BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Iklan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pada saat manusia memulai aktivitasnya mulai dari bangun tidur manusia sudah disuguhi oleh iklan yang bisa kita jumpai dimanapun kita berada. Dengan kata lain iklan merupakan suatu bentuk komunikasi dengan cara menyampaikan informasi suatu produk yang diprakarsai oleh produsen untuk mempengaruhi khalayak, dengan harapan khalayak dapat membeli produk tersebut. Iklan hadir diberbagai media yaitu media surat kabar, majalah, radio dan televisi. Menurut Rendra Widyatama “secara prinsip iklan adalah suatu bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh komunikator secara nonpersonal melalui media untuk ditujukan kepada khalayak dengan cara membayar untuk mencapai tujuan.”1 Penulis mengasumsikan definisi di atas, bahwa iklan adalah suatu bentuk penyampaian pesan tentang suatu produk atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat dengan melalui media. Iklan disajikan dalam bentuk kreativitasnya, iklan telah menjadi unsur penting dalam kehidupan sosial. Dalam kreativitasnya iklan bukan hanya sebagai alat pemasaran produk, tetapi iklan juga menjual nilai-nilai ideal dalam gaya hidup masyarakat. 1 Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, Buana Pustaka, Jakarta, 2005, hal 5 1 2 Berbagai pengaruh yang timbul dari iklan mengakibatkan perubahan terhadap perilaku masyarakat secara umum. Perilaku masyarakat secara umum ini membentuk sistem nilai, gaya hidup, standar budaya tertentu, maupun standar moral baik itu etika dan estetika. Iklan sebagai salah satu agen perubahan kerangka kulturalgaya hidup yang terus menerpa kehidupan masyarakat. Iklan ini dapat memunculkan suatu sistem nilai baru dan merubah sistem nilai yang sudah ada di masyarakat, dapat menciptakan suatu sistem yang seragam dan keseluruhan. Iklan mengkonstruksi masyarakat menjadi kelompok-kelompok gaya hidup, yang pola kehidupan mereka diatur berdasarkan tema, citra, dan makna simbolik tertentu. Setiap kelompok gaya hidup menciptakan ruang sosial (social space), yang didalamnya gaya hidup dikonstruksi.2 Dari penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa iklan merupakan salah satu alat yang mengkonstruksi gaya hidup karena dianggap sangat efektif untuk mempengaruhi persepsi khalayak. Kemampuan iklan mengkonstruksi realitas dan mempengaruhi persepsi masyarakat mengakibatkan berbagai macam perubahan nilai sosial dan budaya.Berkaitan dengan ini seperti halnya kebebasan merupakan bagian dari salah satu nilai-nilai sosial, nilai ini telah berhasil berubah karena iklan yang telah menjadi suatu sistem yang seragam secara keseluruhan. Peran penting wanita dalam sistem sosial, baik pembentukan norma, maupun dalam pembangunan suatu bangsa menentukan arah karakter dan kepribadian yang dimilikinya. “Pertama, perempuan dipandang sebagai sosok perempuan tidak punya masalah sehingga sistem hubungan antara 2 Rina Wahyu Winarni, Representasi Kecantikan Perempuan dalam Iklan, Jurnal Deiksis Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Jakarta, 2009, hal 1 3 laki-laki dan perempuan saat ini adalah yang terbaik dan karena itu posisi dan kondisi kaum perempuan tidak perlu dipersoalkan.Kedua, anggapan bahwa kaum perempuan berada dalam kondisi dan posisi yang tertindas dan dieksploitasi”.3 Perbedaan ini dalam persoalan pembangunan suatu bangsa mengakibatkan lahirnya stereotipe ketentuan pergolakan kodrati atau bahkan ketentuan Sang Pencipta. Dalam proses selanjutnya pergolakan ini melahirkan juga terkondisikannya sebagian posisi perempuan yang dilahirkan oleh konstruksi ataupun upaya rekayasa sosial yang terbangun atas kondisi kodrat kultural. Perspektif sejarah wanita merupakan proses permajinalan dalam sistem masyarakat, di dalam struktur sosial ekonomi maupun