MATA KULIAH Kesehatan Reproduksi WAKTU DOSEN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes TOPIK Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 1 SUB TOPIK 1. Home less 2. Wanita di pusat rehabilitasi 3. Pekerja seks komersial (PSK) 4. Drug abuse 5. Pendidikan 6. Upah OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA Setelah perkuliahan ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang: 1. Home less 2. Wanita di pusat rehabilitasi 3. Pekerja seks komersial (PSK) 4. Drug abuse 5. Pendidikan 6. Upah REFERENSI 1. Amri, Zarni; Setyawati Budiningsih, dan A Samudra. (2002), Kesehatan Reproduksi, Program Kesehatan Reproduksi. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. hal: 107-119. 2. Burns, August dkk. (2000). Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Yayasan Essensia Medika. Hal:490-500. 3. Wahyunadi, Arif dkk. (2004). Penelitian Partisipatori, Anak yang Dilacurkan di Surakarta dan Indramayu. Jakarta: UNICEF. Hal: 2-6 Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 2 1. HOME LESS Pengertian - Pengungsi adalah sekumpulan orang yang melintasi perbatasan dari suatu negara ke negara lain, karena mereka takut akan keamanan mereka dirumah. - Orang-orang terusir (tanpa tempat tinggal tetap) adalah orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka tetapi tetap berada dalam wilayah negaranya sendiri. Pengungsi dibagi 2 : 1. Pengungsian dalam Orang-orang yang terusir bersifat sementara, ex : korban kerusuhan massal. 2. Pengungsian luar orang-orang yang terusir bersifat menetap, ex : kehilangan rumah, keluarga dan pernah menjadi korban tindakan kekerasan. Melarikan Diri dan kedatangan di tempat tujuan Seorang wanita menghadapi beberapa macam kesulitan - Hidup diantara orang-orang yang tidak menyukainya - Tidak mengetahui kapan bisa kembali lagi ke rumah - Membutuhkan kartu identitas yang baru - Membiasakan diri dengan hubungan keluarga yang baru - Hidup dalam bahaya bila perang belum selesai Kebutuhan pokok 1. Makanan Banyak pengungsian luar dan dalam tidak mempunyai cukup bahan makanan sebelum mereka harus meninggalkan rumahnya atau selama dalam perjalanan. 2. Air dan Bahan Bakar Pengungsian luar dan dalam sering mendapat jatah air dan bahan bakar yang terbatas Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 3 Perlindungan Terhadap Kekerasan Seksual Perkosaan dan kekerasan seksual sering terjadi pada para wanita yang tidak punya tempat tinggal tetap. Kesehatan Reproduksi Pengungsian luar dan dalam sering sulit mendapatkan kesehatan yang baik. Khusunya meliputi : - Perawatan selama hamil dan melahirkan - KB (Keluarga Berencana) - Peralatan pembalut wanita untuk datang bulan. - Informasi dan pengobatan PMS - Petugas kesehatan yang terlatih untuk menemukan kasus gangguan kesehatan yang berat pada wanita. - Lab tambah gizi bagi wanita hamil - Dirawat oleh petugas kesehatan wanita Cara untuk meningkatkan kesehatan wanita 1. Mintalah untuk membuka pelayanan 2. Mintalah dibentuk suatu kelas bagi gadis remaja 3. Usulkan makanan tambahan bagi wanita hamil & menyusui 4. Usulkan agar petugas kesehatan mendapat latihan untuk mampu menangani kebutuhan khusus wanita Kesehatan Jiwa Penyebab gangguan kesehatan jiwa - Kehilangan rumah - Kehilangan dukungan keluarga dan masyarakat - Menjadi korban tindakan kekerasan - lingkungan sangat padat - Kesulitan mengungkapkan rasa duka Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 4 Usaha meningkatkan kesehatan jiwa - kelola suatu kegiatan dimana para wanita bisa berkumpul bersama - Bentuk suatu kelompok pendukung - Bekerja dengan sesama wanita untuk mencari cara bisa mengungkapkan rasa duka masing-masing - Jadilah petugas kesehatan jiwa 2. WANITA DI PUSAT REHABILITASI Rehabilitas Suatu proses atau tindakan memulihkan serta menyehatkan seseorang secara utuh dan menyeluruh dengan program-program tertentu. Resolisasi Suatu proses dimana orang masih terikat dengan rehabilitas format umum sudah mulai membiasakan diri dengan masyarakat luas. Tahapan