analisis kendala dan kebutuhan remaja akan

advertisement
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
ANALISIS KENDALA DAN KEBUTUHAN REMAJA AKAN
LAYANAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Soepri Tjahjono Moedji Widodo
ABSTRAK
Remaja masih menghadapi kendala kebijakan dan hukum dalam mengakses jenis layanan kesehatan
reproduksi ini. Kendala lain adalah perasaan malu ketika remaja harus mengakses pelayanan kesehatan
reproduksi di klinik, takut kalau akan kehilangan kepercayaan diri, dan juga anggapan dari para tenaga
medis yang akan menekan remaja secara judgmental. Kendal teknis bisa juga muncul seperti persoalan
kesesuaian waktu layanan dengan waktu luang remaja, kurangnya alat transportasi dan biaya yang cukup
mahal. Pada diri remaja, rasa takut, cemas dan malu akan menghambat mereka dalam mengakses layanan
kesehatan reproduksi. Hal ini berangkat dari kekurangan pengetahuan tentang kebutuhan mereka sendiri
akan kesehatan reproduksi. Dari sini mereka terkadang justru menghindari dari layanan kesehatan
reproduksi.
Metode penelitian yang dugunakan dengan kombinasi Pendekatan Kuantitif dan Kualitatif. Artinya,
data yang sifatnya kuantitif, yang diambil dengan angket, diperdalam menggunakan data-data yang sifatnya
kualitatif yang digali lewat metode wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kesehatan reporduksi remaja secara kuantitaif bisa
dikatakan cukup tinggi. Akan tetapi pengetahuan ini masih terbatas pada pengetahuan teoretik dan dalam
konteks yang dihapal saja. Pengetahuan jenis ini tidak banyak berpengaruh pada pola perilaku seksual
mereka. Perilaku seksual remaja tercatat cukup mengkhawatirkan dalam hasil analisis kuantitaif. Demikian
juga beberapa mitos seksual masih dipercayai oleh remaja, terutama mitos seputar kehamilan. Ditemukan
pula kebijakan yang tidak akomodatif pada kebutuhan remaja akan layanan kesehatan reproduksi ini
terutama layanan yang berpihak kepada remaja.
51
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Permasalahan Penelitian
PENDAHULUAN
Remaja
15–24
Sejauh mana pengetahuan kesehatan reproduksi
tahun
di
Indonesia
dan perliaku seksual remaja yogyakarta?
berdasarkan SP 2010 berjumlah 40,75 juta dari
1. Apakah
seluruh penduduk yang berjumlah 237,6 juta jiwa.
remaja
membutuhkan
layanan
kesehatan reproduksi?
Sementara jumlah penduduk 10 – 14 tahun
2. Apa yang menjadi kendala bagi remaja untuk
berjumlah 22,7 juta. Menurut data Susenas 2009
mengakses layanan kesehatan reproduksi ?
menujukkan remaja usia 15 – 19 tahun yang
Tujuan dan Manfaat Penelitian :
berstatus kawin sebesar 3 persen (wanita 5,4
Penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut :
persen dan pria 0,6 persen), sedangkan remaja
1. Mengetahui lebih dalam kehidupan seksualitas
usia 20 – 24 tahun sebesar 16,8 persen (wanita
remaja yogyakarta dalam hal pengethuan,
25,2 persen dan pria 8,6 persen). (BKKBN, 2011)
mitos dan perilaku seksual.
Remaja menghadapi persoalan yang cukup
2. Mendalami
jenis
dan
bentuk
layanan
kompleks ketika berhadapan dengan kesehatan
kesehatan reproduksi yang diharapkan oleh
reproduksinya. Kematangan organ seksual yang
remaja
mereka alami memiliki konsekuensi-konsekuensi
Metodologi Penelitian
tersendiri, baik pada perkembangan fisik /
Jenis
biologis, mental maupun sosial.
