BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pada

advertisement
BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan yang
sangat kompetitif. Hal ini disebabkan banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia
baik yang beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi berskala internasional.
Sektor perbankan memiliki peran yang strategis dalam memberikan sumbangsih
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Persaingan yang ketat ini dimulai
sejak berakhirnya era krisis moneter pada tahun 1998. Banyak yang menilai bahwa
perbankan masih merupakan usaha bisnis yang menjanjikan pasca krisis moneter
tahun 1998 dan seakan menjadi nafas segar bagi para pelaku bisnis.
Setelah sukses melewati masa krisis moneter dan membuat kembali
bergeliatnya persaingan membuat para bank berlomba-lomba untuk memberikan
layanan yang terbaik kepada nasabahnya melalui berbagai macam produk
perbankan seperti produk dana, produk pinjaman atau produk jasa lainnya. Pada
pasar kredit perbankan, bank memiliki beberapa jenis kredit yang umum ditawarkan
kepada nasabah antara lain kredit: korporasi, kredit modal kerja, investasi, kredit
konsumtif, dan kredit mikro. Para investor di kawasan regional ataupun dunia
melihat besarnya potensi pasar kredit terutama pada jenis kredit konsumtif di
Indonesia yang dikarenakan oleh besarnya jumlah penduduk di Indonesia. Ini dapat
dilihat dari banyaknya bank asing yang masuk ke pasar Indonesia dengan membuka
kantor cabang ataupun yang mengakuisisi bank-bank lokal untuk menambah
jaringan bisnisnya.
Bank asing yang membuka kantor di Indonesia umumnya menyasar pada
jenis kredit konsumtif yaitu kredit tanpa agunan dan kartu kredit. Kredit konsumtif
dinilai sangat strategis bagi pelaku perbankan karena menjanjikan keuntungan yang
tinggi dan selalu dibutuhkan oleh segala profesi serta semua lapisan masyarakat.
Supaya bank tetap berkembang, kredit harus tetap mengalir lancar. Dengan
menyalurkan kredit, bank bisa meraih pendapatan bunga (interest income). Macam-
3
macam kredit yang umum dipasarkan untuk kredit konsumtif dari bank-bank yang
beroperasi di Indonesia salah satunya kredit kepemilikan rumah (KPR).
Salah satu yang paling terkenal dengan Bank pemberi KPR adalah Bank
Tabungan Negara. Dengan sejarah panjang dan berdiri dengan nama Postpaar Bank
pada zaman Belanda, Bank Tabungan Negara akhirnya menjadi BUMN pada tahun
1968. Tentu saja untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi tersebut dan
bertahan hingga sekarang, bank harus melakukan kegiatan pemasaran yang tepat
untuk membangun positioning nya dimata konsumen dan target pasarnya. Saat ini
BTN masuk pada 10 besar bank beraset terbesar di Indonesia dan termasuk bank
pemberi kredit terbesar pada urutan ke-8. Dalam survey yang diadakan oleh Top
Brand Index, Bank Tabungan Negara juga menempati nomor 1 sebagai Bank KPR
(gambar 1)1.
Gambar 1.1
Walaupun Bank Tabungan Negara masih diperingkat pertama dalam KPR,
namun kenyataannya para kompetitor juga terus bergeliat untuk mencuri peluang
dalam hal tersebut. Hal inilah yang membuat Bank Tabungan Negara khawatir dan
berusaha meningkatkan kegiatan komunikasi pemasarannya dalam membangun
positioning. Upaya komunikasi pemasaran dalam membentuk positioning sangat
penting, dimana konsumen dapat mengetahui apakah keunggulan dari produk yang
ingin mereka gunakan.
Hal ini jugalah yang disadari dan dijalankan oleh Bank Tabungan Negara
dalam mengoptimalkan upaya pembangunan positioning melalui kegiatan
komunikasi pemasaran yang baik dan tepat terhadap para kompetitornya. Promosi
atau komunikasi pemasaran ini dapat dikatakan mampu mempengaruhi
1
Topbrandindex.com dilihat pada 29 maret 2014 pukul 16.45 WIB
4
kelangsungan hidup suatu perusahaan terlebih ditengah persaingan pasar yang
ketat. Tanpa kegiatan komunikasi pemasaran serta positioning yang tepat,
konsumen tidak akan mengenal dan atau bahkan mempergunakan produk atau jasa
yang ditawarkan suatu perusahaan, baik yang berskala besar, menengah, maupun
yang berskala kecil. Komunikasi Pemasaran merupakan usaha suatu perusahaan
untuk
mengkoordinasikan
media-media
informasi
dan
persuasi
untuk
memperkenalkan serta menjual produk, jasa, atau ide mereka (Belch & Belch,
2004)2. Di sini strategi komunikasi pemasaran memiliki peran yang cukup penting.
Kegiatan komunikasi pemasaran untuk upaya pembangunan positioning itu
sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Masing-masing sebagai alat dalam
komunikasi pemasaran yang dapat memainkan perannya masing-masing secara
berbeda, memiliki keunggulan dan keterbatasan tertentu, sehingga keputusan yang
diambil dalam penggunaan cara komunikasi pemasaran tersebut haruslah sesuai
dengan peran dan kepentingan tiap bentuk komunikasi pemasaran yang ada untuk
dipakai, dan koordinasi antara satu dengan yang lainnya.
Rasa keingintahuan peneliti dimulai ketika banyaknya kompetitor Bank
Tabungan Negara yang juga menyasar pangsa perkreditan perumahan. Walaupun
nyatanya Bank Tabungan Negara masih memiliki positioning teratas dalam sektor
ini. Namun, tentu saja hal ini berdampak pada proses strategi komunikasi
pemasaran yang berubah sesuai dengan keadaan. Perubahan strategi inilah yang
coba membuat peniliti semakin memiliki keingintahuan, bagaimana sebuah Brand
sebesar Bank Tabungan Negara yang awalnya muncul sebagai pemeran tunggal di
sektor perkreditan perumahan sekarang memiliki pesaing yang nyatanya Brand
tersebut juga dimiliki oleh pemerintah. Hal ini tentu menarik mengingat sejarah
panjang yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara untuk mempertahankan wilayah
bisnisnya yang potensial. Terlebih, Bank Tabungan Negara memiliki kantor cabang
protokoler, yaitu kantor cabang yang memiliki hak khusus untuk menjalan
kampanye komunikasi pemasarannya sendiri. Tentu disadari Positioning yang kuat
yang dimiliki oleh Bank Tabungan Negara tidak terlepas dari peran komunikasi
2
Belch E. George and Michael A. Belch. 2003. Advertising and promotion: An Introduction to Integrated Marketing
Communication.
5
pemasaran yang vital dalam membangunnya, dengan tersebarnya cabang di seluruh
indonesia kantor cabang protokoler sangat dibutuhkan untuk menunjang kampanye
yang dilaksanakan. Positioning pertama kali diserap oleh konsumen melalui
komunikasi pemasaran yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Menjadi
pertanyaan bagi peneliti, bagaimana komunikasi pemasaran yang dijalankan Bank
Tabungan Negara cabang Yogyakarta selaku cabang protokoler untuk membangun
positioning sebagai Bank perkreditan perumahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, Penelitian ini akan fokus
kepada komunikasi pemasaran Bank Tabungan Negara yang nantinya peneliti akan
mengetahui secara mendalam tentang positioning dan bagaimana strategi tersebut
membawa dampak bagi brand. Pertanyaan yang akan dirumuskan menjadi rumusan
masalah adalah:

Bagaimana kegiatan komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh
Bank Tabungan Negara dalam upaya membangun positioning
sebagai Bank Perkreditan Perumahan?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua. Yaitu tujuan umum dan khusus,
tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana kegiatan
komunikasi pemasaran untuk membangun positioning pada Bank Tabungan Negara
.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini;
1. Memberikan kontribusi bagi diskusi teoritis/konsep mengenai komunikasi
pemasaran terhadap positioning.
6
2. Memberikan kontribusi bagi khasanah penelitian mengenai praktik
komunikasi pemasaran terhadap positioning di dunia perbankan.
3. Memberikan gambaran aktivitas komunikasi pemasaran pada Bank
Tabungan Negara dalam mengahadapi perubahan pasar dan kompetitornya.
D.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan komunikasi
pemasaran Bank Tabungan Negara cabang Yogyakarta selaku kantor cabang
protokoler yang telah menjalankan dalam upayanya membangun positioning
sebagai Bank perkreditan Perumahan. Positioning menjadi hal yang sangat
fundamental bagi sebuah perusahaan, terlebih dengan persaingan perbankan yang
semakin ketat seperti sekarang. Perubahan berawal dari munculnya gagasan baru
oleh McCarthy pada tahun 1960 yaitu teori marketing mix (Product, Price, Place
dan promotion). Hingga istilah tersebut disempurnakan dan menjadi strategi
andalan hingga sekarang dan dikenal sebagai komunikasi pemasaran terpadu atau
Integrated Marketing Communication.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini saya harap mampu mencakup 3 signifikansi yaitu
secara akademis, praktis dan sosial. Yang pertama penelitian ini diharapkan mampu
menjadi pembelajaran terkait dengan tema komunikasi pemasaran di dunia
perbankan yang masih minim sumber referensi. Kemudian penelitian ini
selanjutnya diharapkan mampu menjadi indikator sejauh dan sebesar mana
pengaruh komunikasi pemasaran Bank Tabungan Negara dalam mempertahankan
posisi nomor 1 sebagai Bank perkreditan rumah. Serta yang terakhir untuk
7
mengetahui seberapa besar dampak signifikan yang ditimbulkan dari kegiatan
komunikasi pemasaran yang dilakukan Bank Tabungan Negara.
F.
Kerangka Pemikiran
1. Komunikasi Pemasaran
Dengan meningkatnya penekanan pada hubungan pelanggan dan
stakeholder, baik akademisi dan profesional telah berusaha memberikan berbagai
nama untuk proses yang dirancang untuk membantu organisasi lebih berpusat pada
pelanggan. IMC adalah salah satu proses yang pertama yang dibentuk untuk
mengelola hubungan pelanggan. Hal ini juga yang paling banyak digunakan. Hal
yang membedakan IMC dari proses penciptaan bisnis berbasis pelanggan lainnya
adalah bahwa dasar IMC adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua
hubungan, dan itu adalah proses yang saling berputar, bukan proses yang linear.
Tidak ada permulaan dan akhir berkaitan dengan usaha memperoleh,
mempertahankan, dan mengembangkan pelanggan.
Komunikasi pemasaran merupakan proses komunikasi yang dilakukan
dalam konteks aktivitas pemasaran seperti jual beli produk oleh produsen kepada
konsumen melalui pesan yang disampai kan berupa persuasi / membujuk,
informasi, sehingga mampu menarik minat konsumen untuk membeli. Dalam
komunikasi pemasaran mengenal adanya kebutuhan (needs), dan kebutuhan itu
merupakan salah satu alasan yang dapat menggerakkan manusia khususnya untuk
berusaha, dan manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu, dan itu sendiri
tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, setiap manusia pasti membutuhkan
berbagai macam kebutuhan.
Komunikasi pemasaran juga disebut sebuah proses perencanaan marketing
komunikasi yang memperkenalkan konsep perencanaan komprehensif untuk
mengevaluasi peranan strategis dari berbagai elemen komunikasi pemasaran dan
sebuah proses strategi bisnis dalam mengelola hubungan dengan konsumen yang
intinya untuk menggerakkan brand value. IMC sendiri telah menjadi kajian yang
cukup popular dalam dunia komunikasi pemasaran sejak awal kemunculannya.
8
Sejak itu pun pengertian tentang IMC terus mengalami perkembangan. Salah satu
pengertian IMC yang menjadi patokan dari berbagai biro periklanan dan
komunikasi pemasaran adalah pengertian yang dikembangkan oleh Don Schultz,
tokoh Dari Northwestern University yang sering disebut sebagai bapak IMC, untuk
The American Association of Advertising Agencies (The 4As) sebagai berikut:
A concept of marketing communication planning that
recognize the added value of a comprehensive plan that
evaluates the strategic roles of a variety of communication
disciplines. For example, general advertising, direct
response, sales promotion, and public relation and combines
these disciplines to provide clarity, consistency, and
maximum communications impact3.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IMC menitik beratkan
pada tiga hal, yaitu perencanaan, konsistensi pesan dan integrasi berbagai program
komunikasi pemasaran. Perencanaan dalam sebuah IMC merupakan hal penting
karena pelaksanaan IMC yang baik menuntut adanya perencanaan yang baik pada
awalnya. Konsistensi dalam IMC disebut sebagai centralized messaging function,
yaitu fungsi IMC sebagai cara mengkomunikasikan image yang konsisten dan
sebagai satu kesatuan, sehingga apapun yang disampaikan perusahaan berada
dalam satu tema dan positioning yang sama4.
Selain
konsistensi
pesan,
bauran
komunikasi
pemasaran
juga
mementingkan adanya integrasi program-program komunikasi pemasaran yang
dijalankan sebuah perusahaan. Sebelum bauran komunikasi pemasaran mulai
dikenal dalam komunikasi pemasaran, komunikasi pemasaran perusahaan memang
telah menggunakan berbagai macam program, baik melalui periklanan, promosi
penjualan, publisitas hingga penjualan langsung, namun semua itu diperlakukan
sebagai elemen yang terpisah tanpa mempedulikan dampak yang ditimbulkan satu
program terhadap kinerja program lainnya. Padahal, untuk menjalankan
komunikasi pemasaran yang efektif, program-program komunikasi pemasaran yang
3
Menurut Don Schultz tahun 1989 dalam buku George E. Belch and Michael A. Belch. 2003. Advertising and promotion:
An Introduction to Integrated Marketing Communication. Hal 9
4
Ibid, hal 10.
9
digunakan haruslah saling menopang, yaitu dengan menutupi kelemahan satu sama
lain serta memperkuat kelebihan masing-masing. Untuk itulah, sebelum
merencanakan kegiatan program bauran komunikasi pemasaran, pengetahuan
tentang karakteristik program-program komunikasi pemasaran termasuk mengenai
kelebihan dan kelemahannya sangat diperlukan.
Salah satu hal yang ditekankan dalam IMC adalah pengintegrasian berbagai
program komunikasi pemasaran. Pengintegrasian tersebut tentunya dilaksanakan
dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing program
komunikasi pemasaran. Oleh karena itu, pengetahuan tentang karakteristik masingmasing program komunikasi pemasaran sangat diperlukan dalam IMC. Gambar
dibawah ini (gambar 1-2) memperlihatkan berbagai macam alternative program
komunikasi pemasaran yang dapat diintegrasikan dalam IMC. Beberapa sumber
menyebutnya sebagai promotional mix, namun dalam penelitian ini disebut sebagai
program komunikasi pemasaran untuk menghindari timbulnyan kesalahpahaman
akibat kesamaan istilah “promotion” pada promotional mix dan sales promotion
Gambar 1-25 Alternatif Communication Options dalam IMC
The
Promotional
Mix
Advertising
Direct
Marketing
Interactive/
Internet
Marketing
Sales
Promotion
5
Publicity/
Public
Relation
Personal
Selling
Belch E. George and Michael A. Belch. 2003. Advertising and promotion: An Introduction to Integrated Marketing
Communication. Hal 16
10
Secara tradisional program-program komunikasi pemasaran yang sering
digunakan oleh berbagai perusahaan terdiri dari empat program yaitu advertising,
sales promotion, Publicity/Public relation, dan personal selling. Namun, dengan
adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada teknologi maupun
karakteristik
target
konsumen,
pada
akhirnya
direct
marketing
dan
interactive/internet marketing turut ditempatkan sebagai sebuah program
komunikasi pemasaran yang cukup berperan dalam IMC.6 Peran dan kontribusi
berbagai program komunikasi pemasaran dalam IMC sendiri sebenarnya dapat
dioptimalkan asalkan perusahaan mampu memahami kelemahan dan kelebihan
masing-masing program.

