BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA Nama Peneliti Judul Jurnal Metode Penelitian Hasil Penelitian Ruth Stefanie RESPON Metode yang Hasil PENGUNJUNG digunakan adalah penelitian, dapat TERHADAP MEDIA metode kuantitatif diketahui bahwa dari BROSUR JATIM dengan landasan 100 responden Jatim PARK 2 teori S-O-R Park 2, rata-rata setuju memberikan attention (perhatian) pada sisi harga dan responden melakukan action (tindakan) karena keunikan huruf brosurnya. TISSA RESPON Metode penlitian Hasil penelitian ini RAKHMA KHALAYAK kuantitatif, menyatakan bahwa TERHADAP univariat, walaupun stimulus PERUBAHAN menggunakan yang diberikan sama FORMAT ACARA teori stimulus- tetapi masing-masing PROGRAM "SUARA respons dan individu akan ANDA" DI METRO individual memberikan respon TV difference yang berbeda-beda berdasarkan dari latar belakang yang mereka miliki. Karena tidak semua khalayak mendapatkan 7 pendidikan atau status sosial yang setara. Grace RESPON Teknik analisis Hasil analisis data Leliharni MASYARAKAT data menunjukkan bahwa Damanik TERHADAP menggunakan masyarakat memiliki PELAKSANAAN tabel tunggal dan persepsi yang positif PROGRAM dijelaskan secara terhadap Program KELUARGA kualitatif dan Keluarga Harapan. HARAPAN DI analisis KECAMATAN kuantitatif dengan MEDAN menggunakan SELAYANG Skala Likert. Katy CONSUMER Metode penelitian Perbandingan untuk Magee, Julie RESPONSES TO kuantitatif, hasil analisis satu arah Cabinaw & Jan ONLINE DECISION analisis varians sebanyak et Reis AIDS FOR 3 multivariat, delapan dimensi PREFERENCE- dianalisis dengan menunjukkan bahwa SENSITIVE uji chi-square pengguna bantuan HEALTH Pearson MRI, dibandingkan dengan dua kelompok PROBLEMS pengguna lain, merasa bahwa lebih banyak belajar dan alat tersebut membantu menjernihkan perasaan. Mereka lebih cenderung untuk berbicara dengan dokter tentang masalah kesehatan. 8 Rong-Da IMPACT OF Metode penelitian Orientasi pelayanan Liang, Hsing- SERVICE kuantitatuf, Chau Tseng ORIENTATION ON diadik, membahas terhadap kinerja FRONTLINE mengenai pelayanan karyawan EMPLOYEE perubahan sikap tetapi secara negatif SERVICE dan respon. mempengaruhi berpengaruh positif PERFORMANCE loyalitas konsumen. AND CONSUMER Kinerja pelayanan RESPONSE karyawan berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen dan tidak langsung berpengaruh positif dari mulut ke mulut konsumen. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Komunikasi 2.2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakandan mengintepretasikan makna dalam lingkungan mereka. Sepenuhnua diyakini bahwa komunikasi adalah proses sosial. Mengintepretasikan komunikasi secara sosial maksudnya komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artimya, komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. (West, dkk, 2007: 5) Menurut Effendy (Effendy, 2011: 9), komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicatio dengan kata sifat dari communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud disini adalah sama makna. Jadi komunikasi akan terjadi atau berlangsung jika ada kesamaan makna antara individu-individu yang terlibat mengenai pokok pembicaraan. 9 2.2.1.2 Proses Komunikasi Menurut Effendy (Effendy, 2011: 11), proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder. a. Proses Komunikasi Secara Primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lamabng sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dam lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses Komunikasi Secara Sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang setelah media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan omunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. 2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Menurut Effendy dalam bukunya ”Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek”, terdapat 4 fungsi komunikasi yang meliputi: 1. Menyampaikan informasi (to inform), yaitu menyampaikan sebuah berita, data, pesan, opini dan komentar mengenai suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat agar lebih mudah dimengerti, ide atau pikiran, tingkah laku orang lain. 10 2. Mendidik (to educate), yaitu sebagai sarana pendidikan untuk mendorong perkembangan intelektual sehingga menyebabkan keaktifan di dalam masyarakat. 3. Menghibur (to entertain), merupakan komunikasi berbentuk hiburan untuk menciptakan kesenangan pada masyarakat yang menerimanya. Mempengaruhi (to influence), yaitu komunikasi yang berfungsi untuk mempengaruhi setiapindividu yang terlibat untuk mengubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. 