“kombinasi
Perkembangan reproduksi ini beriringan
dengan proses adaptasi remaja
lingkungan sosial
penelitian
adalah
Pendekatan
jenis
penelitian
Kuantitaif
dan
Kualitatif”. Artinya, data yang sifatnya kuantitaif,
terhadap
yang
diambil
dengan
angket,
diperdalam
di mana mereka hidup.
menggunakan data-data yang sifatnya kualitatif
Perkembangan fisik dan psikis pada diri remaja
yang digali lewat metode wawancara dan Focus
meminta konsekuensi yang tidak sederhana.
Group Discussion (FGD). (Moeloeng, 2000) Hal
Keinginan bereksperimentasi dalam segala hal,
ini dilakukan sebagai sebuah upaya untuk
menjadikan remaja berperilaku yang terkadang di
memperoleh gambaran yang lengkap tentang
luar garis norma sosial yang ada.
fenomena seksualitas remaja dikaitkan dengan
Dengan semakin jelasnya perkembangan
kebutuhan mereka tentang layanan kesehatan
hidup remaja, usaha-usaha untuk memenuhi
reproduksi, sekaligus memetakan jenis kendala
kebutuhan kelompok ini sudah seharuysnya
yang menghalangi remaja dalam mengakses
dilaksanakan. Salah satu kebutuhan kelompok
layanan kesehatan reproduksi tersebut, baik dari
remaja
terhadap
kalangan provider, pihak pembuat kebijakan,
pemeliharaan kesehatan reproduksi mereka. Jenis
konstruksi sosial-budaya sekitar, maupun dari
pelayanan ini sampai saat ini disadari oleh
pihak remaja sendiri.
ini
adalah
pelayanan
masyarakat diperuntukkan hanya untuk pasangan
Responden penelitian ini adalah remaja di
yang sudah menikah. Kebutuhan remaja yang
bangku SMA, yang tersebar di 5 SMA, yakni
belum
dengan
SMA Pangudi Luhur, SMK Marsudi Luhur,
kesehatan repeoduksi sama sekali terabaikan.
SMKN II, SMKN III, SMU Tiga Maret dan
(Judith Senderowitz, 1999).
SMAN 11, dengan jumlah responden 50 siswa.
menikah
dalam
kaitannya
52
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
tapi setelah ngobrol dengan temen-temen jai
ngerti … “.
PEMBAHASAN
Kesiapan
Pada penelitian kali ini terekam pengetahuan
remaja
dalam
menghadapi
remaja tentang tanda-tanda pubertas. Dari tabel di
kematangan pada alat reproduksi dipengaruhi
atas bisa kita kethaui bahwa responden yang
oleh arus informasi yang mereka dapatkan
menjawab benar tentang pertanyaan seputar
sebelumnya. (Rosalia, 1995) Sikap remaja laki-
reproduksi
orang
laki dan perempuan tentang tanda kematangan ini
(48,1%), sedangkan yang salah berjumlah 27
berbeda. Remaja putrid kebanyakan mengaku
0rang (51,9%). Untuk pertanyaan tanda pubertas
bercerita kepada orang tua mereka, terutama Ibu,
pad perempuan, responden yang menjawab benar
ketika mengalami menstruasi pertama kali.
ada 27 orang (51,9%) dan yang menjawab salah
Sedangkan remaja putra terkesan ‘membiarkan’
ada 25 orang (48,1%).
