11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. (Sugiyono, 2009:117). Hal ini berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Terdapat dua model komparasi, yaitu komparasi antara dua sampel dan komparasi antara lebih dari dua sampel yang sering disebut komparasi k sampel. Selanjutnya setiap model komparasi sampel dibagi menjadi dua jenis yaitu sampel yang berkorelasi dan sampel yang tidak berkorelasi disebut dengan sampel independen. Sampel yang berkorelasi biasanya terdapat dalam desain penelitian eksperimen. Terdapat tiga macam hipotesis komparatif dua sampel, antara lain: a. Uji Dua Fihak b. Uji Fihak Kiri c. Uji Fihak Kanan 12 2.2. Konsep dan pengertian efektifitas Konsep dasar efektifitas menurut Philip Badcock dalam anggi (2008:9) bahwa “efektifitas adalah suatu kesanggupan untuk mewujudkan suatu tujuan”. Untuk dapat meraih suatu tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan adanya proses dan cara yang tepat tergantung dari hal yang akan dilihat efektifitasnya. Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakai dari suatu kegiatan tertentu tanpa memeperhatikan segi sumber yang digunakan. Dengan kata lain efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau arah yang tepat dalam pencapaian tujuan. T. Hani Handoko (1998:103) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai efektifitas, yaitu : a. Kegunaan b. Ketepatan atau objektivitas c. Ruang lingkup d. Akuntabilitas e. Ketepatan waktu Efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota. (Hartutik, 2006:8). Efektifitas yang diperoleh dari penelitian ini adalah diperolehnya ketuntasan belajar peserta didik, dan hasil belajar peserta didik. 13 Beberapa indikator efektifitas menurut Anisyah (1995:33) terbagi atas indikator input, proses, output dan outcome. a. Indikator input yang berarti guru sebagai pemberi materi pelajaran konstruksi atap dan aplikasi konstruksi atap menggunakan komputer. b. Indikator proses berarti proses pembelajaran dan aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian. c. Indikator output berarti hasil pengerjaan tugas siswa yang berupa nilai tugas. d. Indikator outcome yaitu dampak dari pembelajaran dan penggunaan media tersebut terhadap siswa. 14 2.3. Konstruksi Atap Kayu Konstruksi atap yang digunakan di Indonesia biasanya adalah rangka kuda-kuda. Rangka atap atau kuda-kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk berat sendiri dan sekaligus memberikan bentuk pada atap. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda-kuda akan berbeda satu sama lain. Bahan-bahan penutup atap, antara lain : a. Bahan alam/ organik, yaitu daun yang diayam, ranting kayu, dan batu alam b. Bahan buatan, yaitu genteng tanah liat, genteng keramik, dan beton. c. Bahan buatan dari pabrik, yaitu seng, asbes, plastic, tegola, baja/steel, alumunium, dan lain-lain. Adapun syarat-syarat konstruksi atap yang harus dipenuhi, yaitu : a. Konstruksi atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap beban-beban yang bekerja padanya. b. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan serta kenyaman bagi penghuninya. c. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. d. Sesuai dengan ciri khas arsitektur tradisional bangunan sekitar. e. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan penutupnya. Komponen Penutup atap merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah ambang atas yang membatasi kita dari alam 15 luar. Pertimbangannya adalah faktor keringanan material, keawetan terhadap cuaca (angin,panas,hujan), kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Adapun perancangan atap adalah sebagai berikut : a. Jenis material struktur dan penutup atap harus kuat, presisi, cukup ringan, dan tidak over design. Atap harus mampu menahan besarnya beban (beban sendiri, beban angin, beban bergerak lain) yang bekerja pada elemen struktur atap. b. Bentuk dan ukuran atap yang baik adalah yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya adalah bentuk atap bulat). c. Teknik pengerjaan atap - Bentang maksimal - Teknik sambungan - Pemasangan - Keawetan material Jenis-jenis atap berdasarkan bentuk : a. Atap datar b. atap miring 16 d. Atap perisai c Atap Pelana. a. Atap gabungan f. Atap Limas / Piramida h. Atap Tenda g. Atap patah Gambar 2.1 Jenis Atap Jenis atap berdasarkan material : a. Dak beton yang terbuat dari kombinasi besi dan cor beton. Konstruksinya pun sangat kuat b. Genting tanah liat dari tanah liat yang dipres dan dibakar. Sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat. c. Genteng metal d. Genteng aspal dari campuran aspal dan bahan kimia lain. 17 e. Genteng keramik denga finishing glazur. f. Genteng kaca g. Genteng terpal Masalah pada atap yang sering timbul adalah kebocoran yang disebabkan oleh : a. Rancangan atau konstruksi yang salah. Atap genteng terlampau landai. b. Kondisi alam c. Pemilihan material yang digunakan d. Kesalahan dan kecerobohan pemasanagn atap genteng ada yang retak tetapi tidak mudah mencari genteng dengan tipe yang sama. e. Dak beton terbuka sehingga jika hujan air merembes ke bawah. f. Nok atap rumah retak dan air merembes. g. Adanya rayap pada atap Kayu adalah suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari tumbuhan dalam alam. Perkembangan penggunaan kayu ada yang digunakan sebagai non struktur dan ada yang digunakan sebagai struktur. Struktur bangunan kayu dari masa yang lalu sampai masa sekarang, termasuk sistem-sistem bangunan industri sudah berkembang dari tahun ke tahun.. Dalam hubungan ini konstruksi kayu adalah bentuk dasar (prototype) suatu bangunan prefabricated dan bangunan rangka. Konstruksi atap dengan kayu memiliki kelebihan, atara lain : 1. Merupakan bahan yang mudah didapatkan di mana saja 2. Merupakan bahan bangunan yang banyak dikuasai oleh tukang lokal 18 3. Bahan kayu dapat dibentuk, dipotong, dan digunakan secara fleksibel (dapat diukur, dipotong, dibentuk melengkung, dan sebagainya) Sedangkan kekurangan konstruksi atap kayu adalah : 1. Atap kayu mudah terbakar, dan bisa dimakan rayap. 