peningkatan pengetahuan gizi masyarakat melalui pendidikan dan

advertisement
PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT
MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Astini Syarkowi*)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga
memiliki kecakapan memilih pangan bergizi, kebiasaan makan yang baik serta membentuk perilaku
sadar gizi dengan pendekatan kegiatan partisipatif individual dan kelompok. Sasaran penelitian
adalah Kader Gizi Pedesaan dengan harapan pengetahuan gizi yang diperoleh dapat diteruskan
kepada masyarakat terutama ibu rumah tangga. Keberhasilan penelitian ini diamati dengan
pemberian tes awal dan tes akhir, serta pemberian latihan menyusun menu seimbang setelah
pemberian materi. Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan gizi serta kemampuan
menyusun menu seimbang untuk satu minggu mulai dari makan pagi, siang dan malam dengan
berpedoman pada Empat Sehat Lima Sempurna dengan pemanfaatan lingkungan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini telah tercapai dan memenuhi keberhasilan yang telah
ditetapkan.
Kata-kata kunci : pengetahuan gizi, kader gizi, pendidikan dan latihan
Hubungan pangan, gizi, dan kesehatan sangat
erat dalam meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia. Pada dasarnya upaya yang dilakukan
untuk perbaikan konsumsi pangan dan gizi
masyarakat berorientasi pada peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan kelompok
sasaran pada upaya perbaikan konsumsi pangan
dan gizi ke arah yang lebih baik. Meskipun disadari bahwa pendidikan saja tak mungkin mewujudkan manusia yang sadar pangan dan gizi,
kesadaran pangan dan gizi perlu ditanamkan atau
dimiliki sedini mungkin dan dalam jangka
panjang merupakan investasi yang paling baik
untuk perbaikan gizi dan kesehatan bila penduduk sudah lepas dari kemiskinan.
Masalah-masalah gizi, khususnya yang ada
di masyarakat pedesaan, merupakan akibat dari
keterbatasan yang ada. Hal ini antara lain disebabkan karena rendahnya produksi yang menyebabkan persediaan pangan tidak memadai,
karena rendahnya daya beli, kurangnya perhatian
terhadap kesehatan diri maupun lingkungan,
kurangnya pengetahuan gizi dan karena masih
adanya kebiasaan dalam masyarakat yang tidak
mendukung (Manuwoto, 1991). Akan tetapi sebagian masalah gizi dapat diatasi kalau orang
tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan
segala sumber daya keluarga yang dimiliki.
Menurut Berg (1986), gizi kurang bukan sematamata disebabkan oleh kemiskinan harta, tetapi
karena kemiskinan pengetahuan. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam upaya mencapai keadaan gizi yang baik, pendidikan gizi yang
bertujuan untuk mengembangkan perilaku positif
terhadap gizi mutlak diperlukan.
Melalui pemberian pengetahuan gizi akan
terjadi proses penyadaran gizi yang mencakup
aspek kognitif dan afektif. Apabila dalam pemberian pengetahuan gizi tersebut disertai pula
dengan latihan keterampilan yang berkesinambungan maka akan tercakup pula aspek psikomotor (Ritchie, 1973).
Permasalahan yang muncul adalah banyaknya orang tua terutama ibu rumah tangga yang
belum mempunyai pengetahuan gizi yang memadai sehubungan dengan kebiasaan makan,
pentingnya kualitas dan kuantitas pangan dan
gizi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
serta belum terbinanya perilaku sadar gizi dalam
keluarga. Hasil pengamatan penulis secara selintas hal yang sama terjadi juga di pedesaan di
Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Penulis merasa perlu memberikan
pengetahuan dan pelatihan gizi bagi kader gizi
pedesaan dengan harapan kader akan meneruskannya pada masyarakat terutama ibu rumah
tangga.
METODE PENELITIAN
Dalam melaksanaan penelitian ini peneliti
*) Astini Syarkowi adalah dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah FKIP Unsri
74
75
FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 27, NOMOR 2, MARET 2008
bekerja sama dengan Camat dan Kepala Desa
setempat. Kerja sama tersebut terutama dalam
hal informasi dan data yang diperlukan serta
pengurusan izin dan kelancaran pelaksanaannya.
Awalnya penelitian direncanakan dilaksanakan
selama 4 hari. Ternyata pelaksanaan kegiatan ini
bertepatan dengan musim panen sehingga hanya
dapat dilaksanakan 2 hari berturut-turut dalam
satu minggu. Khalayak sasaran penelitian ini
adalah kader gizi pedesaan sebanyak 2 orang dari
setiap desa sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 24 orang.
