BK Inklusif Bagi Siswa Kesulitan Belajar

advertisement
CHAPTER II
MEMBENTUK KELAS-KELAS YANG DAPAT MENERIMA
SISWA BERKESULITAN BELAJAR
A. Kesulitan Belajar: Penciptaan Suatu Kategori
1. Pendidikan dan konsep Kompetensi
Transformasi budaya dan ekonomi di Amerika Serikat membawa serta pertumbuhan
standar kompetensi melek huruf. Konsep kompetensi orang dewasa kerupakan
kemampuan dasar untuk menyediakan bagi diri sendiri dan orang lain dengan cara
menaklukkan alam. Pada periode yang sama, arti pendidikan juga berubah. Pemikiran
bahwa pendidikan semestinya universal dimana semua anak harus bersekolah telah
menjadi bagian karakter orang Amerika. Perkembangan standar kurikulum dan buku
cetak juga mengindikasikan bahwa anak-anak yang bersekolah di penjuru Negara
akan memperoleh pengetahuan dan tingkat keterampilan yang sama.
2. Penjelasan mengenai “tidak Kompeten”.
Anak-anak yang dikategorikan tidak efektif namun juga tidak memiliki kesulitan,
dapat dijelaskan melalui tiga hal berikut ini:
a. Asumsi yang diberikan oleh sekolah yang menjelaskan kurangnya kemajuan yang
diharapkan dari seorang siswa merupakan keterbelakangan mental ringan. Istilah
pembelanjar lamban “slow learner”, diberikan kepada anak yang tidak terlalu
bagus dalam mengerjakan hal di sekolah.
b. Anak-anak dengan kemajuan sekolah yang kurang tanpa kesulitan yang jelas
memiliki gangguan emosi. Anak-anak tersebut memiliki hambatan emosi dalam
belajar. Salah satu gejala yang saat ini sering terjadi adalah perilaku hiperaktif
atau gangguan perhatian.
c. Anak-anak yang tidak menunjukkan kemajuan sekolah secara memuaskan di
sekolah adalah anak-anak yang tidak termotivasi atau malas.
3. Orangtua mencari pertolongan
Orang tua dengan anak yang memiliki kesulitan belajar memperoleh pengalaman
berdasarkan tingkat pengetahuan mereka terhadap kondisi anak. Jika orang tua tidak
memahami dengan jelas kondisi anak, orang tua akan menghadapi reaksi dari orang
lain, guru atau sekolah sebagai suatu tekanan.
4. Orangtua dan misteri anak-anak
Orang tua dengan anak yang memiliki kesulitan belajar disertai dengan pengetahauan
yang cukup mengenai kondisi anak, akan memperoleh kenyamanan dalam
bekerjasama dengan orang lain, guru dan sekolah. Bahkan dalam kondisi tertentu,
orang tua dapat menjadi orang yang ahli dalam kondisi tertentu terkait dengan
1
kesulutan belajar yang dimiliki oleh anaknya. Hal tersebut terjadi karena usaha
mandiri mereka untuk mencari jawaban yang tidak bias mereka peroleh dari sekolah.
5. Pelopor dan usaha-usaha awal
a. Disleksia
Pada tahun 1952, Samuel Torrey Orton, seorang Profesor dalam bidang
kedokteran di Universitas Iowa melakukan penangan kasus terhadap pasien yang
tidak pernah belajar membaca. Pasien tersebut memiliki kecerdasan normal dan
ketajaman visual yang baik. Melalui pasien ini, Orton mendeteksi adanya katakata dan huruf yang tertukar. Orton yang juga melakukan studi terhadap orang
dewasa yang mengalami gangguan otak memberikan hipotesa bahwa anak-anak
dengan kesulitan membaca memiliki kesamaan dengan orang dewasa dengan
gangguan otak. Orton mengistilahkan kondisi ini sebagai strephosymbolia, arti
keterbacaan di pengaruhi oleh symbol yang tertukar.