2. Material kayu bisa mengembang atau menyusut. 3. Bentang atap dengan konstruksi kayu seringkali terbatas karena ukuran kayu di pasaran adalah 4 meter. 4. Kayu semakin sulit didapatkan, akibatnya harganya semakin mahal. Konstruksi kayu terdiri dari : a. Kuda-kuda Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan gaya tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi sebagai penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok bubungan dan menerima gaya tekan. Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerjapadanya kepada kolom atau dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk yang sanagt stabil atau tidak mudah berubah bentuk. Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atau kasau, masing-masing pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar sudut kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut kemiringan atap tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat. 19 b. Gording, usuk, dan reng Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kudakuda. Gording menahan beban kayu dari kayu usuk dan reng. Usuk menahan kayu reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian atasnya. Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genting. Bila atap menggunakan penutup seng atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes atau seng diletakkan di atas gording. Sebagian jenis kayu sangat rapuh dan mudah dimakan rayap, sebagian lainnya cukup keras dan dihindarkan dari rayap. Berbagai jenis kayu yang sering diolah menjadi perlengkapan sebuah rumah (rangka atap, kusen, daun pintu-jendela, lantai parket dan furniture) adalah jati, bayam, meranti, merbau, nyatoh, dan kamper. Jati termasuk jenis kayu yang keras dan awet sehingga sangat baik dipergunakan sebagai kusen, selain itu, tampilan uratnya begitu menawan sehingga kayu jenis ini banyak diolah menjadi perangkat perabot. Sedangkan kayu jenis bayam yang cukup keras, namun tidak memiliki penampilan (urat) yang indah, sering dipakai sebagai rangka atap saja. Adapun sejenis kayu yang sangat keras, yakni kayu ulin. Saking kerasnya jenis kayu yang banyak terdapat di daerah Sumatera bagian selatan ini disebut juga kayu besi. Jenis lain yang cukup keras adalah kayu hitam yang terkenal di dunia dengan nama kayu ebony. Kayu ebony banyak terdapat di bagian timur 20 Indonesia adalah primadonanya kayu dan banyak di ekspor ke mancanegara sehingga harganya pun mahal. 2.4. Media Pendidikan Proses pendidikan adalah proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya, dalam pendidikan terjadi proses belajar yang terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dalam lingkungannya (Sadiman Arief, 2003:3). Seseorang telah belajar bisa dilihat dari adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin di sebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya dalam melakukan interaksi belajar tersebut di pengaruhi oleh lingkungannya yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, bahan, dan materi pelajaran yang berupa buku, modul, majalah, dan yang sejenisnya dan berbagai sumber belajar dan fasilitas berupa proyektor, overhead, perekam pita audio radio, komputer dan lain-lain. 2.5. Media Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan pengetahuan 21 dan tuntutan zaman. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran (Hamalik, 1994:6): a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajarmengajar b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c. Seluk-beluk proses belajar. d. Hubungan antara metode mengajar dengan media pembelajaran e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan. g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. i. Usaha inovasi dalam media pendidikan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar-mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya. Fungsi media menurut Sukardi dalam Anggi (2008:16) adalah sebagai berikut : a. Media pendidikan digunakan dengan maksud untuk mencapai hasil belajar yang khusus, yang dapat di identifikasikan dan di evaluasi hasilnya. b. Media pendidikan berfungsi sebagai dokumentasi dalam hal ini media pendidikan mencatat atau merekam dengan teliti sekali beberapa peristiwa. Hamalik (1994:42) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan 22 dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan pada saat itu. Levie dan lentz dalam azhar (2007:4) mengemukakan 4 (empat) fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu : a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks, membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 23 b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi. d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas. Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut : a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme b. Memperbesar perhatian siswa c. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar d. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar hidup f. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan-pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat media. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam 24 mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut. Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip olehRohani (1997:16), yaitu : 1) Gambar diam, baik dalam teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead proyektor. 2) Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara. 3) Rekaman bersuara baik dalam kaset mnaupun piringan hitam. 4) Televisi 5) Benda-benda hidup, simulasi maupun model. 6) Instruksional berprogram ataupun CAI (komputer Assisten Instruction) Yang digunakan pada penelitian ini adalah media pembelajaran menggunakan komputer. Keuntungan pembelajaran menggunakan komputer antara lain : 1) Mendukung pembelajaran individual sesuai kemampuan siswa. 2) Dapat digunakan sebagai penyampai balikan langsung 3) Materi dapat diulang-ulang sesuai keperluan, tanpa menimbulkan rasa jenuh. Sedangkan keterbatasan pembelajaran menggunakan media komputer adalah : 1) Keterbatasan bentuk dialog atau komunikasi 2) Keterseringan menggunakan komputer ketergantungan yang berakibat kurang baik. dapat menyebabkan 25 3) Mengurangi sikap interaksi sosial yang seharusnya merupakan bagian penting dalam pendidikan. 2.6. Efektifitas suatu media pembelajaran Untuk mengetahui keefektifan sebuah media pembelajaran diperlukan adanya uji lapangan. Uji lapangan adalah evaluasi yang dilakukan terhadap suatu media pembelajaran yang sudah selesai dikembangkan tapi masih membutuhkan atau memungkinkan untuk direvisi akhir. Sama seperti evaluasi kelompok kecil, uji lapangan dilakukan dalam situasi yang senyatanya dengan ketika media pembelajaran tersebut digunakan kelak. Uji lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi akhir, memperoleh pendapat akhir dan menguji keefektifan dan kemampuan untuk implementasikan terhadap media pembelajaran yang sudah dalam tahap akhir pengembangan. Uji lapangan dilakukan ketika media pembelajaran telah selesai direvisi, namun demikian masih memungkinkan untuk direvisi kembali. Selama evalusi dilakukan evaluator bertindak sebagai pengamat guna menentukan seberapa jauh siswa atau guru telah dapat menggunakan media pembelajaran. Salah satu kelebihan umum dari uji lapangan adalaha bahwa dengan evaluasi tersebut akan diperoleh informasi apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tersebut akan benar-benar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam lingkungan belajarnya. Evaluator dapat 26 melakukan ‘cek realitas’ dengan melakukan observasi dan mencatat atau merekam permasalah yang timbul pada saat implementasinya. Patokan focus pertanyaan dalam uji lapangan menurut Tessmer (1996), antara lain : a. Kemampuan untuk dilaksanakan (implementability); seperti dapatkah media pembelajaran tersebut digunakan sesuai dengan apa yang diharapkan? b. Kesinambungan (sustainability); seperti faktor-faktor apa saja yang memungkinkan media pembelajaran tidak digunakan atau sebaliknya oleh pengguna (guru/siswa)? c. Efektifitas; masalah efektifitas dan efisiensi masih sangat penting dalam evaluasi formatif. Seperti apakah dengan adanya media pembelajaran tersebut yang digunakan dalam situasi senyatanya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik? d. Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness); seperti apakah media pembelajran tersebut dapat digunakan dalam beberapa variasi lingkungan seperti di rumah, didalam kelas, untuk belajar sendiri, untuk belajar klasikal, dan lain-lain? e. Penerimaan dan kemenarikan (acceptance and attractiveness); seperti pada bagian-bagian manakah yang membosankan atau sebaliknya? Halhal apa saja yang menyebabkan media pembelajaran tersebut membosankan atau sebaliknya? Inilah bentuk-bentuk evaluasi formatif yang disarankan Martin Tessmer (1996). Idealnya kelima bentuk evaluasi formatif tersebut dilaksanakan untuk 27 memastikan bahwa media pembelajaran yang kita kembangkan benar-benar berkualitas. 2.7. Belajar Mengajar Ada beberapa teori yang merupakan konsepsi dari pengertian belajar sebagai hasil pemikiran dari orang yang mengulasnya. Adapun pengertian belajar tersebut adalah “suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perbuatan itu secara relatif konstan dan berbekas”. (W.S Winkel dalam Nuraeni 2006:43). Belajar berbeda dengan mengajar, namun kegiatan tersebut satu sama lain berhubungan erat, seperti halnya pengertian belajar. Pengertian mengajara ditemukan oleh para ahli Nasution S mengemukakan bahwa mengajar adalah “aktifitas mengorganisasi lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar”. Ada beberapa definisi dari mengajar, yaitu : a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak c. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Pelaksanaan belajar mengajar memerlukan adanya program kegiatan sebagai komponen system pengajaran. Adapun rumusan program sebagai berikut : 28 a. Bahan yang akan di pelajari b. Metoda yang akan digunakan c. Alat pelajaran yang dapat membantu proses belajar mengajar d. Alokasi waktu yang digunakan