Metode pembelajaran yang digunakan
adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi
serta kerja kelompok. Alat bantu pembelajaran
berupa food models dan bahan pangan yang sesungguhnya seperti sayuran, buah-buahan, ikan,
telur, tempe dan tahu serta buku-buku yang berhubungan dengan materi. Materi yang diberikan
meliputi 4 pokok bahasan yaitu (1) makanan
sehat dan menu seimbang, (2) hubungan antara
makanan bergizi dengan pertumbuhan otak dan
tingkat kecerdasan anak, (3) makan pagi dan
prestasi anak di sekolah, dan (4) gizi dan
makanan jajanan
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran
peserta dilengkapi dengan materi pembelajaran.
Kegiatan dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
pemberian materi dan tahap latihan. Pada tahap
pemberian materi dilakukan dengan memberikan
materi yang berbeda setiap harinya. Penyampaian materi untuk setiap topik berkisar antara satu
setengah sampai dua jam pada setiap kegiatan.
Pemberian materi pada hari 1
Pada hari pertama materi pembelajaran
yang dibahas mengenai makanan sehat dan menu
seimbang. Sebelum pemberian materi, peserta diberi pre-test mengenai materi yang akan
disampaikan. Materi meliputi jenis-jenis bahan
makanan serta zat-zat gizi apa yang dibutuhkan
agar dapat hidup sehat. Pemberian informasi menggunakan metode ceramah dengan bantuan food
models. Bahan makanan dikelompokan menurut
sumber zat gizi yang terkandung di dalamnya,
misalnya bahan makanan sumber protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Pada kegiatan
ini yang lebih aktif adalah peserta wanita. Berbagai masalah mereka tanyakan, sesuai dengan
apa yang mereka lakukan selama ini. Pertanyaan
yang muncul pada sesi ini antara lain sebagai
berikut.
Tanya:
Kami sering makan nasi dengan lauk mie,
apakah ini sudah memenuhi syarat gizi
yang baik?
Jawab:
Nasi dan mie adalah makanan yang merupakan sumber hidrat arang. Kalau
lauknya hanya mie berarti ibu masih
kekurangan zat-zat makanan lainnya. Jadi
walaupun ibu makan kenyang tetap saja
kurang gizi. Untuk hidup sehat kita
membutuhkan gizi seimbang yang terdiri
dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral
Tanya:
Sayuran apa saja yang banyak mengandung zat gizi?
Jawab:
Sayuran merupakan sumber vitamin dan
mineral. Sayuran yang banyak mengandung vitamin dan mineral adalah sayuran
hijau, seperti daun bayam, daun ubi,
kacang-kacangan, daun katuk, dan semua
sayuran yang berwarna.
Tanya:
Apakah betul sayur bayam itu beracun?
Jawab:
Sayur bayam tidak beracun, tetapi kalau
sayur tersebut tidak habis dan disimpan
satu malam, maka sayur tersebut tidak
boleh dipanaskan lagi. Bila dipanaskan
akan berbahaya kalau dimakan.
Kemudian dilanjutkan dengan bahasan ke
2 yaitu hubungan makanan bergizi dengan pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan anak.
Materi ini membahas masalah kekurangan gizi
yang terjadi pada waktu ibu sedang hamil.
Kekurangan gizi pada waktu hamil akibatnya
sangat merugikan. Selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi perkembangan
otak bayi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Pada pembahasan
materi ini pertanyaan bermunculan baik dari
peserta wanita maupun peserta pria. Mereka mengakui belum memperhatikan gizi bagi ibu hamil
secara serius, apalagi akibat yang timbul yang
akan mempengaruhi kualitas bayinya. Peserta
juga menanyakan:
Apakah anak yang pada waktu masih
dalam kandungan diperkirakan kekurangan
gizi masih dapat diperbaiki pertumbuhan
otaknya bila sudah dilahirkan?
Jawab:
76
FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 27, NOMOR 2, MARET 2008
Masih bisa diperbaiki karena pertambahan
sel otak mengalami tingkat tertinggi di trimester awal kehamilan kemudian menurun
sampai paling rendah di umur 3 tahun.
Grafik pertambahan sel otak bayi sampai
umur satu tahun masih tinggi.
Tanya:
Mengapa ASI yang keluar pertama kali
harus diberikan kepada bayi? Padahal susu
yang keluar pertama kali adalah susu basi?
Jawab:
ASI yang keluar pertama kali disebut
colostrum dan harus diberikan kepada
bayi. Colostrum mengandung zat antibodi
berupa protein globulin yang berguna
untuk mempertinggi kekebalan atau daya
tahan tubuh bayi terhadap infeksi.
Pemberian materi pada hari ke 2
Materi pembelajaran adalah makan pagi
dan prestasi anak di sekolah yang mengkaji
perlunya makan/sarapan sebelum ke sekolah.
