ktd - Jurnal Kesehatan Alirsyad (JKA) - STIKES | Al

advertisement
MASALAH KESEHATAN YANG DIHADAPI KELUARGA DALAM MERAWAT ANAK
REMAJA DENGAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD):
STUDI FENOMENOLOGI
Health Problem in Caring for Adolescent with Unintended Pregnancy: Phenomenology Study
Widyoningsih1*, Sigit Mulyono2, Wiwin Wiarsih3
1*
Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*Alamat korespondensi: Jl. Cerme No. 24 Cilacap
Email: [email protected]
2,3
ABSTRAK
Remaja dengan KTD berisiko mengalami stress baik bio, psiko, sosial kultural maupun
spiritual. Perawatan anak dengan KTD oleh keluarga menimbulkan berbagai masalah kesehatan baik
fisik maupun non fisik. Artikel ini didasarkan pada hasil penelitian yang berjudul Pengalaman Keluarga
dalam Merawat Anak Remaja dengan KTD. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi
arti dan makna pengalaman keluarga merawat anak remajanya dengan TKD. Penelitian menggunakan
desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini adalah 8
orang caregiver remaja yang mengalami KTD. Data dianalisis dengan teknik Colaizzi. Beberapa tema
yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah faktor yang mendukung terjadinya KTD dan stress yang
dirasakan keluarga.
Kata kunci: Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Remaja, Keluarga
ABSTRACT
Adolescent with unintended pregnancy have physical stress, psychological stress, social stress,
and financial stress. Family who have care an adolescent with unintended pregnancy facing many
problem. This article based on research study Familiy Experience in Caring Adolescents with
Unintended Preganancy. This study used descriptive phenomenology research design. Data was
collected through in-depth interview on the 8 participants. Data were analyzed by Colaizzi techniques.
The study produced many themes include: the factors that contribute to unintended pregnancy and
family stress.
Keyword : unintended pregnancy, adolescent, family
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
72
masa remaja pertumbuhan dan perubahan fisik,
PENDAHULUAN
Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
kognitif dan psikologis
belum optimal. Jika
adalah kehamilan yang karena suatu sebab
proses pertumbuhan dan perkembangan belum
keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu
optimal, dan ditambah dengan adanya KTD,
atau kedua calon
maka efek yang dirasakan akan jauh lebih berat.
Pemerintah
Jumlah
orang tua bayi (Humas
Kabupaten
KTD
di
Pemalang,
Indonesia
belum
2008).
dapat
KTD yang berakhir dengan aborsi yang tidak
aman
ternyata
merupakan
salah
satu
ditentukan secara pasti. Jika ada, maka sifatnya
penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) baik
hanya data regional di suatu daerah. Itupun
di dunia maupun di Indonesia. Analisis lebih
tidak semua daerah dapat menunjukkan data
jauh data SKRT 1995 menyebutkan aborsi
tersebut. Biasanya data tersebut diperoleh dari
berkontribusi terhadap 11,1% dari kematian ibu
pelaksanaan
di Indonesia, atau satu dari sembilan kematian
program
kesehatan
reproduksi
remaja maupun data dari Persatuan Keluarga
ibu (Susilo & Lestari, 2007).
Berencana Indonesia (PKBI).
Remaja perempuan yang mengalami
Pelayanan KTD yang dilakukan PKBI
KTD memandang diri mereka keluar dari
Pemalang selama 10 bulan dari bulan Agustus
definisi ideal dan menyalahi struktur normative
2007
2008
keluarga dari sudut pandang sosial dan agama.
menunjukkan adanya klien KTD sejumlah 145
Hal ini menyebabkan ketakutan, kebingungan,
orang
stress, rasa malu, rasa bersalah dan bahkan
sampai
dengan
(Humas
Pemalang,
2008).
bulan
Pemerintah
Sedangkan
Mei
Kabupaten
data
yang
depresi. Mereka akan lebih cenderung mencari
diperoleh dari hasil wawancara dengan petugas
layanan yang aman secara sosial dari pada aman
KIA/KB Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
secara kesehatan fisik (PKBI, 2005). Beberapa
Cilacap diperoleh data bahwa KTD pada tahun
remaja
2007: 52 kasus, tahun 2008: 98 kasus, tahun
mungkin akan berusaha untuk melakukan bunuh
2009: 71 kasus dan tahun 2010: 44 kasus.
