Penerapan Metode Eja untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
W. S. Winkel (2000:4) menyimpulkan “belajar adalah aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”.
Slameto (2003:2) mendifinisikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya”.
Dari kajian teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan yang dapat dipergunakan untuk diri sendiri maupun lingkungannya. Dalam
belajar membutuhkan interaksi dari individu yang belajar dengan lingkungannya.
Lingkungan tersebut bisa berupa lingkungan formal dan non formal. Sebagai contoh
lingkungan formal adalah sekolah. Sedangkan lingkungan non formal bisa berupa
lingkungan sekitar dan interaksi dengan orang lain.
2.1.2 Belajar Bahasa Indonesia
Santoso (2004:2) secara universal menjelaskan pengertian bahasa adalah suatu
bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Selain pengertian tersebut, bahasa dapat
pula dikatakan bahwa bahasa alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang
bunyisuara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pada hakikatnya dasar bahasa adalah ujaran, namun tidak semua ujaran atau bunyi
yang dihasilkan alat ucap manusia itu dapat dikatakan bahasa. Ujaran manusia dapat
dikatakan sebagai bahasa apabila ujaran tersebut mengandung makna.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni:
(1) sistematik,
(2) mana suka,
(3) ujar,
4
5
(4) manusiawi
(5) komunikatif
Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Fungsi-fungsi tersebut
adalah:
(1) fungsi informasi
(2) ekspresi diri,
(3) fungsi adaptasi,
(4) integrasi, dan
(5) fungsi kontrol sosial.
Fungsi khusus bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
(3) bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta kepentingan pemerintah, dan
(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa baku adalah sebagai berikut.
(1) Fungsi pemersatu.
(2) Fungsi pemberi kekhasan.
(3) Fungsi penambah kewibawaan.
(4) Fungsi sebagai kerangka acuan
Dilihat dari fungsi-fungsinya, bahasa indonesia adalah suatu alat komunikasi yang
berupa bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia sehingga dapat berdadaptasi dengan
manusia lainnya. Selain itu, bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan dan alat
pemersatu seluruh bangsa indonesia.
2.1.3 Pengertian Membaca Permulaan
Membaca mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehariharikaren membaca dapat membantu seseorang dalam memecahkan masalah,
memperkuat keyakinan pembaca, memberi pengalaman estetis, meningkatkan prestasi
dan memperluas pengetahuan.
Tarigan (1983:2) menyimpulkan “membaca dapat diartikan suatu proses
pemerolehan pesan yang disampaiknan oleh seseoarang penulis melalui tulisan”. Dan
6
mengemukakan pula membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk meperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata
bahasa tertulis.
Dwiyanti N (2009:21) berpendapat pengajaran membaca di sekolah dasar terdiri
atas dua jenis, yaitu membaca permulaan dikelas satu dan dua, dan membaca lanjutan
dikelas tiga. Membaca permulaan merupakan kompetensi diperuntukkan bagi siswa
sekolah dasar. Tujuannya antara lain untuk membina dasar-dasar mekanisme membaca.
Belajar membaca permulaan terdiri atas dua tahap, yaitu 1) belajar tanpa buku, 2) belajar
mempergunakan buku. Tahap belajar membaca tanpa buku, proses pembelajarannya
lebih banyak menggunakan kartu-kartu dari pada tulisan, seperti kartu huruf, kartu suku
kata, kartu kata-kata, dan kartu kalimat. Proses analisis siswa berjalan baik manakala
siswa belajar melalui proses/tahapan-tahapan dengan menjarangkan kartu suku-kata,
kemudian merapatkan kembali menjadi bagian dari kalimat.
2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Poerwodarminto (1991:768) hasil belajar adalah prestasi yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang
membutuhkan pikiran. Jadi hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai oleh karena itu
semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang sebaik mungkin.
Sudjana (1989:22) menyimpulkan “pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman
belajarnya”.
Pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta
akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya
karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin
mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil
belajar membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Sugihan setelah diberikan tindakan
dengan penerapan metode eja.
