MASALAH KESEHATAN YANG DIHADAPI KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK REMAJA DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD): STUDI FENOMENOLOGI Health Problem in Caring for Adolescent with Unintended Pregnancy: Phenomenology Study Widyoningsih1*, Sigit Mulyono2, Wiwin Wiarsih3 1* Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia *Alamat korespondensi: Jl. Cerme No. 24 Cilacap Email: [email protected] 2,3 ABSTRAK Remaja dengan KTD berisiko mengalami stress baik bio, psiko, sosial kultural maupun spiritual. Perawatan anak dengan KTD oleh keluarga menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun non fisik. Artikel ini didasarkan pada hasil penelitian yang berjudul Pengalaman Keluarga dalam Merawat Anak Remaja dengan KTD. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi arti dan makna pengalaman keluarga merawat anak remajanya dengan TKD. Penelitian menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 orang caregiver remaja yang mengalami KTD. Data dianalisis dengan teknik Colaizzi. Beberapa tema yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah faktor yang mendukung terjadinya KTD dan stress yang dirasakan keluarga. Kata kunci: Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Remaja, Keluarga ABSTRACT Adolescent with unintended pregnancy have physical stress, psychological stress, social stress, and financial stress. Family who have care an adolescent with unintended pregnancy facing many problem. This article based on research study Familiy Experience in Caring Adolescents with Unintended Preganancy. This study used descriptive phenomenology research design. Data was collected through in-depth interview on the 8 participants. Data were analyzed by Colaizzi techniques. The study produced many themes include: the factors that contribute to unintended pregnancy and family stress. Keyword : unintended pregnancy, adolescent, family Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 72 masa remaja pertumbuhan dan perubahan fisik, PENDAHULUAN Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) kognitif dan psikologis belum optimal. Jika adalah kehamilan yang karena suatu sebab proses pertumbuhan dan perkembangan belum keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu optimal, dan ditambah dengan adanya KTD, atau kedua calon maka efek yang dirasakan akan jauh lebih berat. Pemerintah Jumlah orang tua bayi (Humas Kabupaten KTD di Pemalang, Indonesia belum 2008). dapat KTD yang berakhir dengan aborsi yang tidak aman ternyata merupakan salah satu ditentukan secara pasti. Jika ada, maka sifatnya penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) baik hanya data regional di suatu daerah. Itupun di dunia maupun di Indonesia. Analisis lebih tidak semua daerah dapat menunjukkan data jauh data SKRT 1995 menyebutkan aborsi tersebut. Biasanya data tersebut diperoleh dari berkontribusi terhadap 11,1% dari kematian ibu pelaksanaan di Indonesia, atau satu dari sembilan kematian program kesehatan reproduksi remaja maupun data dari Persatuan Keluarga ibu (Susilo & Lestari, 2007). Berencana Indonesia (PKBI). Remaja perempuan yang mengalami Pelayanan KTD yang dilakukan PKBI KTD memandang diri mereka keluar dari Pemalang selama 10 bulan dari bulan Agustus definisi ideal dan menyalahi struktur normative 2007 2008 keluarga dari sudut pandang sosial dan agama. menunjukkan adanya klien KTD sejumlah 145 Hal ini menyebabkan ketakutan, kebingungan, orang stress, rasa malu, rasa bersalah dan bahkan sampai dengan (Humas Pemalang, 2008). bulan Pemerintah Sedangkan Mei Kabupaten data yang depresi. Mereka akan lebih cenderung mencari diperoleh dari hasil wawancara dengan petugas layanan yang aman secara sosial dari pada aman