diri (Neamsakul, 2008). Remaja yang hamil
KTD di kalangan perempuan yang
akan
mempertimbangkan
bahkan
merasakan dampak terhadap pendidikannya
belum menikah terjadi karena hubungan seks
baik
pra nikah yang dilakukan. KTD dan hubungan
melahirkan.
seks pra nikah merupakan dua hal yang tidak
dikeluarkan atau tidak tamat dari sekolah dan
dapat dipisahkan.
menjadi pengangguran. Remaja yang hamil
Efek KTD pada remaja jauh lebih berat
selama
kehamilan
Dampak
maupun
tersebut
setelah
meliputi:
akhirnya terjebak dalam lingkaran kemiskinan,
jika dibandingkan dengan efek KTD pada
kegagalan
kelompok usia yang lebih tua baik secara fisik,
menentukan pilihan untuk dirinya (Stanhope &
maupun psikologis. Hal ini terjadi karena pada
Lancaster, 2004 ).
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
sekolah,
dan
keterbatasan
73
Munculnya
psikologis
permasalahan
akibat
membutuhkan
keperawatan
KTD
fisik
pada
serangkaian
yang
dan
remaja,
mendapatkan data yang mendalam, yaitu data
yang mengandung makna (Sugiyono, 2010).
intervensi
yang
digunakan
dalam
dan
penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi.
keperawatan
Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini
melalui pendidikan kesehatan dan identifikasi
bertujuan untuk memahami pengalaman hidup
dini masalah dapat secara dramatis mengubah
sepenuhnya
jalannya kehamilan dan hasil dari kelahiran.
terhadap pengalaman itu oleh partisipan (Polit
Peran perawat dapat dilaksanakan baik melalui
& Beck, 2008).
berkesinambungan.
komprehensif
Pendekatan
Intervensi
pencegahan primer, sekunder maupun tersier.
Intervensi
keperawatan
persepsi
yang
diberikan
Terdapat empat langkah yang harus
dilakukan
dilakukan dalam pendekatan fenomenologi ini.
hendaknya melibatkan keluarga dan bukan
Empat langkah tersebut meliputi bracketing,
hanya remaja yang mengalami KTD, karena
intuiting, analyzing dan describing (Polit &
keluarga adalah salah satu support system dari
Hungler, 1999). Bracketing adalah proses
remaja. Pemberian makna terhadap kehamilan
identifikasi dan menahan keyakinan dan opini
dan
terhadap
reaksi
keluarga
yang
dan
terhadap
kehamilan
fenomena
yang
mungkin
sudah
terutama yang tidak diinginkan menjadi sangat
dimiliki oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar
penting
data yang dihasilkan benar-benar murni tanpa
dalam
pengambilan
keputusan
menghadapi KTD.
dipengaruhi keyakinan atau opini peneliti.
Mengingat tingginya tingkat kerentanan
Peneliti dalam hal ini berusaha menempatkan
remaja baik dari aspek bio, psiko, sosial,
diri sebagai orang yang benar-benar buta
cultural
terhadap
dan
spiritual,
serta
kompleksnya
fenomena.
bracketing
Peneliti
mencoba
ketika
melakukan
dampak yang ditimbulkan baik bagi remaja itu
menerapkan
sendiri, keluarga maupun masayarakat, maka
wawancara dengan partisipan, mengungkap
peneliti
tertarik
penelitian
terkait
untuk
menyajikan
hasil
makna
masalah-masalah
yang
mengorganisasikan makna dalam kategori, sub
dihadapi keluarga pada perawatan anak dengan
ketika
Intuiting
Penelitian tentang pengalaman keluarga
data
sampai
tema dan tema.
KTD.
METODE
analisis
mempertahankan
terjadi
ketika
peneliti
keterbukaannya
terhadap
pemberian makna terhadap fenomena dari orang
merawat anak remaja dengan KTD dilakukan
yang mengalami.
Peneliti dalam hal ini
dengan metode kualitatif. Metode ini juga
memberi kebebasan bagi partisipan untuk
digunakan karena tujuannya adalah untuk
memberikan maknanya terhadap pengalaman
hidup yang dialaminya (Polit & Hungler, 1999).