Advertising
Advertising (iklan) didefinisikan sebagai segala bentuk komunikasi
berbayar yang bersifat nonpersonal untuk mempresentasikan produk, jasa,
organisasi hingga ide yang sponsornya dapat diidentifikasi.7 Iklan dikatakan
sebagai komunikasi berbayar karena media yang digunakannya harus dibeli kecuali
untuk iklan layanan masyarakat, sedangkan sifat iklan sebagai bentuk komunikasi
nonpersonal dikarenakan iklan melibatkan media massa yang dapat menyampaikan
informasi kepada khalayak luas dalam waktu yang bersamaan.

Direct Marketing
Direct Marketing merupakan usaha perusahaan untuk berkomunikasi secara
langsung dengan target konsumen agar dapat mendorong terbentuknya respon
secara langsung, atau bahkan mewujudkan pembelian secara langsung. Wujud dari
direct marketing yang sering dikenal dengan direct mail dan katalog pemesanan,
namun lebih dari itu, sebenarnya direct marketing melibatkan aktifitas seperti
6
7
Ibid. hal 16
Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Hal. 221
11
menejemen database konsumen, direct selling, telemarketing dan direct response
advertising baik melalui surat, internet, maupun berbagai media cetak dan
broadcast media.

Internet Marketing
Internet Marketing merupakan program komunikasi pemasaran yang
memungkinkan adanya hubungan timbal balik pada arus informasinya, dimana
seluruh partisipan dapat ikut memodifikasi bentuk dan isi informasi yang mereka
terima secara langsung. Berbeda dengan advertising yang hanya memberikan
informasi satu arah, internet marketing memungkinkan target konsumen untuk
melakukan banyak hal selain menerima informasi dari perusahaan, seperti
mengubah informasi dan image brand sesuai dengan pengalaman mereka dengan
brand, mencari tahu lebih tentang brand, merespon pertanyaan dari perusahaan,
hingga melakukan pembelian.

Sales Promotion
Sales Promotion didefinisikan sebagai usaha perusahaan untuk menaikkan
penjualan melalui intensif dengan menawarkan keuntungan lebih bagi penjual,
distributor, hingga konsumen. Fokus utama pada sales promotion adalah pada
insentif. Jika iklan menawarkan produk dengan memberikan alasan mengapa
konsumen harus membelinya, maka sales promotion menjual produk dengan
menawarkan insentif yang ditargetkan langsung kepada konsumen. Sales
promotion terbagi menjadi dua kategori yaitu consumer oriented dan trade
oriented.

Public Relation
Public Relation didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang bertugas
untuk membangun dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara
sebuah organisasi dengan berbagai publik yang menentukan keberhasilan atau
12
kegagalan organisasi tersebut8. Berbeda dengan publisitas yang lebih tidak
terkontrol, PR direncanakan oleh perusahaan untuk mengontrol dan mengurus
brand image dimata publik.

