permasalahan di perguruan tinggi ketika masa orientasi mahasiwa :
Serra : Hai, Gendut. ayo lari, kamu telat, cepat cepat cepat wey.
Ai
: Ia Ka.
Serra : Ia, ia.kamu tuh lari pa jalan. Lihat tuh teman-teman yang lain dah pada didepan.
Makanya punya badan jangan segede gajah.
Tessa : Heh serra. Dasar kamu. Dia Tuh bukan gajah, kamu tau ga dia apa.
Dia tu Mamout . wa haa haa.
“mendengar perkataan tersebut, Ai terus berpikir tentang kondisinya. Maka ketika ia
bermaen ke sekolahnya ia berniat bercerita kepada guru pembimbingnya.
19
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
Berikut adalah dialognya ketika di sekolahnya :
Ai
: Selamat siang bu.
Konselor
: Selamat siang, ada apa? Ada yang bisa ibu Bantu? Kalau tidak salah kamu
Ai kan ?
Ai
: Iya, Bu, benar, saya ingin curhat Bu tentang keadaan saya dikampus.
Semoga ibu tidak keberatan dan mau untuk mendengarkan serta memberi
pemahaman pada saya agar saya bisa mengatasi masalah yang saya hadapi.
Konselor
: ah, ibu tidak keberatan koq, kebetulan ibu sedang tidak sibuk nich.
Ai
: Terima kasih ibu. Gini loh Bu, menurut Ibu saya gemuk ga’ sih?
Konselor
: ah tidak terlalu gemuk koq! dan menurut ibu kamu sehat dan ceria,
memangnya kenapa?
Ai
: Begini loh Bu, saya ga ‘PD’ banget sama berat dan ukuran badan saya ini.
Konselor
: Oh begitu, kira-kira boleh Ibu tahu maksud perasaan tidak ‘PD’nya itu
seperti apa?
Ai
: Ya ga PD aja Bu, apalagi ukuran tubuhku ini khan paling besar diantara
teman-teman yang lain. Bete banget kan, Bu!
Konselor
: Mengapa kamu punya perasaan dan persepsi seperti itu dan apa yang
membuat kamu memiliki perasaan dan persepsi seperti itu?
Ai
: Karena saya merasa bahwa saya sangat gemuk. Badan saya tidak
proporsional, padahal saya ingin sekali seperti artis di televisi, Bu, mereka
cantik, langsing dan menarik.
Konselor
: Baik-baik, ibu bisa memahami perasaan Ai. Pada saat kamu melihat artis dalam
televisi ataupun melihat teman kamu dengan tubuh yang langsing, sehingga
kamu ingin seperti mereka. Tapi apakah kamu tidak berfikir positif
dulu...maksudnya mungkin saja yang kamu lihat dari penampilan kamu sendiri
tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri. Setahu Ibu kamu
tidak seburuk apa yang kamu nilai tentang diri kamu sendiri.
20
Bk Prisos Remaja
Ai
Kelompok I
: Iya Bu, tapi kan saya ingin banget dibilang langsing dan menarik sama
teman-teman.
Konselor
: Lalu, kalau boleh ibu tahu, apa yang sudah kamu lakukan untuk dapat
merubah penampilan dan penilaian terhadap diri kamu sendiri?
Ai
: Pertama saya sudah melakukan program diet baik yang berasal dari buku
bacaan maupun saran dari dokter kecantikan dan ahli gizi, kemudian saya
memakai produk-produk pelangsing atau penurun berat badan. Pada
awalnya memang saya sempat turun beberapa kilo bahkan yang paliung
tinggi berat badan saya sempat turun 5 kilo Bu. Tapi, ujung-ujungnya justru
saya bukannya mendapatkasn hasil yang saya harapkan malah sekarang
berat badan saya naik beberapa kilo, saya jadi frustrasi nich Bu.
Konselor
: Sekarang Ibu ingin bertanya kepada Ai.. apakah menarik dan cantik itu
harus dilihat dari tampilan fisik saja ?
