peran guru dan peningkatan kualitas sumber daya

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PERAN GURU DAN PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA DI INDONESIA
Zulhamdi Hasian Harahap
MTs Negeri Binanga
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia telah menjadi konsentrasi pemerintah dalam beberapa tahun
terakhir. Salah satu upaya yang dilakukan yakni meningkatkan kualitas sistem pendidikan baik kurikulum maupun tenaga
pengajar. Kualitas guru yang baik diyakini akan mendorong peningkatan kualitas SDM Indonesia teristimewa karena bonus
demografi. Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dimaksudkan diatas peran serta guru sebagai ujung tombak
keberhasilan pendidikan sangat menentukan. Pada dasarnya guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai ujung
tombak dalam mencapai prestasi dan peningkatan mutu pendidikan yang dengan “goal akhir” adalah meningkatnya kualitas
peserta didik yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia seutuhnya. Ketiga komponen bertanggung jawab
dalam hal peningkatan mutu dan prestasi.
Kata kunci : peran guru, sumber daya manusia
PENDAHULUAN
Guru sebagai ujung tombak pendidikan dituntut untuk memiliki kompetensi seperti yang diharapkan oleh UU dan
peraturan pemerintah. Tidak hanya itu guru harus aktif mengaktualisasi diri yaitu mengembangkan materi pembelajaran
yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif,
dan mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Guru profesional dan
bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat. Pemerintah secara
resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga professional, dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan karena guru sebagai agen pembelajaran merupakan ujung
tombak peningkatan proses pembelajaran di dalam kelas yang akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam
kondisi nyata ternyata keberadaan guru masih banyak yang belum sesuai dengan harapan PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang secara spesifik diuraikan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik Kompetensi Guru. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu langkah yang telah dan banyak dilakukan
adalah pembentukan dan pemberdayaan MGMP.
Selain MGMP, banyak cara yang bias dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dengan “goal akhir” adalah
meningkatnya kualitas peserta didik yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia seutuhnya. Peranan guru
sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter
yang baik bagi anak didiknya, guru juga berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Itu semua demi
terciptanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang semakin bagus. Tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai tenaga pembangunan antara lain ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang
direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan maupun kelompok. Permasalahan ini akan
dapat diatasi apabila Sumber Daya Manusia (SDM) mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan atau kualitas lembaga
pendidikan. Bahwasanya, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM).
Pendidikan sebagai ujung tombak peningkatan kualitas SDM Indonesia. Tanpa pendidikan, akan semakin sulit untuk
bersaing. Saat ini, penerapan Kurikulum 2013 yang berfokus pada aktivitas anak didik sebagai salah satu upaya untuk
membentuk karakter serta kompetensi SDM Indonesia sudah sangat bagus. Pemerintah Indonesia terus fokus dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat pada pendidikan salah satunya untuk meningkatkan partisipasi wajib belajar 12 tahun
dengan berbagai program kebijakan. Dunia pendidikan, memiliki peranan penting agar membuat globalisasi berlangsung
dua arah dan bukan satu arah, atau hanya menjadi sekadar pasar saja. Dunia pendidikan berperan untuk menyadarkan
pola pikir masyrakat bahwa untuk bisa bertahan ditengah persaingan tersebut diperlukan adanya kompetensi.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
360
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Kutipan Alenia Pertama Lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006).
Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dimaksudkan diatas peran serta guru sebagai ujung tombak
keberhasilan pendidikan sangat menentukan. Pada dasarnya guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai ujung
tombak dalam mencapai prestasi dan peningkatan mutu pendidikan yang dengan “goal akhir” adalah meningkatnya kualitas
peserta didik yang akan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia seutuhnya. Ketiga komponen bertanggung jawab
dalam hal peningkatan mutu dan prestasi.
PEMBAHASAN
Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar. Pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok
guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum
butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Menurut Suparlan (2008),
guru merupakan salah satu unsur masukan instrumental yang amat menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, guru harus memiliki standar
kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan yang memadai.