dalam proses Rehabilitas • Tinggal lebih sering dan lama dilingkungan keluarga • Rencana masa depan yang jelas dengan dukungan keluarga • Kontak awal dengan kelompok-kelompok Perlengkapan Fisik Dalam Proses Rehabilitas • Menyediakan sarana untuk peningkatan minat dan keterampilan • Menyediakan sarana rekreasi • Mengadakan program kegiatan dalam masyarakat Empat Tahap Pola Dasar Tantangan Rehabilitas • Tahap I : Proses transisi awal (1-8 minggu) • Tahap II : Proses rehabilitas intensif (3-18 bulan) • Tahap III : Proses transisi akhir (1-6 bulan) Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya • 5 Tahap IV : Pemeliharan Lanjut (seumur hidup) Masalah Yang Perlu Di tangani di Pusat Rehabilitas • PSK (Pekerja Seks Komersial) • Pengguna Narkoba 3. DRUG ABUSE • Drug Abuse adalah penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan. • Sedangkan narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. • Pemakaian obat-obatan untuk diri sendiri tanpa indikasi dan tidak bertujuan medis Ketergantungan zat Suatu kondisi yang memaksa seseorang menggunakan suatu zat dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan mental atau menghindari diri dari penderitaan fisik,mental. Jenis – jenis Drug abuse Alkohol Opoida Ganja Kokain Halusinogen Inhalansia Ciri – ciri Penyalahgunaan obat Sifat mudah kecewa Perasaan rendah diri Cepat merasa bosan dan merasa tertekan Penyimpangan psikoseksual Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 6 Peminum dan perokok Gejala dini Penyalahgunaan obat ♥ Pola tidur susah ♥ Selera tidur berkurang ♥ Bersikap lebih kasar Bahaya penyalahgunaan obat A. Terhadap Kondisi fisik 1) Akibat zat itu sendiri 2) Akibat bahan campuran/pelarut 3) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril 4) Akibat pertolongan yang keliru 5) Akibat tidak langsung 6) Akibat cara hidup pasien B. Terhadap kehidupan mental emosional C. Terhadap kehidupan sosial Permasalahan kesehatan wanita akibat penyalahgunaan narkoba Menurut NIDA ( Nasional Institute On Drug Abuse ) : 1. Hiv dan Hepatitis 2. Penyakit kelainan hormon 3. Penyakit kanker 4. Penyakit gangguan kehamilan 5. Gangguan psikologis (mental dan prilaku) Upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba • Membentuk perda setempat • Membentuk tim pemberantas narkoba • Meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak nya • Tidak bergaul dengan pengguna atau pengedar serta menjauhi lingkungannya • Partisipasi aktif masyarakat Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya • 7 Melakukan penyuluhan narkoba Langkah – langkah Terapi dan Rehabilitasi Bagi penyalahgunaan Obat • Teknik wawancara • Data perorangan dan riwayat pemakaian obat • Pemeriksaan fisik klinik • Pemeriksaan umum laboratorium Pemantapan / Stabilitasi Pemantapan Keagamaan Pemantapan badaniah/fisik Pemantapan rohani Pemantapan sosial Pemantapan pendidikan Langkah – langkah dalam rangka prevensi penyalahgunaan obat Program informasi Program pendidikan efektif Pengenalan dini dan intervensi dini Program latihan keterampilan psikososial Usaha Jitu terhadap penyalahgunaan obat • Merasa puas terhadap diri mereka sendiri • Memahami dan mengungkapkan perasaan hatinya terhadap orang lain • Mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang menyayanginya • Disiplin • Taat beribadah dan bijaksana Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 8 4. PEKERJA SEKS KOMERSIAL a. Definisi Pekerja seks komersial dahulu dikenal sebagai prostitusi atau pelacuran. Namun oleh kalangan feminis diubah untuk mencoba mengangkat posisi sosial pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah lainnya, dan berlaku tidak hanya bagi perempuan saja tetapi juga laki-laki dan kaum transvertit dan laki-laki homoseks. Transvertit adalah seseorang yang secara anatomis laki-laki, tetapi secara psikologis merasa dan menganggap dirinya seorang perempuan. Ia akan berperilaku dan berpakaian seperti perempuan. a. Istilah prostitusi berasal dari kata prostituare yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundalan dan pencabulan. Sedangkan prostitue dikenal juga dengan istilah Wanita Tuna Susila (WTS) atau Pekerja Sek Komersial (PSK). b. Pekerja Seks Komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. c. PSK kepanjangan dari Pekerja Seks Komersial. PSK dapat disebut juga pelacur, yang berarti penyedia pelayanan seksual dengan imbalan uang. Selain itu, menurut Geoffrey, PSK atau pelacur adalah penjual layanan seksual kepada siapapun juga tanpa melibatkan emosi sama sekali (Amri dkk, 2002). d. Pekerja seks adalah setiap orang yang memperjual belikan seks dengan uang atau dengan bermacam-macam keuntungan (Burns dkk, 2000). e. Pekerja seks adalah seseorang yang bekerja melayani lelaki, seseorang yang dirusak oleh kawan-kawannya, seseorang yang masuk ke dalam pergaulan buruk, yang bebas yang dapat menghasilkan uang sendiri, membiayai diri sendiri, seseorang yang kurang kasih sayang, dapat karena orangtua yang tidak bertanggung jawab, seorang pendosa yang tersasar ke jalan sesat, atau mencari uang dengan cara yang tidak halal (Wahyunadi, 2004). Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 9 AWAL MUNCULNYA PSK Pekerja seks komersial merupakan pekerja yang melakukan pekerjaan sejak masyarakat hadir di dunia ini. Ada indikasi bahwa jenis pekerjaan ini memang diciptakan untuk manusia, terutama oleh kaum laki-laki. Dahulu, PSK yang disebut dengan pelacur. Diceritakan bahwa Solon, penguasa Athena zaman Yunani Kuno, secara resmi menyediakan tempat pelacuran yang diisi dengan budak-budak belian perempuan. Selain itu, pada abad ke sembilan, gadis-gadis dari kasta rendah diminta menjadi devadasi yang bertugas melayani kebutuhan seksual para pendeta di kuil-kuil. Kepada mereka ditanamkan keyakinan bahwa penyerahan diri tersebut sama dengan perbuatan suci. Selain itu, muncul dewa pelindung pelacur dari Mesir kuno yaitu Inana dan jaman Yunanikuno yaitu Astarte dan Aphrodite. Sejak itu, pelacuran berkembang menjadi wanita tuna susila (WTS). Dan pada jaman modern ini, kalangan feminis diperkenalkan dengan istilah PSK dengan tujuan mencoba mengangkat social pelacur menjadi setara dengan orang pencari nafkah lainnya. Di Indonesia sendiri, PSK dilarang oleh Indonesia. Namun, sebagian besar wanita PSK tetap melakukan pekerjaannya karena memerlukan uang untuk membeli makanan, tempat tinggal, dan untuk menghidupi anak-anak dan keluarga, untuk membayar hutang, atau untuk membeli obat-obatan. Sisanya, mereka menjadi pekerja seks karena iseng atau dipaksa kerabat dekat (Burns, 2000). KLASIFIKASI PSK PSK umumnya dibedakan menjadi (Amri dkk, 2002): 1. PSK yang berkerja di lokalisasi pelacuran “formal”. PSK ini bekerja bagaikan industri yang memiliki kantor. Hal itu dikarenakan memiliki tempat untuk transaksi, memiliki “manajer” yaitu para mucikari, memiliki tarif pelayanan standar, memiliki “konsumen” tetap dan ada proses transaksi. Contohnya: kompleks lokalisasi, tempat pijat, klub malam, diskotik, 2. PSK yang bekerja mandiri menawarkan “jasanya” di tempat yang “Informal”. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 10 Merupakan PSK dadakan yang menawarkan jasanya sendiri pada calon pelanggannya. Mereka umumnya tidak memiliki tempat transaksi “formal”, dan tidak memiliki mucikari sebagai manajer mereka. Umumnya mereka muncul di malam hari di tempat-tempat tertentu. Misalnya: wanita yang menjajakan diri di jalanan. Faktor – Faktor Penyebab Berlangsungnya perkembangan perubahan-perubahan yang tidak sama sosial dalam yang sangat kebudayaan, cepat dan mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri mengakibatkan timbulnya ketidakharmonisan, konflik-konflik baik eksternal dan internal. Peristiwa-peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola-pola reaksi yang menyimpang dari pola umum yang berlaku. Dalam hal ini ada pola pelacuran untuk mempertahankan hidup di tengah-tengah hiruk pikuk alam pembangunan, khususnya di Indonesia. Beberapa peristiwa tersebut antara lain: a. Adanya keinginan dan kemauan manusia untuk menyalurkan kebutuha seks khususnya di luar ikatan perkawinan. b. Merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat-saat orang mengenyam kesejahteraan hidup. c. Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini, khususnya mengeksploitir kaum lemah/ wanita untuk tujuan komersiil. Ada bermacam-macam motif seorang wanita terjun dalam praktik pelacuran diantaranya adalah : a. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, ada pertimbangan-pertimbangan ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam usaha mendapatkan status sosial yang lebih baik. b. Keinginan materi yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan ketamakan terhadap pakaian-pakaian yang indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-mewahan namun malas bekerja. c. Anak-anak wanita yang memberontak terhadap otoritas orang tua yang menekankan banyak tabu dan peraturan seks. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 11 d. Oleh bujuk rayu kaum pria dan para calo terutama yang menjanjikan pekerjaan-pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi, namun kenyataannya ia hanya dicebloskan ke dalam rumah bordil. e. Gadis-gadis pelayan toko dan pembantu tumah tangga tunduk dan patuh melayani kebutuhan seks majikan demi mempertahankan pekerjaannya. f. Pekerjaan sebagai pelacur tidak memerlukan keterampilan, mudah dikerjakan asal orang yang bersangkutan memilki kecantikan dan keberanian. g. Anak-anak gadis dan wanita muda yang kecanduan obat-obat terlarang sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan obat-obat tersebut termasuk melakukan pelacuran. Secara langsung maupun tidak langsung, pelacuran atau usaha-usaha prostitusi akan menimbulkan dampak buruk antara lain : penyebarluasan penyakit kelamin dan kulit, merusak sendi-sendi kehidupan keluarga, moral, susila, hukum dan agama, memberikan pengaruh yang tidak bermoral kepada lingkungan khususnya anak-anak muda dan remaja maupun orang dewasa, berhubungan dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan narkotika. Dampak Prostitusi Prostitusi berimplikasi sangat negative terhadap kesehatan reproduksi wanita. Prostitusi adalah mata rantai dari penyebaran penyakit menular seksual dan HIV/AIDS. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang cara penularannya melalui hubungan seksual. Macam-macam dari penyakit menular seksual adalah gonorea, sifilis, trikomoniasis pada wanita, herpes simplex. Infeksi gonorea pada wanita apabila sudah menyebar ke bagian atas menuju saluran telur, indung telur dan sekitarnya dapat menimbulkan penyakit radang panggul. Apabila penyakit radang panggul ini tidak dapat diobati secara sempurna akan menjadi penyakit radang panggul yang menahun, diikuti pembentukan jaringan ikat sekitarnya yang menimbulkan perlekatan sehingga saluran telur (tuba falopii), indung telur, rahim, dan sekitarnya menjadi satu. Dalam situasi demikian fungsi saluran yang sangat penting itu, tidak akan sempurna menyebabkan wanita Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya mengalami kemandulan. Kadang-kadang terjadi kehamilan, tetapi 12 dalam perjalanannya menuju rahim mengalami kemacetan (tersangkut), sehingga tumbuhkembang terjadi di saluran indung telur dan menyebabkan kehamilan ektopik (diluar kandungan). Kehamilan ektopik tidak akan dapat berkembang sampai cukup bulan karena akan pecah dan menimbulkan perdarahan di dalam rongga perut yang memerlukan tindakan operasi darurat. Selain penyakit menular seksual yang telah disebutkan diatas, HIV/AIDS adalah penyakit menular seksual yang paling berbahaya karena virus penyakit ini melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai bakteri, jamur, protozoa, dan virus lainnya, sehingga dapat menimbulkan berbagai manisfestasi klinik yang kompleks. Disamping itu penyakit ini masih belum dapat ditemukan pengobatannya sehingga berakhir dengan kematian yang mengenaskan. Selain berakibat pada penularan penyakit menular seksual, prostitusi juga