b. Luka otak
Pada tahun 1930an, Alfred Strauss dan Heinz Werner menjadi pelopor dalam
bekerja dengan individu yang memiliki keterbelakangan mental yang memiliki
kesamaan ciri dengan orang yang mengalami luka pada bagian otak. Cirri tersebut
termasuk masalah perspsi dan hiperaktif. Berdasarkan hasil pengamatan
yangmereka lakukan, permasalahan dalam belajar terjadi karena luka otak bagian
luar yang berbeda dengan bentuk bawaan genetis dari keterbelakangan mental..
pada tahun 1940an Strauss dan Laura Lehtinen, menerbitkan buku mengenai
anak-anak dengan luka otak. Mereka meyarankan agar mereka ditempatkan pada
kelas ukuran kecil untuk mengurangi stimulus gerak dan gangguan. Strauss dan
Laura Lehtinen meyatakan bahwa cacat otak tidak bias diberikan perlakuan
namun langkah pertama yang bias dilakukan adalah mengkontrol lingkungan
dimana anak belajar.
c. Hambatan Persepsi-Motorik
Pada tahun 1955, Newell Kephart memfokuskan dirinya untuk mengamati
masalah persepsi bagi anak-anak yang penuh misteri. Kephart yakin bahwa
perkembangan kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi tergantung dari fungsi
persepsi dan motorik sebelumnya. Oleh sebab itu, anak-anak yang mengalami
permasalahn belajar wajib untuk dibawa kembali pada tingkatan persepsi dan
motorik yang menjadi masalah anak. Kegiatan yang disarankan oleh Kephart
adalah dengan cara melatih keseimbangan, membedakan bagian tubuh dan latihan
persepsi-motorik.
d. Hiperaktivitas
Pada tahun 1961, William Cruickshank menerbitkan buku metode pengajaran
untuk anak dengan luka otak dan hiperaktif. Dalam buku tersebut terdapat tiga
unsur dari lingkungan positif yang dapat membantu anak hiperaktif:
1. Mengurang stimulus lingkungan.
2. Mengurangi ruang untuk belajar.
3. Mengoptimalisasi ransangan nilai dari suatu bahan yang dipelajari.
2
e. Samuel Kirk dan Sintesisi
Samuel Kirk telah banyak bekerja dengan siswa berkebelakangan mental. Kirk
menjadi lebih tertarik pada individu yang di kategorikan berkebelakangan mental
pada keterampilan akademis namun tidak memiliki keterbelakangan mental. Kirk
menyatakan bahwa banyak anak dengan kesulitan belajar karena adanya
perbedaan psycholinguistic pada tiap orang. Konsep kerja mereka masih dikenal
saat ini yaitu pembelajar visual dan auditori. Istilah kesulitan belajar (learning
disability) pertama kali diperkenalkan saat Kirk memberikan materi pada
pertemuan orang tua dengan anak yang memiliki luka otak, hiperaktif, disleksia
dan lain sebagainya.
B. Kebutuhan Kelas bagi Siswa Berkesulitan Belajar
1. Definisi federal mengenai Kesulitan belajar
Definisi kesulitan belajar yang disetujui oleh pemerintah federal antara lain:
Kesulitan belajar khusus. Yaitu ganguan pada satu atau lebih proses psikologi dasar
yang meliputi pemahaman atau penggunaan bahasa lisan atau tulisan yang dapat
diwujudkan dengan kemampuan tidak sempurna dalam mendengar, berbicara,
membaca, menulis, mengeja atau perhitungan matematis. Istilah ini meliputi kondisikondisi tertentu seprti gangguan persepsi, luka orak, disfungsi otak, dysleksia dan
aphasia perkembangan. Istilah ini tidak termasuk anak-anak yang mempunyai
masalah belajar yang diakibatkan fakktor tuna netra, tunarungu, tunadaksa,
tunagrahita dan kestabilan emosi atau yang merugikan mental, budaya dan ekonomi.