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
74
Peneliti menerapkan prinsip intuiting ini dengan
kandung dan 1 partisipan adalah ibu angkat.
cara
transkrip
Partisipan berusia antara 34 – 54 tahun. Jenis
verbatim, mencari makna dan memahami esensi
pekerjaan partisipan sebagian besar adalah ibu
dari
sampai
rumah tangga: 6 orang; pedagang: 1 orang; dan
peneliti dapat menangkap makna sebagaimana
buruh nelayan: 1 orang. Tingkat pendidikan
makna yang dipersepsikan oleh partisipan.
partisipan yang paling tinggi adalah Sekolah
membaca
setiap
berulang-ulang
pernyataan
partisipan,
Analyzing merupakan proses analisa
Menengah Atas (SMA): 1 orang; Sekolah Dasar
data. Tahapan analyzing meliputi koding,
(SD): 1 orang; SD tidak tamat: 5 orang dan
pemberian kategori, dan pemberian makna yang
tidak sekolah: 1 orang. Semua partisipan
penting terhadap fenomena (Polit & Hungler,
bersuku Jawa dan beragama Islam.
1999). Peneliti menerapkan prinsip ini dengan
cara mengorganisasikan makna dalam kategori,
sub tema dan tema. Penentuan kategori, sub
tema
dan
pembimbing
tema
juga
atas
yang
sekaligus
persetujuan
berkedudukan
sebagai eksternal reviewer.
Sedangkan describing merupakan fase
dimana peneliti telah dapat memahami dan
mendefinisikan fenomena. Tujuan akhir dari
langkah dalam fenomenologi
deskriptif ini
adalah mengkomunikasikan dan menawarkan
deskripsi yang kritis dan jelas melalui verbal
maupun tulisan (Polit & Hungler, 1999).
Usia remaja pada saat hamil berkisar
antara 16 – 20 tahun. Usia kehamilan pada saat
menikah antara 2 – 5 bulan. Usia bayi yang
dilahirkan
Partisipan dalam penelitian ini adalah
caregiver dari keluarga yang mempunyai anak
remaja dengan KTD. Data partisipan diperoleh
dari data register permintaan imunisasi calon
pengantin (“cantin”) di Puskesmas, sebagai
salah satu syarat administrasi pernikahan di
Kantor Urusan Agama (KUA). Partisipan terdiri
dari 8 caregiver yang merupakan ibu dari anak
remaja KTD. Tujuh dari 8 partisipan adalah ibu
remaja
KTD
pada
saat
pengambilan data adalah 1 minggu sampai 1,5
tahun. Remaja yang pada saat hamil sudah tidak
bersekolah ada 6 orang, dan yang sedang
bersekolah 2 orang. Remaja yang masih
bersekolah ini akhirnya tidak melanjutkan
sekolahnya.
Tema 1: Faktor yang mendukung terjadinya
KTD
Penentuan tema faktor yang mendukung
HASIL
Karakteristik Partisipan
oleh
terjadinya KTD sebagai salah satu tema yang
teridentifikasi karena kontribusinya yang sangat
besar dalam menyebabkan terjadinya masalah
dalam keluarga. Tema ini teridentifikasi dari
beberapa
sub
destigmatisasi
tema
dan
yaitu:
koping
illegatimasi/
destruktif
dari
masalah. Illegatimasi/destigmatisasi merupakan
kondisi penurunan stigma di mana saat ini sudah
dianggap biasa jika remaja hamil sebelum
menikah. Hal ini seolah-olah secara tidak
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
75
langsung menunjukkan bahwa suatu hal yang
Sub tema: koping destruktif dari masalah
legal untuk berpacaran dan akhirnya hamil.
Sub tema ini teridentifikasi dari kategori
Sub tema: destigmatisasi
kecewa dengan pacar. Partisipan adalah orang
Sub tema destigmatisasi teridentifikasi
dari 2 kategori. Kategori tersebut adalah:
banyak contoh di masyarakat dan tinggal
bersama.
Partisipan
ke-7
mengungkapkan
banyaknya kejadian hamil di luar nikah di
masyarakat dimana dia tinggal sebagai berikut:
“…memang di sini banyak yang kayak gitu
(hamil di luar nikah) (P7)”
tua yang anak perempuannya dihamili oleh anak
lelakinya
sendiri.
Partisipan
berusaha
menjelaskan bahwa perilaku kakaknya karena
kecewa dengan pacarnya, namun yang menjadi
pelampiasan
adalah
menghamili
adiknya
sendiri. Kategori ini terungkap dari pernyataan
pertisipan sbb:
“Itu kebawa emosi sama pacarnya sampai lupa,
sehingga yang jadi sasaran adiknya” (P2)
Sedangkan P3 mengungkapkan bahwa
Faktor-faktor
anaknya tinggal satu kontrakan dengan pacarnya
yang
mendukung
di Jakarta dan tanpa sepengetahuan mereka:
terjadinya KTD di atas yang menimbulkan
“ Iya, satu kontrakan (di Jakarta, tanpa
sepengetahuan keluarga)” (P3)
berbagai masalah yang dialami oleh keluarga.