dapat mengakiabatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini akan memacu terjadinya tindakan aborsi yang tidak tidak aman, yang akan menyebabkan terjadinya infeksi yang pada akhirnya akan berujung pada kematian. Dari uraian diatas jelaslah bahwa yang banyak dirugikan dengan adanya praktek prostitusi adalah wanita. Tetapi sayangnya para wanita yang terjun dalam dunia prostitusi tidak menyadari hal itu semua, kerana kurangnya pengetahuan mereka. b. Aspek Hukum dan perundang-undangan Di pasal 434 KUHP yang digagas oleh Menteri Kehakiman dan HAM ”Bahwa setiap orang yang bergelandangan, berkeliaran di jalan, di tempat-tempat umum, dengan tujuan melacurkan diri akan dipidana denda”. Sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang digagas oleh Menteri Kehakiman dan HAM prostitusi sekarang ini juga dikriminalkan. Dalam KUHP lama dijelaskan, hanya orang-orang yang menyediakan atau memudahkan perbuatan cabul yang dihukum. Tetapi dalam rancangan sekarang ada pasal baru tentang prostitusi yang tidak hanya gender bias tapi juga class bias. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 13 Karena yang kita tahu bergelandangan hanya orang kelas bawah. Dan lebih dari itu, konotasi melacurkan diri selalu mengena pada perempuan. Padahal, kalau menurut tata bahasa Indonesia yang baik, yang disebut pelacur adalah lelakinya. Dan di sini tidak ada kriminalisasi bagi para pelanggan atau user mereka. Ini kenapa saya menyebut adanya gender bias dan diskriminasi. Menarik untuk melihat bagaimana pemda mencoba ”membersihkan” wilayah otoritas mereka dari kegiatan prostitusi. Analisis dilakukan pada Perda Kabupaten Lahat Nomor 3 Tahun 2002, Perda Kota Bandar Lampung No 5/2002, Perda Kota Tangerang No 8/2005, Perda Kabupaten Indramayu No 7/ 1999, Perda Kabupaten Cilacap No 21/2003, Perda Kota Kupang No 39/1999, Perda Kota Palembang No 2/2004, dan Perda Kota Bengkulu No 24/2000. Kurungan atau denda materi menjadi cara mengerem kegiatan prostitusi. Fakta membuktikan hal itu mustahil. Salah satu contoh menarik adalah Perda Kabupaten Cilacap No 13/1989, kemudian diperbarui dengan Perda No 21/2003, yang melarang praktik prostitusi. Setelah perda itu lahir, jumlah pekerja seks komersial di wilayah tersebut malah bertambah (Wawasan, 6 April 2008). DAMPAK YANG DIRASAKAN PSK 1. Risiko lebih tinggi terkena penularan infeksi Penyakit Menular Seksual dan HIV/ AIDS. 2. Dapat menyebabkan kehamilan. 3. Dapat berpotensi terjadinya kekerasan terhadap wanita. 4. Dapat menyebabkan kemandulan 5. Dapat menyebabkan penyakit ganas seperti kanker serviks. Risiko akan lebih besar lagi pada wanita usia muda, karena alat genitalia belum matang sehingga mudah rusak dan luka. 6. Dapat terjadi gangguan psikologis/ psikis pada beberapa pekerja seks 7. Dapat menyebabkan kehilangan masa depan UPAYA PENANGGULANGAN PSK OLEH TENAGA KESEHATAN, DAN PEMERINTAH Upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan: Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 14 1. Anjurkan PSK untuk memeriksakan PMS secara berkala. Jika PSK memiliki gejala-gejala PMS, maka tindakan yang dilakukan yaitu: Melakukan diagnosa dengan tepat Melakukan pengobatan sesuai dengan keluhan dan hasil pemeriksaan Melakukan therapi dengan tepat Melakukan rujukan jika perlu Konseling Ajarkan pemakaian kondom dan anjurkan untuk menggunakannya 2. Anjurkan PSK untuk melakukan pemeriksaan HIV di pusat pelayanan terpadu. 3. Anjurkan pasangan PSK memakai kondom untuk menghindari penyebaran penyakit menular dan mengajarkan cara pemasangannya yang benar 4. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai bahaya yang dimiliki oleh PSK. 5. Memberikan pengobatan secara dini pada PSK yang telah dinyatakan positif terkena PMS 6. Memberikan dukungan psikologis pada PSK bahwa masih terdapat bayak pekerjaan layak yang akan melindungi mereka dari risiko PSK. Sedangkan upaya penangulangan PSK oleh pemerintah: 1. Perlu dibangun atau ditingkatkan lagi pengadaan paramedis atau tenaga kesehatan di tempat-tempat yang banyak terdapat PSK terutama tempat lokalisasi. 