Sedangkan definisi alternatif dari National Joint Committee on Learning
Disabilty (NJCLD) mengadakan perbaikan terhadap definisi federal yaitu: (1) Tidak
dibatasi pada anak-anak, tapi semua usia, (2) tidak menggunakan istilah dalam prosesproses psikologi dasar yang dianggap samar-samar dan membingungkan, (3)
memasukan kemampuan mengeja sebagai kemampuan menulis bukan keahlian
terpisah, (4) Kesulitan belajar dapat terjadi secara bersamaan dengan kondisi kelainan
lainnya.
2. Siswa berkesulitan belajar: Siapa mereka?
Menurut para kritikus bahwa kesulitan belajar adalah kamuflase dari “Slow
learning” atau pengajaran yang buruk. Ditambahkan bahwa tidak ada siswa yang
berkesulitan belajar dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan pendapat lain bahwa tiap
orang akan mempunyai satu bentuk kesulitan belajar dan memang demikian, sehingga
kategori ini secara praktis meliputi semua orang.
3. Apa masalah yang dihadapi siswa berkesulitan belajar di Sekolah?
a. Masalah-masalah bahasa. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa siswa yang
diklasifikasikan sebagai berkesulitan belajar adalah mempunyai kesulitan bahasa
pada tingkat ringan dan sedang. Selain itu bahwa anak yang diberi label
3
b.
c.
d.
e.
“penyandang kesulitan belajar” ternyata sebelumnya telah diberi label
mempunyai gangguan bahasa. Masalah-masalah bahasa seringkali menyangkut
kesulitan memahami orang lain, berbicara dengan jelas, menemukan kata yang
benar untuk mengungkapkan ide dan kebutuhan. Anak yang dengan problem
bahasa dianggap teman mereka sebagai terbelakang atau berbicara seperti bayi
(baby talk).
Masalah-masalah Perhatian. Psikolog perkembangan mencatat bahwa
kemampuan menfokuskan perhatian akan bertambah seiring dengan usianya.
Zuker dan Hagen, 1978). Menunjukkan seiring dengan pertumbuhannya, anakanak lebih mampu mengabaikan informasi yang tidak perlu dan berkonsentrasi
pada tugas yang dipelajari. Hiperaktivitas juga adalah kategori kurang dalam
perhatian dan siswa berkesulitan belajar 20 % disebabkan oleh kurangnya
perhatian.
Masalah-masalah Daya Ingat. Anak-anak yang dengan hambatan belajar
seringkali kesulitan dalam mengingat fakta, instruksi dan aturan. Peneliti
mengetes terhadapa kemampuan memori anak, mereka bisa membedakan antara
siswa yang memiliki hambatan belajar atau tidak.
Masalah-Masalah Kognisi. Kemampuan dalam menggunakan strategi kognitif
untuk memecahkan masalah, yaitu memecahkan masalah, membuat perencanaan
dan pengaturan yang diperlukan bagi solusi maslah itu. Penting untuk
mengembangkan kesadaran metakognisi yaitu kesadaran yang membentuk
strategi dan kemampuan yang diperlukan bagi keberhasilan tugas yang
diselesaikan.
Masalah Sosial dan Emosi. Penelitian Perl (1992) siswa berkesulitan belajar ada
pada resiko tinggi memiliki kesulitan social dan emosional. Perilaku maladaptive
dari anak adalah kegagalan berulang untuk menciptakan hubungan baik dengan
sesama. Kesulitan membina hubungan ini juga disebabkan oleh kesulitan
memberikan perhatian dan kurangnya kecerdasan social.
C. Cara Membantu Siswa-Siswa Berkesulitan Belajar Di Kelas-Kelas Inklusif.
Inti dari pembahasan Bab ini adalah bagaimana membantu siswa agar bisa belajar
dengan baik di kelas umum. Memahami siswa dengan kebutuhan-kebutuhan khusus
memerlukan suatu analisis betapa siswa-siswa ini berbeda dalam sifat dan kebutuhannya.
