38 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan penderita tentang penyakit dan penggunaan obat masih kurang, ditandai dengan 41,43% penderita pernah melakukan ketidaktepatan dalam penggunaan obat. Sebagian besar penderita (96,93%) menyatakan bahwa konseling penting untuk dilaksanakan. Durasi konseling yang diusulkan sebagian besar penderita adalah 5-10 menit. Materi yang diberikan dalam konseling diantaranya adalah efek samping (57,54%). Agar konseling berjalan dengan baik 65,73% memilih ruang khusus sebagai tempat dilaksanakan konseling obat. Kedekatan penderita dengan dokter menyebabkan sebagian besar penderita memilih dokter sebagai profesional pemberi konseling (66,50%), sedangkan yang memilih apoteker 13,81%. Untuk membantu pengobatan mandiri 73,91% penderita mengusulkan adanya informasi tertulis, dengan jenis informasi sesuai dengan informasi dalam konseling obat. Konseling obat sangat diperlukan penderita rawat jalan RS Immanuel untuk membantu pengobatan secara mandiri. Kebutuhan penderita dan sarana yang telah dimiliki dapat membantu Instalasi Farmasi RS Immanuel untuk melaksanakan pelayanan ini secara konsisten. Sebagian besar penderita menyatakan puas terhadap pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Immanuel (85,84%), dengan alasan petugas ramah (36,59%). Dan 14,16% menyatakan tidak puas dengan alasan lamanya pelayanan (28,12%). Terdapat 30,34% penderita di satelit DC II dan 11,54% di satelit PM menyarankan pelayanan konseling. Untuk meningkatkan kepuasan penderita terhadap pelayanan Instalasi farmasi, diperlukan peningkatan kinerja Insatalasi farmasi, salah satunya dengan menyelenggarakan pelayanan konseling obat. Hasil pengkajian kuantitatif resep satelit farmasi DC II menunjukkan terdapat ketidaklengkapan penulisan resep, yaitu 1,54% dalam penulisan nama penderita; 7,81% penulisan umur; 0,56% penulisan nama dokter; 0,33% penulisan jumlah obat; 1,44% penulisan signa. Secara keseluruhan terdapat 6,19% ketidaklengkapan penulisan resep. Hasil pengkajian 39 kualitatif menunjukan terdapat 1,43% kasus interaksi farmakokinetik obat, dan 0,79% kasus farmakodinamik obat. Kasus duplikasi obat ditemukan sebanyak 0,08%. Hal-hal tersebut dapat menghambat pelayanan, dan mengurangi ketepatan terapi penderita, sehingga diperlukan pengkajian menyeluruh dan tindak lanjutnya terhadap resep yang diberikan oleh dokter. 5.2 Saran Pelayanan konseling perlu dilaksanakan secara konsisten di RS Immanuel. Apoteker diharapkan dapat menunjukkan kemampuannya dalam melakukan konseling kepada penderita. Sumber daya apoteker harus disiapkan baik jumlah maupun kualitasnya. Kualitas apoteker dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal maupun informal. Salah satu perangkat konseling yang dibutuhkan apoteker dalam melakukan pelayanan konseling adalah data base informasi obat. Untuk penyusunan data base hendaknya digunakan pustaka yang lengkap, dapat dipercaya, dan terbaru atau mutakhir. Mengingat begitu seringnya interaksi penderita dengan dokter, perawat, dan asisten apoteker, maka untuk peningkatan penggunaan obat yang rasional hendaknya apoteker memberikan pendidikan tentang obat kepada profesional kesehatan tersebut. Guna membantu penderita rawat jalan dalam mengkonsumsi obatnya secara tepat, perlu diberikan pelayanan konseling disertai dengan informasi tertulis. Pada informasi tertulis tersebut hendaknya mencantumkan nomor telepon apoteker yang dapat dihubungi oleh penderita untuk konseling lebih lanjut. Apoteker Instalasi Farmasi RS Immanuel perlu melakukan tindak lanjut terhadap hasil pengkajian resep dengan memberikan informasi hasil pengkajian resep kepada profesional kesehatan yang terkait untuk memperlancar pelayanan di satelit farmasi dan meningkatkan ketepatan terapi. Cara pelayanan obat di Instalasi Farmasi mempengaruhi kepuasan penderita dalam mengikuti seluruh tahap pengobatan di rumah sakit, karena itu diperlukan peningkatan efektifitas kerja Instalasi farmasi, diantaranya adalah dengan penambahan sumber daya manusia; dan peningkatan keramahan pegawai, melalui pelatihan khusus.