Menurut Imran (2010), guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya
seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Guru adalah pendidik profesional. Tugas utamanya
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan juga melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta yang dididik pada
pendidikan formal (Sembiring, 2008). Menurut Suparlan (2008), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait
dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal,
maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang
yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV, bagian
kesatu, pasal 30, butir kelima. Peraturan Pemerintah tersebut berbunyi bahwa pendidik pada SMP/MTS atau bentuk lain
yang sederajat dan SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan
yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan yang sesuai dengan keperluan. Kualifikasi guru
untuk jenjang pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain sederajat tercantum dalam Peraturan Pemerintah yang sama
dengan di atas, pasal 29, butir keempat. Peraturan Pemerintah itu berbunyi pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang
sederajat memiliki: (1) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1); (2) latar belakang
pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; (3) sertifikasi profesi guru
untuk SMA/MA.
Tupoksi Guru
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Kutipan Alenia Pertama Lampiran Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006). Untuk
mencapai tujuan sebagaimana yang dimaksudkan diatas peran serta guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan
sangat menentukan, dimana pegawai fungsional juga dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya sesuai
bidang keahlian masing-masing dengan terus mengembangkan kreativitas melalui pendidikan dan pelatihan.
Penekanan Pembangunan Nasional dalam Pembangunan Jangka Panjang lebih mengandalkan pada kreativitas
dan produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi dalam jabatan, baik dalam penyelenggaraan
negara maupun pembangunan dan kemasyarakatan. Kualitas kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) selain merupakan
perwujudan pelaksanaan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pengamalan Pancasila, juga
merupakan tuntutan yang tumbuh bersama dengan perkembangan pembangunan yang semakin cepat. Disamping itu,
perhatian pemerintah yang sangat besar terhadap pegawai fungsional sebagai aset bangsa dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada bab IV tentang Guru bagian kelima pembinaan dan pengembangan pasal 23 pada ayat 1 disebutkan
bahwa “Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Pada ayat 2
disebutkan “ Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, selanjutnya pada ayat 3 disebutkan
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
361
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
“Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional.
Dan terakhir pada ayat 4 berbunyi “Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi”.
Menurut Sukadi (2007) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, merencanakan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan
dan konseling. Tugas guru pada kurikulum 2013 secara konsep sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum KTSP
yang selama ini telah berjalan. Standar kompetensi guru masih tetap mengacu pada empat kompetensi yang diatur oleh
Permendiknas No 16 Tahun 2007 yaitu kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian. Tugas Pokok dan Fungsi Guru yaitu bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan KBM,
meliputi: a) Membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap; b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran; c)
Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan, dan ujian; d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian; e)
Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan; f) Mengisi daftar nilai anak didik; g) Melaksanakan
kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan), kepada guru lain dalam proses pembelajaran; h) Membuat alat
pelajaran/alat peraga; i) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni; j) Mengikuti kegiatan pengembangan dan
pemasyarakatan kurikulum; k) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah; l) Mengadakan pengembangan program
pembelajaran; m) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar anak didik; n) Mengisi dan meneliti daftar hadir sebelum
memulai pelajaran; o) Mengatur kebersihan ruang kelas dan sekitarnya; dan p) Mengumpulkan dan menghitung angka
kredit untuk kenaikan pangkat.
Upaya Peningkatan Kualitas SDM di Indonesia
Dimensi Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi jumlah, komposisi, karakteristik (kualitas), dan persebaran
penduduk (Effendi, 1991). Dimensi tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara kuantitas dan
kualitas yang telah disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat penting. Kualitas sumber daya manusia
menurut Ruky (2003) adalah “Tingkat pengetahuan, kemampuan, dan kemauan yang dapat ditunjukkan oleh sumber daya
manusia”. Tingkat itu dibandingkan dengan tingkat yang dibutuhkan dari waktu ke waktu oleh organisasi yang memiliki
sumber daya manusia tersebut. Matutina (2001) menyatakan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mengacu pada :
a) Pengetahuan (knowledge); b) Keterampilan (skill); dan c) Kemampuan (abilities).
Sehubungan dengan pengembangan SDM untuk peningkatan kualitas, Kartadinata (1997) mengemukakan bahwa
“Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sehingga pengembangan SDM melalui upaya pendidikan
bukanlah sebatas menyiapkan manusia yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja
pada saat ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Perbaikan di bidang pendidikan dan kesehatan akan berdampak pada capaian pembangunan manusia. Hal ini mengingat
indikator dalam indeks pembangunan manusia (IPM) oleh UNDP menempatkan pendidikan dan kesehatan sebagai
indikator utama disamping indikator ekonomi. Pendek kata pembangunan manusia telah memberikan sumbangan terbesar
bagi pencapaian keberlangsungan pembangunan (Anand dan Sen, 2000).