Memberi pengajaran siswa ini, merupakan suatu proses pengkategorian silang. Strategistrategi yang dikembangkan bagi siswa-siswa penyandang hambatan, sering terbukti menjadi
cara-cara yang praktis dalam pengajaran.
1. Strategi-strategi Pengajaran untuk Anak dengan Masalah Perhatian (Konsentrasi).
a. Ubahlah cara mengajarkan dan jumlah materi baru yang diajarkan.
b. Adakan pertemuan dengan siswa
c. Bombing siswa lebih dekat ke proses pengajaran
d. Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
e. Utamakan ketekunan perhatian daripadaa kecepatan menyelesaikan tugas mengajar.
f. Ajarkan memonitoring perhatian sendiri.
4
2. Strategi Pengajaran untuk Anak dengan Masalah Daya Ingat (memori).
a. Ajarkan dengan menggunakan Highligting untuk membantu memancing ingatan.
b. Perbolehkan menggunakan alat bantu memori
c. Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan
yang lebih kecil dalam pengajaran.
d. Ajarkan siswa yang bermasalah dengan daya ingat untuk berlatih mengulang dan
mengingat.
3. Strategi-Strategi Pembelajaran untuk Anak dengan Masalah-Masalah Kognisi.
a. Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “High Meaning”.
b. Menunda ujian akhir dan penilaian
c. Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”.
4. Strategi-Strategi pengajaran untuk Anak dengan Masalah-masakah Sosial dan
Emosional.
a. Buatlah sitem penghargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses.
b. Membentuk kesadaran tentang diri dan oranag lain
c. Mengajarkan sikap positif
d. Minta bantuan
5. Strategi-strategi lain dalam Membantu Siswa Berkesulitan Belajar.
Beberapa strategi lainnya dalam membantu siswa berkesulitan belajar yang dapat
memberikan keberhasilan pembelajaran yang lebih besar antara lain:
a. Mencari dan memantapkan kekuatan siswa
b. Menyediakan struktur dan petunjuk yang jelas, serta memastikan bahwa asiswa
memahami harapan anda.
c. Bersikap fleksibel dengan prosedur di ruang kelas (misalnya; mengijinkan pemakaian
tape recorder dan kalkulator)
d. Menggunakan materi yang dapat dikoreksi sendiri (self- correcting materials) yang
memungkinkan adanya umpan balik langsung
e. Menggunakan computer dan teknologi lainnya
f. Siswa dan kesulitan belajar sering memerlukan waktu untuk tumbuh dan dewasa,
maka bersabarlah.
6. Pengajaran dengan Bantuan Komputer.
Perangkat keras dan lunak computer dapat berguna dalam menciptakan
pembelajaran yang inklusif bagi siswa-siswa berkesulitan belajar dan yang mengalami
hambatan lainnya. Beberapa fungsi computer yang dapat meningkatkan proses
pembelajaran yang lebih berhasil antara lain :
a. Menyediakan tahapan tutorial matematika (self-pacced math turorials) serta pelatihan
dan praktik matematika (math drill—and practice).
5
b. Memberikan latihan dan praktek ejean, serta fungsi cek ejeaan.
c. Meningkatkan kelancaran menulis degana memberikan revisi mudah.
d. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan kemapuan tata cara berpikir
yang lebih tinggi melalui latihan dan simulasi software (Hasselbring dan Goin, 1988)
Daftar Rujukan.
J. David Smith. (2013). Terjemahan. Sekolah Inklusif. Konsep dan Penerapan Pembelajaran.
Edisi III. Penerbit. Nuansa Cendekia Bandung.
6
MEMBENTUK KELAS-KELAS YANG DAPAT MENERIMA
SISWA BERKESULITAN BELAJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Bimbingan dan Konseling Inklusif”
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ahman, M.Pd
Dr. Djaja Raharja, M.Pd.
OLEH
YUDO HATO BALIBI TIMTIM : 1302359
SARBUDIN : 1302490
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
7
8
Download