7
2.1.5 Pentingnya Membaca Permulaan
Dwiyanti N (2009:30) menyimpulkan membaca mempunyai kaitan yang sangat erat,
tidak dapat dipisahkan. Artinya, pada saat mengajarkan menulis kata atau kalimat, guru
mengajarkannya pula kemampuan membaca kata atau kalimat tersebut. Kemampuan
membaca permulaan harus sudah diajarkan mulai sejak dini yaitu di kelas awal (satu) yang
merupakan kemampuan tahap awal atau tahap permulaan.
Pelajaran membaca di SD sebagai dasar atau landasan bagi pengembangan
berbahasa pasa tingkat yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, prosedur
pengajaran membaca di SD mutlak diperlukan guru.
Membaca permulaan di SD diajarkan bukanlah sekedar bertujuan siswa dapat
membaca saja, tetapi lebih luas jangkaunnya yaitu dapat berkembang terus
kepribadiannya secara wajar. Selain itu, membaca adalah dasar siswa untuk mengetahui,
menerima pelajaran Bahasa Indonesia, PKn, Matematika, IPA, IPS dan yang lainnya yang
diajarkan di sekolah dasar.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Membaca Pemulaan
Menurut Slameto (1995: 54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar
diri siswa. Faktor-faktor ekstern itu antara lain:
(1) Latar belakang pendidikan orang tua
(2) Status ekonomi sosial orang tua
(3) Ketersediaan sarana dan prasarana di rumah dan sekolah
(4) Media yang di pakai guru
(5) Kompetensi guru
2) Faktor Intern adalah faktor yang mempengaruhi pretasi belajar yang berasal dari dalam
diri siswa. Faktor-faktor intern itu antara lain:
(1) Kesehatan
(2) Kecerdasan/ intelegensia
(3) Cara belajar
(4) Bakat
(5) Minat
8
(6) Motivasi
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, ada beberapa faktor
lain yang mempengaruhi kegiatan membaca antara lain: tuntunan kebutuhan akan
pentingnya informasi, persaingan antar sesama, dan tugas yang harus dilaksanakan.
2.1.7 Metode Pembelajaran
Linda Puspita (2008:25) berpendapat metode adalah rencana penyajian bahan yang
menye-luruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi,
metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat
filosofis/aksioma. Karena itu, dari suatu pendekatan dapat tumbuh beberapa metode.
Misalnya dari aural-oral approach (mendengar berbicara) dapat tumbuh metode mimikrimemorisasi, metode pattern-practice (pola-pola praktis), dan metode lainnya yang
mengutamakan kemampuan berbahasa, khususnya kemampuan berbicara (bahasa lisan)
melalui latihan intensif (drill). Cognitive cove learning theory melahirkan metode
grammatika-terjemahan yang mengutamakan penguasaan kaidah tata bahasa dan
pengetahuan tentang bahasa.
Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru menggunakan metode
membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan berbagai metode yang diperuntukkan bagi
siswa permulaan, antara lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan
metode SAS.
Molyadi (2009:20) berpendapat dari berbagai macam metode yaitu metode eja/bunyi,
metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS, tidak ada satu metode yang paling
baik.Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam pembelajaran, guru
harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai dengan bahan atau materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Metode pembelajaran yang dapat
diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih
salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya
mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai
berikut:
1. Dapat menyenangkan siswa.
2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya.
3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien.
9
4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit.
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat dalam
tulisan ini adalah metode membaca eja. Pada hakikatnya, metode terdiri atas empat
langkah, yaitu seleksi, gradasi, pre-sentasi, dan repetisi. Unsur seleksi dan gradasi materi
pelajaran merupakan unsur yang tak terpisahkan dengan unsur presentasi dan repitisi
dalam membentuk suatu metode mengajar Mackey dan Subana, (2000:20)
Dapat
disimpulkan
metode
pembelajaran
ialah
cara/jalan
dalam
menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
penelitian ini menggunakan metode eja untuk meningkatkan prestasi belajar membaca
permulaan dalam pelajaran bahasa indonesia.