Sub tema: sikap permisif orang tua
psikologis dan sosial
Remaja
diperbolehkan
pacaran
dan
berduaan di kamar terungkap dari pernyataan
partisipan berikut:
Masalah tersebut terkait stress fisik, finansial,
PEMBAHASAN
Tema 1: Faktor yang mendukung terjadinya
KTD
Pada penelitian ini ditemukan adanya
faktor terlalu permisif dalam hal pacaran dan
“Laki-laki perempuan, pacaran, tunangan, koq
disuruh dijaga kamarnya, enggak boleh (ke
kamar)…ya enggak benar kan? Jaman
sekarang, …itu terjadinya” (P1).
destigmatisasi.
“…udah tunangan (masa) nggak boleh tidur
sini, daripada nanti marah-marah malah
ditinggal pergi?” (P8).
berlaku. Berbagai keadaan diluar diri remaja
P7 mengungkapkan perilaku pacaran
remaja yang di luar pengawasan:
“Yang namanya anak remaja, ya mungkin
enggak dirumah kan diluaran. Orang tua kan
enggak tahu, padahal orang
tua sudah
istilahnya
sudah
menjaga
sebaikbaiknya….(P7)
Permisif
kelonggara-kelonggaran
diartikan
dalam
sebagai
melakukan
sesuatu hal tanpa memperhatikan norma yang
diinterpretasikan
oleh
remaja
itu
sebagai
kelonggaran yang perlu dimanfaatkan. Salah
satu hal yang dapat memupuk sikap permisif
dari
remaja
adalah
sikap
permisif
dari
lingkungan sosialnya termasuk teman sebaya
dan kedua orang tuanya. Semua faktor tersebut
akan saling menguatkan (Faturochman, 1990).
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
76
Sikap permisif dari teman sebaya dalam
hal
pacaran
berpengaruh
besar.
merasa dibenarkan dengan adanya contoh di
Sebagaimana diketahui bahwa pengaruh teman
sekitar mereka. Hal ini juga diungkapkan oleh
sebaya sangat kuat dalam perkembangan diri
caregiver yang juga seorang kader kesehatan,
remaja
bahwa di daerah tempat tinggalnya banyak
(Wong,
bagaimana
2008),
temannya
sangat
langsung orang tua dengan anak remaja KTD
maka
termasuk
berpacaran
juga
terjadi kehamilan di luar nikah.
mempengaruhi sikap permisif remaja. Remaja
Kondisi di atas juga didukung hasil
akan mengkonfirmasikan sikapnya agar bisa
penelitian Arida, dkk. (2005) terhadap remaja
dianggap benar dengan melihat contoh-contoh
Bali bahwa sebagian besar orang tua memilih
yang ada di sekitar mereka (Faturochman,
bersikap pura-pura tidak tahu dan membiarkan
1990). Jika temannya berpacaran sampai dengan
aktivitas pacaran dan seksual anaknya. Para
melakukan hubungan seks, maka remaja merasa
orang tua menganggap bahwa “tren” pergaulan
ada kelonggaran untuk melakukan hal serupa.
bebas sudah menjadi gaya pergaulan sekarang.
Hasil penelitian Arida (2005) terhadap remaja
Menurut Faturochman (1990) adanya
di Bali juga menyebutkan bahwa pacaran
sikap permisif dalam hal berpacaran tersebut
merupakan pintu masuk eksperimen seksual
karena dilanggarnya norma-norma yang berlaku
remaja.
di masyarakat.Norma yang dilanggar dalam hal
Selain
sikap
permisif
dari
remaja,
ini
adalah
terkait
hubungan
seks
yang
terdapat juga sikap permisif dari orang tua.
seharusnya dilakukan dalam ikatan perkawinan
Sikap
yang sah.
ini
antara
lain
adalah
dengan
dibolehkannya berduaan dan berpacaran dalam
Norma pergaulan dan hubungan seks
kamar, sebagaimana dilakukan oleh caregiver
yang dilanggar menunjukkan ada nilai yang
yang tidak mengikuti pendidikan di sekolah.
tidak semestinya yang ada di keluarga maupun
Caregiver yang mempunyai anak remaja KTD
pada diri remaja sendiri. Hasil penelitian oleh
dan sudah tunangan juga melakukan hal yang
Neamsakul (2008) pada remaja KTD di
sama dengan alasan anak sudah tunangan dan
Thailand
tinggal beberapa bulan lagi menikah.
