KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DALAM PERSPEKTIF GENDER Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Masih dalam ingatan kita bahwa pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan kondisi sehat yang menyangkut sistem (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki remaja. Terkait dengan program Keseheatan Reproduksi Remaja , adalah untuk memfasilitasi remaja agar memiliki status sistem reproduksi yang sehat dengan memberikan informasi, pelayanan konseling, rujukan pelayanan medis, pendidikan life skill, kilas remaja dan sebagainya. Jumlah usia remaja (10-24 tahun) pada tahun 2007 sekitar 60 juta, jumlah ini cukup besar jika tidak diberdayakan dengan baik sebagai asset bangsa, maka akan menimbulkan beban permasalahan yang tidak kunjung selesai. Perilaku remaja yang sangat memprihatinkan tentu merupakan tanggung jawab bersama oleh remaja maupun generasi tua, karena perilaku negatif yang tidak dapat diminimalisir akan berakibat terjadinya Lost Quality Generation, yaitu kehilangan kualitas generasi muda. Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh tiga faktor : 1) konstruksi biologis, 2) konstruksi sosial dan budaya, 3) konstruksi agama yang berpengaruh kuat di masyarakat, itulah yang tersirat dalam perspektif gender. Bagaimana nuansa gender dan apa yang menjadi penyebabnya akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan berikut. TUJUAN Tujuan Umum Upaya untuk proteksi terhadap remaja dan resiko yang menyebabkan permasalahan kesehatan reproduksinya dalam kerangka antisipasi terhadap 1 kemungkinan triad (seksualitas, narkoba, HIV/AIDS) yang cenderung meningkat. Tujuan Khusus Remaja dapat mengakses berbagai informasi yang benar tentang kesehatan reproduksinya, sehingga melalui pengetahuan, sikap dan perilaku positif dapat berkembang menjadi remaja yang sehat fisik, mental dan sosial. SASARAN Seluruh keluarga yang mempunyai anak remaja, agar dapat berperan aktif dalam mengasuh putra putrinya pada kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitassumber daya manusia/remaja untuk masa depan bangsa yang lebih baik dan bermartabat. ISSU GENDER DAN PENYEBABNYA 1. Adanya Pernikahan Usia Dini Remaja saat ini masih ada yang menikah dibawah umur 20 tahun, walaupun UndangUndang Perkawinan No.1 Tahun 1974 yang menyebutkan usia minimal menikah bagiperempuan adalah 16 tahun dan untuk laki-laki umur 19 tahun. Pernikahan muda biasanya terjadi pada remaja putri, oleh orang tua dipaksa untuk menikah, hal ini terjadi karena orang tua ingin segera terbebas dari beban ekonomi,kawatir anak tidak mendapatkan jodoh (menjadi perawan tua), atau orang tua inginsegera mendapatkan cucu dan seterusnya, dilain pihak orang tua tidak pernah melaksanakan pada anak laki-laki. Persepsi sosial budaya yang membedakan laki-laki dan perempuan menyebabkan remaja putri hampir tidak mempunyai peluang untuk mendapatkan pendidikan dan peran dalam sektor publik. Contoh yang paling ekstrim adalah anggapan bahwa sepintar apapun perempuan akhirnya kembali ke dapur, sumur dan kasur (Jawa: koncowingking, neroko katut swargo nunut), (Sumsel: wong rumah), (Minangkabau: indukbareh, urang rumah, ibunya anak-anak), (Aceh: mak sinyak). 2 Remaja memang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, tentunyaSecara psikologis masih memerlukan perhatian terhadap kebutuhan mereka seper ti bermain dengan teman sebaya, ingin diperhatikan, penasaran pada hal baru, ingin tahu dan mencoba, kurang hati-hati (Jawa: Grusah-grusuh, Keladuk kurang dugo, serampangan), mudah emosi, mudah tersinggung dan sebagainya. 2. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD/Married By Accident) Merupakan suatu kehamilan yang oleh karena suatu sebab yang keberadaannya tidak diharapkan. Hal yang menyebabkan terjadinya KTD : 1). Kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan serta cara/metode pencegahan kehamilan. 2). Kurangnya pengetahuan dan pengamalan agama yang konsisten untuk upaya pe ningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini bisa terjadi pada remaja yang sudah maupun belum menikah, KTD akan sema kin memberatkan perempuan jika pasangannya tidak bertanggungjawab atas keha milan yang terjadi. 3). Terjadinya akibat tindak perkosaan, ini terjadi karena adanya pemaksaan fisik dan seksual. Walaupun remaja putri mempunyai pengetahuan yang cukup tetapi tidak bisa menghindar dari tindakan perkosaan seksual, mereka kehilangan harga diri dan masa depan. Perempuan biasanya yang menjadi korban akibat pemerkosaan, pencabulan, pele cehan seksual, yang dilakukan pria yang sudah dikenal maupun yang belum kenal. 4). Perempuan dianggap sebagai obyek seksual, karena perempuan menjadi sasaran empuk untuk pemuasan nafsu biologis. 