ketika mengalami mimpi basah, dan kemudian
laki-laki
berjumklah
25
mereka bercerita kepada teman-teman yang sama
Dalam FGD, kebanyakan remaja mengatakan
laki-laki
bahwa ketika mereka mulai merasakan timbulnya
tanda-tanda kematngan pada alat resproduksi,
Pada pertanyaan tentang Hormon laki-laki,
mereka merasa ‘ada yang lain’ yang terjadi pada
sebagian besar responden menjawab dengan
dirinya. Akan tetapi perasaan ini memiliki
benar yakni sejumlah 45 orang (86,5%) dan yang
intensitas yang berbeda antar satu remaja dengan
salah berjumlah 7 orang (13,5%). Pertanyaan
remaja yang lain. Ketika didalami, sebagian
tentang Hormon perempuan juga dijawab benar
mereka sudah siap dengan adanya perubahan yang
oleh 34 responden (65,4%). Pertanyaan tentang
akan terjadi pada reproduksi mereka. Informasi
tanda kehamilan juga dijawab benar oleh 44
yang mereka dapat dari orang tua, terutama Ibu
responden (84,6%) dan hanya 8 responden
kepada remaja putrinya, membantu remaja dalam
(15,4%) yang menjawab salah.
menyikapi
‘perubahan’
dalam
Jawaban
dirinya.
benar
juga
ditemukan
pada
Sebagimana dituturkan oleh remaja putri : “saya
petanyaan sel telur bertemu sperma oleh sebanyak
tahu dari ibu dulu, jadi waktu mengalami sudah
31
tidak kaget lagi. Dari buku juga pernah saya baca,
kehamilan yang tidak dikehendaki 31 rsponden
perempuan pada umur sekian akan mendapat
(59,6%) Usia aman hamil oleh 40 responden
bulan .. ya jadi saya tidak kaget lagi “
(76,9%). Perkecualian terjadi pada pertanyaan
responden
(59,6%),
perilaku
beresiko
tentang ‘apa yang dialami perempuan hamil’.
Sedangkan pada remaja laki-laki, tanda
basah)
Hanya 25 rsponden (48,1%) yang menjawab
terkadang tidak bisa diingat secara tepat, kapan
benar. Data terakhir ini menyiratkan kesan bahwa
terjadinya. Yang mereka rasakan tiba-tiba setelah
responden
bangun ada yang ‘lengket’ di celana mereka.
kehamilan lebih sebagai teori yang dihapal, bukan
Sebagaimana penuturan remaja putra (17 tahun) :
sebagai sebuah keadaan yang harus dipahami dan
“yang saya rasakan ya …tiba-tiba pagi-pagi kok
disadari.
kematangan
reproduksinya
(mimpi
remaja
mengetahui
persoalan
lengkett… tapi kapannya lupa saya mas.. saya ga
Dalam Fokus Group Discussion, hal ini
cerita ke siapa-siapa, dan bisa saja. Mulanya
terbukti dengan perspektif remaja yang sangat
memang bertanya .. iki opo to (ini apa sih-pen) …
terbatas
53
pada
persoalan
kehamilan
dalam
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
praksisnya. Mereka secara singkat memahami
hanya 8 reposnden
kehamilan hanya proses teknis bertemunya
benar; juga
sperma dengan ovum. Akan tetapi ketika
kehamilan’ hanya 21 reponden (40,4%). Akan
perbincangan lebih dalam, beberapa mitos seputar
tetapi di sisi lain sebagian besar mereka menjawab
kehamilan dan pencegahannya mereka mengaku
benar pertanyaan ‘Aborsi yang aman’, yakni
tidak mengethuinya. Salah satu ungkapan remaja
sebanyak 34 responden (65,4%) dan pertanyaan
putra (19 tahun, kelas III) membuktikan hal ini :
‘apa yang terjadi ketika HUS 1x pada usia baligh’
“Hamil itu ya .. ketika sel telur ketemun dengan
oleh 31responden (59,6%) dijawab dengan benar.
sperma … itu yang penting. Jadi kalau tidak
ketemu ya tidak hamil … kalau sperma
dikeluarkan di luar (senggama terputus -pen) tidak
bisa hamil …”
Pengetahuan remaja tentang IMS dan HIV
dan AIDS setali tiga uang dengan pengetahuan
mereka
seputar
kehamilan.