Ai
: Ya nggak sih ,Bu, cantik menurut saya tidak hanya dinilai dari fisik saja,
tetapi dapat pula dinilai dari dalam diri individu seperti tingkat
intelektualitasnya, perilakunya, gaya bicaranya. Poko’nya banyak deh, Bu.
Konselor
: Nah, jadi kamu pahamkan cantik dan menarik itu harus seperti apa? Tidak
semua orang menilai kecantikan itu dari segi fisik saja, melainkan benar
seperti apa yang kamu katakan tadi. Cantik bisa dinilai dari pintar tidaknya
ia dalam berkomunikasi dnegan orang lain, pintar tidaknya ia dalam
menguasai pelajaran ataupun pintar tidaknya ia dalam berkelakuan baik
dengan orang yang lebih tua ataupun dengan teman-temannya. Setiap orang
mempunyai
kelebihan
dan
kelemahan
masing-masing.
Tergantung
bagaiumana dia bisa mengolah potensi yang dimilikinya agar mampu
menutupi kelemahan yang ia miliki. Namun yang terpenting adalah
bagaimana kita bersyukur kepada apa yang telah dianugerahkan oileh Allah
kepada kita. Karena Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa ada hikmah
yang dapat kita petik pelajarannya.
Ai
: oh, gitu ..ya Bu saya mulai mengerti.
Konselor
: Lalu apa menurutmu atau penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri?
21
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
Ai
: (termenung memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh konselor).
Konselor
: Terus Ibu ingin bertanya, apakah kamu pernah melihat bahwa ada orang
lain yang tidak sesempurna kamu tetapi justru orang itu tetap menjalankan
kehidupannya dengan rasa percaya diri yang tinggi?
Ai
: Ya bu saya pernah melihatnya.
Konselor
: Terus apa penilaian kamu terhadap mereka?
Ai
: (Terdiam tidak dapat berbicara dan terlihat sedang berfikir).
Konselor
: Ibu yakin kamu dapat menumbuhkan rasa percaya diri kamu sendiri dengan
mudah. Sekarang Ibu ingin bertanya lagi, menurut kamu apa sih kelebihan
yang kamu miliki dan dapat kamu banggakan?
Ai
: Begini Bu, saya rasa saya cukup cerdas dalam setiap pelajaran. Dan itu
ditunjukkan dengan prestasi saya yang selalu mendapat juara kelas. Bukannya
narsis lho Bu.
Konselor
: Oke, akhirnya kamu paham dan menyadari tentang diri kamu sendiri dan
sekarang dapat menilai diri kamu sendiri dengan pandangan yang positif, kan?
Jangan menganggap bahwa kekurangan pada diri kamu sebagai sesuatu yang
dapat menghancurkan prestasi kamu sendiri dalam pelajaran atau potensi dan
kelebihan yang kamu miliki. Justru dengan kelebihan kamu seperti kecerdasan
yang kamu miliki dalam setiap pelajaran itu dapat menetralisir atau dapat
mengikis serta menutupi ketidakpercayaan dan kecemasan pada diri kamu
yang terlalu berlebihan. Manfaatkan kecerdasan kamu untuk dapat menilai
dirimu dengan positif dan dapat menghilangkan asumsi dan penilaian negatif
terhadap diri kamu sendiri.
Ai
: (Diam dan merenungi).
Konselor
: Oke.. sekarang bagaimana penilaian kamu terhadap diri kamu sendiri?
Ai
: Iya Bu, saya saya sadar. Ternyata untuk apa saya susah-susah ke dokter,
menghabiskan ratusan ribu untuk mendapatkan tubuh yang langsing padahal
belum tentu disenangi oleh orang lain. karena belum tentu orang yang
berpenampilan sempurna mempunyai kepintaran dalam dirinya, iya kan bu?
22
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
Konselor
: Iya, betul sekali.
Ai
: Saya merasa lega Bu, karena akhirnya saya dapat mengetahui kelebihan
positif saya dan Insya Allah secara bertahap saya akan mensyukuri apa yang
telah dianugerahkan oleh Allah pada saya dan saya akan mulai membangun
rasa ‘PD’ dalam diri saya.