KIA/KB Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) secara kesehatan fisik (PKBI, 2005). Beberapa Cilacap diperoleh data bahwa KTD pada tahun remaja 2007: 52 kasus, tahun 2008: 98 kasus, tahun mungkin akan berusaha untuk melakukan bunuh 2009: 71 kasus dan tahun 2010: 44 kasus. diri (Neamsakul, 2008). Remaja yang hamil KTD di kalangan perempuan yang akan mempertimbangkan bahkan merasakan dampak terhadap pendidikannya belum menikah terjadi karena hubungan seks baik pra nikah yang dilakukan. KTD dan hubungan melahirkan. seks pra nikah merupakan dua hal yang tidak dikeluarkan atau tidak tamat dari sekolah dan dapat dipisahkan. menjadi pengangguran. Remaja yang hamil Efek KTD pada remaja jauh lebih berat selama kehamilan Dampak maupun tersebut setelah meliputi: akhirnya terjebak dalam lingkaran kemiskinan, jika dibandingkan dengan efek KTD pada kegagalan kelompok usia yang lebih tua baik secara fisik, menentukan pilihan untuk dirinya (Stanhope & maupun psikologis. Hal ini terjadi karena pada Lancaster, 2004 ). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 sekolah, dan keterbatasan 73 Munculnya psikologis permasalahan akibat membutuhkan keperawatan KTD fisik pada serangkaian yang dan remaja, mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang mengandung makna (Sugiyono, 2010). intervensi yang digunakan dalam dan penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. keperawatan Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini melalui pendidikan kesehatan dan identifikasi bertujuan untuk memahami pengalaman hidup dini masalah dapat secara dramatis mengubah sepenuhnya jalannya kehamilan dan hasil dari kelahiran. terhadap pengalaman itu oleh partisipan (Polit Peran perawat dapat dilaksanakan baik melalui & Beck, 2008). berkesinambungan. komprehensif Pendekatan Intervensi pencegahan primer, sekunder maupun tersier. Intervensi keperawatan persepsi yang diberikan Terdapat empat langkah yang harus dilakukan dilakukan dalam pendekatan fenomenologi ini. hendaknya melibatkan keluarga dan bukan Empat langkah tersebut meliputi bracketing, hanya remaja yang mengalami KTD, karena intuiting, analyzing dan describing (Polit & keluarga adalah salah satu support system dari Hungler, 1999). Bracketing adalah proses remaja. Pemberian makna terhadap kehamilan identifikasi dan menahan keyakinan dan opini dan terhadap reaksi keluarga yang dan terhadap kehamilan fenomena yang mungkin sudah terutama yang tidak diinginkan menjadi sangat dimiliki oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar penting data yang dihasilkan benar-benar murni tanpa dalam pengambilan keputusan menghadapi KTD. dipengaruhi keyakinan atau opini peneliti. Mengingat tingginya tingkat kerentanan Peneliti dalam hal ini berusaha menempatkan remaja baik dari aspek bio, psiko, sosial, diri sebagai orang yang benar-benar buta cultural terhadap dan spiritual, serta kompleksnya fenomena. bracketing Peneliti mencoba ketika melakukan dampak yang ditimbulkan baik bagi remaja itu menerapkan sendiri, keluarga maupun masayarakat, maka wawancara dengan partisipan, mengungkap peneliti tertarik penelitian terkait untuk menyajikan hasil makna masalah-masalah yang mengorganisasikan makna dalam kategori, sub dihadapi keluarga pada perawatan anak dengan ketika Intuiting Penelitian tentang pengalaman keluarga data sampai tema dan tema. KTD. METODE analisis mempertahankan terjadi ketika peneliti keterbukaannya terhadap pemberian makna terhadap fenomena dari orang merawat anak remaja dengan KTD dilakukan yang mengalami. Peneliti dalam hal ini dengan metode kualitatif. Metode ini juga memberi kebebasan bagi partisipan untuk digunakan karena tujuannya adalah untuk memberikan maknanya terhadap pengalaman hidup yang dialaminya (Polit & Hungler, 1999). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 74 Peneliti menerapkan prinsip intuiting ini dengan kandung dan 1 partisipan adalah ibu angkat. cara transkrip Partisipan berusia antara 34 – 54 tahun. Jenis verbatim, mencari makna dan memahami esensi pekerjaan partisipan sebagian besar adalah ibu dari sampai rumah tangga: 6 orang; pedagang: 1 orang; dan peneliti dapat menangkap makna sebagaimana buruh nelayan: 1 orang. Tingkat pendidikan makna yang dipersepsikan oleh partisipan. partisipan yang paling tinggi adalah Sekolah membaca setiap berulang-ulang pernyataan partisipan, Analyzing merupakan proses analisa Menengah Atas (SMA): 1 orang; Sekolah Dasar data. Tahapan analyzing meliputi koding, (SD): 1 orang; SD tidak tamat: 5 orang dan pemberian kategori, dan pemberian makna yang tidak sekolah: 1 orang. Semua partisipan penting terhadap fenomena (Polit & Hungler, bersuku Jawa dan beragama Islam. 1999). Peneliti menerapkan prinsip ini dengan cara mengorganisasikan makna dalam kategori, sub tema dan tema. Penentuan kategori, sub tema dan pembimbing tema juga atas yang sekaligus persetujuan berkedudukan sebagai eksternal reviewer. Sedangkan describing merupakan fase dimana peneliti telah dapat memahami dan mendefinisikan fenomena. Tujuan akhir dari langkah dalam fenomenologi deskriptif ini adalah mengkomunikasikan dan menawarkan deskripsi yang kritis dan jelas melalui verbal maupun tulisan (Polit & Hungler, 1999). Usia remaja pada saat hamil berkisar antara 16 – 20 tahun. Usia kehamilan pada saat menikah antara 2 – 5 bulan. Usia bayi yang dilahirkan Partisipan dalam penelitian ini adalah caregiver dari keluarga yang mempunyai anak remaja dengan KTD. Data partisipan diperoleh dari data register permintaan imunisasi calon pengantin (“cantin”) di Puskesmas, sebagai salah satu syarat administrasi pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA). Partisipan terdiri dari 8 caregiver yang merupakan ibu dari anak remaja KTD. Tujuh dari 8 partisipan adalah ibu remaja KTD pada saat pengambilan data adalah 1 minggu sampai 1,5 tahun. Remaja yang pada saat hamil sudah tidak bersekolah ada 6 orang, dan yang sedang bersekolah 2 orang. Remaja yang masih bersekolah ini akhirnya tidak melanjutkan sekolahnya. Tema 1: Faktor yang mendukung terjadinya KTD Penentuan tema faktor yang mendukung HASIL Karakteristik Partisipan oleh terjadinya KTD sebagai salah satu tema yang teridentifikasi karena kontribusinya yang sangat besar dalam menyebabkan terjadinya masalah dalam keluarga. Tema ini teridentifikasi dari beberapa sub destigmatisasi tema dan yaitu: koping illegatimasi/ destruktif dari masalah. Illegatimasi/destigmatisasi merupakan kondisi penurunan stigma di mana saat ini sudah dianggap biasa jika remaja hamil sebelum menikah. Hal ini seolah-olah secara tidak Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 75 langsung menunjukkan bahwa suatu hal yang Sub tema: koping destruktif dari masalah legal untuk berpacaran dan akhirnya hamil. Sub tema ini teridentifikasi dari kategori Sub tema: destigmatisasi kecewa dengan pacar. Partisipan adalah orang Sub tema destigmatisasi teridentifikasi dari 2 kategori. Kategori tersebut adalah: banyak contoh di masyarakat dan tinggal bersama. Partisipan ke-7 mengungkapkan banyaknya kejadian hamil di luar nikah di masyarakat dimana dia tinggal sebagai berikut: “…memang di sini banyak yang kayak gitu (hamil di luar nikah) (P7)” tua yang anak perempuannya dihamili oleh anak lelakinya sendiri. Partisipan berusaha menjelaskan bahwa perilaku kakaknya karena kecewa dengan pacarnya, namun yang menjadi pelampiasan adalah menghamili adiknya sendiri. Kategori ini terungkap dari pernyataan pertisipan sbb: “Itu kebawa emosi sama