Secara
teoretis
sebagian besar responden bisa menjawab angket
dengan benar. (lihat tabel). Akan tetapi ketika di
dalami
lewat
FGD,
peserta
hanya
bisa
menyebutkan 3 jenis IMS saja, yakni Sipilis,
Herpes dan Aids.
Salah satu ungkapan peserta perempuan (17
thaun, kelas II) yang diikuti juga oleh peserta lain
menunjukan hal ini :
“Yang saya tahu selama ini … karena sering
denger aja … ya ada sipilis, AIDS herpess .. dan
ya Cuma itu … yang lain ngga tahu”
Persoalan riil yang dihadapi dan akan
dihadapi remaja terkadang tidak terpikirkan oleh
mereka. Asumsinya adalah pengetahuan mereka
hanyalah pengetahuan yang bersifat hapalan.
Dalam analisis angket terbukti, ketika remaja
ditanya kerugian apa yang akan mereka terima
ketika menikah usia remaja, hanya 12 responden
yang menjawab benar (23,1%). 40 responden
lainnya menjawab salah (76,9%).
Demikian juga untuk pertanyaan yang
sifatnya riil lainnya, seperti ‘Resiko kehamilan
remaja’ hanya 16 responden (30,8%) yang benar
; pertanyaan ‘Pendapat yang benar tentang KTD’
54
(15,4%) yang m,enjawab
pertanyaan
‘Cara
menghindari
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tabel.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepercayaan Responden Terhadap Mitos Seksual
No
Mitos seksual
1
Renang di kolam renang umum
bisa menyebabkan hamil
Onani menyebabkan dengkul
kopong
Senggama terputus tidak
menyebabkan hamil
Payudara bisa diperbesar
dengan diremas
HIV dan AIDS adalah penyakit
amoral
Kehamilan dapat dicegah dg
melompat2
Minum sprite/jamu dapat
mencegah hamil
Onani dapat menyebakan
kemandulan
Perawan harus mengeluarkan
darah pada HUS 1x
Petting tidak menyebabkan
hamil
Perawan / tidak, bisa dilihat
dari bentuk fisik luar
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sangat
percaya
N
%
1
1,9
Sikap Responden
Tidak
percaya
percaya
n
%
n
%
3
5,8
18
34,6
1
1,9
26
50,0
17
32,7
8
15,4
7
13,5
25
48,1
18
34,6
2
3,8
10
19,2
20
38,5
19
36,5
3
5,8
10
19,2
7
13,5
23
44,2
12
23,1
7
13,5
20
38,5
18
34,6
7
13,5
11
21,2
19
36,5
20
38,5
2
3,8
3
5,8
19
36,5
27
51,9
3
5,8
8
15,4
24
46,2
17
32,7
3
5,8
8
15,4
25
48,1
18
34,6
1
1,9
10
19,2
15
28,8
13
25,0
14
26,9
Sangat tidak
percaya
n
%
30
57,7
Secara garis besar bisa dilihat dari tabel,
Dalam FGD, remaja juga membuktikan
bahwa mitos seputar seksualitas masih cukup
tingkat kepercayaan pada mitos-mitos tersebut.
dipercayai oleh remaja. Jenis mitos yang paling
Kenyataan
menonjol adalah mitos seputar perilaku seksual dan
mengandalkan teman sebaya dan media sebagai
kehamilan. Remaja masih sangat mempercayai
sumber informasi seksualitas bisa jadi memicu hal
mitos bahwa ‘petting tidak akan bisa menyebabkan
ini. Sebagiaman diungkap dalam penelitian Yayah
kehamilan’. Demikian juga mitos tentang ‘minum
Khisbiyah dkk (1996), bahwa sebanyak 62,4 %
jamu dan sprite bisa mencegah kehamilan’.
remaja masih mengandalkan media dan teman
bahwa
sebagain
besar
masih
sebaya sebagai sumber informasi mereka.