Konselor
: Ya, bagus kalau begitu, Ai. Akhirnya kamu dapat mengetahui dan
memanfaatkan kelebihan dan dapat menghilangkan kekurangan atau
pemikiran negatif dalam diri kamu.
Ai
: Iya Bu, tentu saja. Terimakasih ya Bu atas bantuannya dan terimakasih juga
telah mau mendengarkan keluhan saya.
Konselor
: Ya sama-sama, itu memang sudah kewajiban Ibu. Kalau perlu lagi dengan
Ibu, segera kemari saja ya, Ai.
Ai
: Baik ibu. Saya pulang dulu ibu, terimakasih. Assalamualaikum…
Konselor
: Waalaikumsalam… hati-hati ya, Ai.
23
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya faktor utama yang menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa
remaja ialah ketidakmampuan remaja itu mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam diri mereka selama masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi. Semua
aspek kehidupan individu mengalami perpindahan pada masa ini. Apabila seseorang
berhasil melalui masa transisi ini, maka ia tidak akan menemukan hambatan apapun.
Namun, apabila seseorang mengalami gangguan, maka ia akan menemukan hambatan/
permasalahan. Apabila ditinjau dari perkambangan fisik dan psikomotorik, faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya permasalahan pada masa remaja ialah ketidakmampuan
individu untuk menerima perubahan fisik pada dirinya. Apabila perubahan fisik yang
terjadi pada dirinya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan, maka hal ini merupakan
masalah bagi remaja tersebut.
Penerimaan keadaan fisik, psikis dan sosial remaja ini erat kaitannya dengan konsep
diri remaja tersebut. Remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap
pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya sehingga remaja akan
menilai dirinya tidak berdaya, tidak kompeten bahkan ia tidak memiliki motivasi untuk
berkembang. Maka dari semua itu, Konsep diri memegang pengaruh yang sangat
signifikan bagi perkembangan individu terutama remaja yang sedang mencari identitas
akan dirinya.
Kasus yang dialami Ai dapat menggunakan salah satu teknik konseling yakni teknik
RET dengan mengembalikan pikiran irasional kepada pekiran rasional. Pemahaman
tentang teori RET ini harus dimiliki konselor sebagai keterampilan dalam membantu
konseli. Keterampilam dalam pemahaman teori ini ialah kemampuan memberikan
pertanyaan kepada konseli sehingga konseli mampu merenungkan dan menyadari dari
tindakan irasionalnya.
24
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
B. REKOMENDASI
Makalah ini ditujukan untuk mengidentifikasi salah satu fenomena remaja, yakni
obesitas dan kaitannya dengan konsep diri. Setelah melakukan kajian dan analisis
terhadap fenomena-fenomena berkaitan dengan obesitas dan konsep diri, kami
megajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut :
1. Diharapkan para praktikan bisa lebih mendalami berbagai sumber-sumber materi,
baik berupa artikel-artikel sebagai bahan kajian teoritis utnuk memperkuat
kompetensi dalam melakukan konseling, guna menghadapi permasalahanpermasalahan konseli.
2. Konselor diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada para siswa dalam
konteks remaja, berkitan dengan konsep diri sehingga siswa mampu menerima
keadaan dirinya.
3. Materi konsep diri yang dipaparkan dalam makalah ini, kiranya dapat digunakan
sebagai salah satu bahan dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling
klasikal di sekolah.
25
Bk Prisos Remaja
Kelompok I
DAFTAR PUSTAKA
Santrock. (2003). Adolescence ‘Perkembangan Remaja’. Jakarta: Erlangga.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntikan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Burns, R. B. (1993). Konsep Diri. Jakarta: Arcan.
Rumini, Sri & Sundari, Siti. (2004). Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta : Rineka Cipta
Yusuf, S dkk. (2004). Pengembangan Diri. Bandung: UPT Layanan Bimbingan dan
Konseling, UPI.
www. portal.cbn.net.id
Tambunan, Raymond. (2001). Kasus Obesitas Kategori Individual (Online). Tersedia : http://
www. e-psikologi.com (24 Septemeber 2008)
26
Download