3 5). Pornografi yang menampilkan gambar yang tidak senonoh, melalui media elektro nik maupun cetak banyak disorot sebagai biang keladi penyebab utama tindak keja hatan seksual karena mempengaruhi dekadensi moral manusia termasuk remaja. Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini hampir tidak ada satupun kekuatan yang mampu mengendalikan atau menghentikan secara permanen untuk berita atau pun hiburan yang terindikasi pornografi. Tentunya ini merupakan tantangan kedepan yang harus segera mendapatkan perhatian, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga swasta, masyarakat seluruhnya yang selalu mengikuti perkembangan perilaku kehidupan remaja secara global. KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Kesehatan Reproduksi Remaja tidak hanya sebatas diketahui atau dimengerti oleh remaja putri saja, tetapi juga remaja putra, hal ini karena proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan dan merupakan tanggung jawabbersama laki-laki dan perempuan. Remaja diharapkan dapat mempunyai persepsi yang sama terhadap aspek kespronya agardiperoleh pengetahuan, sikap dan perilaku yang serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan dimana mereka tinggal.Kesalahan yang sering terjadi dengan adanya bias gender, dimana permasalahan reproduksilebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan. Keadilan Gender memberikan peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai peran di sektor publik, seperti pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang layaknya di dominasi laki-laki dan sebagainya, asalkan tidak menyalahi kodrat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, seperti perempuan harus hamil dan melahirkan yang tidak mungkindigantikan perannya kepada laki-laki. PENUTUP Permasalahan remaja dalam menghadapi kehidupannya memang sangat komplek, terkait dengan upaya mensinergikan program dengan perkembangan kondisi kesehatan 4 reproduksi remaja saat ini dan dengan adanya konstruksi sosial (gender) yang masih melekat dan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, perilaku remaja di lingkungan sosial. Dari materi tulisan diatas dapatlah kami simpulkan dan sarankan sebagai berikut : Pertama, Kesehatan Reproduksi Remaja bukanlah hanya menyangkut obyek remaja sebagaisasaran, tetapi lebih dari itu, yaitu bagaimana mensinergikan kendala yang ada dengan mengadakan program yang lebih memberikan manfaat yang luas bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. BKKBN sudah mengembangkan Program dan Strategi yang terkait dengan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) RPJM 2010-2014 dengan pendekatan melalui kelompok remaja sebaya yang diberi nama Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Rema ja/Mahasiswa). Sekarang tinggal bagaimana implementasi di tingkat bawah sehingga program, strategi dan kebijakan dapat diakomodir oleh kelompok-kelompok remaja yang sudah ada. Kedua, Adanya Issu Gender dan penyebabnya, Kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, pornografi, resiko triad (seksualitas, narkotika, HIV/AIDS) yang terjadi pada remaja memangperlu disikapi secara arif dan bijaksana, jangan sampai ada pepatah karena nila setitik, rusaksusu sebelanga, pada remaja memang yang paling banyak menderita adalah remaja perempuan apabila terjadi pemerkosaan, pelecehan seksual oleh laki-lakii yang tidak bertanggung jawab, tetapi ini juga sifatnya relatif bila remaja pria selalu lepas dari tanggung jawab dariapa yang telah mereka perbuat. Sikap yang arif dan bijaksana merupakan sikap dalam menghadapi persoalan dengan tidak emosional, kepala dingin, rasional, tidak berpihak, demokrasi dan semata-mata untuk kebaikan/kebenaran, antara lain : Upayakan tindakan preventif agar remaja tidak mendekati ataumencoba pada perilaku negatif kespro, hindari pergaulan yang dapat menjerumuskan remaja, lakukan kegiatan positif seperti olah raga, seni dan kegiatan minat/bakat, remaja bolehbersosialisasi, berteman, punya pacar tetapi harus memakai norma yang berlaku, yang tidakmelanggar kesusilaan maupun norma agama. 5 Peran semua pihak, baik remaja sendiri, orang tua, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokohlembaga formal dan informal, akan efektif menekan berbagai resiko negatif yang terjadi pada remaja selama ini. Sumber : • Issu Remaja dan Batasan Program KRR, Drs. Abdul Ghofar dkk, BKKBN Provinsi DIY, 2009 • Perspektif Gender Dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja, Buletin Mitra KB, BKKBN, 2004 • Gender Dari Berbagai Perspektif, Ris Hardjanto, BKKBN Provinsi DIY, 2009 • Program dan Strategi PKBR RPJM 2010-2014, M. Masri Muadz, BKKBN, 2010 • Info Kespro untuk semua, PKBI DIY, 2010 • Ada apa dengan Gender, BKKBN Provinsi DIY, 2003 6