Personal Selling
Personal Selling merupakan bentuk komunikasi interpersonal, yaitu antara
penjual dengan konsumen secara langsung, yang memunkinkan penjual untuk
berusaha mendampingi dan mempengaruhi konsumen untuk membeli produk
perusahaan. Berbeda dengan iklan, personal selling membutuhkan kontak langsung
dengan konsumen, yaitu secara tatap muka atau bisa juga melalui telepon.
2. Institusi Perbankan sebagai Sebuah Brand
Brand secara umum dapat dipahami sebagai sarana untuk membedakan
barang dari satu produsen dengan barang dari produsen lainnya. Pengertian umum
ini sesuai dengan asal mula kata brand, yaitu “brandr”, sebuah kata dari bahasa
Skandinavia yang berarti “to burn”. Awal mulanya, brandr digunakan oleh para
pemilik peternakan untuk menandai hewan ternak mereka agar mudah
diidentifikasi.
Lebih
spesifik
lagi,
American
Marketing
Association
mendeskripsikan, “brand is a name, term, sign, symbol, or design, or a combination
of them intended to identify the goods and services of one seller and to differentiate
them for those competition9.
Namun demikian, brand bukanlah sekedar kontes kecantikan yang
memamerkan desain symbol dan logo atau brand element belaka, seperti
diungkapkan oleh Larry Light, “Brand stand for something and are much more than
simply trademarks or logos. A brand is a promise to the customer”10. Light
mengatakan bahwa brand element hanyalah sebagai alat untuk menunjukkan
kepada konsumen inti dari brand itu sendiri, yaitu tentang identitas sebuah brand,
serta janji-janji tentang kualitas dan tanggung jawab perusahaan di balik brand
8
I Gusti Ngurah Putra. 2005. Modul teknik-teknik kehumasan. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UGM. Hal.2
Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. New Jersey:
Prentice-Hall
10
Larry Light. 1999. What High-Tech Managers Need to Know about Brands. Dalam Harvard Bussiness Review. JuliAgustus. Hal. 85
9
13
tersebut. Karena hal tersebut, brand berbeda dengan produk. Keller menegaskan
bahwa perbedaan antara brand dengan produk yang ditekankan pada penambahan
dimensi dan nilai pada produk11. Produk merupakan segala hal yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk dikonsumsi dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen serta mendatangkan keuntungan bagi
produsen. Brand sama dengan produk, namun telah ditambahkan dimensi lain yang
dapat membedakannya dengan produk lain yang diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan yang sama.dimensi yang membedakannya tersebut dapat bersifat fisik,
atau dapat pula bersifat simbolis dan emosional. Dimensi fisik biasanya
berhubungan dengan performa produk, sedangkan simbolis biasanya berhubungan
dengan representasi brand tersebut.
Brand merupakan sesuatu yang tinggal di dalam benak konsumen dan
berupa kesatuan persepsi. Kesatuan persepsi itulah yang membuat brand lebih
hidup daripada produk. Kekuatan kesatuan persepsi membuat brand tampak dapat
merefleksikan persepsi konsumen, bahkan dapat merefleksikan pula tabiat seorang
konsumen12. Oleh karena itulah, brand merupakan sesuatu yang sangat bernilai
bagi konsumen, brand dapat diposisikan sebagai cara simbolis untuk menunjukan
self image. Itulah mengapa, mengenalkan Bank Tabungan Negara menjadi sebuah
“brand” kepada konsumen dianggap mengenalkan “siapa” sebuah produk itu
sebenarnya.
Brand dalam hal ini merupakan produk yang hidup, bernilai lebih, memiliki
jati diri serta image, yang dipercaya konsumen dapat dikaitkan dengan jati diri dan
self image brand tersebut. Program komunikasi pemasaran dapat memberikan
kontribusi dalam mengenalkan brand kepada konsumen dan membuat memahami
brand tersebut beserta nilai dan image, sehingga memunculkan kepercayaan pada
konsumen untuk mencptakan sebuah hubungan yang baik dengan brand.
Seorang pakar marketing, Alvin Achenbaum seperti dikutip Keller
menyebutkan bahwa yang membedakan brand dengan produk tanpa brand adalah
jumlah total dari persepsi dan perasaan konsumen terhadap atribut dan penampilan
11
12
Keller. ibid hal. 4.
Keller. Ibid. hal.10
14
produk, terhadap nama brand, serta perusahaan yang terkait dengan brand
tersebut13. Sama halnya dengan pendapat Kotler, persepsi dan perasaan
konsumenyang diungkapkan Achenbaum dapat dibentuk melalui dimensi fisik dan
simbolis. Beberapa brand menciptakan persepsi yang baik melalui performanya,
namun persepsi dan perasaan tersebut lebih dapat tercipta melalui dimensi yang
tidak terkait dengan produk, yaitu dengan cara memahami hasrat dan motivasi
konsumen lalu membuatnya relevan dengan apa yang ditawarkan brand, serta
menciptakan brand image yang sesuai dengan hasrat dan motivasi tersebut.
Seringkali, dimensi simbolis inilah yang menjadi satu-satunya cara untuk
membedakan satu brand dengan brand lainnya dalam satu kategori produk.
3. Positioning
Jika sebuah kata dapat diungkapkan dan menandai arti periklanan, kata
tersebut pastilah “positioning”. Positioning telah banyak didengungkan oleh orangorang di bidang periklanan dan pemasaran. Tidak hanya di Amerika, tapi juga
diseluruh dunia. Kebanyakan orang berfikir bahwa positioning dimulai pada tahun
1972 saat kita membaca rangkaian artikel berjudul “The Positioning Era” pada
bulletin perdagangan Advertising Age.14
Positioning dimulai dengan sebuah
produk.
Sebuah barang dagangan, jasa, perusahaan, institusi bahkan orang