Tabel 2.Proporsi Kebutuhan Remaja Akan Layanan Kesehatan reproduksi
Jawaban
No
1
2
3
4
5
Pertanyaan
Ya
Remaja membutuhkan layanan
Remaja terlalu muda untuk layanan
Remaja bisa konsultasi kerhamilan / kontrasepsi
Remaja belum menikah boleh mendapat layanan
Menemukan tempat yang tepat tidak
55
n
50
14
38
48
21
Tidak
%
96,2
26,9
73,1
92,3
40,4
n
0
36
12
2
29
%
0
69,2
23,1
3,8
55,8
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Sebagian besar remaja (69,2%) menganggap
keterbatasan jumlah penyedia (provider) layanan
bahwa mereka tidaklah ‘terlalu muda’ untuk
kesehatan reproduksi. Dalam dunia pelayanan jasa,
mendapat layanan kesehatan reproduksi. Bahkan
dikenal istilah “provider reduced demands” yang
angka lebih besar lagi (92,3%) dari keseluruhan
bisa diartikan keterbatasan pada sisi penyedia
responden menunjukkan bahwa remaja belum
akhirnya berimbas pada permintaan jasa tersebut.
menikah pun sudah bisa mendapat layanan kes-pro.
Tabel di atas merekam realitas tersebut. Hanya
Di layanan itu, remaja pun boleh mendapat layanan
40,4 % responden yang mengaku menemukan
yang
dan
tempat yang tepat dalam layanan kesehatan
kontrasepsi. Hal ini diungkapkan oleh 73,1 %
reproduksi, selebihnya, yang lebih besar (55,8%)
responden.
mengatakan sebaliknya.
berhuungan
dengan
kehamilan
Kebutuhan akan pentingnya layanan kes-pro
remaja
terkadang
terbentur
juga
dengan
Tabel 3 Distribusi Sikap Responden Terhadap Penyedia dan Dukungan
N
o
1
2
3
4
5
Jawaban
Pertanyaan
Ya
Penyedia mampu menjawab pertanyaan remaja
Penyedia memahami masalah remaja
Orang tua mendukung
Orang dewasa mendukung
Bisa merubah sikap orang dewasa
56
n
32
45
35
32
40
Tidak
%
61,5
86,5
67,3
61,5
76,9
n
18
5
15
18
10
%
34,6
9,6
28,8
34,6
19,2
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
Kebutuhan
remaja
akan
layanan
ISSN : 1907 - 3887
kesehatan
permasalahan remaja. Ia bisa memberikan solusi
reproduksi akan berbanding lurus dengan kesiapan
yang tepat untuk reamaja biar bisa keluar dari
para provider. (Widjanarko, 1999) Bagi remaja
masalah yang dihadapi …”
provider, ini amatlah penting. Tabel di atas
menunjukkan tingkat kepercayaan remaja pada
provider yang akan bisa membantu remaja dalam
persoalan seksualitas mereka. 61,5% responden
mengakui kesiapan provider, dan 86,5% responden
mengatakan bahwa provider juga akan bisa
memahami persoalan remaja. Dengan pembacaan
lain, juga bisa dikatakan bahwa remaja sebagain
besar meginginkan bahwa provider haruslah bisa
menjawab persoalan remaja, dan itu bisa dilakukan
apabila provider juga dekat dan akrab dengan
persoalan remaja. Dalam FGD, peserta juga
mengatakan bahwa provider seharusnya orang
yang tidak terlalu jauhumurnya dari remaja,
sehingga persoalan remaja bisa didekati secara
empati. Sebagai peuturan seorang remaja putri (18
tahun) :
“… yang penting konsultan itu umurny tidak
terlalu jauh dari remaja, biar ia tahu betul
Tabel 4 Distribusi Sikap Responden Tentang Jenis Layanan Dan Dokter
N
o
1
2
3
4
5
6
7
Jawaban
Pertanyaan
Ya
Laki-laki diterima di layanan ini
