Skema Karbon Nusantara (SKN) Doddy S. Sukadri dan Debi Natalia Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Disampaikan dalam rangka Dialog Prospek Perdagangan Karbon dari Mekanisme REDD+ Bogor, 7 Maret 2013 Stuktur Pasar Karbon Global Dasar Pemikiran EU ETS tidak menerima kredit CDM pasca 2012 kecuali dari LDCs ketidakpastian permintaan minat mitigasi menurun Potensi mitigasi Indonesia belum seluruhnya diakomodir pasar karbon, khususnya dari kehutanan dan kegiatan mitigasi mikro lainnya Komitmen penurunan emisi belum secara gamblang melibatkan swasta perlu mekanisme untuk mengoptimalkan peran swasta nasional dalam penurunan emisi dalam setiap rantai supply ISU YANG SALING TERKAIT!! Penurunan emisi menghemat sumber daya meningkatkan efisiensi dan daya saing pembangunan berkelanjutan Perkembangan Pasar Karbon di Indonesia • Total 212 proyek CDM yang sudah mendapatkan LoA, 123 proyek termasuk 6 PoA (Program of Activities) diantaranya telah terdaftar dalam Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM/Clean Development Mechanism) – UNFCCC; 27 proyek diantaranya telah menerima sertifikasi penurunan emisi setara 7,450,750 juta ton CO2. • 9 proyek dalam program karbon sukarela internasional, diantaranya proyek REDD+ di Kalimantan Tengah. • Sedang dikembangkan skema sertifikasi penurunan gas rumah kaca secara domestik untuk menunjang pengembangan pasar karbon domestik, Skema Karbon Nusantara. • Perundingan intensif dengan Jepang mengenai perdagangan karbon secara bilateral tengah dilakukan dalam kerangka Joint Crediting Mechanism. Total sudah 57 studi kelayakan yang sudah dilakukan di Indonesia dengan perkiraan total investasi 5 milliar USD. • Indonesia terlibat dalam program Partnership for Market Readiness yang diorganisir Bank Dunia. Skema Karbon Nusantara Skema Karbon (SKN) adalah: • Mekanisme sertifikasi dan registrasi karbon yang pertama di Indonesia yang disusun sebagai aturan main dan penjaminan bahwa kredit karbon yang dihasilkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca; • Mekanisme yang bersifat sukarela (voluntary): tidak ada kewajiban bagi siapapun untuk mengikutinya. Bila kredit CDM dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban penurunan emisi dalam Protokol Kyoto maka kredit SKN tidak terkait dengan kebijakan pengurangan/pembatasan emisi GRK apapun. Tujuan • Sebagai alternatif pembiayaan berbasis pasar untuk kegiatan mitigasi domestik. • Sebagai katalis untuk pasar karbon atau pasar jenis lainnya. • Untuk menjaga momentum pengembangan pasar karbon di Indonesia. • Untuk menjaga agar integritas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dilakukan dalam kerangka mitigasi GRK. • Meningkatkan kapasitas nasional dalam perhitungan emisi GRK. GRK • Bisa menjadi insentif finansial, terutama untuk pengembang kecil dan berbasis masyarakat. Skema Karbon Nusantara akan memastikan agar pengurangan emisi yang terjadi akan tetap menjaga integritas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dengan melalui skema sertifikasi untuk pengurangan emisi Mengapa SKN dikembangkan? • Pasar karbon internasional, i.e. CDM, yang melemah mengurangi tingkat insentif bagi pengembang proyek mitigasi perubahan iklim sehingga niat investasi menurun. • Perlu dorongan baru agar momentum mitigasi perubahan iklim tetap terjaga. • Potensi mitigasi Indonesia, khususnya yg berskala kecil dan berbasis masyarakat, belum terakomodir oleh pasar karbon internasional. • Menunjukkan mitigasi perubahan iklim sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Apakah keluarannya? • Kredit karbon yang bernama Unit Karbon Nusantara (UKN). • Satu UKN adalah setara penurunan 1 ton emisi gas karbondioksida. • UKN yang dihasilkan akan dicatat dalam basis data registry SKN dan dapat digunakan untuk menggantikan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan (carbon offset) oleh si pemilik UKN. • Kepemilikan UKN dapat dipindah-tangankan antara sesama pengguna registry. Skema Karbon Nusantara akan menjadi mekanisme penyedia Carbon Offset