Selama ini, kalau dilihat dari segi stok SDM, Indonesia lah salah satu negaranya. Dengan pertumbuhan penduduk
yang pesat, Indonesia dari segi ketersediaan SDM dengan jumlah banyak di dunia. Meskipun, kalau dilihat dari segi
kualitas, SDM Indonesia masih menjadi tantangan besar hingga kini. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalakkan
pembangunan manusia-manusia Indonesia agar menjadi kader-kader generasi yang berkualitas sebagai penerus masa
depan bangsa, salah satunya melalui pembangunan pendidikan.
Menurut data BPS (2012) posisi Indonesia dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2012 berada
pada posisi 121 dari 187 negara. Posisi Indeks Persepsi Korupsi tahun 2012 berada pada posisi 118 dari 176 negara.
Posisi daya saing Indonesia tahun 2012 berada pada peringkat ke-50 dari 144 negara, atau menurun 5 tingkat
dibandingkan setahun sebelumnya. Jika dilihat peringkat untuk masing-masing pilar daya saing, maka posisi Indonesia
terpuruk pada pilar efisiensi pasar tenaga kerja yaitu peringkat ke-120, disusul pilar kesiapan teknologis yang menempati
peringkat ke-85, dan infrastruktur pada peringkat ke-78. Pilar terbaik untuk Indonesia hanya terletak pada ukuran pasar (16),
lingkungan makroekonomi (25), dan inovasi (39). Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bias diukur dan dianalisis dengan
indeks kompetensi. Bahwa indeks kompetensi yang dikeluarkan oleh World Economic Forum pada tahun 2013, bahwa
Indonesia menempati urutan ke-50 atau lebih rendah dari Singapura (ke-2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-30).
Rendahnya kompetensi sumber daya Indonesia diperoleh dari faktor-faktor yang saling berkaitan seperti: a) tenaga
kerja/ahli profesi yang tidak memiliki kualifikasi mumpuni; b) minimnya pelaksanaan sertifikasi kompetensi; c) belum
sesuainya kurikulum di sekolah menengah dengan keahlian profesi; dan d) serta sumber daya manusia di Indonesia yang
sangat berlimpah namun belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), salah satunya
dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan harus mampu mengembangkan iklim belajar-mengajar
yang dapat membantu untuk menciptakan individu-individu yang lebih baik, tumbuh dan berkembang lebih besar, lebih
bijaksana, lebih perspektif, dan lebih kreatif dalam semua aspek kehidupannya (Moh. Amien, 1987). Program peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktivitas, moral, efisiensi kerja,
stabilitas, serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun ke luar lembaga yang
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
362
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan dalam peningkatan kualitas SDM telah dibuat dalam suatu kebijakan
Depdiknas (2001) dalam tiga strategi pokok pembangunan pendidikan nasional, yaitu: a) pemerataan kesempatan
pendidikan; b) peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan, dan c) peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Sebagai contoh program peningkatan SDM bisa dilakukan dengan kerjasama pada pendidikan perguruan tinggi dan
sesudah lulusan, antara lain: a) pemerintah dengan pihak swasta, Perguruan Tinggi (PT), dan masyarakat. Salah satu
contoh kerjasama antara pemerintah, dunia pendidikan, pihak swasta adalah program KKN-PPM yang dilaksanakan oleh
Universitas Gadjah Mada dan sejumlah perguruan tinggi. Program KKN-PPM UGM dan beberapa perguruan tinggi selain
meningkatkan SDM mahasiswa dan juga meningkatkan SDM warga masyarakat, hal ini terjadi karena dengan adanya KKNPPM mahasiswa bisa berlatih mandiri dan bisa saling bertukar ilmu dengan masyarakat. KKN-PPM ini juga mempunyai
tujuan untuk mengolah SDA yang ada agar bermanfaat. Pada kenyataannya banyak masyarakat yang tidak tau cara
mengolah SDA yang ada di daerahnya, lalu setelah ada KKN-PPM yang membimbing maka masyarakat jadi tau cara
mengolah SDA. Program KKN-PPM ini juga bekerjasama dengan pihak swasta. Biasanya pihak swasta menjadi mitra yang
membantu membiayai program kerja tersebut. Dengan demikian berarti mahasiswa juga mempunyai peran dalam
peningkatan SDM Indonesia; b) Meningkatkan SDM bisa juga melalui IPTEK. Dengan adanya IPTEK maka akan
menimbulkan berbagai dampak yang bisa meningkatkan SDM Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam
era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas
geografis pada tingkat negara maupun dunia. Dalam aspek ekonomi dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan
semakin meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara
tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia; c) program Link and Macth, peningkatan
kompetensi kerja lulusan pendidikan serta memastikan terserapnya lulusan pendidikan dalam dunia kerja dan industri