Thailand memandang remaja KTD sudah
Sebagaimana yang sudah disebutkan
sebelumnya,
suatu kebanggaan bagi seorang remaja untuk
permisif seseorang tentang sesuatu hal. Begitu
“tidak tersentuh” atau secara seksual masih
juga dengan orang tua, jika di daerah sekitar
perawan.
tua
dilihat
menyalahi nilai yang berlaku di lingkungan
masyarakat sekitar akan menguatkan sikap
orang
yang
masyarakat
sosial mereka. Mereka menganggap merupakan
tinggal
apa
bahwa
di
tempat
bahwa
menunjukkan
banyak
terjadi
Masyarakat Indonesia yang mayoritas
kehamilan di luar nikah, maka secara tidak
muslim, sebenarnya masih memegang erat
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
77
keyakinan bahwa seorang remaja harus menjaga
Faturochman (2009) mengatakan bahwa
keperawanannya sampai menikah. Keyakinan
di masyarakat kita telah terjadi dualisme yang
ini timbul dari ajaran agama Islam yang
berjalan bersamaan. Norma yang melarang
dianutnya.
berhubungan
Adanya
remaja
KTD
dan
seks
sebelum
menikah
dan
keluarganya yang sangat permisif terhadap
pelanggaran
terhadap
aktivitas pacaran anak sebenarnya merupakan
Menurutnya,
faktor
pelanggaran nilai agama yang dianut keluarga.
meningkatnya hubungan seks remaja yang
Faktor
penyebab
KTD
lain
yang
belum
menikah
makro
adalah
tersebut.
penyebab
lingkungan
perkotaan
destigmatisasi. Destigmatisasi
adalah tidak
rangsangan melalui media elektronik dan cetak
memberikan stigma atau tidak menghakimi
serta pola pergaulan yang cenderung bebas.
(Syamsudin, 2005), atau dengan kata lain
Sedangkan penyebab faktor mikro adalah
membiarkan sesuatu hal terjadi.
keadaan
tersebut
memperlihatkan
tentang
bagaimana
remaja
individualistis,
yang
kurang
memberikan perhatian dan kasih sayang.
bahwa telah terjadi penurunan stigma di
masyarakat
keluarga
makin
sosial
ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya
Fenomena
yang
norma
Selain faktor tersebut di atas, faktor lain
sebaiknya
yang mendukung terjadinya KTD adalah adanya
hubungan antara laki-laki dan perempuan dan
koping destruktif terhadap masalah. Hal ini
bagaimana sebaiknya bersikap terhadap perilaku
dialami oleh remaja yang hamil oleh kakaknya
pacaran remaja.
sendiri (incest). Menurut caregiver hal itu
Destigmatisasi juga terjadi tidak hanya
dilakukan oleh anak lelakinya karena sudah
dibolehkannya berpacaran berdua di kamar,
dikecewakan
oleh
pacarnya
namun
namun juga adanya anggapan biasa untuk
dilampiaskan kepada adik kandungnya sendiri.
seorang perempuan hamil sebelum menikah.
Koping adalah cara individu dalam
Setidaknya ini yang terjadi di sekitar tempat
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri
tinggal caregiver yang juga seorang kader
dengan perubahan, atau respon terhadap situasi
kesehatan. Penurunan stigma ini seolah-olah
yang mengancam. Mekanisme koping dibagi
menjadi legalisasi bagi remaja bahwa hamil
menjadi 2 yaitu mekanisme koping adaptif dan
ketika remaja dan belum menikah adalah hal
mal adaptif. Mekanisme koping adaptif adalah
yang biasa dan dapat diterima masyarakat. Hal
mekanisme koping yang mendukung fungsi
ini juga disampaikan oleh Maurer dan Smith
integrasi, pertumbuhan belajar dan mencapai
(2010) bahwa saat ini sudah menjadi hal yang
tujuan. Sedangkan koping maladaptive adalah
biasa seorang remaja untuk hamil dan menjadi
koping yang menghambat fungsi integrasi,
single parent.