pacarnya sampai lupa, sehingga yang jadi sasaran adiknya” (P2) Sedangkan P3 mengungkapkan bahwa Faktor-faktor anaknya tinggal satu kontrakan dengan pacarnya yang mendukung di Jakarta dan tanpa sepengetahuan mereka: terjadinya KTD di atas yang menimbulkan “ Iya, satu kontrakan (di Jakarta, tanpa sepengetahuan keluarga)” (P3) berbagai masalah yang dialami oleh keluarga. Sub tema: sikap permisif orang tua psikologis dan sosial Remaja diperbolehkan pacaran dan berduaan di kamar terungkap dari pernyataan partisipan berikut: Masalah tersebut terkait stress fisik, finansial, PEMBAHASAN Tema 1: Faktor yang mendukung terjadinya KTD Pada penelitian ini ditemukan adanya faktor terlalu permisif dalam hal pacaran dan “Laki-laki perempuan, pacaran, tunangan, koq disuruh dijaga kamarnya, enggak boleh (ke kamar)…ya enggak benar kan? Jaman sekarang, …itu terjadinya” (P1). destigmatisasi. “…udah tunangan (masa) nggak boleh tidur sini, daripada nanti marah-marah malah ditinggal pergi?” (P8). berlaku. Berbagai keadaan diluar diri remaja P7 mengungkapkan perilaku pacaran remaja yang di luar pengawasan: “Yang namanya anak remaja, ya mungkin enggak dirumah kan diluaran. Orang tua kan enggak tahu, padahal orang tua sudah istilahnya sudah menjaga sebaikbaiknya….(P7) Permisif kelonggara-kelonggaran diartikan dalam sebagai melakukan sesuatu hal tanpa memperhatikan norma yang diinterpretasikan oleh remaja itu sebagai kelonggaran yang perlu dimanfaatkan. Salah satu hal yang dapat memupuk sikap permisif dari remaja adalah sikap permisif dari lingkungan sosialnya termasuk teman sebaya dan kedua orang tuanya. Semua faktor tersebut akan saling menguatkan (Faturochman, 1990). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 76 Sikap permisif dari teman sebaya dalam hal pacaran berpengaruh besar. merasa dibenarkan dengan adanya contoh di Sebagaimana diketahui bahwa pengaruh teman sekitar mereka. Hal ini juga diungkapkan oleh sebaya sangat kuat dalam perkembangan diri caregiver yang juga seorang kader kesehatan, remaja bahwa di daerah tempat tinggalnya banyak (Wong, bagaimana 2008), temannya sangat langsung orang tua dengan anak remaja KTD maka termasuk berpacaran juga terjadi kehamilan di luar nikah. mempengaruhi sikap permisif remaja. Remaja Kondisi di atas juga didukung hasil akan mengkonfirmasikan sikapnya agar bisa penelitian Arida, dkk. (2005) terhadap remaja dianggap benar dengan melihat contoh-contoh Bali bahwa sebagian besar orang tua memilih yang ada di sekitar mereka (Faturochman, bersikap pura-pura tidak tahu dan membiarkan 1990). Jika temannya berpacaran sampai dengan aktivitas pacaran dan seksual anaknya. Para melakukan hubungan seks, maka remaja merasa orang tua menganggap bahwa “tren” pergaulan ada kelonggaran untuk melakukan hal serupa. bebas sudah menjadi gaya pergaulan sekarang. Hasil penelitian Arida (2005) terhadap remaja Menurut Faturochman (1990) adanya di Bali juga menyebutkan bahwa pacaran sikap permisif dalam hal berpacaran tersebut merupakan pintu masuk eksperimen seksual karena dilanggarnya norma-norma yang berlaku remaja. di masyarakat.Norma yang dilanggar dalam hal Selain sikap permisif dari remaja, ini adalah terkait hubungan seks yang terdapat juga sikap permisif dari orang tua. seharusnya dilakukan dalam ikatan perkawinan Sikap yang sah. ini antara lain adalah dengan dibolehkannya berduaan dan berpacaran dalam Norma pergaulan dan hubungan seks kamar, sebagaimana dilakukan oleh caregiver yang dilanggar menunjukkan ada nilai yang yang tidak mengikuti pendidikan di sekolah. tidak semestinya yang ada di keluarga maupun Caregiver yang mempunyai anak remaja KTD pada diri remaja sendiri. Hasil penelitian oleh dan sudah tunangan juga melakukan hal yang Neamsakul (2008) pada remaja