ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK TIGA BULAN DENGAN SPOTTING DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : IIS SURYANI NIM. 12DB277060 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK TIGA BULAN DENGAN SPOTTING DI KLINIK PRATAMA MUTIARA BUNDA TASIKMALAYA1 Iis Suryani2Resna Litasari3Neli Sunarni4 INTISARI Spotting biasa ditemukan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan, KB Pil dan Implant. Akseptor KB yang mengalami Spotting karena efek samping KB suntik 3 bulan di tasikmalaya yaitu 267 (24,14%), sedangkan di Klinik Pratama Mutiara Bunda tahun 2015 yang mengalami spotting yaitu 30,13%. Spotting tidak berbahaya karena merupakan suatu efek samping dari kontrasepsi. Penyebab terjadinya Spotting tersebut karena adanya ketidakseimbangan hormone sehingga endometrium mengalami perubahan histology. Cara penanganannya yaitu dengan memberikan premolut atau mengganti dengan kontrasepsi jenis lain. Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan ini dilakukan di Klinik Pratama Mutiara Bunda Tasikmalaya. Dari hasil penyususunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam membuat asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci Kepustakaan Halaman : Spotting pada Akseptor KB Suntik 3 bulan : 14 referensi (2006-2014) : i-ix, 37 halaman, 7 lampiran 1 Judul penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi masalah kependudukan yang cukup mendesak merupakan masalah yang di hadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk di Indonesia. Hal ini dilihat dari jumlah penduduk yang relatif besar, pertumbuhan yang relatif cepat, penyebaran yang tidak merata, serta arus urbanisasi yang relatif tinggi. Maka dari itu, di Indonesia untuk mengatasi pertambahan penduduk, pemerintah terus berupaya dengan program keluarga berencana nasional (Sukawati, 2014). UU No.52/Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, mengamanatkan keluarga berencana sebagai upaya 1) mengatur kelahiran anak; 2) jarak dan usia ideal melahirkan; 3) mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Sukawati, 2014). Keluarga Berencana diperbolehkan dalam islam berdasarkan pada sebuah ayat al-Quran surat Al Qasas Ayat 77 yang berbunyi : Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al Qasas : 77). 1 2 Dari ayat tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam KB diantaralain : menjaga kesehatan istri, mempertimbangan kepentingan anak, Pandangan islam tentang KB secara prinsipil dapat diterima oleh islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan syariat islam yaitu memujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Pengendalian jumlah penduduk dilakukan melalui Program Keluarga Berencana (KB) yaitu dengan Kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi pengertian kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat perkawinan sel telur yang matang dengan sel sperma (BKKBN, 2012). Ada berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya yaitu kontrasepsi suntik, pil, implan, AKDR, kondom, MOW dan MOP. Metode tersebut digunakan oleh Akseptor KB. Akseptor KB merupakan peserta yang menggunakan salah satu dari metode kontrasepsi yang ada (Sukawati, 2014). Berdasarkan penelitian yang di lakukan di Kota Zambia Negara Afrika, pada November 2009 sampai Februari 2011 oleh FHI360 berkolaborasi dengan Child Fund Zambia kepada 51 klien kondom, 391 klien pil dan 2.206 klien DMPA, kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini banyak di pakai dan menjadi pilihan. Dari 1.739 klien baru untuk keluarga berencana, 85% memilih DMPA injeksi, sementara 13% memilih pil dan 2% memilih kondom. Selain itu, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kontrasepsi suntik masih menjadi pilihan utama di Indonesia dengan persentase sebesar 67,56%, disusul oleh kontrasepsi pil 17,82%, implan 6,67%, IUD/AKDR 2,74%, kondom 2,51%, MOW 2,23%, MOP 0,37%. Sama hal nya dengan akseptor KB aktif di Indonesia, berdasarkan data BKKBN sampai dengan bulan Juli 2014, tercatat kontrasepsi suntik juga menjadi pilihan utama di Jawa Barat dengan persentase 48,09%, 3 disusul oleh IUD/AKDR 19,25%, Pil 15,65%, MOW (9,75%), Kondom 4,21%, Implan 2,94% dan MOP 0,12%. Sedangkan peserta KB aktif di Kota Tasikmalaya tahun 2015 akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 60.213 akseptor (62,31%), Pil 19.973 akseptor (20,66%), IUD 9.932 akseptor (10,27%), Implan 2.704 akseptor (2,79%), Kondom 2.301 akseptor (2,38%), MOW 1.351 akseptor (1,39%) dan MOP 159 akseptor (0,16%). Sementara itu, di Klinik Pratama Mutiara Bunda yang dipilih sebagai tempat pengkajian, pada bulan Januari - April mempunyai peserta KB sebanyak 964 akseptor. Akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 891 akseptor (92,43%), Pil 43 akseptor (4,46%), IUD 29 akseptor (3,01%), Implant 1 akseptor (0,1%). Kontrasepsi suntik merupakan salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan ibu. Ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Cara ini mulai di sukai masyarakat dan di perkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian KB suntik juga mempunyai keuntungan dan efek samping. Keuntungan kontrasepsi suntik secara umum yaitu mempunyai efektifitas yang tinggi selama tahun pertama penggunaan dan efek samping dari kontrasepsi suntik yaitu seperti amenorea, perdarahan bercak/spotting dan menoragia. Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala (pusing), perubahan berat badan, perubahan tekanan darah (Saifudin, 2006). Berdasarkan penelitian Putri, Nurullita dan Pujianti (2012), yang berjudul Gambaran Pola Menstruasi Akseptor Kontrasepsi Suntik 1 bulan dan 3 bulan di BPM T Tlogosari Kota Semarang didapatkan hasil bahwa karakteristik akseptor kontrasepsi 1 bulan dan 3 bulan berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan menunjukkan sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan berumur 20 – 35 tahun yaitu 68,8%, sebagian besar berpendidikan menengah dengan 73,8% serta sebagian besar akseptor tidak bekerja yaitu 62,5%. Sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik 1 bulan yaitu 62,2% dapat mengalami mentruasi yang teratur tiap bulannya dengan lama siklus, lama hari, gambaran darah dan banyaknya darah yang keluar dikatakan normal. 21,6% mengalami 4 perdarahan bukan haid, olighomenorrhea dan hipomenorrhea dengan bentuk perdarahan flek (spotting). 16,2% akseptor mengalami amenorrhea. Mayoritas akseptor kontrasepsi 3 bulan mengalami amenorrhea yaitu 81,4%. Sisanya sebesar 18,6% akseptor mengalami perdarahan bukan haid, olighomenorrhea dan hipomenorrhea dengan bentuk perdarahan flek (Spotting). Sebagian besar akseptor Kontrasepsi suntik 1 bulan tidak mengalami gangguan pola menstruasi, sedangkan mayoritas akseptor kontasepsi suntik 3 bulan mengalami gangguan pola menstruasi. Data akseptor KB yang mengalami gangguan karena efek samping KB suntik di Kota Tasikmalaya tahun 2015 tercatat sejumlah total 1.107 orang. Efek samping tersebut diantaranya perubahan berat badan 325 (29,35%), amenorea 291 (26,28%), perdarahan bercak/spotting 267 (24,11%), perubahan tekanan darah 100 (9,03%), sakit kepala 88 (7,94%), mual 24 (2,16%). Sedangkan di Klinik Pratama Mutiara Bunda tahun 2015 data efek samping KB suntik 3 bulan yang dialami akseptor KB yaitu perdarahan bercak/spotting 30,13%. Peran pemerintah dalam program KB diantarnya usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2006). Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam program Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia indonesia. Cara yang digunakan untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yaitu mengatur jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi. (Wiknjosastro,2006). Peran bidan dalam memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup : mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan 5 usia subur), menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan, menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien, melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan, membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien, membuat pencatatan dan laporan. Berdasarkan data diatas, perdarahan bercak/spotting sebagai efek samping dari kontrasepsi suntik masih tinggi, hal ini menjadikan penulis tertarik untuk mengkaji lebih detail mengenai perdarahan bercak/spotting melalui Kasus Komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting Di Klinik Pratama Mutiara Bunda”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraian di atas, maka dapat di tarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah ”Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda, menggunakan Metode Manajemen Kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. b. Menginterpretasikan data dan merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. c. Mengidentifikasi masalah potensial pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. d. Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. 6 e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. g. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. D. Manfaat 1. Bagi Profesi Sebagai bahan masukkan bagi profesi kebidanan serta dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai upaya peningkatan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. 2. Bagi Instansi Diharapkan laporan asuhan kebidanan ini dapat memberikan masukan dalam mempertahankan kualitas pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan, khususnya asuhan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting. 3. Bagi Institusi Diharapkan laporan asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi belajar terhadap materi yang telah diberikan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta acuan bagi mahasiswi kebidanan dalam memberikan Asuhan Kebidanan. 4. Bagi Akseptor Dapat dijadikan sumber informasi dan bahan pengetahuan bagi akseptor KB Suntik, khususnya akseptor KB Suntik 3 bulan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Keluarga Berencana a. Definisi Keluarga Berencana Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). Berdasarkan UU No.52/2009, disebutkan bahwa Keluarga Berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (Sukawati, 2014). b. Tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan umum Program Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2012). c. Ruang Lingkup Keluarga Berencana Ruang lingkup Keluarga Berencana mencakup sebagai berikut : 1) Ibu Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak. 2) Suami Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat memperbaiki kesehatan fisik, mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya. 3) Seluruh Keluarga Dilaksanakan program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih pendidikanserta kasih sayang orang tuanya. 7 besar dalam hal 8 2. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi pengertian kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinyakehamilan akibat perkawinan sel telur yang matang dengan sel sperma, sehingga tidak terjadi kehamilan (BKKBN, 2012). Kontrasepsi adalah menhindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma (Sukawati, 2014). b. Jenis Metode Kontrasepsi 1) Metode Sederhana a) Metode Sederhana tanpa Alat Metode kontrasepsi yang digunakan dalam Metode Sederhana tanpa Alat yaitu seperti Metode Kalender, Metode Suhu Basal, Metode Lendir Serviks, Metode Interuptus. b) Metode Sederhana dengan Alat Jenis kontrasepsi yang digunakan dalam metode ini yaitu Kondom, Barier Intravagina, Spermisida. 2) Metode Operasi a) Tubektomi (MOW) Tubektumi dilakukan pada wanita dengan melakukan tindakan pada kedua saluran telurnya, sehingga wanita yang bersangkutan tidak dapat memiliki keturunan lagi. b) Vasektomi (MOP) Vasektomi dilakukan pada pria dengan cara melakukan tindakan pada vas deferens sehingga alur transfortasi sperma terhambat dan proses fertilasi tidak terjadi. 3) Metode Modern a) Kontrasepsi Oral Konrasepsi Oral yaitu kontrasepsi berbentuk obat yang harus di konsumsi setiap hari. 9 b) Suntik/Injeksi Suntik/Injeksi yaitu jenis kontrasepsi yang dilakukan dengan cara injeksi pada ibu, dengan jarak pemberian injeksi selanjutnya sesuai dengan jenis injeksi yang digunakan. c) Subkutis/Implan Subkutis/Implan yaitu jenis kontrasepsi yang diberikan dengan pemasangan alat di bawah kulit. d) Intra Uterine Device (IUD) IUD yaitu jenis kontrasepsi yang diberikan dengan cara pemasangan alat di dalam rahim. 3. Kontrasepsi Suntik a. Pengertian Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal (Niken 2010). Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya.Suntikan diberikan bagi ibu yang tidak memiliki penyakit hati akut, penyakit jantung, stroke dan bagi ibu yang dalam keadaan tidak hamil (Sulistyawati, 2012). b. Jenis Kontrasepsi Suntik 1) Suntikan Kombinasi Suntikan Kombinasi yaitu jenis suntikan yang mengandung hormone estrogen dan progesterone, di berikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam. Komposisi hormon dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid atau 6 minggu setelah melahirkan apabila tidak menyusui. Suntikan kombinasi ini memiliki keuntungan Nonkontrasepsi seperti mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid dan mencegah anemia (BKKBN, 2012). 