2. Meningkatkan promosi kesehatan terutama mengenai kesehatan wanita yang perlu terus dijaga dan dipantau apalagi bagi para pekerja seks. 3. Membuka atau memanfaatkan lapangan kerja baru sehingga para wanita dapat bekerja dengan lebih layak tanpa menjadi PSK. 4. Didirikan dana kredit. 5. Meningkatkan/ mengadakan acara kerohanian baik langsung atau tidak langsung bagi para PSK atau orang-orangyang rawan dengan PSK. 6. Meminta masyarakat sekitar lingkungan PSK untuk membuat kontrol dan penegasan atas dampak PSK bagi mereka. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 15 PORNOGRAFI PENGERTIAN DAN BATASAN PORNOGRAFI Pornografi berasal dari bahasa yunani: pornographia yang secara harfiah adalah tulisan tentang atau gambaran tentang pelacur. Pornografi sendiri adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual. Pornografi dapat menggunakan berbagai media (lisan/ tulisan) seperti foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara (www.wikipediaindonesia.com. 2007). AWAL MUNCULNYA PORNOGRAFI Pornografi dunia memiliki sejarah panjang. Di dunia, pornografi ditemukan sejak + 7200 tahun yang lalu. Karya seni yang secara seksual bersifat sugestif dan eksplisit sama tuanya dengan karya seni yang menampilkan gambar-gambar yang lainnya. Foto-foto eksplisit muncul tidak lama setelah ditemukannya karya fotografi. Karya-karya film yang paling tuapun sudah menampilkan gambar-gambar telanjang maupun gambar lainnya yang secara seksual bersifat eksplisit. Hal ini karena dapat menimbulkan ketertarikan bagi manusia sebagai kebutuhan sejak dahulu kala. Gambar 1 Lukisan dinding erotik Yunani kuno di Pompei Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 16 Di Indonesia, meski sejak dahulu pornografi secara resmi dilarang. Namun kemunculan film Resia Boroboedoer tahun 1929 di Jakarta yang berbau vulgar, mencetuskan film tersebut sebagai film pertama berbau pornografi KLASIFIKASI PORNOGRAFI Pornografi dibedakan menjadi: 1. Pornografi ringan Umumnya merujuk kepada bahan-bahan yang menampilkan ketelanjangan, adegan-adegan yang secara sugestif bersifat seksual, atau menirukan adegan seks. 2. Pornografi berat Umumnya merujuk pada hal-hal yang mengandung gambar-gambar alat kelamin dalam keadaan terangsang dan kegiatan seksual termasuk penetrasi. DAMPAK PENYEBARAN PORNOGRAFI Umumnya, dampak/ efek pornografi akan memberi pengaruh buruk terutama bagi image wanita. Meskipun sesungguhnya perilaku pornografi itu adalah pria dan wanita, namun wanita lebih mencolok. Image wanita akan dianggap rendahan (wanita jauh di bawah pria) dan murahan (dapat dibayar dengan apapun/ pasrah pada nasib). Wanita juga dapat disebut sebagai lambang seks, karena wanita lebih banyak dianggap erotis daripada pria. UPAYA PENANGGULANGAN PORNOGRAFI OLEH KESEHATAN DAN PEMERINTAH Upaya penanggulangan pornografi oleh petugas kesehatan diantaranya: 1. Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien terutama wanita mengenai bahaya pornografi bagi bangsa Indonesia terutama bagi generasi muda Upaya penanggulangan pornografi oleh pemerintah diantaranya: 1. Memberikan peraturan atau hukum yang tegas bagi penyebar media grafis yang berbau pornografi. Misalnya dengan mensyahkan UUD Anti pornografi dan pornoaksi. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 17 2. Mengevaluasi ulang tayangan grafis yang beredar di masyarakat saat ini. Mana yang layak untuk dikonsumsi dan mana yang dikatakan pornografi. KESIMPULAN 1. Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menyediakan pelayanan seksual dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya. 2. Munculnya PSK adalah karena memerlukan uang untuk membeli makanan, tempat tinggal, dan untuk menghidupi anak-anak dan keluarga, untuk membayar hutang, atau untuk membeli obat-obatan. Sisanya, mereka menjadi pekerja seks karena iseng atau dipaksa kerabat dekat. 3. PSK dibedakan menjadi PSK yang ada di lokalisasi dan PSK yang bekerja sendiri secara ”informal”. 