Masih banyak anak-anak yang tidak makan atau
tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
Anak yang tidak makan pagi mengalami kekosongan lambung selama 10--11 jam yang
mengakibatkan ketidakseimbangan sistem syaraf
pusat sehingga gairah belajar dan kecepatan
bereaksi menurun tajam sehingga kemampuan
memecahkan masalah sangat berkurang (Riyadi,
1994). Sehubungan dengan materi ini pertanyaan
yang diajukan peserta antara lain sebagai berikut.
Tanya:
Apakah makan pagi itu harus selalu makan
nasi ?
Jawab:
Tidak mutlak harus nasi. Anak bisa diberi
makanan jajanan, misalnya pisang goreng,
bubur kacang hijau, empek-empek dsb
Tanya:
Bagaimana caranya melatih anak agar
mereka menyukai sayuran?
Jawab:
Biasakan untuk selalu menyediakan sayuran sebagai teman makan nasi. Di sini
banyak macam sayuran, bisa disediakan
satu atau dua macam sayuran setiap harinya. Cara memasak pun hendaknya divariasikan misalnya ditumis, masak santan.
Bisa juga dicampur dengan tahu atau
tempe sehingga anak tidak bosan.
Kemudian kegiatan pembelajaran dilanjut-
kan ke materi gizi dan makanan jajanan.
Menurut Madanijah (1993) makanan jajanan
anak di sekolah dilihat dari segi kualitasnya
umumnya belum memenuhi syarat kebersihan,
rendah kandungan zat gizinya, dan banyak menggunakan zat tambahan seperti zat pewarna dan
pemanis buatan untuk memikat perhatian anakanak yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Pertanyaan yang timbul pada sesi ini antara lain:
Tanya:
Mengapa zat makanan tambahan/sintetis
berbahaya bagi anak-anak.
Jawab:
Zat makanan sintetis seperti pemanis dan
pewarna buatan bukan saja berbahaya bagi
anak-anak, juga bagi orang dewasa dan
manula, hanya saja anak-anak biasanya
lebih rentan. Bila zat perwarna pakaian
(wantek) dipakai untuk mewarnai makanan
maka orang yang mengkonsumsinya bisa
keracunan dan akhirnya mengganggu
syaraf otak.
Tanya:
Bagaimana cara mengunakan bumbu penyedap agar aman untuk dikonsumsi?
Jawab:
Bumbu penyedap aman digunakan bila
tidak terkena panas tinggi. Jadi masukan
vetsin bila makanan akan dihidangkan.
Seandainya makanan yang sudah diberi
vetsin tidak habis, sisanya jangan dipanaskan lagi, karena zat yang ada dalam vetsin
akan bereaksi bila kena panas tinggi dan
akan berbahaya bila dikonsumsi terlalu
banyak.
Setelah pemberian keseluruhan materi
pembelajaran peserta diminta untuk mengerjakan
tes akhir. Pada tahap pelatihan peserta diminta
untuk menyusun menu seimbang untuk 1 minggu
yang dikerjakan secara berkelompok berdasarkan
materi gizi yang telah mereka terima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kegiatan penerapan iptek melalui
“Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat
melalui pendidikan dan Pelatihan di Kecamatan
Tanjung Raja OKI dapat dilihat dari perubahan
perilaku peserta belajar. Untuk mengetahui perubahan perilaku peserta belajar dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan tiga tahap yaitu di
awal kegiatan (pre test), selama proses kegiatan
77
FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 27, NOMOR 2, MARET 2008
(evaluasi proses) dan di akhir kegiatan (posttest).
Skor pengetahuan gizi tertinggi adalah 100
dan terendah 0. Kemudian skor tersebut dikategorikan berdasarkan kategori baik bila lebih dari
80 % benar, dikatakan sedang apabila 60--80%
jawaban benar dan dikatakan kurang bila jawaban benar kurang dari 60 %.
Pre-test dilakukan untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta berkaitan dengan materi
yang akan disampaikan. Pre-test dilakukan
dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada
semua peserta.
Evaluasi proses dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini dilakukan proses tanya jawab sehingga dapat diketahui
seberapa banyak peserta menyerap materi yang
diberikan. Jika ada peserta yang belum memahami maka diberikan penjelasan ulang. Pada
saat tanya jawab peserta sangat antusias sehingga
banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta.
Semua pertanyaan peserta ditanggapi sebaik
mungkin sampai peserta merasa puas. Mulanya
yang paling banyak bertanya adalah peserta
wanita sedangkan laki-laki hanya beberapa orang
saja yang bertanya. Tetapi setelah materi masuk
pada bagian yang menjurus pada hubungan gizi
dan kesehatan dan pengaruh gizi terhadap
kualitas manusia berbagai tanggapan muncul
baik dari peserta laki-laki maupun wanita.