2.2.2 Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003: 188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Jadi dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. (Ardianto, dkk, 2012: 3) Definisi komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. (Ardianto, dkk, 2012: 3) Menurut Meletzke, komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukam nahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tampat, tetapi tersebar di berbagai tempat. (Ardianto, dkk, 2012: 4). 11 2.2.2.1 Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. (Ardianto, dkk, 2012: 49) Donald K. Robert beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan atau pun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komuniikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. (Ardianto, dkk, 2012: 50) a. Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ketrampilan kognitifnya. b. Efek afektif ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberi tahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu. Khalayak diharapakan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. c. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan televisi bisa membuat orang menjadi beringas atau siaran ketrampilan keluarga yang banyak disiarkan menyebabkan ibu-ibu rumah tangga memiliki ketrampilan baru. 12 2.2.3 Teori S – O – R Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response ) memiliki komponen utama, yaitu sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi, dan konasi (Bungin, 2006:281). Teori ini pada awalnya dikenal sebagai model Stimulus–Respon, suatu prinsip belajar sederhana yang merupakan dasar dari teori jarum hipodermik (Bullet Theory). Dimana, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. McQuaill (1994: 234) mengatakan elemen utama dari teori ini adalah Stimulus (pesan), Organisme (penerima atau Receiver), dan Respons (efek) (Bungin, 2006: 277). Teori ini menjelaskan bagaimana media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap individu dalam hal ini disebut Organisme akan memberikan respons yang sama pada stimuli yang datang dari media massa. Karena teori ini mengasumsikan organisme tidak berdaya ditembaki oleh stimuli dari media massa (Rakhmat, 2004: 197). Efek yang ditimbulkan dalam penjelasan S–O– R adalah bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu, jika ada stimulus tertentu pula (Rakhmat, 2004: 198). Pada hakikatnya teori S–O–R menjelaskan tentang sebuah proses belajar dimana efek adalah suatu reaksi khusus yang timbul karena stimulus tertentu. Artinya orang-orang dapat memprediksi keterkaitan yang erat antara pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa terhadap reaksi yang akan muncul dalam diri penerima akibat pesan yang disampaikan. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif; misal jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki 13 kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. (Amir Purba, dkk, 2006: 255) Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan. Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan: • Kognitif • Afektif • Behavioral Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Menurut McQuail, teori ini pada dasarnya merupakan suatu konsep sederhana di mana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan antara pesan media massa dan reaksi audience. 14 Prinsip stimulus-respons merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori mengenai efek terjadinya media massa. Dalam prinsip stimulus-respons diasumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan didistribusikan secara sistematis dan dalam skala yang luas sehingga pesan tersebut secara serempak diterima individu, dan bukan untuk tujuan perorangan. Kemudian sejumlah besar individu akan merespons pesan informasi tersebut. Fitur utama model ini direpresentasikan sebagai berikut: Pesan tunggal individu penerima reaksi Ini diterapkan kurang lebih pada efek yang disengaja atau tidak disengaja walaupun terdapat perbedaan penting antara respons (mengimplikasikan interaksi penerima dan juga proses pembelajaran) dan reaksi (tidak adanya pilihan atau gangguan pada penerima dan merupakan reflek behavioral yang penting). (McQuail, 2011: 225) 2.2.4 Radio Siaran Pertengahan tahun 1930-an, Edwin Howard Armstrong berhasil menemukan radio yang menggunakan frekuensi modulasi (FM). Radio penemuan Armstrong berbeda dengan radio yang banyak di pasaran ketika itu yang menggunakan frekuensi AM (Amplitudo Modulasi). Radio FM memiliki kualitas suara yang lebih bagus, jernih, dan bebas dari gangguan siaran. (Ardianto, dkk. 2012: 123) Keunggulan radio siaran adalah radio berada di mana saja dan dapat didengarkan sambil melakukan kegiatan lain misalnya sambil menyetir, memasak, bekerja, dan sebagainya. Radio memiliki kemampuan menjual bagi pengiklan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu. Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donald McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa “terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio dimulai pada tahun 1802 oleh Danedengan ditemukannya suatu pesan dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik. 15 Penemuan kemajuan radio siaran berikutnya adalah tiga orang cendikiawan muda antaranya bernama James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia mendapat julukan scientific father of wireless karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis, yakni gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz melalui eksperimennya pada tahun 1884. (Effendy, 1990: 21-22) Radio siaran digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa, mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahin 1915. Lee De Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1917 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga ia dianggap sebagai pelopor radio siaran dan dijuluki father of radio yang juga mula-mula menyiarkan berita siaran radio. Sedangkan yang melakukan eksperimen menyiarkan musik adalah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. Mulai tahun 1920 masyarakat Amerika Serikat telah dapat menikmati radio siaran secara teratur dengan berbagai programnya (Effendy, 1990: 23) 2.2.5 Definisi Musik Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003: 288). Aristoteles menyatakan bahwa musik adalah tiruan seluk-beluk hati dengan menggunakan melodi dan irama. Musik juga memiliki kekuatan dan efek bagi moral dan jiwa, karena itu anak muda perlu dididik dengan musik. (Rachmawati, 2005: 16) Lebih lanjut dijelaskan pengaruh masing-masing unsur terhadap kejiwaan manusia adalah sebagai berikut : a. Plato mengungkapkan bahwa irama adalah suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmoni atau suatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada (Prier, 2004: 40). 16 b. Melodi adalah naik turunnya nilai nada. Suatu musik disebut utuh, jika melodi berpadu dengan irama, tempo, dan bentuk-bentuk lain dalam musik (Rachmawati, 2005: 17). c. Harmoni adalah cita rasa umum dan asasi dari bebunyian musik. Di era ini harmoni terkait dengan konsep akord sebagai sebuah struktur musik (Rachmawati, 2005: 17). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa musik adalah ilmu atau seni suara atau bunyi yang mengandung unsur-unsur keselarasan atau keindahan dan dituangkan dalam irama, melodi dan harmoni, serta ekspresi. 2.2.6 Program Musik Mengisi program radio dengan musik atau lagu-lagu merupakan hal yang universal di dunia radio siaran. Beberapa radio siaran tidak mengizinkan penyiar untuk memilih sendiri lagu apa yang ingin diputarkan, tetapi ada juga beberapa radio yang menyerahkan tanggung jawab penentuan musik yang diputar kepada penyiar. Tetapi ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam program musik di radio. Yang pertama adalah hak cipta musik. Radio siaran hanya boleh memutarkan lagu-lagu resmi yang mereka dapar dari label. Kebanyakan radio perlu memberikan timbal balik kepada label musik tentang lagu apa saja yang telah mereka putarkan ke masyarakat. Dan merupakan kewajiban produser untuk memastikan bahwa semua regulasi yang ditetapkan telah ditaati. Yang kedua adalah meskipun telah memutarkan lagu secara rekaman, radio siaran juga tidak boleh lupa akan off air sebagai bentuk dari salah satu program radio yang menampilkan musik secara langsung. Beberapa artis meraih kesuksesan mereka karena radio yang memutarkan radio mereka. Yang ketiga, diperlukan manajemen yang baik dalam pengaturan program musik di radio karena secara luas, radio siaran dapat membangun mau pun menjatuhkan reputasi seseorang sehingga sangat penting musik yang 17 diputarkan dihandle dengan sebaik mungkin dan sebagaimana mestinya. (Mcleish, 2005: 158-159) 2.2.7 Format Radio Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. (Morissan, 2008: 231) Menurut Joseph Dominick (2001) yang dikutip oleh Morissan, format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu: a. Kepribadian penyiar dan reporter b. Pilihan musik dan lagu c. Pilihan musik dan gaya bertutur d. Spot atau kemasan iklan, jinggel, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya. 2.2.7.1 Adult Contemporary Adult Contemporary adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan format radio yang memainkan musik kontemporer dewasa. Radio kontemporer dewasa memainkan musik selain hip hop, heavy metal, remaja musik pop dan dance, genre yang kurang populer di kalangan demografis target stasiun radio tersebut. Stasiun radio memainkan format ini umumnya menargetkan kelompok usia 25 – 45 tahun. Segementasi musik ini tentu perlu dipenuhi untuk memberikan apa yang diinginkan pendengar. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk menghibur tetapi juga untuk memenangkan persaingan antara radio – radio di Jakarta yang tentunya semakin ketat. 2.3 Kerangka Pemikiran Stimulus: Musik • • • Rock 90s Slow Respons: Pendengar 18 • • • Kognitif Afektif Konatif