film “The Interpreter” diputar). Tugas seorang interpreter adalah menginterpretasikan sebuah bahasa ke dalam bahasa lainnya sehingga terjadi pemahaman dan pengertian optimal yang bisa diraih. Ini terjadi karena tidak semua kosa kata di suatu bahasa ada padanannya di bahasa lain. Sehingga dicari yang mendekati atau minimal tetap dipakai bahasa tersebut lalu diberi penjelasan tambahan. Maka, meskipun saya sepakat dengan R.A. Kartini bahwa Al Qur’an seharusnya tidak perlu menjadi begitu sakralnya hingga tidak bisa di’terjemah’kan (pada masa itu) namun di sisi lain saya harus menyampaikan salut dan kagum yang luar biasa pada bagaimana alim ulama di masa itu berusaha menjaga ‘kemurnian’ Al Qur’an dengan kekolotan mereka itu. Dan bagi saya, fakta bahwa terjemahan Al Qur’an selalu didampingi oleh teks aslinya sangatlah mengagumkan. Karena percayalah, membaca Al Qur’an dalam bahasa Arab dibandingkan dengan membacanya dalam bahasa Indonesia, itu jelas merupakan dua hal yang sangat berbeda. Membaca Harry Potter versi Bahasa Inggris, saya jamin lebih pas dibandingkan dengan terjemah bahasa Indonesianya. Dan membaca Laskar Pelangi nya Andrea Hirata versi Bahasa Indonesia sudah pasti lebih berasa pas dibandingkan dengan sesudah diterjemahkan ke bahasa lain termasuk Inggris. Saya mengamini pendapat bahwa menterjemahkan sebuah karya sastra itu serasa menulis sebuah karya sastra baru. Benar, karena bahasa tidak bisa diterjemahkan. Di sisi yang lain grammar membuatnya lebih rumit lagi. Grammar dari setiap bahasa bisa berbeda – beda. Apa yang tidak dikenal di suatu bahasa akan dikenal di bahasa lain, demikian seterusnya. Beberapa bahasa mengenal jenis kelamin, jamak – tunggal, awalan dan akhiran yang cukup rumit, bentuk waktu, tingkatan berbahasa, panjang pendek 2 nada, tekanan pengucapan sebuah kata - kata dan lain – lain dan sebagian yang lainnya tidak mengenal hal seperti itu sama sekali, atau meskipun sama – sama mengenalnya, seringkali yang satu lebih sederhana dan yang lainnya lebih kompleks. PEMAHAMAN 3 : BEBERAPA BAHASA MENJADI LEBIH KOMPLEKS LAGI KARENA TERSEBAR TERLALU LUAS DI MUKA BUMI. Anda benar, Bahasa Inggris lah bahasa yang saya maksudkan. Dalam sebuah acara yang diadakan oleh Cambridge Day Across Indonesia yang diadakan pada tahun 2012 yang lalu, salah satu pembicaranya menyampaikan fakta bahwa 2/3 pengguna bahasa inggris untuk komunikasi adalah bukan native speakers. Inilah untuk pertama kalinya ada bahasa yang dipakai orang selain penutur asli bahasa itu sebanyak dua kali lipat dari penutur aslinya! 3 Seorang kenalan bernama Alex yang kebetulan juga menjadi guru Bahasa Inggris di sebuah tempat kursus terkenal di Surabaya berkata bahwa sebagai orang Kanada dia mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang – orang Australia, meskipun mereka sama – sama Native Speakers, maka bisakah anda bayangkan bagaimana kita menghadapi yang non Native Speakers. Beberapa rekan mengeluhkan bahasa Inggris teman Jepang mereka, teman India mereka, atau untuk versi saya, bahkan orang Singapura dengan “Singlish” nya! Nah, kini lengkaplah sudah tantangan yang harus kita taklukkan dalam mempelajari Bahasa Kolonialisme yang kita benci tapi rindukan ini, kita marah tapi juga cintai dan inginkan : Bahasa Inggris. 4 UNIT 3 MEMISAHKAN MITOS DAN FAKTA Mari kita pisahkan dulu yang mana mitos dan yang mana fakta. Mitos pertama Bahasa Inggris itu sulit. Biasanya salah satu unsur utama yang akan dijadikan alasan adalah TENSES. Inilah faktanya BAHASA INGGRIS ITU GAMPANG. Orang Inggris sama dengan kita, sebagian pandai dan sebagian lagi tidak. Jika semua orang Inggris bisa berbahasa Inggris, jika kita belajar dengan cara yang benar, maka kita semuapun akan bisa berbahasa Inggris dengan baik. 5 Loh, kan orang Inggris bisa berbahasa Inggris karena kebiasaan? Benar! Maka itu pula yang harus kita lakukan. Loh, kan mereka belajar tiap hari, sedangkan kita tidak? Sebenarnya kuncinya selain pada rutinitas juga pada kurikulum yang dipakai. Yang akan berhasil hanya satu jenis kurikulum : kurikulum yang merangkum dan membawa kehidupan nyata ke dalam kelas. Yang akan berhasil juga hanya satu jenis guru : guru yang kreatif, cerdas, penuh gairah, karena mereka harus menjadi kurikulum yang hidup yang akan mengeksekusi kurikulum yang benar tersebut. Mitos kedua Kita harus menghafalkan kosa kata sebanyak – banyaknya. Inilah Faktanya 6 Sesungguhnya MEMORI KITA BERBENTUK GAMBAR. Benar, otak kita tidak bisa menyimpan kamus. Jika kita bisa mengingat bahwa knife itu pisau, percayalah bahwa pada saat kita menyebutnya muncul gambar knife dan gambar pisau di kepala kita, yang tentunya keduanya sama. Mitos ketiga Cara membaca bahasa Inggris tidak sama dengan tulisannya. Inilah faktanya Sama kok. CARA MEMBACA BAHASA INGGRIS ITU SAMA polanya. Kita DENGAN hanya TULISANNYA. perlu Ada membiasakannya. Contohnya adalah sebagai berikut : “Vroom” dengan “broom” “cat” dengan “hat” “let” dengan “bet” 7