pertama buatan Indonesia !! Carbon Offset is … • A unit of carbon dioxide-equivalent (CO2e) that is reduced, avoided, or sequestered to compensate for emissions occurring elsewhere (The World Resources Institute) • A compensatory measure made by an individual or company for carbon emissions, usually through sponsoring activities or projects which increase carbon dioxide absorption, such as tree planting (The Collins English Dictionary) • A monetary investment in a project or activity elsewhere that abates greenhouse gas (GHG) emissions or sequesters carbon from the atmosphere that is used to compensate for GHG emissions from your own activities. Offsets can be bought by a business or individual in the voluntary market (or within a trading scheme), a carbon offset usually represents one tonne of CO2-e (The Environment Protection Authority of Victoria) • A credit for negating or diminishing the impact of emitting a ton of carbon dioxide by paying someone else to absorb or avoid the release of a ton of CO2 elsewhere (The Stockholm Environment Institute) Peluang perdagangan karbon Apakah kegunaan mengikuti SKN? • Kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca yang telah dilakukan akan mendapatkan pengakuan dan jaminan bahwa kegiatan tersebut telah berhasil menurunkan emisi gas rumah dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. • UKN yang telah diterbitkan akan menjadi bukti keberhasilan kegiatan secara terukur. • UKN yang didapat juga dapat diperjualbelikan sebagai pendapatan bagi kegiatan tersebut. Apa saja syarat dan ketentuan Untuk mengikuti SKN? • Secara umum, kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca tersebut harus dapat menurunkan emisi gas rumah kaca secara nyata, permanen dan terukur serta berkontribusi pada pembangunan Indonesia yang berkelanjutan (sustainable development). • Rincian syarat dan ketentuan dapat di-unduh di laman website http://skn.dnpi.go.id. Nilai-Nilai Dasar 1. 2. 3. 4. 5. Bahasa utama yang digunakan dalam SKN adalah Bahasa Indonesia. Penurunan emisi harus nyata, bersifat tetap (permanen), dapat diukur, dimonitor dan dilaporkan. Kegiatan penurunan emisi dalam SKN harus bersifat additional terhadap praktek business-as-usual. Penurunan emisi yang dihasilkan dalam SKN tidak dapat didaftarkan sebagai kredit karbon dalam standar yang lain. SKN akan mengoperasikan sistem pencatatan (registry) untuk mencatat penerbitan dan kepemilikan Unit Karbon Nusantara dan memastikan kredit karbon yang dihasilkan dalam skema ini tidak dihitung berganda (double counted) sebagai penurunan emisi dalam standar lain. Kegiatan penurunan emisi dalam SKN harus berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan Indonesia. Ketentuan Umum 1. Proyek berlokasi di wilayah Republik Indonesia. 2. Cakupan gas Kyoto (CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6). 3. Lingkup Sektoral: a. Pemanfaatan energi terbarukan, seperti panas bumi, tenaga surya, biomassa, tenaga air, dan lain-lain; b. Upaya penghematan dan peningkatan efisiensi pemakaian energi; c. Peningkatan efisiensi maupun modifikasi proses industri; d. Pengelolaan limbah industri dan rumah tangga secara berkelanjutan; e. Upaya penanaman hutan dan penghutanan kembali; f. Pengurangan emisi GRK dari deforestasi dan degradasi hutan (reducing emissions from deforestation and forest degradation); dan g. Pengelolaan pertanian secara berkelanjutan. Ketentuan Umum (lanj.) 4. Tanggal mulai proyek sesudah 1 Oktober 2009. 5. Periode kredit dalam SKN adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperbarui tiga kali, kecuali kehutanan /LULUCF (akan ditentukan kemudian). 6. Skenario dasar (baseline) ditentukan oleh pengusul proyek berdasarkan metodologi yang sesuai atau dengan menggunakan nilai-nilai yang telah ditetapkan oleh Komite SKN, bila tersedia. 7. Penurunan emisi GRK akibat kegiatan proyek dihitung sebagai [emisi GRK tanpa adanya proyek] dikurangi [emisi GRK dengan adanya proyek]. Penghilangan emisi GRK dalam proyek-proyek kehutanan yang meningkatkan rosot karbon dihitung sebagai [emisi GRK yang diserap dengan adanya proyek] dikurangi [emisi GRK yang diserap tanpa adanya proyek]. 