8 TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP PENJUALAN OBAT DAFTAR G TANPA RESEP DOKTER DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTENG KESEHATAN ABSTRAK Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai penduduk paling besar di dunia. Namun hal ini bukanlah hal yang membanggakan karena semakin banyak pula permasalahan yang dihadapi dari kepadatan penduduk tersebut. Permasalahan tersebut diantaranya adalah masalah kesehatan. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah terencana dan terkelola dengan baik, terutama dalam pemberian obat terhadap pasien yang terkena penyakit, khusunya obat daftar G. Obat daftar G adalah obat yang hanya dapat dibeli dengan menggunakan resep dokter, ditandai dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam, dan terdapat huruf K di dalam lingkaran tersebut. Namun saat ini penjualan dan peredaran obat daftar G di beberapa apotek tidak lagi diawasi dengan baik dan beredar bebas di dalam masyarakat. Apoteker sering kali mengabaikan ketentuan-ketentuan untuk menjual obat daftar G kepada masyarakat demi mendapatkan keuntungan. Penjualan dan peredaran bebas obat daftar G ini dapat sangat membayakan dan merugikan kesehatan pasien. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitif, yaitu mengambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitan dengan teori-teori hukum dalam praktek pelaksanaannya yang menyangkut permsalahan yang diteliti. Sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang menggunakan cara peneitian bahan pustaka atau yang disebut data sekunder, berupa hukum primer dan bagaimana implementasinya di dalam praktek. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa prosedur penjualan obat daftar G kepada masyarakat dilakukan dengan cara memperhatikan keselamatan dan keamanan penggunanya atau orang yang akan membelinya. Terjadinya peredaran bebas obat daftar G di masyarakat disebabkan oleh berbagai macam sebab yang diantaranya adalah disebabkan oleh faktor ekonomi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pemilik apotek dan/atau apoteker, mahalnya obat-obatan daftar G di apotek, rendahnya pengawasan pemerintah terhadap peredaran obat daftar G, tingginya kebutuhan masyarakat terhadap obat daftar G, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap obat-obatan, dan masih mahalnya biaya berobat ke dokter. Atas perbuatan apoteker menjual obat daftar G tanpa resep dokter yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat maka apoteker dapat dimintakan pertanggungjawabannya karena apoteker tidak mempunyai kewenangan untuk mengedarkan obat daftar G tanpa disertai dengan resep dokter sesuai ketentuan Pasal 196 dan Pasal 198 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan atas kerugian yang diderita oleh masyarakat, apoteker dapat dimintakan ganti rugi