4. Dampak yang dirasakan PSK adalah cenderung mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan, penyakit ganas, gangguan psikologis ataupun kehilangan masa depan. 5. Upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan : Anjurkan PSK memeriksakan PMS secara berkala dan melakukan HIV test dan pemakaian kondom, memberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya yang dimiliki oleh PSK, memberikan pengobatan secara dini pada PSK dan memberikan dukungan psikologis. Sedangkan upaya penanggulangan PSK oleh pemerintah: Perlu dibangun/ ditingkatkan pengadaantenaga kesehatan di tempat lokalisasi PSK, meningkatkan promosi kesehatan, membuka/ memanfaatkan lapangan kerja baru bagi PSK, didirikan dana kredit, meningkatkan/ mengadakan acara kerohanian, dan Meminta masyarakat sekitar lingkungan PSK untuk membuat kontrol dan penegasan atas dampak PSK bagi mereka. 6. Pengertian pornografi adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual. 7. Awal munculnya pornografi yaitu sejak ditemukannya karya seni bersifat erotik sejak + 7200 tahun yang lalu. sedangkan di Indonesia, film pertama berbau pornografi kemunculan film Resia Boroboedoer tahun 1929 di Jakarta. 8. Pornografi dibedakan menjadi pornografi berat (bahan-bahan yang bersifat ketelanjangan, adegan bersifat seksual, atau menirukan adegan seks) dan Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 18 pornografi ringan (gambar-gambar alat kelamin dalam keadaan terangsang, atau kegiatan seksual termasuk penetrasi). 9. Dampak penyebaran pornografi diantaranya menyebabkan anak kecil di bawah umur telah mengenal dunia seks secara vulgar dalam grafis sebelum masanya, pergaulan bebas, moral bangsa menjadi turun. 10. Upaya penanggulangan pornografi oleh petugas kesehatan: pendidikan kesehatan kepada klien tentang bahaya pornografi. Sedangkan upaya penanggulangan pornografi oleh pemerintah misalnya memberikan peraturan tegas bagi penyebar media grafis berbau pornografi/ mengevaluasi ulang tayangan grafis yang beredar di masyarakat saat ini. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 19 EVALUASI 1. Pekerja seks komersial adalah: a. Seseorang yang menawarkan para perempuan untuk menjadi istri dengan memakai bayaran b. Seseorang yang menyediakan pelayanan seksual dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan imbalan uang atau hal lainnya. c. Para pekerja yang legal di mata Negara menjajakan dagangannya kepada masyarakat luas d. Seorang wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan keuntungan yang sebesar-besarnya Jawab B 2. Yang tidak termasuk Pekerja Seks Komersial yang berada di lokalisasi ‘resmi’: a. Memiliki “manajer” yaitu para mucikari b. Bekerja dadakan di pinggiran jalan remang-remang c. Memiliki tarif pelayanan standar d. Memiliki “konsumen” tetap Jawab B 3. Awal keberadaan PSK di Yunani Kuno adalah a. Penguasa Athena bernama Solon yang secara resmi menyediakan tepat pelacuran yang diisi dengan budak-budak belian perempuan. b. Munculnya gadis-gadis kasta terendah yang bertugas melayani kebutuhan seksual pendeta di kuil-kuil c. Munculnya anggapan masyarakat bahwa kehadiran pelacur akan dilindungi oleh Dewa Isthar d. Munculnya feodalisme Jawab A 4. Dampak yang dirasakan PSK adalah: a. Mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan, penyakit ganas, gangguan psikologis ataupun kehilangan masa depan. Kesehatan Reproduksi Permasalahan Kesehatan Wanita dalam Dimensi Sosial dan Upaya Mengatasinya 20 b. Mendapat PMS, HIV/ AIDS, kehamilan, kekerasan, kemandulan, penyakit, dan gangguan emosi c. Mendapat kesuburan yang tinggi, gairah seks yang menurun dan emosi menjadi labil d. Mendapat PMS, kemandulan, dan memiliki daya imunitas yang cukup Jawab D 5. Yang bukan merupakan upaya penanggulangan PSK oleh tenaga kesehatan: a. Memberikan penyuluhan mengenai HIV/ AIDS b. Memberi informasi tentang penggunaan kondom c. Memberikan dana kredit d. Memberi dukungan psikologis bagi para PSK Jawab C Kesehatan Reproduksi