1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja dalam perkembangan era globalisasi jaman sekarang ini diharapkan dapat mengisi berbagai posisi di masyarakat. Remaja diharuskan memiliki semangat, tidak hanya memikirkan kehidupan saat ini tetapi juga masa depan serta harus banyak belajar untuk menyerap berbagai informasidari berbagai media ( Rini& Czafrani,2010 ). Banyak informasi yang mudah didapatkanoleh remaja dari media, baik media cetak maupun elektronik. Hal tersebut tentunya membawa dampak positif maupun negatif bagi remaja.Dampak positif media dapat menjadi alat komunikasi yang interaktif serta memberikan wawasan bagi remaja. Beberapa media jugamemiliki pengaruh negatifpada masalah perilaku seksual remaja. Seperti beredarnya video pornoatau majalah porno yang memberikan informasi dan daya tarik bagi remaja untukmelakukan hubungan seks (Sitorus, 2010). Fenomena yang terjadi di masa sekarang yaitu terjadinya perubahan sosial yang cepat, dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang mengakibatkan perubahan pola kehidupan, etika dan nilai-nilai moral remaja khususnya hubungan perilaku seksual. Mudahnya mendapatkan informasi dari media cetak dan elektronik seperti film, VCD, buku-buku, majalah dan bacaan lainnya.Berbagai obat-obatan terlarang, ganja, minuman Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 2 keras, pornografi juga beredar demikian mudah dikalangan remaja. Hal tersebut menyebabkan remaja semakin mudah untuk mendapatkan perubahan trend dan meniru berbagai tingkah laku yang di anggap mudah dinikmati (Wibowo,2012). Peran serta berbagai pihak diperlukan untuk menjadikan remaja sebagai generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik sehingga pada akhirnya remaja tidak salah langkah dalam bertindak, khususnya dalam berperilaku seksual. Orang tua memiliki peran penting sebagai fungsi kontrol, namun belakangan ini otoritas orang tua terhadap remaja semakin berkurang. Tidak ada yang membantu remaja untuk memilah hal yang baik maupun buruk untuk dirinya. Lemahnya kontrol sosial dan sanksi mengakibatkan remaja menjadi tidak terkontrol dan tidak terkendali (Kartono,2011). Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Suntrock, 2007). Menurut Hurlock (2012) remaja merupakan masa mencari identitas, remaja bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri remaja (Hurlock, 2012). Terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus ditempuh oleh remaja yang menuntut perubahan besar baik perilaku dan sikap remaja, sehingga sedikit dari remaja yang mampu untuk menguasai tugas-tugas remaja tersebut. Pada diri remaja juga terdapat perubahan-perubahan pada bentuk tubuh disertai dengan struktur, fungsinya serta perkembangan Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 3 karakteristik seksual primer dan sekunder yang merupakan awal dari kematangan seksual seseorang (Desmita,2005). Kematangan organ reproduksi pada remaja menimbulkan dorongandorongan seksual sehingga ada keinginan untuk memperluas pergaulan dan adanya ketertarikan dengan lawan jenis. Ketertarikan yang intensif dan intim tersebut memunculkan komitmen antar pasangan remaja untuk menjalin hubungan yang lazim yang disebut pacaran. Masa pacaran dianggap sebagai pendekatan antar remaja dari kedua lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi baik kekurangan dan kelebihan masing-masing remaja. Ketertarikan remaja lebih banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan dengan ketampanan dan kecantikan fisik (Wibowo, 2012). Saat remaja berpacaran terdapat kecenderungan terbangun suasana romantisme yang meningkatkan tingkat perilaku seksual dari tahap sentuhan ringan hingga hubungan seksual. Remaja yang tidak mampu mengendalikan diri dalam berpacaran cenderung melakukan aktivitas seksual sampai dengan pergaulan bebas, bahkan hingga sampai penularan HIV/AIDS (Wibowo,2012). Remaja putri banyak belajar untuk mengaitkan hubungan seks dengan cinta dan sering merasionalkan tingkah laku seksual dengan alasan karena