2.1.8 Metode Eja
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1988:580) metode
adalah cara atau teknik kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu
guna mencapai tujuan yang ditentukan. Eja adalah membaca dengan merangkaikan huruf
satu persatu.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah. (1997:3) menarik kesimpulan metode eja adalah
belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai
dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan
lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad
A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga
didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca permulaan
dengan menampilkan kata-kata. Dapat disimpulkan bahwa metode eja adalah metode
belajar membaca yang dimulai dengan melafalkan huruf-huruf konsonan menurut bunyi
konsonan itu.
Menurut Linda Puspita (2008:26) mengemukakan kelebihan metde eja, antara lain:
proses pembelajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses
pembelajaran MMP dengan metode ini. Pada hal, seperti yang Anda ketahui, pendekatan
CBSA merupakan ciri utama dari pelaksanaan Kurikulum SD yang saat ini berlaku. Prinsip
“menemukan sendiri” sebagai cerminan dari pendekatan CBSA dalam proses
pembelajaran menjadi terabaikan bahkan terhapus dengan penggunaan metode ini.
10
Rowiyanto R.(2007:73) menyimpulkan metode eja diterapkan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia diperuntukkan siswa yang lambat belajar, SDLBC, PAUD, TK, dan
Siswa SD yang berusia <6 tahun. Siswa kelas I SD Negeri 1 Sugihan sebagian besar
berumur <6 tahun sehingga metode eja digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
membaca siswa.
2.1.9 Pentingnya Metode Eja dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam metode eja pada hakikatnya sama dengan
metode SAS yaitu sesuai dengan prinsip cara berpikir manusia. Berpikir secara analisisintesis dapat memberikan arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat
mengetahui kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam
sekitarnya.
Metode eja sangat penting dalam meningkatkan tujuan pembelajaran khususnya
siswa kelas I SD yaitu membaca permulaan pada pelajaran Bahasa Indonesia, karena
metode eja sangat tepat diajarkan dalam membaca permulaan. Proses pembelajaran
menggunakan metode eja melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses
pembelajaran membaca dengan metode ini. Pada hal, seperti yang Anda ketahui,
pendekatan CBSA merupakan ciri utama dari pelaksanaan Kurikulum SD yang saat ini
berlaku. Prinsip “menemukan sendiri” sebagai cerminan dari pendekatan CBSA dalam
proses pembelajaran menjadi terabaikan bahkan terhapus dengan penggunaan metode
ini.
Tujuan membaca tidak terlepas dari tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
pengajaran bahasa pada khususnya. Membaca permulaan adalah tujuan sementara untuk
mencapai tujuan yang lebih luas, ditujukan agar siswa dapat berkembang menjadi
manusia dewasa yang mampu menggunakan kepandaiannya membaca untuk menambah
pengetahuan dan perkembangan pribadinya lebih lanjut. Dengan metode eja faktor
perkembangan kepribadian siswa benar-benar dikembangkan.
2.1.10 Penerapan Metode Eja dalam Pembelajaran
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dimulai
dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai
dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran membaca di mulai dari
huruf lepas, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
11
1)
Membaca huruf lepas
2)
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3)
Merangkai suku kata menjadi kata
4)
Membaca kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)
Dari langkah-langkah tersebut,
peneliti menerapkan metode eja dalam
pembelajaran yang diduga mampu meningkatkan hasil belajar membaca permulaan bagi
siswa kelas I SD Negeri 1 Sugihan, yaitu sebagai berikut:
(1) Melakukan apersepsi dengan mengajak siswa bernyanyi bersama-sama.
(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan
(3) Menampilkan gambar sambil bercerita tentang gambar yang ditunjukkan.
(4) Membaca gambar dengan cara memberikan pertanyaan tentang gambar yang
ditunjukkan.
(5) Membaca kalimat yang ada di bawah gambar.
(6) Membaca huruf yang ada digambar
(7) Merangkai huruf menjadi suku kata.
(8) Membaca suku kata menjadi kata.
(9) Membaca kata-kata yang ada di kalimat.
(10) Membaca satu kalimat
(11) Membaca kalimat sederhana.
