Pentingnya Memasukkan Pendidikan Seks Dalam Kurikulum Pelajaran Siswa Sebagai Upaya Prefentif Terhadap Penyimpangan Perilaku Seksual Dikalangan Remaja Pendidikan seks adalah usaha mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya mengenai ciri yang membedakan antara laki-laki dan perempuan. Pendidikan seks mengarahkan seks pada sudut pandang yang tepat dan mengubah anggapan negatif tentang seks bahwa seks merupakan salah satu bentuk pornografi. Sementara itu, kurikulum merupakan seperangkat rencana atau pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Tujuan pendidikan seks adalah memberi tahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang serta berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka menghindarinya sehingga menjadikan remaja lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks dan mampu menghantarkan remaja agar selamat menjalani masa remajanya. Sebenarnya masalah seksualitas remaja adalah masalah yang tak hentihentinya diperdebatkan. Oleh karena itu, pendidikan seks perlu dimasukkan kedalam kurikulum pembelajaran. Beberapa alasan yang melatarbelakangi pernyataan ini adalah : 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai seks 2. Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan biologis yang dipelajari dalam pendidikan kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi, dan anatomi. Sehingga pendidikan seks terasa kurang mengena karena kurangnya intensitas pemberian materi serta terbentur dengan kurikulum yang ada. 1 3. Pendidikan seks yang sudah dimasukkan kurikulum akan lebih terencana dalam penyampaian materi, mempunyai tujuan yang jelas, dan pemahaman yang tepat 4. Dalam beberapa kajian menunjukkan, remaja haus akan informasi mengenai masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi. 5. WHO menyebutkan ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualiatas. Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. 6. Hasil penelitian Iip Wijayanto yang menyimpulkan bahwa 97% mahasiswi di sebuah kota pendidikan tidak perawan. Sekalipun kita meragukan validitas atau tepatnya angka prosentase yang dihasilkan, tetapi hal ini cukup membuktikan bahwa seks telah disalahgunakan justru oleh orang berpendidikan. 7. Kasus KTD (kehamilan tak diinginkan) yang terjadi sampai 30% pada remaja, 70% pada PUS (Pasangan Usia Subur) yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Masalah pergaulan bebas yang menjerumuskan kearah seks perlu di antisipasi dunia pendidikan. Pernyataan mengenai perlunya pendidikan seks dimasukkan dalam kurikulum juga didukung oleh pernyataan salah satu anggota Komisi X DPR RI, Angelina Sondakh. Meskipun banyak yang mendukung pendidikan seks dimasukkan dalam kurikulum, kenyataannya di lingkungan masyarakat pendidikan seks sulit diimplementasikan secara formal karena masalah budaya dan agama. Sehingga peran pemerintah dan instansi lainnya sangat diperlukan. Selain itu, pendidikan seks yang mempertimbangkan kesetaraan jender, penghormatan hak reproduksi, serta keterlibatan remaja dalam proses perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi akan mempermudah dalam mewujudkan tujuan pendidikan seks. 2