2) Suntikan Progestin Tersedia 2 jenis suntikan yang hanya mengandung progestine, yaitu : 10 a) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (di daerah bokong). b) Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular. c. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Cara kerja dari kontrasepsi suntik yaitu mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba (BKKBN, 2012). d. Efektivitas Kontrasepsi suntik memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikan sesuai dengan jadwal. e. Keuntungan Kontrasepsi Suntik 1) Keuntungan KB suntik 1 bulan: a) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali. b) Tidak terpengaruh “ faktor lupa “ dari pemakai ( tidak seperti memakai KB pil ). c) Tidak mengganggu hubungan suami istri. d) Dapat di pakai segala umur pada masa reproduktif. e) Tidak mengganggu laktasi ( menyusui ), baik dari segi kuantitas maupun kualitas. f) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi. g) Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang. 2) Keuntungan KB suntik 3 bulan: a) Tidak berinteraksi dengan obat – obatan lain. b) Relatif aman untuk ibu menyusui. c) Bermanfaat bagi wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang menggunakan estrogen. 11 d) Tidak perlu repot mengingat untuk mengkonsumsi pil kontrasepsi setiap hari. e) Tidak perlu berhitung seksual.bergantung lebih jenisnya, dulu saat suntikan berhubungan dapat bertahan hingga 8 – 13 minggu. f) Jika ingin berhenti, tak perlu repot harus ke dokter, cukup hentikan saja pemakaiannya. g) Dapat memberikan perlindungan terhadap kanker rahim dan penyakit radang panggul. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 2006). Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali suntikan kombinasi. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim (BKKBN, 2012). Kontrasepsi suntik memiliki risiko kesehatan yang sangat kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri. Pemeriksaan dalam tidak diperlukan pada pemakaian awal dan dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis baik perawat maupun bidan. Kontrasepsi suntik yang tidak mengandung estrogen tidak memengaruhi secara serius pada penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karena itu tindakan dilakukan oleh tenaga medis/paramedis, peserta tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari, kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya. Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja peserta harus rutin kontrol setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung sangat cepat (kurang dri 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua di atas 35 tahun, kecuali Suntikan Kombinasi (BKKBN, 2012). f. Kekurangan Kontrasepsi Suntik 1) Kekurangan KB suntik 1 bulan yaitu: Efek sampingnya terhadap siklus menstruasi sering tidak menyenangkan, namun tidak berbahaya dan bukan tanda 12 kalainan / penyakit : perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni: a) Jarang terjadi perdarahan yang banyak . b) Tidak dapat haid (seperti setelah pemakaian berulang). c) Sering menaikkan berat badan. d) Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor), sakit kepala, nyeri payudara, kurangnya libido seksual, rambut rontok. 2) e) Perlu suntikan ulang teratur. f) Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk evaluasi. Kekurangan KB suntik 3 bulan: a) Dapat mendatangkan efek samping berupa sakit kepala, kenaikan berat badan, payudara nyeri, perdarahan, dan menstruasi tidak teratur. Efek ini bisa terus terasa selama jangka waktu penyuntikan berlangsung karena kandungan suntikannya akan terus berada dalam tubuh. b) Bisa memakan waktu hinga setahun setelah dihentikan jika ingin kembali subur. Hal ini membuat kontrasepsi jenis ini tidak dianjurkan untuk mereka yang ingin segera memiliki anak. c) Suntikan ini diduga dapat sedikit mengurangi kepadatan tulang, namun akan segera kembali normal apabila injeksi dihentikan. g. Efek samping Kontrasepsi (Sulistyawati, 2012) 1) Gangguan Haid (Seperti : Amenorea, Menoragia, Metroragia, Spotting) 2) Leukorhea (Keputihan) 3) Timbulnya Jerawat 4) Rambut Rontok 5) Perubahan Libido Untuk Suntikan Kombinasi, mirip dengan efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan Pil KB. Berbeda dengan suntikan KB 3 Bulan, pengguna suntikan KB 1 Bulan dilaporkan tetap mendapatkan haid-nya secara teratur. Kesuburan pun lebih cepat kembali setelah 13 penghentian metode ini dibandingkan dengan suntikan KB 3 Bulan (BKKBN, 2012). h. Indikasi Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang atau klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik (Mulyani, 2013). i. Kontra Indikasi Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini (Sulistyawati, 2012). Kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman (Niken, 2010). Selain di Indonesia, Kontrasepsi hormonal jenis suntikan ini juga banyak di pakai di luar negeri, salah satunya yaitu di Afrika. Hal ini berdasarkan penelitian yang di lakukan di Kota Zambia pada November 2009 sampai Februari 2011 oleh FHI360 berkolaborasi dengan Child Fund Zambia kepada 51 klien kondom, 391 klien pil dan 2.206 klien DMPA. Dari 1.739 klien baru untuk keluarga berencana, 85% memilih DMPA injeksi, sementara 13% memilih pil dan 2% memilih kondom. 14 4. Perdarahan Bercak (Spotting) a. Pengertian Spotting Spotting adalah perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak tetapi tidak berbahaya (Sulistyawati, 2012). b. Penyebab Spotting Karena adanya ketidak seimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histology (Sulistyawati, 2012). c. Penanganan Spotting 1) Memberitahu kllien bahwa perdarahan ringan seperti Spotting sering dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. 2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan yaitu : a) Dengan pil kontrasepsi kombinasi 2x1 tablet sehari, setelah perdarahan berhenti dosis di turunkan 1x1 tablet sehari, kemudian di hentikan sama sekali. b) Premolut N 2x1 tablet sehari sampai perdarahan berhenti, setelah perdarahan berhenti dosis obat di turunkan menjadi 1x1 tablet sehari kemudian di hentikan sama sekali. (diberikan sesudah konsultasi dengan dokter ahli kebidanan). 3) Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, maka suntikan jangan dilanjutkan lagi dan pilihkan jenis kontrasepsi yang lain (Sulistyawati, 2012). B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Spotting 1. Manajemen Kebidanan dan Langkah-langkah Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka lengkap yang dapat menjadi 15 langkah-langkah tertentu dan dapat berubah sesuai dengan keadaan pasien. Adapun langkah-langkah tersebut sebagai berikut : a. Pengkajian Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh (Estiwidani, 2008). Tahap ini meliputi : 1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2007). Data subyektif meliputi : a) Biodata Identitas pasien dan penanggung jawab. Menurut Nursalam (2007), identitas meliputi Nama Pasien, Umur, Suku/Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. b) Keluhan utama Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Pada spotting keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu keluar bercak secara terus menerus (Estiwidani, 2008). c) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada. d) Riwayat menstruasi Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur atau tidak, keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai faktor alat kontrasepsi. e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun 16 nifas sebelumnya dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya. f) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang digunakan. g) Riwayat kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi. h) Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersiahan dirinya dan bagaimana pola makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak. (1) Pola nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasien. (2) Pola eliminasi Untuk mengetahui berapa kali BAB dan BAK dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output. (3) Pola istirahat Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan malam. (4) Aktifitas Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari. (5) Personal hygiene Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. (6) Pola Seksual Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan ibu dan bagaimana posisi dalam hubungan seksual. i) Riwayat psikososial Menggunakan pendekatan psikologi kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi 17 kesehatan terhadap gangguan kesehatan. 