KTD di sama dengan alasan anak sudah tunangan dan Thailand tinggal beberapa bulan lagi menikah. Thailand memandang remaja KTD sudah Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, suatu kebanggaan bagi seorang remaja untuk permisif seseorang tentang sesuatu hal. Begitu “tidak tersentuh” atau secara seksual masih juga dengan orang tua, jika di daerah sekitar perawan. tua dilihat menyalahi nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar akan menguatkan sikap orang yang masyarakat sosial mereka. Mereka menganggap merupakan tinggal apa bahwa di tempat bahwa menunjukkan banyak terjadi Masyarakat Indonesia yang mayoritas kehamilan di luar nikah, maka secara tidak muslim, sebenarnya masih memegang erat Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 77 keyakinan bahwa seorang remaja harus menjaga Faturochman (2009) mengatakan bahwa keperawanannya sampai menikah. Keyakinan di masyarakat kita telah terjadi dualisme yang ini timbul dari ajaran agama Islam yang berjalan bersamaan. Norma yang melarang dianutnya. berhubungan Adanya remaja KTD dan seks sebelum menikah dan keluarganya yang sangat permisif terhadap pelanggaran terhadap aktivitas pacaran anak sebenarnya merupakan Menurutnya, faktor pelanggaran nilai agama yang dianut keluarga. meningkatnya hubungan seks remaja yang Faktor penyebab KTD lain yang belum menikah makro adalah tersebut. penyebab lingkungan perkotaan destigmatisasi. Destigmatisasi adalah tidak rangsangan melalui media elektronik dan cetak memberikan stigma atau tidak menghakimi serta pola pergaulan yang cenderung bebas. (Syamsudin, 2005), atau dengan kata lain Sedangkan penyebab faktor mikro adalah membiarkan sesuatu hal terjadi. keadaan tersebut memperlihatkan tentang bagaimana remaja individualistis, yang kurang memberikan perhatian dan kasih sayang. bahwa telah terjadi penurunan stigma di masyarakat keluarga makin sosial ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya Fenomena yang norma Selain faktor tersebut di atas, faktor lain sebaiknya yang mendukung terjadinya KTD adalah adanya hubungan antara laki-laki dan perempuan dan koping destruktif terhadap masalah. Hal ini bagaimana sebaiknya bersikap terhadap perilaku dialami oleh remaja yang hamil oleh kakaknya pacaran remaja. sendiri (incest). Menurut caregiver hal itu Destigmatisasi juga terjadi tidak hanya dilakukan oleh anak lelakinya karena sudah dibolehkannya berpacaran berdua di kamar, dikecewakan oleh pacarnya namun namun juga adanya anggapan biasa untuk dilampiaskan kepada adik kandungnya sendiri. seorang perempuan hamil sebelum menikah. Koping adalah cara individu dalam Setidaknya ini yang terjadi di sekitar tempat menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri tinggal caregiver yang juga seorang kader dengan perubahan, atau respon terhadap situasi kesehatan. Penurunan stigma ini seolah-olah yang mengancam. Mekanisme koping dibagi menjadi legalisasi bagi remaja bahwa hamil menjadi 2 yaitu mekanisme koping adaptif dan ketika remaja dan belum menikah adalah hal mal adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah yang biasa dan dapat diterima masyarakat. Hal mekanisme koping yang mendukung fungsi ini juga disampaikan oleh Maurer dan Smith integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai (2010) bahwa saat ini sudah menjadi hal yang tujuan. Sedangkan koping maladaptive adalah biasa seorang remaja untuk hamil dan menjadi koping yang menghambat fungsi integrasi, single parent. memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 78 dan cenderung menguasai lingkungan (Unimus, pengalaman caregiver dalam merawat anggota 2004). keluarga Reaksi orientasi terhadap yang menderita HIV/AIDS juga tugas menggambarkan dampak negatif dari perawatan