(12) Melakukan penilaian/evaluasi.
(13) Melakukan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilakukan.
(14) Melakukan tindak lanjut.
2.1.1. Pengaruh Metode Eja terhadap Hasil Belajar Membaca Pemulaan
Linda Puspita (2008:25) menarik kesimpulan bahwa pembelajaran MMP dengan
metode eja dimulai dengan pengenalan unsur bahasa terkecil yang tidak bermakna, yakni
huruf. Berbekal pengetahuan tentang huruf-huruf tersebut, kemudian pembelajaran MMP
bergerak menuju satuan-satuan bahasa di atasnya, yakni suku kata, kata dan akhirnya
kalimat.
Pemilihan metode eja untuk melatih ketrampilan membaca siswa kelas I SD Negeri
1 Sugihan. Sehingga anak diharapkan agar memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca
12
lanjut. Dengan metode eja dapat dipenuhi tuntunan jiwa anak-anak yang mempunyai sifat
dorongan ingin tahu. Metode eja melatih siswa terampil dalam membaca, huruf, suku kata,
kata sampai kalimat. Sehingga keterampilan membaca siswa dapat meningkat dengan
baik. Sehingga siswa dalam belajar menulis membaca tidak hanya menghafal atau
mengkopi saja, akan tepati akan tertanam pada diri siswa. Selain itu, siswa dapat
mengetahui kedudukan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam
sekitarnya.
2.2. Kajian Hasil Peneltian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan menerapakan metode eja dalam pembelajaran, akan tetapi berbeda dengan
penelitian yang penulis lakukan ini, diantaranya adalah:
Wahyu A.S (2010) dalam judulnya pengaruh metode eja dengan kartu huruf
bergambar terhadap prestasi belajar membaca permulaan anak berkesulitan belajar
membaca permulaan mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II Sekolah Dasar Negeri 02
Metuk Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini
menggunakan metode eja bermediakan kartu huruf bergambar. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa berkesulitan belajar membaca permulaan siswa kelas II. Sebagai
sampel dari penelitian ini, peneliti mengambil semua dari populasi yang ada yaitu semua
anak berkesulitan belajar membaca permulaan siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Metuk
02 Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 11
siswa. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik tes sebagai metode pokok dan
metode inteview serta observasi sebagai metode bantunya. Sedangkan tehnik analisis
data yang digunakan adalah tehnik analisis Test Rangking Bertanda (Wilcoxon Sign Ranks
Test) sebagai analisis datanya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar membaca permulaan sebelum diberi
perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Dengan kata lain, metode eja dengan kartu huruf
bergambar perpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar membaca permulaan anak
berkesulitan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri
Metuk 02 Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
13
Mengkaji dari temuan penelitian terdahulu, tampaknya penerapan metode eja dalam
pembelajaran bahasa Indonesia menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi
perolehan hasil belajar membaca siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap
penguasaan materi pelajaran maupun dari pengembangan dan pelatihan sikap serta
keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa daam kehidupannya di
masyarakat.
2.3. Kerangka Pikir
Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri 1 Sugihan masih
rendah, hal ini disebabkan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara konvensional
sehingga ssiwa pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru. Pembelajaran
berpusat pada guru, siswa hanya sebagai obyek belajar sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran berkurang.
Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan siswa kelas 1 SD Negeri 1 Sugihan adalah melalui penerapan metode eja,
karena metode eja memiliki kemampuan untuk meningkatkan hasil belajar membaca
permulaan siswa. Tujuan pelajaran membaca permulaan dengan metode eja agar siswa:
1) mengenalkan pada para siswa huruf-huruf dalam abjad, sebagai tanda suara atau tanda
bunyi. 2) melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi
suara. 3) Mengetahui huruf-huruf dalam abjad dan melatih keterampilan siswa untuk
menyuarakannya dan dalam waktu singkat dapat mempraktekkannya dalam membaca
lanjut.
2.4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: “diduga ada
peningkatan hasil belajar membaca siswa melalui penerapan metode eja dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas I SD Negeri 1 Sugihan Kecamatan
Toroh Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2011/2012”.
Download