Melayani perempuan, keluarga dan laki-laki
Ingin fasilitas khusus remaja
Fasilitas terpadu, akan tetapi ada jam khusus
remaja
Ditangani dokter berjenis kelamin yang sama
Ditangani dokter berjenis kelamin yang berbeda
Jenis kelamin dokter tidak masalah
Tidak
n
43
40
46
43
%
82,7
76,9
88,5
82,7
n
7
10
4
7
%
13,5
19,2
7,7
13,5
36
12
17
69,2
23,1
32,7
14
38
33
26,9
73,1
63,5
Proses kemandirian di atas juga bisa dijadikan alat
layanan itu merupakan layanan terpadu, mereka
analisa untuk membaca persepsi remaja atas jenis
menginginkan ada waktu khusus untuk remaja
layanan kesehatan reproduksi remaja. Sebagain
(82,7%). Keinginan akan layanan khusus ini
besar remaja menginginkan layanan ini bersifat
menjawab salah satu kendala remaja yang
khusus untuk remaja (88,5%). Walaupun jenis
terkadang tyerhambat dalam mengakses layanan
57
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
kesehatan reproduksi di tempat layanan umum atau
terpadu. Contoh terdekat adalah puskesmas.
KESIMPULAN
1. Penelitian ini membuktikan bahwa semua
remaja
membutuhkan
layanan
masih menganggap tabu persoalan seksualitas
Kesehatan
untuk diakses remaja. Hal ini berimbas pada
Reproduksi. Secara kuantitaif tercatat 100 %
rasa malu yang dialami remaja ketika mereka
responden yang mengisi angket menjawab
akan mengakses layanan kesehatan reproduksi.
“Ya” pada kebutuhan akan layanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
reproduksi. Mereka juga menginginkan bentuk
BKKBN, 2011.Policy Brief.Jakarta: BKKBN
Lexy J Moeloeng., 2000 ,. Metode Penelitian
Kualitatif, Rosdakarya, Bandung.
layanan ini bisa digabungkan dengan berbagi
fasilitas
yang
bersifat
“fun”.
Mereka
membutuhkan kombinasi layanan ini dalam
Widjanarko, Mochamad. 1999. Seksualitas
Remaja,
Pusat Penelitan Kependudukan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
rangka meminimalisasi dampak pergaulan
remaja yang negatif sekaligus bisa menjadi
tempat sosialisai dan berkreasi bagi para
Scortino, Rosalia, 1995., Pendekatan Sosial
dalam Penelitian Kesehatan Reproduksi,
Mimeograf, Jakarta.
remaja.
2. Pengetahuan kesehatan reporduksi remaja
Yayah Khisbiyah, Desti Murdijana, dan
Wijayanto., 1996. Kehamilan tak Dikehendaki di
Kalangan Remaja, PPK UGM, Yogyakarta
secara kuantitaif bisa dikatakan cukup tinggi.
Akan tetapi pengetahuan ini masih terbatas
pada pengetahuan teoretik dan dalam konteks
yang dihapal saja. Pengetahuan jenis ini tidak
banyak berpengaruh pada pola perilaku seksual
mereka. Perilaku seksual remaja tercatat cukup
mengkhawatirkan
dalam
hasil
analisis
kuantitaif. Demikian juga beberapa mitos
seksual masih dipercayai oleh remaja, terutama
mitos seputar kehamilan.
3. Ada kendala yang dihadapi oleh remaja dalam
akses layanan kesehatan reproduksi. Dalam
aspek kebijakan, remaja belum bisa sepenuhnya
terakomodasi hak reproduksinya disebabkan
dalam beberapa program yang dijalankan oleh
pihak yang berwenang tidak masksimal.
Konstruksi budaya dan sosial sejauh ini juga
58
Vol.10 Nomor 1 Januari 2015 – Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
59
Download