Dari hasil tanya jawab tersebut peneliti
mendapat masukan bahwa selama ini mereka
sering menggunakan pemanis buatan dalam
makanan sehari-hari misalnya untuk minum
kopi, minum teh, untuk penganan dan sebagainya. Selain pemanis, mereka juga sering menggunakan bahan pewarna buatan dalam pembuatan makanan tanpa menyadari bahaya apa
yang akan timbul akibat mengkonsumsi bahanbahan tersebut. Juga masih kuatnya tradisi
keluarga mengenai makanan taboo bagi ibu
hamil. Gizi ibu hamil belum mendapat perhatian
khusus karena menurut tradisi masyarakat ibu
rumah tangga makan setelah kepala keluarga
serta semua anggota keluarga laki-laki yang lain
selesai makan, jadi ibu hanya kebagian sisanya.
Padahal pada waktu hamil dan menyusui gizi ibu
harus mendapatkan asupan gizi yang baik dan
mencukupi, baik untuk si ibu maupun untuk bayi
yang dikandungnya. Bila pada waktu hamil ibu
kekurangan gizi maka ini akan berpengaruh pada
perkembangan otak bayi tersebut.
Mereka baru menyadari kalau selama ini
mereka makan tanpa memperhitungkan zat gizinya, yang penting enak atau tidaknya saja misalnya makan nasi dengan lauk mie. Padahal bila
dilihat dari segi gizi kedua jenis makanan tersebut merupakan sumber karbohidrat. Jadi
walaupun makan kenyang tetap saja kurang gizi.
Setelah pemberian materi dilanjutkan dengan
tanya jawab untuk setiap topik yang dibahas.
Terakhir dilakukan post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan dan pemahaman
tentang materi pembelajaran yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan kepada seluruh
peserta yang dijawab secara tertulis. Hasil pretest dan post-test peserta setelah materi dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengetahuan gizi peserta sebelum dan sesudah
pemberian materi
Kategori
Baik (> 80 %)
Sedang (60-80 %)
Kurang (< 60 %)
Sebelum (n%)
0
0
0
0
24 100
Sesudah (n%)
3
12,5%
14
58,33%
7
29,17%
Hasil tes menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan gizi peserta yang sebelum kegiatan
semuanya (100%) termasuk dalam kategori
kurang, setelah pemberian materi peserta yang
termasuk dalam kategori baik sebanyak 12,5%
sedangkan kategori kurang hanya 29,17%.
Kegiatan selanjutnya peserta dibagi dalam
6 kelompok dalam menyusun menu seimbang
untuk 1 minggu, mulai dari makan pagi, siang
dan malam. Hasil latihan ini dikatakan baik bila
peserta memperoleh skor B dan dikatakan kurang
bila memperoleh skor C. Untuk memperoleh
skor B maka menu yang dibuat selain mempertimbangkan segi gizi dengan berpedoman pada
empat sehat lima sempurna juga harus mempertimbangkan segi pemanfaatan lingkungan (menggunakan bahan-bahan makanan yang banyak
terdapat di lingkungannya sehingga diharapkan
harganya bisa lebih murah dan mudah diperoleh). Saat kegiatan kelompok berlangsung
pengajar mengawasi keaktifan peserta dan memberikan bimbingan bila ada kesulitan. Latihan
menyusun menu ini dapat dilakukan peserta
dengan baik karena semua kelompok semua
kelompok peserta mendapat skor B.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penge-
78
FORUM KEPENDIDIKAN, VOLUME 27, NOMOR 2, MARET 2008
tahuan gizi, tugas penyusunan menu seimbang
serta banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta, menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan
pembelajaran diikuti peserta dengan penuh perhatian. Peserta menganggap bahwa materi gizi
yang disajikan benar-benar merupakan masalah
yang berhubungan erat dengan kehidupan seharihari yang belum dipahami dengan baik sehingga
kegiatan ini dianggap sangat bermanfaat. Kesemuanya ini menunjukkan adanya dampak
positif dari investasi pengetahuan gizi bagi
masyarakat.
Saran
Alangkah baiknya bila kegiatan pemberian
pengetahuan gizi terus dilakukan dengan mengacu kepada masalah-masalah gizi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari serta
belum dipahami masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, A. 1986. Faktor Gizi. Jakarta: Bharata
Karya.
Madanijah, S. 1993. Masalah Makan pada
Anaka Sekolah. PSKPG. Kerja sama
Lembaga Penelitian Bogor dan Kantor
Urusan Pangan. Bulog
Manuwoto, S. 1991. Sambutan pada Pembahasan Kajian Permasalahan Gizi Masyarakat
Pedesaan. 20-30 Januari. Cipayung
Ricthie, J. A. S. 1973. Learning Better
Nutrition. F. A. O. Italy
Riyadi, H. 1994. Sadar Pangan dan Gizi.
Makan Pagi dan Prestasi Anak di Sekolah.
Jakarta: P. T. Indo Food.
Download