sekalipun. Dan mungkin diri kita sendiri. Akan tetapi, positioning bukanlah sesuatu
yang produsen lakukan terhadap produk. Namun, sesuatu yang dilakukan produsen
terhadap pikiran calon konsumen. Jadi, merupakan sesuatu yang salah jika
menyebut konsep ini sebagai “positioning product”. Seperti halnya apabila
produsen melakukan suatu hal terhadap fisik produk tersebut. Salah jika positioning
tidak melibatkan perubahan. Memang akan melibatkan perubahan. Namun,
perubahan dibuat terhadap nama, harga, dan kemasan, bukan terhadap produk
secara keseluruhan. Pada dasarnya ada perubahan penampilan yang akan dilakukan
dengan tujuan menjamin suatu posisi yang lebih berharga dalam pemikiran calon
13
14
Keller, Op. Cit., hal. 4.
Ries, Al & Jack Trout, 2002. Positioning : The Battle for Your Mind. Edisi ulang tahun ke-20. Hal 4
15
konsumen. positioning juga merupakan tubuh pemikiran yang pertama yang dating
untuk memegang permasalahan dalam mendengarkan masyarakat kita yang
kebanjiran informasi.
Dengan demikian, Positioning adalah tindakan perusahaan untuk
merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu
diingatan konsumen. Sehingga dengan demikian konsumen segmen memahami dan
menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para
pesaingnya. Bagi perusahaan tindakan untuk meneliti atau mengindentifikasi posisi
pesaing dan memutuskan untuk mengambil posisi setaraf dengan posisi pesaing
atau mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri dekat
dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan kemudian mencari
perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan tersendiri.
Menurut Kotler, “Positioning is the act of designing the company’s offer so
that it occupies a distinct and value placed in the target customer mind”15.
Maknanya, mencari ‘posisi’ di dalam pasar, langkah ini dilakukan setelah
menentukan strategi segmentasi yang dipakai. Dengan kata lain positioning adalah
suatu tindakan atau langkah-langkah dari produsen untuk mendesain citra
perusahaan dan penawaran nilai dimana konsumen didalam suatu segmen tertentu
mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan, dibandingkan
dengan pesaingnya.
Sementara itu, pikiran konsumen sering dianologikan sebagai benteng
terakhir pertahanan melawan meluapnya arus komunikasi, sebagai tempat
menyaring, menerima atau menolak informasi yang ditawarkannya. Apabila
ternyata pikiran konsumen telah terbentuk, biasanya produsen lain mengalami
kesulitan untuk merubahnya, apalagi pesaingnya tidak tinggal diam melakukan
reposisi. Konkritnya, satu hal pokok yang perlu dilakukan dalam usaha ‘memaku
mati’ pesan di dalam pikiran seseorang adalah sama sekali bukan yang berhubungan
dengan pesannya, tapi justru pikiran itu sendiri. Pikiran yang bersih adalah pikiran
yang belum dipoles oleh merk lain. Sehingga peranan positioning merupakan
Kotler, Philip. 1997. Marketing Management “Analysis, Planning, Implementation and Control” (9th ed.). New Jersey:
Prentice Hall International, Inc. hal 262
15
16
sistem yang terorganisir dalam upaya menemukan suatu hal yang tepat, pada waktu
yang tepat di dalam pikiran seseorang.
Dalam masyarakat yang kebanjiran informasi, berbicara mengenai dampak
iklan merupakan hal yang memang melebih-lebihkan potensi efektivitas pesan
tersebut. Ini merupakan pandangan egosentris yang membawa tidak adanya
hubungan pada kenyataan di lapangan. Dalam hutan komunikasi di masyarakat,
harapan bagi nilai yang besar adalah menjadi selektif, berkonsentrasi pada target
yang sempit, mempraktikkan segmentasi. Dalam kata lain “positioning”16. Pikiran,
sebagai pertahanan terhadap volume komunikasi masa kini, meneliti dan menolak
berbagai informasi yang ditawarkan. Biasanya, pikiran hanya menerima hal-hal
yang sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan terdahulu.
Pendekatan terbaik yang akan diambil dalam masyarakat yang kebanjiran
arus informasi adalah pesan yang sederhana17. Dalam komunikasi, seperti halnya
dalam arsitektur, lebih sedikit lebih baik. Produsen harus mempertajam pesan yang
akan disampaikan untuk diasah dalam benak konsumen. Produsen harus melempar
ambiguitas, menyederhanakan pesan, dan menyederhanakannya kembali jika ingin
memperoleh kesan yang tahan lama. Orang yang lingkungan hidupnya bergantung
pada komunikasi mengetahui kegunaan penyederhanaan.
Dalam proses positioning selalu dimulai product positioning. Pendapat ini
dikemukakan oleh Regis Mc Kenna, yang juga mengemukakan definisi product
positioning sebagai berikut: “The positioning process should begin with the product
themselves. To gain a strong product positioning, a company must differentiate its
product from all other products on the market. The goal is to give theproduct a
unique position in the market place18. Dari definisi diatas mengandung pengertian
bahwa proses positioning harus dimulai dengan produk itu sendiri.
4. Pemasaran dalam situasi Blue ocean dan Red Ocean
Dalam dunia pemasaran terdapat dua macam kondisi yang sangat terkenal,
red ocean dan blue ocean. Konsep terminologi samudra merah dan biru untuk
16
17
18
Ries, Al & Jack Trout, 2002. Positioning : The Battle for Your Mind. Edisi ulang tahun ke-20. Hal 9
Ibid., hal. 12
McKenna, Eugene & Beech, Nic, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Hal 37
17
menandakan semesta pasar. Di dalam samudra merah, batasan-batasan industri