politik, permarjinalan tersebut kemudian secara bertahap melahirkan komunitas perempuan yang terjebak dalam suatu kondisi yang rumit dan mengakibatkan perempuan berada pada posisi perangkap “kemiskinan”. Kemiskinan yang dialami perempuan bukan saja pada dataran ekonomi semata, melainkan juga terkekangnya hak ataupun kemerdekaan dalam berekspresi serta dinamika hidupnya. Budaya pengekangan wanita berasal dari timur tengah sejak zaman jahiliah, sebab derajat wanita disamakan dengan barang komoditi yang menjadi objek perebutan bagi kaum laki-laki baik dengan cara kekerasan maupun dengan cara jual beli. Dalam posisi ini wanita harus dikekang tidak boleh dilihat oleh laki-laki lain, tidak boleh keluar rumah apalagi sekolah.4 Menurut pandang feminisme liberal menyatakan pandangan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakal pada rasionalitas dan 3 4 Ibid. 3 Kebabasan Wanita Indonesia Terancam, Madeteling, www.kompas.com, 09-03-2012 4 pemisahan antara dunia privat dan publik. Setiap manusia –demikian menurut mereka punya kapasitas untuk berfikir dan bertindak secara rasional, begitu juga perempuan. Aspek kebebasan pada perempuan yaitu perempuan harus mempersiapkan diriagar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka “persaingan bebas” dan punya kedudukan setara dengan laki-laki.5 Di Indonesia pada tahun 80-an, standar ideal kebebasan seorang wanita itu adalah tidak boleh keluar rumah setelah magrib, harus tidur di bawah jam Sembilan malam, harus membantu orang tua di dapur dan tidak boleh terlalu dekat dengan lawan jenis. Tetapi tahun 90-an standar kebebasan itu berubah, wanita sudah tidak lagi berada di daerah domestiknya, sebagai wanita harus berada dirumah sebelum jam 10 malam. Pada tahun 2000, standar ideal kebebasan pun berkembang bahwa wanita memiliki kebebasan yang tanpa syarat, sehingga di Indonesia penentuan standar kebebasan wanita itu menjadi rumit dan kompleks.6 Berkaitan dengan penjelasan di atas iklan yang menampilkan kebebasan bagi wanita yang ada di Indonesia adalah iklan dari provider telepon seluler GSM yaitu iklan 3 (Three) versi kebebasan wanita. Dalam iklan ini penggambaran kebebasan yang terjadi pada wanita ditampilkan secara jelas, wanita saat ini di tampilkan memiliki kebebasan yang semu, yaitu wanita yang boleh melakukan sesuatu tetapi ada aturan yang mengikatnya. Kebebasan dengan batasan seperti bebas kemana saja dan melakukan apa saja tapi hanya sampai jam 10 malam. Bebas berekspresi tapi rok masih harus dibawah lutut, Bebas memilih jodoh asalkan satu suku, Bebas memilih tapi harus memilih dari beberapa kriteria yang telah ditentukan.Ditegaskan pada iklan tersebut tentang kebebasan yang membuat kita terbatas dan bersyarat adalah kebebasan yang omong kosong. Iklan provider 3 dengan tema kebebasan nyata ini muncul pertama kali pada tahun 2010, iklan 3 ini memiliki dua versi kebebasan versi wanita dan kebebasan 5 Soernarjati Djajanegara, Kritik Feminis: Sebuah Pengantar, Gramedia, Jakarta, 2000, hal 27 6 Ibid. 31 5 versi pria. Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah iklan 3 versi kebebasan wanita, karena selama ini yang menjadi topik pembicaraan mengenai kebebasan wanita, wanita dianggap kaum yang lemah dan tertindas dari pada kaum pria, maka iklan ini sangat sesuai untuk penelitian ini. Isi pesan dalam iklan 3 berbeda dengan iklan provider lain, 3 menggunakan simbol kebebasan wanita dalam iklannya karena ingin menyindir para pesaing provaider GSM lain secara halus, tidak seperti provider lain yang langsung menjurus pada provider lain melalui iklan yang mereka buat. Selain itu 3 ingin memberitahukan bahwa kebebasan yang diberikan 3 dalam produknya benarbenar nyata, yaitu dengan memberikan paket internet yang lebih lama dengan harga paket yang murah. Iklan provider ini mepersentasikan produknya berbeda dengan