dalam jumlah yang besar; d) Guna menjembatani dan mempermudah titik temu antara para pencari kerja dan perusahaan
pemberi kerja, pemerintah mendorong terselenggaranya pameran bursa kerja atau sering disebut juga job fair di berbagai
daerah. Dengan digelarnya job fair akan sangat membantu para pencari kerja dalam menemukan lowongan kerja yang
sesuai dengan bakat, minat dan keterampilannya dengan cara yang lebih mudah, dan murah; e) Di bidang pelatihan,
meskipun terbatas, pemerintah menyediakan fasilitas dan program-programpelatihan kerja yang tersedia di Balai-Balai
Latihan Kerja (BLK) di seluruh Indonesia untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja dan mengurangi angka
pengangguran di daerah-daerah.
Banyak program pemerintah di Tingkat pendidikan dasar, hal tersebut sudah mulai menjawab dengan adanya
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap kerja, usia produktif/belia, dan terampil, program-program
tersebut adalah sebagai berikut : a) Pertumbuhan SMK semakin banyak di setiap Kabupaten/Kota seiring dengan tuntunan
animo siswa masuk ke SMK dan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan menengah kejuruan yang siap kerja dan
mandiri sesuai kompetensi; b) Jumlah dan jenis bidang keahlian yang dikembangkan di SMK Negeri dan Swasta sudah
mulai mampu menjawab tuntutan kebutuhan dunia usaha/industri dan tuntutan pengembangan ekonomi sektoral; c) Tingkat
pengangguran tamatan SMK menunjukkan sudah mulai berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya sehingga SMK
dikatakan berhasil; d) Dari sisi kemampuan daya saing tenaga kerja, produktifitas tenaga kerja di Kawasan Tengah, Barat
mulai menunjukkan ke arah yang lebih baik dibanding dengan Kawasan Timur; e) Kebijakan memperbanyak jumlah SMK
dibanding SMA; f) SMK “dipaksa” bekerjasama dengan dunia Industri/dunia usaha untuk meningkatkan kompetensi siswa
sekaligus memasarkan hasil produksi siswa; g) Peningkatan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan
APBD; dan h)Kurikulum 2013 yang telah mengalami penyempurnaan merujuk untuk SD, SMP, dan SMA (sederajat).
Peran Guru dalam Peningkatan kualitas SDM di Indonesia
Mulyasa (2007) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas
peran guru dalam pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu
(innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah
kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator (mengarahkan belajar). Menurut
Suwardi (2007) upaya mewujudkan guru profesional membutuhkan perhatian dan komitmen bersama baik pemerintah,
masyarakat, guru sendiri, mapun pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan. Dalam konteks diatas untuk
menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah: a) Memiliki kemampuan intelektual yang
memadai; b) Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan; c) Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi
pembelajaran; d) Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan; dan e) Kemampuan mengorganisir dan
problem solving dan (5) Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, recorder, ataupun oleh komputer
yang modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan, dan lain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Disinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru, dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk
membantu dan mempermudah kehidupannya (Sudjana, 2009). Menurut Martinis Yamin (2007) keberhasilan guru di dalam
kelas bukan hanya sekedar tercapainya suatu tujuan belajar, akan tetapi keberhasilan guru juga ditentukan sejauh mana
mampu mengembangkan kecakapan siswanya, karena guru sebagai change agent. Sudah semestinya itu bisa tercapai bila
didukung dengan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai di lembaga pendidikan yaitu sekolah dan
lainnya.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
363
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Berkaitan dengan kondis dan tuntutan maka pendidikan global sangat urgen sekali dalam rangka mempersiapkan
peserta didik agar dapat survie dan bersaing di tengah era globalisasi. Konsep pendidikan global menekankan pada cara
berfikr inklusif, bila tak sekedar ingin memperluas informasi tentang keterkaitan global. Dengan pendidikan global
diharapkan mutu sumber daya manusia akan lebih meningkat. Pendidikan tidak lagi berpusat pada guru akan tetapi
berpusat pada siwa. Sehinga output dari pendidikan akan dapat ditngkatkan mutunya dan mampu bersaing di tengah era
globalisasi (Tilaar, 204). Pendidikan, sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf kehidupan bangsa serta
merealisasikan komitmen untuk mencerdaskan bangsa, masih belum tertopang dengan pondasi - pondasi yang kokoh.