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
78
dan cenderung menguasai lingkungan (Unimus,
pengalaman caregiver dalam merawat anggota
2004).
keluarga
Reaksi
orientasi
terhadap
yang menderita HIV/AIDS
juga
tugas
menggambarkan dampak negatif dari perawatan
yang dapat
tersebut. Penelitian tersebut menemukan adanya
diidentifikasi. Reaksi ini meliputi: 1) perilaku
stress fisik, emosional, dan finansial yang
menyerang
dirasakan oleh pemberi pelayanan.
merupakan komponen koping
(agresif)
biasanya
untuk
menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk
Stress didefinisikan sebagai tanggapan/
memenuhi kebutuhan; 2) perilaku menarik diri,
proses internal atau eksternal yang mencapai
biasanya
menghilangkan
tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai
sumber-sumber ancaman baik fisik maupun
pada batas atau melebihi batas kemampuan
psikologis; 3) perilaku kompromi, biasanya
subyek
digunakan untuk merubah cara melakukan,
2007). Menurut Hager (1999, dalam Widyasari,
merubah
2007), stress sangat bersifat individual dan pada
digunakan
tujuan,
untuk
atau
memuaskan
aspek
kebutuhan pribadi seseorang.
ini
merupakan
maladaptive/destruktif
1994
dalam
Widyasari,
dasarnya bersifat merusak bila tidak ada
Koping yang dilakukan oleh anak lelaki
caregiver
(Cooper,
koping
termasuk
yang
keseimbangan
antara
daya
tahan
mental
individu dengan beban yang dirasakannya.
kategori
Stress fisik yang dialami oleh caregiver
perilaku menyerang (agresif). Jika mengacu
yang anaknya mengalami morning sickness
kepada teori di atas, hal ini menunjukkan
terungkap ketika dia harus bolak-balik antara
adanya kebutuhan biologis yang mungkin
mendampingi anaknya yang sedang dirawat di
awalnya
diharapkan
Rumah
pacarnya.
Namun
dapat
karena
diperoleh
pacarnya
dari
justru
meninggalkan dia sementara dia merasa sudah
berkorban
banyak,
memenuhi
kebutuhannya
dari
Namun,
sayangnya,
dia
kewajibannya
dengan
sebagai
melaksanakan
anggota
masyarakat
dalam kegiatan kemasyarakatan.
akhirnya dia mencoba
orang
Sakit
Stress fisik juga dirasakan oleh caregiver
lain.
yang harus merawat anggota keluarga dengan
memenuhi
kondisi terkait aib yang melekat, yaitu pada
kebutuhannya tersebut dari adiknya sendiri.
penderita HIV/AIDS. Mereka juga mengalami
Tema 2: Stress yang dirasakan keluarga
gangguan tidur karena harus menjaga penderita,
Pada penelitian ini juga teridentifikasi
bangun lebih awal untuk merawat penderita,
adanya stress yang dirasakan keluarga. Stress
menyiapkan obat dan merawat gejal-gejala yang
tersebut meliputi stress fisik, stress finansial,
timbul (Vithayachockitikhun, 2009).
stress psikologis dan stress sosial.
Penelitian
yang
dilakukan
Perbedaan hasil penelitian di atas dapat
oleh
timbul karena aspek kesehatan fisik yang
Vithayachockitikhun (2009) di Thailand tentang
terganggu pada penderita HIV/AIDS cukup
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
79
besar. Sress fisik pada penelitian ini tidak
Waktu caregiver lebih banyak digunakan untuk
banyak ditemukan. Hasil penelitian ini lebih
mendampingi dan merawat penderita.
banyak mengungkap stress psikologis dan sosial
Selain stress fisik dan finansial, stress
yang ditimbulkan dari KTD anak remaja. Hal
psikologis juga dialami oleh hampir semua
ini dapat terjadi karena KTD bagi keluarga lebih
caregiver dalam penelitian ini. Hanya caregiver
terkait kesehatan psikologis daripada kesehatan
yang bekerja sebagai buruh nelayan yang tidak
fisik.
mengalami stress psikologis. Hal ini bisa
Stress finansial dialami caregiver yang
dikaitkan dengan kondisi KTD anaknya yang
suaminya menjadi penjual ”cilok” keliling.
memang walaupun tidak diinginkan, namun
Caregiver mengaku masalah dana menjadi
sebenarnya kejadiannya sudah diprediksi. Anak
masalah
caregiver adalah adalah Y (20 tahun) yang
yang
sangat
besar
untuk
biaya
melahirkan dan biaya hidup sehari-hari. Seorang
mengalami KTD dengan tunangannya.