terhanyut cinta. Banyak remaja putri telah berhubungan seks dengan pasangan yang mereka cintai dan ingin mereka nikahi. Alasan lain melakukan seks karena di dorong oleh pacar, mencoba-coba siapa tahu seks adalah cara untuk memperoleh kekasih dan keinginan seksual yang tidak berhubungan Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 4 dengan menyayangi dan mencintai. Remaja putra mungkin menyadari bahwa remaja putri telah disosialisasikan dengan etika cinta. Remaja putra juga tahu bahwa ada tekanan untuk memiliki pacar yang dirasakan oleh remaja putri (Suntrock, 2008). Dua pernyataan klasik yang sering dikatakan oleh remaja putra menunjukkan bahwa remaja putra paham pemikiran remaja putri tentang seks dan cinta. Remaja putra beranggapan jika pacarnya benar-benar mencintainya pasti mau melakukan hubungan seks dengannya. Remaja putri juga banyak yang beranggapan jika pacarnya tidak akan memaksa untuk melakukan hubungan seks jika benar-benar cinta (Suntrock, 2008). Menurut Suharto (2006) pengertian seksual itu sendiri seringkali diartikan secara sempit. Seksual hanya diasumsikan sebagai hubungan seksual alias hubungan kelamin dua insan. Seksual itu sendiri seharusnya menyangkut berbagai hal dari jenis kelamin, alat kelamin berikut selukbeluknya organ-organ reproduksi yang tentu saja di dalamnya hubungan seksual (Asmoro, 2006). Seks bebas menurut pendapat remaja adalah hubungan seks antara dua individu tanpa ikatan perkawinan. Pendapat yang paling ekstrim menganggap semua aktivitas seksual apabila pikiran mengarah ke hubungan seks merupakan seks bebas (Adikusuma, 2008). Hasil survey yang dilakukan oleh Anggreni dan Kinanti Wulandari terhadap 50 remaja SLTP, SLTA dan Mahasiswa berusia 13-21 tahun, tentang pacaran dan gaya boncengan sebagai pola berpacaran di Purwokerto. Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 5 Ditemukan waktu favorit berboncengan motor pada remaja adalah siang dan malam hari. Untuk remaja yang berada dalam lingkungan pendidikan yang sama memilih waktu pagi hari untuk berpacaran. Remaja menganggap waktu siang dan malam adalah waktu yang paling nyaman untuk boncengan dalam berpacaran. Sementara pagi hari merupakan waktu yang sering dilakukan remaja yang dalam lingkunganpendidikan yang sama untuk antar jemput (Wibowo, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawatidan Suwarti (2011) dari 352 responden siswa menengah pertama di kabupaten banyumas, didapatkan responden yang telah berpacaran sebanyak 50 %. 50 % responden tersebut telah melakukan berbagai perilaku seksual yang meliputi 20% responden telah membaca majalah porno, dimana 70% membaca majalah porno sendirian, 5 % membaca majalah porno dengan pacarnya dan 25 % membaca majalah porno bersama teman-teman. Perilaku seksual lainnya adalah 53% responden telah menonton film porno serta 52 % responden telah melakukan masturbasi, semua responden berjenis kelamin laki-laki (Setyawati& Suwarti, 2011). Hasil penelitian tersebut juga di dapatkan 50% responden telah berciuman bibir dan 23 % responden pernah mencium bagian leher dan dada. Responden yang mengaku berciuman bibir78% berciuman bibir pada masa berpacaran 0-6 bulan, 10% pada masa pacaran 7-12 % dan 12% pada masa pacaran di atas 12 bulan. Responden yang mengaku mencium leher dan dada, 88% melakukan ciuman pada bagian dada dan leher pada usia pacaran 0-6 Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 6 bulan, 6% pada usia pacaran 7-12 bulan dan 6% pada usia pacaran diatas 12 bulan. Dari 352 responden ditemukan 3 responden telah melakukan hubungan suami istri (Setyawati& Suwarti, 2011). Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, dimana pada usia SMP remaja sudah mampu melakukan perilaku seksual yang tidak sesuai pada usianya seperti menonton film porno, berciuman bahkan melakukan hubungan suami isteri. Pada usia pacaran 0-6 bulan remaja SMP tersebut sudah mampu untuk mencium bagian leher dan dada. Bagaimanakah masa depan remaja kedepan, jika pada usia SMP remaja sudah mampu melakukan perilaku seks yang tidak tepat untuk seusianya (Setyawati& Suwarti,2011). Terlebih dengan melihat fenomena sekarang ini dimana pergaulan remaja sangat bebas dan seks bebas juga sering terjadi pada remaja-remaja yang sedang menjalin masa pacaran. Remaja beralasan apa yang dilakukan sebagai wujud kasih sayang terhadap pacarnya. Kondisi tersebut meresahkan orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan hasil wawancarapada hari Rabu tanggal 17 Oktober 2012dengan guru bimbingan konseling SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto, SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto memiliki aktivitas belajar yang padat serta tata tertib yang ketat.Banyaknyaremaja SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto yang kos dan jauh dari orang tua, memaksa pihak sekolah juga bekerja sama dengan induk semang. Sehingga terjalin hubungan segitiga antara guru, orang tua serta induk semang guna mengontrol Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 7 pergaulan remajanya. Kerja sama tersebut ternyata tidak menjamin remaja di SMK Telkom Shandy Putra memiliki imunitas terhadap seks bebas. Berdasarkan wawancara pendahuluan yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 24 Nopember 2012 dengan “E”remaja SMK Telkom Shandy Putra, diperoleh keterangan perilaku berpacaran remaja SMK Telkom Shandy Putra tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyawati dan Suwarti. Terdapat remaja yang diketahui sedang berciuman di salah satu ruang di sekolah, selain itu juga terdapat beberapa remaja yang menonton film semi porno bersama-sama di kelas bahkan di tahun 2011 terdapat remaja yang dikeluarkan karena melakukan hubungan suami isteri di kos. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2013 terhadap subjek “S” di rumah kosnya, diperoleh keterangan dimana mantan pacar subjek pernah meminta subjek untuk melakukan raba bagian dalam. Subjek menolak permintaan pacarnya namun pacarnya memaksa sehingga pada akhirnya subjek mau melakukan raba dalam. Berdasarkan wawancara pada hari Sabtu tanggal 24 Nopember 2012 dengan subjek R dan C, perilaku berpacaran remaja saat ini sangat memprihatinkan. Rmengaku pernah memiliki pacar dan pernah diajak berciuman oleh pacarnya, namun R menolaknya dengan alasan norma agama serta sopan santun.Subjek C sendiri mengaku pernah berpacaran, C mengaku tidak pernah berciuman selama masa pacaran. C selalu menolak pada saat pacarnya mengajak berciuman, dengan alasan agama dan sopan santun. Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 8 Keadaan ini sangat disayangkan, mengingat perilaku seks remaja sudah sangat menyimpang. Bahkan seks bebas sekarang menjadi bagian dari sosialisasi kelompok teman sebaya. Kelompok tersebut di dalamnya terdapat norma yang menekan anggota kelompok tersebut untuk mematuhi aturan yang telah ditentukan.Bagi remaja yang mungkin belum pernah melakukan seks bebas akan terkucilkan dari kelompok sebayanya.Banyak remaja yang ketika di tengah lingkungan keluarganya remaja tersebut merasa tidak berarti, hanyut dan tidak mempunyai status sosial yang bermartabat, merasa terkekang dan tidak berkembang. Pada saat di tengah kelompok teman sebayanya, remaja merasa diberi peranan yang berarti bahkan memperoleh nilai diri dan kehormatan (Kartono,2011). Lemahnya fungsi kontrol dari orang tua dan lingkungan sekitar menuntut remaja sendirilah yang harus mampu untuk mengontrol diri. Untuk terhindar dari seks bebas seharusnya remaja memiliki kemampuan untuk beradaptasi yaitu resiliensi. Resiliensi membuat remaja mampu untuk menyesuaikan diri dalam kondisi keadaan yang tidak menyenangkan dan bahkan dalam tekanan yang hebat (Desmita,2005).Apabila seorang remaja tidak memiliki daya lentur atau resilience sebagai tameng dirinya, bisa jadi perilaku seks bebas tersebut akan semakin meningkat. Reivich dan Shatte (2002)menyatakan resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Resiliensi itu sendiri dibangun dari tujuh kemampuan yang berbeda, kemampuan tersebut terdiri dari : (1) Regulasi Emosi, (2) Pengendalian impuls, (3) Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 9 Optimisme, (4)Empati, (5) Analisis penyebab masalah, (6) Efikasi diri dan (7) Peningkatan aspek positif. Hampir tidak ada satupun individu yang secara keseluruhan memiliki kemampuan tersebut dengan baik (Reivich & Shatte, 2002). Banyuwati(2005) menyatakan untuk menjadi remaja yang resilien, remaja harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara terbuka sehingga remaja perlu memiliki perilaku asertif. Remaja yang bersikap asertif mampu berkomunikasi dengan semua orang secara terbuka, langsung, jujur, dan sebagaimana mestinya, memiliki pandangan yang aktif tentang kehidupan, mempunyai usaha-usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya, mampu memberi dan menerima pujian serta dapat menerima keterbatasan dirinya(dalam Falah, 2009). Remaja harus memiliki perilaku asertif terhadap seks bebas, sehingga mampu bersikap tegas dalam mempertahankan hak seksualnya untuk tidak dilecehkan dan dapatmengambil keputusan seksualnya dengan tetap memberi penghargaan atas hak orang lain dan tanpa menyakiti orang lain atau pasangannya. Remaja mampu menolak dengan santun terhadap ajakan seks bebas serta mengekspresikan dirinya secara jujur dengan cara yang tepat tanpa perasaan cemas yang mengganggu sehingga mendorong terwujudnya kesejajaran dan persamaan dalam hubungan dengan pasangannya.Hal tersebut berfungsi agar remaja mampu menghindari terjadinya konflik yang sama dikemudian hari (Hapsari,2008). Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 10 Rathus & Nevid (1983) mengemukakan perilaku asertif merupakan tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal termasuk tekanan yang datang dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Untuk menghadapiperilaku seks bebas, jika remaja mampu melakukan pertimbangan terhadap perilaku seks bebas, dimana pertimbangan tersebut akan memunculkan pemahaman tentang resiko perilaku seks bebas, maka remaja akan mampu untuk mengelola dorongan seksualnya secara baik dan dorongan seksualnya dapat disalurkan secara sehat serta bertanggungjawab(Rosita,2012). Melihat fenomena-fenomena di atas ternyata ditemukan pula remaja yang memiliki perilaku asertif, dimana remaja tersebut dapat menolak ajakan melakukan seks bebas meskipun remaja tersebut jauh dari orang tuanya. Disisi lain terdapat remaja yang memilih melakukan perilaku seks bebas, maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh Perilaku Asertif Terhadap Resiliensi Dalam Menghadapi Tekanan Dari Pacar Untuk Melakukan Seks Bebas Pada Remaja PutriYang Berpacaran di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto”. B. Rumusan Masalah Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013 11 Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan “Apakah perilaku asertif memiliki pengaruh terhadap resiliensi dalam menghadapi tekanan dari pacar untuk melakukan seks bebas pada remaja putri yang berpacaran di SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto ? “ C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, untuk mengetahui pengaruh perilaku asertif terhadap resiliensi dalam menghadapi tekanan dari pacar untuk melakukan seks bebas pada remaja putri yang berpacaran di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan baru dalam bidang klinis, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti. 2. Manfaat praktis bagi pihak SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto, diharapkan dapat melengkapi program kegiatan yang belum pernah diterapkan melalui pelatihan atau seminar sehubungan dengan seks bebas untuk meningkatkan resiliensi dan perilaku asertif remaja di SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto. 3. Hasil penelitian ini apabila terbukti untuk digunakan sebagai presensi bagi orang tua sehingga orang tua mengetahui perilaku berpacaran remaja dan memberi pengawasan bagi perilaku berpacaran remaja. Pengaruh Perilaku Asertif..., Alexander Angga Harmawan, Fakultas Psikologi UMP, 2013