8. Proyek harus dapat dibuktikan berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan Indonesia. Tata cara dan panduan pembuktian akan diperinci dalam Panduan Pembangunan Berkelanjutan. Ketentuan Umum (lanj.) 9. Secara garis besar, untuk dikategorikan sebagai additional maka proyek haruslah memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut: A. Proyek memiliki hambatan pelaksanaan yang dapat diatasi, seluruh atau sebagian, oleh pendapatan dari penjualan UKN. Hambatanhambatan tersebut berupa: i. Hambatan keuangan. ii. Hambatan kelembagaan. Proyek mengalami hambatan dari faktor non-ekonomi yang mengancam keberlanjutan proyek, misalnya dari aspek manajemen, sumber daya manusia, sosial budaya, dan lain-lainnya B. Kegiatan proyek termasuk di dalam daftar jenis kegiatan yang dikecualikan dari pembuktian additionality. Daftar tersebut ditetapkan oleh Komite SKN dan dapat diperbarui sesuai dengan kebutuhan, baik berdasarkan asesmen sendiri ataupun usulan dari pemangku kepentingan. Bagaimana proses sertifikasi dalam SKN? • Mengacu pada SNI ISO 14064-2 (tentang sertifikasi GRK) • Alir proses seperti CDM, dengan validasi/verifikasi oleh pihak ketiga sesuai SNI ISO 14064-2 dan 14065 Metodologi SKN • Sesuai Nilai-nilai Dasar SKN, dapat dipertanggungjawabkan secara sains, akurat dalam tingkat yang wajar serta dapat diterapkan dengan baik untuk kondisi dan kapasitas Indonesia. • Secara jelas mendefinisikan: • Lingkup berlaku (applicability) metodologi • Batasan proyek • Cara penghitungan emisi baseline dan emisi proyek • Cara pemantauan dan pelaporan emisi proyek • Dapat mengadopsi dari standar lain, misalnya CDM, dan dari usulan pemangku kepentingan. Kontribusi pada Pembangunan Berkelanjutan • Pembuktian kontribusi terhadap pembangunan dalam 3 (tiga) kategori /indikator. • Pengusul proyek dapat mengusulkan indikator tambahan. Kategori / Indikator Fungsi ekologis lokal Kuantitas dan kualitas sumber daya alam Lingkungan Keanekaragaman hayati Kesehatan dan keselamatan Pendapatan masyarakat Ekonomi Lapangan kerja Akses pada jasa dan pelayanan umum Integritas sosial Sosial Relokasi tempat tinggal/usaha Penghormatan budaya Alur Penilaian Pembangunan Berkelanjutan Dalam SKN, kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan harus dipantau dan di-verifikasi ! Perkembangan SKN Terkini • Website sudah beroperasi (http:/skn.dnpi.go.id) dan registry dalam proses penyempurnaan. • Saat ini sudah tersedia draft dokumen Persyaratan dan Ketentuan serta Panduan Pembangunan Berkelanjutan yang dapat dikomentari publik. • Beberapa metodologi sedang disusun (FGD-2 pada tanggal 5 Februari 2013). • Sudah ada calon pilot project (rehabilitasi mangrove) dan beberapa calon buyer. • Operasional penuh dapat segera dilakukan setelah kelembagaan SKN terbentuk (target mid 2013). Informasi Tentang SKN Check this out: skn.dnpi.go.id Rencana kelembagaan SKN • Komite SKN bertugas sebagai pengambil keputusan tertinggi dan dapat dibantu oleh suatu Komite Penasehat bilamana diperlukan • Komite Penasehat dan Komite SKN terdiri dari perwakilan pemangku kepentingan. • Sekretariat bertugas melaksanakan operasional SKN. Komite Penasehat Komite Sekretariat Unit Khusus Registry Knowledge Management Catatan Penutup • SKN memungkinkan sertifikasi proyek REDD+, oleh karena itu dapat menjadi sarana belajar pengelolaan project-based REDD+ (bagi stakeholder) dan potensi pendapatan tambahan bagi pengelola hutan. • Kriteria, prosedur dan metodologi yang terkait REDD+ belum dipunyai SKN. Panduan tentang penilaian non-permanence sedang dibuat dengan bantuan IGES. • Ada indikasi ketertarikan swasta Indonesia untuk membeli kredit karbon hutan Indonesia cukup besar. Namun demikian, sinergi kebijakan/program antar sektor dapat memperbesar potensi permintaan tsb. (mis. harmonisasi kebijakan Kemhut – KLH – ESDM terkait rehabilitasi lahan eks tambang, dsb.) Terimakasih