caregiver yang bersuamikan nelayan juga
mengungkapkan
bahwa
untuk
Stress psikologis yang dirasakan oleh
hampir semua caregiver
meliputi perasaan
menyelenggarakan pernikahan anaknya dia
bingung, menyesal, menyerah, malu, khawatir,
harus meminjam uang kepada orang lain.
stress, sedih, marah dan kecewa. Umumnya
Stress
finansial
juga
dialami
oleh
caregiver yang merawat penderita AIDS. Stress
tersebut
timbul
karena
biaya
perasaan ini muncul ketika pertama kali mereka
mengetahui KTD anak remajanya.
perawatan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
HIV/AIDS yang tinggi dan berkurangnya
oleh Khisbiyah, Murdijana dan Wijayanto
pemasukan karena berkurangnya kesempatan
(1997) terhadap remaja di (Daerah Istimewa
untuk
(DI) Yogyakarta. Hasil penelitian menyebutkan
mencari
penghasilan
(Vithayachockitikhun, 2009).
bahwa banyak orang tua yang kecewa dan
Stress finansial pada caregiver yang
marah besar begitu mendengar kehamilan anak
merawat anak remaja dengan KTD lebih
remajanya. Perasaan itu timbul karena dalam
disebabkan karena kondisi awal mereka yang
pandangan
memang berada pada ekonomi yang kurang. Hal
perempuan yang hamil adalah black sheep di
ini diperberat dengan kehamilan anaknya.
tengah
Sedangkan
penderita
pada
caregiver
HIV/AIDS
yang merawat
memang
masyarakat
keluarganya,
umum,
yang
secara
remaja
telak
mencoreng nama baik keluarga.
disebabkan
Stress sosial juga ditemukan dalam
ini.
Seorang
caregiver
karena biaya perawatan yang sangat tinggi,
penelitian
yang
sementara caregiver tidak mempunyai waktu
mempunyai anak yang hamil dengan anak
yang cukup untuk menambah penghasilannya.
jalanan di Jakarta mengalami konflik keluarga
dengan keluarga teman lelaki anaknya. Konflik
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
80
ini
terjadi
karena
caregiver
dianggap
mempersulit proses pernikahan anaknya.
Sedangkan
mengalami
partisipan
perasaan
seperti
yang
stress psikologis dan stress sosial. Stress fisik
dialami keluarga ketika harus mendampingi
lain
disalahkan,
anak remaja yang harus dirawat di rumah sakit
akibat morning sickness yang dialami.
dicemooh, ditanya, digunjing, ditakut-takuti,
dikasihani, dan diungkit-ungkit.
Stress
finansial
dialami
sebagian
Hal ini juga
keluarga karena untuk perawatan kehamilan dan
sesuai dengan hasil penelitian Neamsakul
kelahiran anaknya membutuhkan biaya yang
(2008)
besar. Disamping itu juga karena tingkat
terhadap
remaja
Thailand
yang
mengalami KTD bahwa terdapat respon orang
ekonomi keluarga yang serba kekurangan.
lain/keluarga terhadap KTD remaja. Respon ini
Stress psikologis dialami keluarga ketika
antara lain dilakukan dengan cara terang-
mengetahui
terangan maupun tertutup. Respon secara
perasaan bingung, menyesal, menyerah, malu,
terang-terangan dilakukan dengan melalui kata-
khawatir, stress, sedih, marah dan kecewa.
kata maupun sikap. Kata-kata yang dikeluarkan
Umumnya perasaan ini muncul ketika pertama
berupa
kali mereka mengetahui KTD anak remajanya.
pertanyaan,
kata-kata
kasar,
KTD
anaknya
yang
meliputi
menyalahkan dan mengeluh. Sedangkan respon
Sedangkan stress sosial berupa adanya
melalui sikap ditunjukkan melalui tatapan tajam
perasaan seperti disalahkan, dicemooh, ditanya,
dan pandangan asing. Respon secara tertutup
digunjing,
dilakukan dengan “menggosip”, diam, dan
diungkit-ungkit oleh orang-orang di sekitar
“acuh tak acuh” .
caregiver.