Pondasi pendidikan tersebut beberapa diantaranya adalah ketahanan infrastruktur pendidikan, ketersediaan dan kualitas
pendidik atau guru, serta daya serap yang terpotret dari jumlah siswa didik atau murid yang mengenyam pendidikan.
Dari uraian diatas, guru dituntut agar professional. Karena seorang guru merupakan tumpuan berhasil tidaknya
suatu proses belajar mengajar akan berhasil dan selanjutnya menghasilkan output pendidikan yaitu Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas guru dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui: a) kualifikasi
akademik guru; b) pendidikan dan pelatihan; c) uji sertifikasi; d) memberi kesempatan perbaikan pembelajaran. Perbaikan
pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang
menempatkan guru sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kreatif dan inovatif; dan e)
Peningkatan kualitas dan kompetensi guru di berbagai daerah dengan mengadakan pelatihan/pembinaan strategi dan
metode mengajar. Juga mengaktifkan PGRI di daerah-daerah.
SIMPULAN
Pada era sekarang, yang sering disebut era globalisasi, institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk
menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia berkualitas di masa depan. Berbicara mengenai kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Upaya perbaikan di bidang pendidikan merupakan suatu keharusan untuk dilaksanakan secara terus menerus
agar tidak tertinggal oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang begitu cepat. Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ada di sekolah merupakan faktor sentral dalam dunia pendidikan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Indonesia telah menjadi konsentrasi pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu upaya yang dilakukan yakni
meningkatkan kualitas sistem pendidikan baik kurikulum maupun tenaga pengajar. Kualitas guru yang baik diyakin akan
mendorong peningkatan kualitas SDM Indonesia teristimewa karena bonus demografi.
Kebijakan yang paling mencolok dalam bidang pendidikan demi mendapatkan SDM berkualitas di usia produktif,
siap kerja, dan terampil. Dengan kata lain, bidang pendidikan sangatlah penting dalam menghasilkan output SDM yang
berkualitas di Indonesia. Hal ini mengingat peranannya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di
Indonesia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas.
REFERENSI
Amien, Moh. 1987. Mengajar IPA Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud.
Anand, S. and Sen, A. 2000. Journal Human Development and Economic Sustainability, World Develop ment 28 (12): 20292049.
Depdiknas. 2001. Kebijaksanaan di Bidang Pendidikan Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Effendi, Tadjuddin Noer, 1993. Masyarakat Hunian Liar di Kota : Kasus Wonosito, Seri Laporan. Yogyakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan UGM
Imran, Ali. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Martinis, Yamin. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press
Matutina. 2001. Manajemen Sumber daya Manusia cetakan kedua. Jakarta: Gramedia Widia.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Ruki, Achmad. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Bandung: Refika Aditama.
Sembiring, M. 2008. Pengaruh Metode Praktikum Menggunakan Media Komputer pada Motivasi dan Hasil Belajar Kimia
Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Medan: Tesis Pascasarjana Prodi Kimia UNIMED.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sukadi. 2007. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: PT Kolbu.
Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: PT Hidayat.
Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran: Menciptakan Guru Kreatif dan Berkompetensi. Surabaya: PT. Temprina Media
Grafika.
Tilaar. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
364
Download