didefinisikan dan diterima, aturan kompetitif dari permainan yang dikenal. Samudra
biru menandakan semua industri yang tidak ada hari ini, ruang pasar yang tidak
diketahui , bersih dengan kompetisi. Di dalam samudra biru permintaan diciptakan
bukan diperebutkan.
Di dalam red ocean sendiri merupakan gambaran persaingan bisnis yang
ada saat ini dan ruang pasar yang sudah dikenal sedangkan blue ocean menciptakan
ruang pasar yang baru, yang belum dimasuki oleh pesaing sebelumnya atau belum
dikenali. Di dalam red ocean ,batasan-batasan dalam industri telah didefinisikan
dan diterima oleh para pelaku bisnis. Di sini, perusahaan berusaha mengalahkan
lawan mereka demi mendapatkan permintaan dari pangsa pasar yang lebih besar.
Yang membuat Red Ocean ini menjadi kompetisi sengit adalah karena yang terjadi
pada pasar tersebut, permintaan lebih sedikit dari pada penawaran. Akibatnya
persaingan dengan kompetitor menjadi sangat ketat dan bisa saja antar pesaing
saling menghancurkan terhadap kompetitor yang memberikan tawaran fitur produk
yang seragam, sama, dan semua saling memperebutkan pasar yang juga sama19.
Intinya Red Ocean menggambarkan semua industri yang ada saat ini, yang
merupakan ceruk pasar yang sudah dikenal. Terlebih dalam Red Ocean, batasanbatasan dalam industri telah di definisikan dan telah diterima serta aturan-aturan
persaingan telah diketahui. Disini masing-masing perusahaan berusaha untuk
mengalahkan lawan mereka demi mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar,
ketika market menjadi semakin “crowded”, dan dalam kondisi seperti ini terjadi
perang harga yang mengakibatkan berkurangnya profit margin, produk menjadi
komoditas dan kompetisi habis-habisan ini memgubah samudera merah menjadi
samudera penuh darah.
Pada Blue Ocean kondisinya berbanding terbalik dengan Red Ocean. Disini
persaingan nyaris tidak ada, karena diawali dengan berani tampil beda tadi. Karena
sudah tergolong beda dengan kompetitor sebelumnya, sehingga pasar yang tertarik
dengan produk kita tergolong khusus juga. Selain itu di dalam blue ocean strategy
19
Kim, W. Chan & Renee Mauborgne. 2006. Blue Ocean Strategy. Hal 34
18
ditandai oleh ruang pasar yang belum terjelajahi, penciptaan permintaan, dan
peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan. Inovasi nilai merupakan batupijak dari strategi samudra biru. Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada
nilai nilai dan inovasi.
Nilai tanpa inovasi cenderung berfokus pada penciptaan nilai dalam skala
besar. Inovasi tanpa nilai cenderung bersifat mengandalkan teknologi, pelopor
pasar, atau futuristis, dan sering membidik sesuatu yang belum siap diterima dan
dikonsumsi oleh pembeli. Inovasi nilai merupakan cara baru untuk memikirkan dan
melaksanakan strategi yang mengarah pada penciptaan samudra biru dan
ditinggalkannya kompetisi.
Gambar20 1.3 Inovasi nilai: batu pijak Strategy Samudera Biru
Penciptaan samudra biru adalah soal menekan biaya dan meningkatkan nilai
bagi pembeli. Karena nilai pembeli berasal dari utilitas (manfaat) dan harga yang
ditawarkan perusahaan kepada pembeli, dan karena nilai bagi perusahaan itu
dihasilkan dari harga dan struktur biaya, maka inovasi nilai tercapai hanya ketika
keseluruhan sistem kegiatan utilitas, harga, dan biaya perusahaan terpadu dengan
tepat.
Inovasi nilai adalah lebih dari sekadar inovasi. Inovasi nilai adalah soal
strategi yang merangkul seluruh sistem kegiatan perusahaan serta,
20
Op,. Cit hal 38
19
menuntut
perusahaan untuk mengarahkan seluruh sistem pada tujuan mencapai lompatan
dalam nilai bagi pembeli dan perusahaan itu sendiri. Selain itu pada situasi pasar
samudera biru, perusahaan memasuki wilayah baru, menciptakan ruang pasar.
Samudera biru menawarkan banyak pelung menarik, kompetisi didalam pengertian
tradisional tidak memainkan peran apapun disana. Banyak pimpinan perusahaan
tidak bisa membayangkan bahwa di dalam samudra biru sana ada suatu penawaran
yang akan memukul batasan-batasan pasar mereka yang terbuka lebar.
G. Kerangka Konsep
Kerangka pemikiran yang telah disebutkan sebelumnya merupakan acuan
yang dapat menuntun peneliti untuk menjelaskan tentang peran komunikasi
pemasaran dalam membangun positioning dalam industri perbankan. Kerangka
konsep disini, peneliti membatasi pembahasan dengan menerapkan indicator yang
akan menuntun peneliti dalam melakukan analisis.
Salah satu pengertian IMC yang menjadi patokan dari berbagai biro
periklanan dan komunikasi pemasaran adalah pengertian yang dikembangkan oleh
Don Schultz, tokoh Dari Northwestern University yang sering disebut sebagai
bapak IMC, untuk The American Association of Advertising Agencies (The 4As)
sebagai berikut:
A concept of marketing communication
planning that recognize the added value of a
comprehensive plan that evaluates the strategic roles
of a variety of communication disciplines. For
example, general advertising, direct response, sales
promotion, and public relation and combines these
disciplines to provide clarity, consistency, and
maximum communications impact21.
21
Menurut Don Schultz tahun 1989 dalam buku George E. Belch and Michael A. Belch. 2003. Advertising and promotion:
An Introduction to Integrated Marketing Communication. Hal 9
20
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IMC menitik beratkan pada tiga
hal, yaitu:

Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah IMC merupakan hal penting karena
pelaksanaan IMC yang baik menuntut adanya perencanaan yang
baik pada awalnya.

Konsistensi pesan
Konsistensi dalam IMC disebut sebagai centralized messaging
function, yaitu fungsi IMC sebagai cara mengkomunikasikan image
yang konsisten dan sebagai satu kesatuan.

Integrasi berbagai program komunikasi pemasaran.
Berbagai Line atau kegiatan komunikasi yang dijalankan harus
selalu one single message sehingga apapun yang disampaikan
perusahaan berada dalam satu tema dan positioning yang sama.
Positioning Menurut Cravens, memegang peran yang sangat besar dalam
strategi pemasaran, setelah melakukan analisis pasar dan analisis pesaing dalam
suatu analisis internal perusahaan (total situation analysis)22. Alasannya dunia
sekarang ini dilanda meluapnya arus komunikasi, terjadi ledakan barang, perang
media, maupun derasnya arus iklan. Akibatnya pikiran para calon konsumen
menjadi ajang pertempuran. Oleh karena itu, agar dapat berhasil dalam suatu
masyarakat yang dilanda meluapnya arus komunikasi, perusahaan apa pun
sebaiknya mampu menciptakan suatu posisi yang tidak hanya mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan perusahaan sendiri, tetapi juga kekuatan dan kelemaahan
pesaingnya dalam pikiran calon konsumen. Itulah sebabnya, rancangan dasar
positioning tidak lagi sekadar menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan
yang lain, tetapi juga memanfaatkan dengan cerdik apa yang ada di dalam pikiran
dan mengkaitkan hubungan-hubungan yang telah ada, hal ini karena pikiran
22
Craven, David W, 1996, Pemasaran Strategis. Hal. 37
21
manusia juga memiliki tempat bagi setiap keping informasi yang telah dipilih untuk
disimpan.
Dalam menentukan positioning23 Kotler menyatakan ada empat tahap yaitu:

Identifikasi target
Dalam hal ini, dengan banyaknya konsumen yang ada di masyarakat
kaitannya dengan positioning perusahaan harus mampu memilih
target yang ingin dicapai atau di inginkan dalam kegiatan
komunikasi pemasaran yang ingin dijalankan.

Menentukan frame of reference pelanggan.
Terkait dengan hal ini, perusahaan harus mampu menentukan
bagaimana sebenarnya sudut pandang target yang ingin disadar.
Bagaimana konsumen atau pasar yang diinginkan mampu
menunjukkan sisi ketertarikannya.

Merumuskan point of differentiation.
Produsen harus menunjukkan bahwa mereka mereka memiliki sisi
yang unggul dalam bidang tersebut, sehingga konsumen memiliki
alasan yang logis dan kuat untuk memilih perusahaan tersebut.