yang dapat tersebut. Penelitian tersebut menemukan adanya diidentifikasi. Reaksi ini meliputi: 1) perilaku stress fisik, emosional, dan finansial yang menyerang dirasakan oleh pemberi pelayanan. merupakan komponen koping (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk Stress didefinisikan sebagai tanggapan/ memenuhi kebutuhan; 2) perilaku menarik diri, proses internal atau eksternal yang mencapai biasanya menghilangkan tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai sumber-sumber ancaman baik fisik maupun pada batas atau melebihi batas kemampuan psikologis; 3) perilaku kompromi, biasanya subyek digunakan untuk merubah cara melakukan, 2007). Menurut Hager (1999, dalam Widyasari, merubah 2007), stress sangat bersifat individual dan pada digunakan tujuan, untuk atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang. ini merupakan maladaptive/destruktif 1994 dalam Widyasari, dasarnya bersifat merusak bila tidak ada Koping yang dilakukan oleh anak lelaki caregiver (Cooper, koping termasuk yang keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. kategori Stress fisik yang dialami oleh caregiver perilaku menyerang (agresif). Jika mengacu yang anaknya mengalami morning sickness kepada teori di atas, hal ini menunjukkan terungkap ketika dia harus bolak-balik antara adanya kebutuhan biologis yang mungkin mendampingi anaknya yang sedang dirawat di awalnya diharapkan Rumah pacarnya. Namun dapat karena diperoleh pacarnya dari justru meninggalkan dia sementara dia merasa sudah berkorban banyak, memenuhi kebutuhannya dari Namun, sayangnya, dia kewajibannya dengan sebagai melaksanakan anggota masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan. akhirnya dia mencoba orang Sakit Stress fisik juga dirasakan oleh caregiver lain. yang harus merawat anggota keluarga dengan memenuhi kondisi terkait aib yang melekat, yaitu pada kebutuhannya tersebut dari adiknya sendiri. penderita HIV/AIDS. Mereka juga mengalami Tema 2: Stress yang dirasakan keluarga gangguan tidur karena harus menjaga penderita, Pada penelitian ini juga teridentifikasi bangun lebih awal untuk merawat penderita, adanya stress yang dirasakan keluarga. Stress menyiapkan obat dan merawat gejal-gejala yang tersebut meliputi stress fisik, stress finansial, timbul (Vithayachockitikhun, 2009). stress psikologis dan stress sosial. Penelitian yang dilakukan Perbedaan hasil penelitian di atas dapat oleh timbul karena aspek kesehatan fisik yang Vithayachockitikhun (2009) di Thailand tentang terganggu pada penderita HIV/AIDS cukup Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 79 besar. Sress fisik pada penelitian ini tidak Waktu caregiver lebih banyak digunakan untuk banyak ditemukan. Hasil penelitian ini lebih mendampingi dan merawat penderita. banyak mengungkap stress psikologis dan sosial Selain stress fisik dan finansial, stress yang ditimbulkan dari KTD anak remaja. Hal psikologis juga dialami oleh hampir semua ini dapat terjadi karena KTD bagi keluarga lebih caregiver dalam penelitian ini. Hanya caregiver terkait kesehatan psikologis daripada kesehatan yang bekerja sebagai buruh nelayan yang tidak fisik. mengalami stress psikologis. Hal ini bisa Stress finansial dialami caregiver yang dikaitkan dengan kondisi KTD anaknya yang suaminya menjadi penjual ”cilok” keliling. memang walaupun tidak diinginkan, namun Caregiver mengaku masalah dana menjadi sebenarnya kejadiannya sudah diprediksi. Anak masalah caregiver adalah adalah Y (20 tahun) yang yang sangat besar untuk biaya melahirkan dan biaya hidup sehari-hari. Seorang mengalami KTD dengan tunangannya. caregiver yang bersuamikan nelayan juga mengungkapkan bahwa untuk Stress psikologis yang dirasakan oleh hampir semua caregiver meliputi perasaan