Stress sosial yang ditemukan dalam
ditakut-takuti,
dikasihani,
dan
UCAPAN TERIMA KASIH
penelitian ini adalah karena adanya aturan sosial
Ucapan
kasih
kepada
dalam masyarakat bahwa keluarga dengan anak
meluangkan waktu untuk proses interview,
remaja KTD adalah keluarga yang tidak berhasil
kepada pihak Puskesmas Kroya I, Puskesmas
dan jauh dari idealisme keluarga yang baik.
Nusawungu, Puskesmas Cilacap Tengah I dan
Maka wajar jika ada anggota masyarakat yang
Cilacap Selatan II yang telah memudahkan
jauh dari aturan yang tidak tertulis tersebut akan
proses jalannya penelitian. Ucapan terima kasih
mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya
juga disampaikan kepada pembimbing yang
dari lingkungan sekitarnya.
telah mendampingi dan memberikan petunjuk
KESIMPULAN
bagi penyelesaian penelitian ini.
oleh keluarga dengan anak remaja KTD. Stress
tersebut meliputi stress fisik, stress finansial,
partisipan
disampaikan
yang tidak secara eksplisit disepakati bersama
Stress adalah masalah yang dihadapi
seluruh
terima
yang
telah
RUJUKAN PUSTAKA
Arida, dkk. 2005. Seks dan kehamilan pra
nikah: Remaja Bali di dua dunia.
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
81
Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan
dan Kebijakan-UGM
Cresswell, J.W. 1998. Qualitative inquiry and
research design:choosing among five
tradition. California: Sage Publications
----------------- 2010. Research desigan:
Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed methode. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
DKK Cilacap. 24 Maret 2011. Laporan KRR
tahun 2010. DKK Cilacap.
Faturochman. 1990. Sikap Permisif Makin
Mengental. Jawa Pos edisi 29 juni 1990.
Friedman, Bowden, & Jones, 2003. Family
nursing: Research, theory & practise.
Prentice Hall: Pearson Education, Inc.
Humas Pemerintah Kabupaten Pemalang. 17
Juni 2008. Seminar dan lokakarya
kehamilan tidak diinginkan. 3 Januari
2011. http://www.pemalangkab.go.id
Khisbiyah, Murdijana & Wijayanto, 1997.
Kehamilan tak dikehendaki di kalangan
remaja. Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan-UGM
Maurer & Smith. 2010. Community Public
Health Nursing Practice: Health for
Families and Populations, 3th edition,
Elsevier: Toronto.
Moleong, L.J. 2010. Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Neamsakul, Wanwadee. 2008. Unintended thai
adolescent pregnancy: A grounded
theory study. University of California,
dissertation. http://www.proquest.com
Pilar-PKBI Jawa Tengah. 2000. Base line
survey perilaku seks mahasiswa. 3
Januari
2011.
http://www.ceria.bkkbn.go.id
PKBI. 2005. Studi kasus kehamilan tidak
diinginkan pada remaja. 3 Januari 2011.
http://www.swaranusa.net
Polit, D.F. & Beck, C.T. 2006. Essentials of
nursing research: methods, appraisal,
and utilization. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
------------------------2008. Essentials of
nursing research: methods, appraisal,
and utilization. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Polit, D.F. & Hungler, B.P. 1999. Nursing
Research: principles and method.
Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Stanhope, M. & Lancaster, J., 2004. Community
& public health nursing (6th ed.). St.
Louis: Mosby Inc.
Sugiyono,
2010.
Memahami
penelitian
kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Susilo, Zumrotin K dan Lestari, Herna. 21
Desember
2007.
Aborsi:
fakta,
kebutuhan
dan
tantangan
serta
pengaruhnya dalam profil kesehatan
perempuan Indonesia.3 Januari 2011.
http://www.pemalangkab.go.id,
http://www.mitrainti.org/?q=node/228
Unimus, 2004. Bab 2. 7 JUli 2011.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/10
4/jtptunimus-gdl-dyasdindan-5184-3bab2.pdf
Vithayachockitikhun, Niranart. 2009. The
experiences of Thai caregivers of
persons living with HIV/AIDS. Frances
Payne Bolton School of Nursing, Case
Western
Reserve
University,
dissertation. http://www.proquest.com
Widyasari, 2007. Stress kerja. 7 Juli 2011.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.
php/stres-kerja.html
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
82
Wong, Donna L, 2008, Buku ajar keperawatan
pediatrik. Wong. Vol 1 & 2. Alih bahasa,
Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y.
Kuncara; editor edisi bahasa Indonesia,
Egi Komara Yudha. Ed. 6. Jakarta EGC
Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. VI, No. 2. September 2014
83
Download