Menetapkan keunggulan kompetitif produk.
Hal yang terakhir ini terkait dengan poin sebelumnya, namun poin
ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki sesuatu yang berbeda
dengan kompetitornya dan hal yang berbeda itu justru kekuatan yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut.
23
Armstrong, dan Kotler 2003, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan, Penerbit PT. Indeks Gramedia, Jakarta
22
H.
Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
studi kasus, sebuah metode yang menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata, dimana batas-batas antara fenomena dengan konteks tak tampak
dengan tegas, dan multisumber bukti dimanfaatkan.24 Metode ini digunakan pada
penelitian yang memiliki unsur bagaimana dan mengapa dalam pertanyaan atau
rumusan masalahnya serta pada penelitian dimana peneliti memiliki sedikit peluang
untuk mengontrol kasus yang ditelitinya25. Lebih lanjut, metode studi kasus
digunakan dengan tujuan secara khusus menjelaskan dan memahami objek yang
diteliti sebagai sebuah kasus, dengan memberikan hasil bukan hanya sekedar
menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, namun lebih jauh lagi yaitu
menjelaskan bagaimana posisi obyek penelitian tersebut, dan mengapa kasus dapat
terjadi.
Woodside mengatakan bahwa penelitian studi kasus sesuai untuk penelitian
yang ditujukan untuk memberikan deskripsi sekaligus eksplanasi mengenai suatu
kasus atau fenomena yang diteliti26. Deskripsi dalam penelitian studi kasus
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan dan
bagaimana dalam sebuah penelitian, sedangkan eksplanasi dimaksudkan untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan “mengapa” dalam sebuah penelitian.
Metode studi kasus menjadi pilihan metode dalam penelitian ini karena
dalam kasus ini, peneliti tidak hanya sekedar ingin menjawab pertanyaan tentang
apa saja program komunikasi pemasaran Bank Tabungan Negara dalam
membangun positioning, namun juga mampu menjelaskan secara komprehensif
bagaimana proses komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bank Tabungan
Negara. Studi kasus yang digunakan adalah jenis studi kasus instrumental. Studi
kasus instrumental merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan dengan
meneliti kasus untuk memberikan pemahaman mendalam atau menjelaskan
24
Robert K Yin. 2011. Studi Kasus: Desain & Metode. Hal 18
Ibid hal 8
26
Arch G. Woodside. 2010. Case study research: Theory, Methods, Practice. United Kingdom: Emerald Groups
Publishing Limited. Hal 11
25
23
kembali suatu proses generalisasi27. Dalam penelitian ini, kasus diposisikan sebagai
instrument atau alat untuk memberikan
penjelasan yang mendalam serta
pemahaman tentang bagaimana kegiatan komunikasi pemasaran dijalankan dalam
upaya membangun positioning.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
studi
kasus
merupakan
penelitian
yang
pengumpulan
informasinya dilakukan dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data, sehingga informasi yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari
berbagai macam nara sumber28. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat
macam teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi berupa foto kegiatan,
wawancara dengan deputi branch manager operation selaku penanggung jawab
dari IMC yang dijalankan, observasi langsung dan observasi partisipan di kantor
cabang protokoler Yogyakarta. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara
memanfaatkan berbagai bentuk dokumen yang potensial memberikan informasi
yang dibutuhkan.
Teknik wawancara yang digunakan untuk menggali informasi dalam
penelitian ini bersifat open-ended dimana peneliti menanyakan fakta-fakta serta
opini informan mengenai kasus yang sedang diteliti, dalam bentuk wawancara yang
diasumsikan layaknya percakapan dan tidak terstruktur. Informasi dan data yang
relevan lain berusaha didapatkan melalui observasi langsung dengan kunjungan
lapangan, serta dengan melakukan observasi partisipan yang mengharuskan peneliti
aktif mengambil peran dan berpartisipasi dalam peristiwa yang diteliti, yaitu dalam
kegiatan komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh Bank Tabungan Negara.
27
Robert E. Stake. 2005. Multiple Case Study Analysis. New York: The Guilforg Press
Puji Rianto. 2008. Studi Kasus, dalam Pitra Narendra (ed.). Metodologi Riset Komunikasi.Yogyakarta: BPPI dan Pusat
Kajian Media dan Budaya Populer. Hal 83.
28
24
3. Teknik Penyajian dan Analisis Data
3.1 Deskriptif
Penyajian data deskriptif dilakukan dengan menguraikan secara deskriptif
data-data yang telah diperoleh dari pengumpulan dokumentasi, observasi langsung,
observasi partisipan serta wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Penyajian
data deskriptif ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui serta lebih memahami
seperti apakah komunikasi pemasaran Bank Tabungan Negara dan bagaimana
komunikasi pemasaran Bank Tabungan Negara dilaksanakan. Teknik analisis
dalam penelitian ini peneliti menggunakan pattern matching atau dikenal dengan
teknik analisis pencocokan pola, yaitu membandingkan antara pola-pola yang
diperoleh secara empirik dengan pola yang diprediksikan. Selain itu, pola
chronological yang dalam artian mengurutkan pola analisis bagaimana kronologi
sebuah kasus, oleh karena itu peneliti gabungkan agar memiliki gambaran secara
jelas terhadap kasus yang diteliti.
3.2 Evaluatif
Penyajian data evaluatif akan dilakukan setelah peneliti mendeskripsikan
data-data yang telah dihimpun. Pada tahap ini, peneliti akan mengevaluasi
komunikasi pemasaran yang telah dilakukan Bank Tabungan Negara. Melalui
evaluasi ini, akan terlihat apakah komunikasi pemasaran yang telah dijalankan
Bank Tabungan Negara telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau tidak.
Selain itu, hasil evaluasi juga dapat memberikan informasi bagaimana proses
komunikasi pemasaran menjalankan perannya.
3.3 Konklusif
Setelah penyajian data deskriptif dan evaluative dilakukan, peneliti akan
memaparkan kesimpulan dengan tujuan untuk lebih mempertegas hasil dari
penelitian ini, sehingga benang merah penelitian dapat ditangkap dengan jelas.
25
Download