menyelenggarakan pernikahan anaknya dia bingung, menyesal, menyerah, malu, khawatir, harus meminjam uang kepada orang lain. stress, sedih, marah dan kecewa. Umumnya Stress finansial juga dialami oleh caregiver yang merawat penderita AIDS. Stress tersebut timbul karena biaya perasaan ini muncul ketika pertama kali mereka mengetahui KTD anak remajanya. perawatan Hal ini sesuai dengan hasil penelitian HIV/AIDS yang tinggi dan berkurangnya oleh Khisbiyah, Murdijana dan Wijayanto pemasukan karena berkurangnya kesempatan (1997) terhadap remaja di (Daerah Istimewa untuk (DI) Yogyakarta. Hasil penelitian menyebutkan mencari penghasilan (Vithayachockitikhun, 2009). bahwa banyak orang tua yang kecewa dan Stress finansial pada caregiver yang marah besar begitu mendengar kehamilan anak merawat anak remaja dengan KTD lebih remajanya. Perasaan itu timbul karena dalam disebabkan karena kondisi awal mereka yang pandangan memang berada pada ekonomi yang kurang. Hal perempuan yang hamil adalah black sheep di ini diperberat dengan kehamilan anaknya. tengah Sedangkan penderita pada caregiver HIV/AIDS yang merawat memang masyarakat keluarganya, umum, yang secara remaja telak mencoreng nama baik keluarga. disebabkan Stress sosial juga ditemukan dalam ini. Seorang caregiver karena biaya perawatan yang sangat tinggi, penelitian yang sementara caregiver tidak mempunyai waktu mempunyai anak yang hamil dengan anak yang cukup untuk menambah penghasilannya. jalanan di Jakarta mengalami konflik keluarga dengan keluarga teman lelaki anaknya. Konflik Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 80 ini terjadi karena caregiver dianggap mempersulit proses pernikahan anaknya. Sedangkan mengalami partisipan perasaan seperti yang stress psikologis dan stress sosial. Stress fisik dialami keluarga ketika harus mendampingi lain disalahkan, anak remaja yang harus dirawat di rumah sakit akibat morning sickness yang dialami. dicemooh, ditanya, digunjing, ditakut-takuti, dikasihani, dan diungkit-ungkit. Stress finansial dialami sebagian Hal ini juga keluarga karena untuk perawatan kehamilan dan sesuai dengan hasil penelitian Neamsakul kelahiran anaknya membutuhkan biaya yang (2008) besar. Disamping itu juga karena tingkat terhadap remaja Thailand yang mengalami KTD bahwa terdapat respon orang ekonomi keluarga yang serba kekurangan. lain/keluarga terhadap KTD remaja. Respon ini Stress psikologis dialami keluarga ketika antara lain dilakukan dengan cara terang- mengetahui terangan maupun tertutup. Respon secara perasaan bingung, menyesal, menyerah, malu, terang-terangan dilakukan dengan melalui kata- khawatir, stress, sedih, marah dan kecewa. kata maupun sikap. Kata-kata yang dikeluarkan Umumnya perasaan ini muncul ketika pertama berupa kali mereka mengetahui KTD anak remajanya. pertanyaan, kata-kata kasar, KTD anaknya yang meliputi menyalahkan dan mengeluh. Sedangkan respon Sedangkan stress sosial berupa adanya melalui sikap ditunjukkan melalui tatapan tajam perasaan seperti disalahkan, dicemooh, ditanya, dan pandangan asing. Respon secara tertutup digunjing, dilakukan dengan “menggosip”, diam, dan diungkit-ungkit oleh orang-orang di sekitar “acuh tak acuh” . caregiver. Stress sosial yang ditemukan dalam ditakut-takuti, dikasihani, dan UCAPAN TERIMA KASIH penelitian ini adalah karena adanya aturan sosial Ucapan kasih kepada dalam masyarakat bahwa keluarga dengan anak meluangkan waktu untuk proses interview, remaja KTD adalah keluarga yang tidak berhasil kepada pihak Puskesmas Kroya I, Puskesmas dan jauh dari idealisme keluarga yang baik. Nusawungu, Puskesmas Cilacap Tengah I dan Maka wajar jika ada anggota masyarakat yang Cilacap Selatan II yang telah memudahkan jauh dari aturan yang tidak tertulis tersebut