2) Data Obyektif Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan pemeriksaan laboratorium (Nursalam, 2007). a) Pemeriksaan Umum untuk mengetahui keadaan umum pasien (1) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik, sedang, atau lemas. Pada kasus leukorea keadaan ibu baik. (2) Kesadaran Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai composmentis, apatis, somnollen, sopor, koma, atau delirium. (3) Tanda vital (a) Tekanan darah Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi, tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg (Wiknjosastro, 2006). (b) Pengukuran Suhu Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal 35,60C 37,6°C (Wiknjosastro, 2006). (c) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit. Normalnya 80–90 x/menit (Saifudin, 2006). (d) Respirasi Untuk menghitung frekuensi pernafasan pasien dalam 1 menit, batas normalnya 18-24 x/menit (Saifuddin, 2006). b) Status generalis (1) Rambut Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe atau tidak (Nursalam, 2006) (2) Muka Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan, adakah 18 oedem, adakah cloasma gravidarum (Wiknjosastro, 2006). (3) Mata Conjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih atau pucat (Alimul, 2006). (4) Hidung Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip adakah hidung tersumbat (Perry&Potter, 2006). (5) Telinga Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak , ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak (Nursalam, 2006). (6) Leher Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Farrer, 2006). (7) Payudara Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukuranya simetris (Nursalam, 2006). (8) Abdomen Apakah ada jaringan parut atau bekas operasi.Adakah nyeri tekan dan adanya masa (Wiknjosastro, 2006). (9) Genetalia Vulva: terdapat bercak – bercak darah. Inspekulo: keadaan vagina baik, serviks tidak ada kelainan. c) Pemeriksaan Penunjang Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Perry, 2006). b. Interpretasi Data Data dasar yang sudah dikumpulkan, di interpretasikan sehingga dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007). Dalam merumuskan diagnosa spotting di lihat dari data – data yang di kumpulkan dan hasil pemeriksaan. 19 diagnosa spotting di tegakkan apabila akseptor KB suntik 3 bulan mengalami bercak – bercak secara terus menerus maka ibu harus segera diberikan therapy B6 dan Pil kontrasepsi kombinasi (Sulistyawati, 2012). c. Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul. Berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi (Varney, 2007). diagnosa potensial pada kasus spotting yaitu Menomethroragia (Kumalasari, 2012). d. Tindakan Segera Tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut danmenimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2007). Tindakan segera tidak dilakukan karena tidak muncul masalah potensial di karenakan penanganan yang tepat dan observasi yang baik. Bercak ibu berhenti setelah mengkonsumsi therapy obat B6 dan Pil kombinasi (Sulistyawati, 2012). e. Perencanaan Pada pengkajian Ny. Y rencana tindakan yang dilakukan sesuai dengan asuhan perencanaan yang menyeluruh yaitu dengan mengobservasi pendarahan, mengobservasi keadaan umum, menjelaskan faktor yang menyebabkan pendarahan, memberikan dukungan fisiologis, dan memberikan therapy obat B6 Dan pil kombinasi. (Menurut Varney, 2007) Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan yang komperhensif, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang. 20 f. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang manyeluruh (Varney, 2007). Pelaksanaan pada akseptor dengan spotting yaitu melaksanakan apa yang telah di rencanakan (Sulistyawati, 2012). g. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada dapat di atasi sesuai dengan yang sudah direncanakan dan dilakukan pada kasus ini dari tanggal 05 s.d 25 Maret ibu mengalami perubahan. Keadaan ibu semakin membaik. Hasil evaluasi setelah dilakukan pengobatan selama 20 hari, keadaan ibu sudah baik, sudah tidak ada bercak – bercak darah (Estiwidani, 2008). 