produk lain, iklan ini menganalogikan suatu bentuk kebebasan mendapatkan apapun tetapi terbatas atau ada syaratnya, tentu saja ini maksudnya menyindir para pesaingnya, yang memberikan bonus dengan syarat tertentu. Dunia realitas disaring, difragmentasi, dielaborasi dikemas menjadi hyper-sign, lewat komodifikasi tanda-tanda. Elemen-elemen tanda yang merupakan bagian dari realitas dan yang bukan realitas (fantasi, imajinasi, ideology) kedalam suatu yang kontradiktif dan eklektif tanda-tanda (eclecticsign), yang menciptakan semacam realitas baru (neo-reality), yang tidak lagi berkaitan dengan realitas sesungguhnya.7 Penulis memahami semua tanda dan simbol yang muncul dalam sebuah teks dan visual iklan, mewakili realitas sosial yang ada dalam masyarakat, bahkan lebih jauh lagi tanda-tanda dan simbol-simbol ini terkadang mengkonstruksi sebuah realitas baru dimasyarakat. 7 Yasraf Amir Piliang, Pengantar, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra, Bandung, 2003, hal 54 6 Iklan 3 versi Kebebasan Wanita ini mempersentasikan makna kebebasan dari penerapan tanda-tanda yang ada dalam iklan, baik tanda yang bersifat verbal yaitu berupa kata-kata baik ucapan maupun tulisan, dan non verbal yaitu berupa visual baik gambar maupun gerak-gerik. Kajian semiotik dapat memahami fungsi tanda dalam iklan yang disampaikan dalam mengungkap makna tersirat dari iklan tersebut.Dalam mengungkap makna tersirat didapat dari pemaknaan yang subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk mengkaji mitos kebebasan wanita yang terdapat dalam iklan 3 di televisi versi kebebasan wanita dengan menggunakan perspektif semiotik yaitu dengan menguraikan tanda yang terdapat dalam iklan. 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakangyang telah dijelaskan sebelum menetapkan perumusan masalah, maka timbul pertanyaan dalam diri penulis : 1. Bagaimana tanda – tanda tentang kebebasan wanita dalam iklan 3 versi kebebasan wanita di televisi? 2. Bagaimana makna yang terkandung dalam iklan 3 versi kebebasan wanita di televisi? 3. Mitos kebebasan wanita apakah yang terkandung dalam iklan 3 versi kebebasan wanita di televisi? 7 Dari pertanyaan penelitian di atas penulis merumuskan menetapkan perumusan masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana Mitos Kebebasan Wanita Dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Iklan 3 Versi Kebebasan Cewe Di Televisi) ?” Dari perumusan masalah di atas penulis menetapkan judul penelitian ini adalah : Mitos Kebebasan Wanita Dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Iklan 3 Versi Kebebasan Wanita Di Televisi) 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengungkap mitos kebebasan wanita yang ada dibalik iklan 3 versi Kebebasan Wanita, dengan cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam iklan dengan proses pemaknaan secara subjektif terhadap iklan. 2. Untuk memperoleh deskripsi mendalam makna iklan tentang kebebasan wanita dan ideologi yang muncul dari terdapat dalam iklan 3 versi kebebasan wanita. 8 1.4. Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial.Khususnya untuk pengembangan ilmu bidang periklanan tentang kajian mitos kebebasan wanita yang terdapat dalam iklan produk.Selain itu juga penelitian ini diharapkan untuk kalangan akademisi sebagai acuan dalam meneliti iklan dengan mengembangkan teori semiotika sehingga dapat menghasilkan sebuah teori dan perspektif baru bagi dunia komunikasi dan periklanan. 1.4.2. Signifikansi Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi para praktisi periklanan dalam merumuskan ide-ide kreatif untuk tujuan pemasaran dan agar lebih berhati-hati dalam mengekspresikan ide sehingga tidak membuat kerancuan dalam isi pesan. Untuk para konsumen wanita diharapkan lebih berhati-hati lagi dalam menerjemahkan makna iklan agar tidak salah menafsirkan iklan.