akan proses jalannya penelitian. Ucapan terima kasih mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya juga disampaikan kepada pembimbing yang dari lingkungan sekitarnya. telah mendampingi dan memberikan petunjuk KESIMPULAN bagi penyelesaian penelitian ini. oleh keluarga dengan anak remaja KTD. Stress tersebut meliputi stress fisik, stress finansial, partisipan disampaikan yang tidak secara eksplisit disepakati bersama Stress adalah masalah yang dihadapi seluruh terima yang telah RUJUKAN PUSTAKA Arida, dkk. 2005. Seks dan kehamilan pra nikah: Remaja Bali di dua dunia. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 81 Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan-UGM Cresswell, J.W. 1998. Qualitative inquiry and research design:choosing among five tradition. California: Sage Publications ----------------- 2010. Research desigan: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed methode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar DKK Cilacap. 24 Maret 2011. Laporan KRR tahun 2010. DKK Cilacap. Faturochman. 1990. Sikap Permisif Makin Mengental. Jawa Pos edisi 29 juni 1990. Friedman, Bowden, & Jones, 2003. Family nursing: Research, theory & practise. Prentice Hall: Pearson Education, Inc. Humas Pemerintah Kabupaten Pemalang. 17 Juni 2008. Seminar dan lokakarya kehamilan tidak diinginkan. 3 Januari 2011. http://www.pemalangkab.go.id Khisbiyah, Murdijana & Wijayanto, 1997. Kehamilan tak dikehendaki di kalangan remaja. Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan-UGM Maurer & Smith. 2010. Community Public Health Nursing Practice: Health for Families and Populations, 3th edition, Elsevier: Toronto. Moleong, L.J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Neamsakul, Wanwadee. 2008. Unintended thai adolescent pregnancy: A grounded theory study. University of California, dissertation. http://www.proquest.com Pilar-PKBI Jawa Tengah. 2000. Base line survey perilaku seks mahasiswa. 3 Januari 2011. http://www.ceria.bkkbn.go.id PKBI. 2005. Studi kasus kehamilan tidak diinginkan pada remaja. 3 Januari 2011. http://www.swaranusa.net Polit, D.F. & Beck, C.T. 2006. Essentials of nursing research: methods, appraisal, and utilization. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. ------------------------2008. Essentials of nursing research: methods, appraisal, and utilization. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Polit, D.F. & Hungler, B.P. 1999. Nursing Research: principles and method. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Stanhope, M. & Lancaster, J., 2004. Community & public health nursing (6th ed.). St. Louis: Mosby Inc. Sugiyono, 2010. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susilo, Zumrotin K dan Lestari, Herna. 21 Desember 2007. Aborsi: fakta, kebutuhan dan tantangan serta pengaruhnya dalam profil kesehatan perempuan Indonesia.3 Januari 2011. http://www.pemalangkab.go.id, http://www.mitrainti.org/?q=node/228 Unimus, 2004. Bab 2. 7 JUli 2011. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10 4/jtptunimus-gdl-dyasdindan-5184-3bab2.pdf Vithayachockitikhun, Niranart. 2009. The experiences of Thai caregivers of persons living with HIV/AIDS. Frances Payne Bolton School of Nursing, Case Western Reserve University, dissertation. http://www.proquest.com Widyasari, 2007. Stress kerja. 7 Juli 2011. http://rumahbelajarpsikologi.com/index. php/stres-kerja.html Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 82 Wong, Donna L, 2008, Buku ajar keperawatan pediatrik. Wong. Vol 1 & 2. Alih bahasa, Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y. Kuncara; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha. Ed. 6. Jakarta EGC Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014 83