bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permasalahan
mengenai
pemanasan
global
termasuk
salah
satu
permasalahan yang hangat dibicarakan belakangan ini oleh hampir seluruh negara
di dunia termasuk Indonesia. PBB semakin gencar berjuang untuk mengatasi
pemasanasan global ini, berusaha untuk menanggulanginya serta berusaha untuk
mencegah berkembangnya pemanasan global ini. Pemanasan global atau global
warming yang terjadi saat ini pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan
suhu global karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh
meningkatnya emisi gas seperti karbondioksida (CO 2 ) sehingga energi matahari
terperangkap dalam atmosfer bumi.
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan atau bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan
bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18°C selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate (IPCC) pada tahun 2007 menyimpulkan
bahwa, sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gasgas rumah kaca, akibat aktivitas manusia.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang
dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara, hal tersebut
disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO 2 dan
chlorofluorocarbon, terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan
oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta
pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi
metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian.Chlorofluorocarbon CFCs
merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan
global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida,
chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi
2
di udara dan menyaring banyak panas dari matahari.Sementara lautan dan vegetasi
menangkap banyak CO 2 , kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang
berlebihan akibat emisi.Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas
rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat
pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara
spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari
energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan
yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya
hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan
bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan
energi nuklir. Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh
pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim
mikro lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
Perubahan tata guna lahan dan perubahan penutupan lahan melalui konversi
hutan dan semakin banyaknya industri-industri berat membuat lingkungan iklim
global mengalami kerusakan dan pencemaran udara yang berdampak besar pada
perubahan iklim global. Kerusakan lingkungan dan pencemaran udara oleh gasgas emisi seperti CO 2 , NO 2 dan CH4 di atmosfer yang merupakan gas buangan
industri dan yang berasal dari deforestrasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pemanasan global (Murdiyarso 2003).
Saat ini, kondisi hutan alam tropis di Indonesia sangat mengkhawatirkan
yang disebabkan oleh adanya laju kerusakan yang tinggi. Pada kurun waktu 1980–
1990 laju kerusakan hutan mencapai 1,7 ha per tahun yang kemudian meningkat
menjadi 2 juta hektar per tahun setelah tahun 1996 (FWI/GFW 2002). Hal ini
membawa konsekuensi akan perlunya upaya rehabilitasi hutan. Selain itu
diperlukan paragdigma dalam pengelolaan hutan yang tidak hanya berorientasi
3
pada kayu sebagai produk utama melainkan juga produk-produk non kayu seperti
potensi simpanan karbon.
Namun, jika dilihat keadaan dari bumi saat ini pemanasan global itu
bukannya
semakin
menurun,
tetapi
semakin
bertambah
efek
dan
dampaknya.Banyak sekali dampak-dampak negatif yang terjadi akibat adanya
pemanasan global, misalkan saja peningkatan suhu dunia yang semakin tidak
bersahabat, kehidupan beruang kutub dan penguin semakin terancam akibat
semakin mencairnya permukaan es di kutub, karena lubang ozon semakin
membesar. Akibatnya permukaan air laut semakin meninggi dan mengakibatkan
banjir di kota-kota pelabuhan contoh nyatanya adalah Jakarta.
Sumberdaya hutan Indonesia memiliki potensi tinggi dalam hal
keanekaragaman hayati dan potensi dalam penyerapan karbon (Suhendang 2002).
Suhendang (2002) memperkirakan bahwa dalam kurun waktu 1990–1994 hutan
Indonesia yang luasnya sekitar 120,4 juta hektar mampu menyerap dan
menyimpan karbon sekitar 15,05 milyar ton karbon. Data lain menunjukkan
bahwa dalam kurun waktu 1990-1994 mampu menyerap emisi karbon 74%
(Suryadi 2004). Besarnya potensi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon
tersebut, memberikan peluang besar kepada Indonesia untuk terlibat dalam
mekanisme perdagangan karbon yang digagas dunia internasional sejak disetujui
Kyoto Protocol pada tahun 1997.
Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi peningkatan gas CO 2
adalah dengan mempertahankan keberadaan hutan dan menjaga keseimbangan
ekosistem hutan. Hal ini dilakukan karena hutan mampu menyimpan karbon
dalam jumlah yang cukup banyak. Murray et al. (2000) dalam Tiryana (2005)
mengemukakan bahwa ekosistem hutan dapat menyerap gas rumah kaca dengan
cara mentransformasi CO 2 dari udara menjadi simpanan karbon yang tersimpan
dalam pohon, tumbuhan bawah maupun pohon.
4
1.2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karbon tersimpan pada beberapa
penutupan lahan di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat yang didasarkan pada
karakteristik fisik lahannya.
1.3
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah dapat memberikan informasi dan
data mengenai kondisi lingkungan dan potensi karbon yang dihasilkan di beberapa
macam tutupan lahan Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat.
Download