2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil dari pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan pada pasien serta respon terhadap semua asuhan yang telah dilakukan (Elisabeth, 2015). Alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah Varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu : a. S (Subjektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. b. O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. c. A (Analisa) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : dan 21 1) Diagnosis atau masalah potensial. a) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien berdasarkan hasil analisa yang diperoleh. b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu. 2) Antisipasi diagnosis atau masalah potensial. 3) Perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter, konsultasi atau kolaborasi serta rujukan sebagi 2, 3 dan 4 Varney. d. P (Penatalaksanaan) Menyusun suatu rencana secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan secara efisien dan aman serta mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney. C. Al-Quran dan Hadist tentang Keluarga Berencana Ayat Al-Quran dan Hadist tentang Program Keluarga Berencana Dalam Islam pelaksanaan Keluarga Berencana ini juga diperbolehkan karena hal-hal berikut : 1. Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 195 : َوالَ ُت ْلقُ ْوا ِبأ َ ْي ِد ْي ُك ْم إِ َلى ال َّت ْهلُ َك ِة “Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan” (Al-Baqarah 195)”. 2. Diperbolehkannya melakukan azl pada masa Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan HR. Bukhari Muslim : ُ ُك َّنا َن ْع ِزل ُ َوا ْلقُ ْرآنُ َي ْن ِزل “Kami dahulu pernah melakukan ‘azl di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Quran turun ketika itu” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi, Program Keluarga Berencana di perbolehkan dalam Islam apabila seseorang ingin memberi jarak kehamilannya karena mengkhawatirkan keturunannnya lemah di masa depan. Lemah dalam hal agama, pendidikan dan ekonomi. Juga diperbolehkan dikhawatirkan mengancam keselamatan jiwa dan kesehatan. karena 22 D. Kewenangan Bidan Kewenangan bidan pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan Spotting sesuai dengan Landasan hukum. Dasar Hukum bidan dalam melakukan praktik terdapat dalam Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Hal yang berkaitan dengan Keluarga Berencana terdapat pada BAB III pasal 9, pasal 12, pasal 13 ayat 1 point a a) Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu; b. Pelayanan kesehatan anak; dan c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. b) Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk: a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dan b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. c) Pasal 13 Ayat 1 Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surat Q.S Qasas ayat 77 Anonim, (2015) Menimbang Kelebihan dan Kekurangan Suntik KB. [internet] tersedia dalam http://www.alodokter.com/menimbang-kelebihan-dan- kekurangan-suntik-KB. [diakses 26 Mei 2016]. Estiwidani. (2008). Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. FHI 360.,ChildFund. (2011) Building on safety, feasibility, and acceptability: the impact and cost of community health worker provision of injectable contraception.[Internet], February. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25276547 [accesed 10 April 2016]. Kementrian Kesehatan RI. (2011) Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Bidan Jenjang Ahli. Jakarta: Pusdiklat Aparatur. Kumalasari, I., Andhyantoro, I. (2012) Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Meilani, N., Setiyawati, N., Estiwidani, D., Sumarah. (2009) Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Citramaya. Mulyani, N.S., Rinawati. (2013) Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Saiffudin, AB., Affandi, B., Baharuddin, M., Soekir, S. (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Soepardan, S. (2006) Konsep Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 36 37 Sukawati, AB. (2014) Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Dalam Tanya Jawab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sulistyawati, A. (2012) Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Putri, D.Y., Nurullita, U. & Pujiati, N. (2012) Gambaran Pola Menstruasi Akseptor Kontrasepsi Suntik 1 bulan dan 3 bulan. [Internet] Available from: http://jurnal.unimus.ac.id [diakses 04 Mei 2016] Wiknjosastro, H. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wildan, M., Hidayat. (2008) Dokumentasi Kebidanan. Surabaya: Salemba Medika.