Minggu ke 7 Definisi lingkungan hidup Adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia) Lingkungan hidup baik faktor biotik maupun abiotik berpengaruh dan dipengaruhi manusia Daya dukung lingkungan Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungannya adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya Jenis Krisis Lingkungan kaitannya dengan SDA Contoh krisis Lingkungan: emisi gas rumah kaca, deforestrasi, perikanan, kualitas air. Menurut survey Environmental Performance Index (EPI) 2010, Indonesia berada di peringkat 74 dari 149 negara yang berwawasan lingkungan , sedangkan Malaysia menempati peringkat 25, jauh di atas Indonesia. http://www.epi.yale.edu/epi2012/methodology EPI indicators Hasil penelitian Universitas Adelaide terbarunya soal lingkungan. Empat negara, yakni Brazil, Amerika Serikat, China, dan Indonesia dinyatakan sebagai negara paling berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan di muka Bumi. Ada tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur degradasi lingkungan, yakni penggundulan hutan, pemakaian pupuk kimia, polusi air, emisi karbon, penangkapan ikan, dan ancaman spesies tumbuhan dan hewan, serta peralihan lahan hijau menjadi lahan komersial -- seperti mal atau pusat perdagangan, dan juga perkebunan. Krisis lingkungan yang kini mencengkeram Bumi adalah akibat konsumsi berlebihan manusia atas sumber daya alam (Univ Adelaide, 2010) Mengapa lingkungan berubah? Perubahan lingkungan yang terjadi karena seluruh hubungan antara manusia dan bumi telah dirubah. Semua perubahan tersebut telah melampaui daya dukung lingkungan yang sangat penting dalam menentukan mutu lingkungan (Sugandhy dan Hakim, 2009). Akibatnya dapat berupa pencemaran lingkungan baik di darat, laut maupun di atmosfer. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu fenomena krisis lingkungan yang terjadi. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Masalah lingkungan selalu berhubungan dengan ekonomi, politik, sosial, dan pengelolaan sumber daya alam Sekitar 70 persen kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh operasi pertambangan. 775 ton polutan mencemari air di Indonesia. Indonesia tercatat sebagai negara urutan nomor 6 dalam hal pencemaran air ini. Dari 306 PDAM di Indonesia, hanya 10% yang airnya dinyatakan sehat. Terumbu karang sebagai “rumahnya” ikan dan hewan laut lainnya diperkirakan 93.8% rusak karena limbah atau cara menangkap ikan yg tidak bener (pake bom, mis.nya) Kerusakan Lingkungan fisik Lahan kritis 1. Tekanan dan pertambahan penduduk, 2. Luas areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah, 3. Pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan illegal, 4. Pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali, 5. Ekploitasi bahan tambang tanah galian yang tidak dapat direklamasi Kondisi sungai yang keruh terjadi akibat adanya aktivitas pertambangan Hilangnya habitat, berkurangnya keaneragaman hayati Pencemaran air, udara dan tanah Tahun 2005, Kalimantan sudah kehilangan sekitar 50% hijaunya dan pada 2020 warna hijau tinggal tersisa 25%. 1 skripsi = 400 lembar kertas, jika di Indonesia setiap tahun ada 4,5 juta mahasiswa = 3,6 juta rim kertas HVS satu batang pohon pinus penghasil kertas berusia 5 tahun dengan diameter 30 cm dan tinggi 18 m menghasilkan 168 rim kertas HVS A-4 dengan berat kertas 70 gram. Maka, tiap tahun mahasiswa Indonesia memakai 21.428 batang pohon pinus untuk kebutuhan skripsinya (Randi Hari Putra, Intisari, 2010) Indonesia masuk 10 besar negara penyumbang emisi karbon global yakni 5%—10% dari total emisi dunia Dampak terhadap lingkungan budaya, sosial dan ekonomi Tanah adat yang dimaknai sebagai sumber penghidupan kehilangan kesakralan Kegiatan berburu/bercocok tanam, sebagai tradisi untuk kelangsungan hidup hilang Nilai-nilai budaya seperti: hidup bersahaja, sederhana, arif dalam mengelola SDA struktur budaya baru yang materialistik Tumbuhnya nilai keserakahan, ketidakjujuran, ketidak setiakawanan dan kohesivitas kelompok yang rendah Lanjutan Terciptanya struktur sosial/klas Kemiskinan semakin bertambah Meningkatnya jarak antara kaum kaya dan kaum miskin Meningkatnya konflik di dalam masyarakat Meningkatknya warga yang mengalami masalah kesehatan akibat pencemaran Mata pencaharian penduduk lokal hilang Harga bahan makanan yang tinggi Perbedaan pendapatan antar penduduk Pengertian Global warning Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi Emisi gas rumah kacara mengalami kenaikan 70% antara tahun 1970-2004 Konsentrasi gas carbondioksida di atmosfer jauh lebih tinggi dari kandungan alaminya dalam 650 ribu tahun terakhir Pengertian Global warning Merupakan peristiwa meningkatnya suhu permukaan bumi melebihi rata-rata akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada kisaran 0,72 – 3 C pada akhir abad 21 Tanda/Gejala dan dampak Pemanasan Global Salju-salju di dataran tinggi mengalami pelelehan Meningkatnya suhu bumi Cuaca ekstrem : munculnya angin topan, badai, dan tornado menjadi lebih sering dan tingkat kekuatannya naik 15%, musim dingin/panas yg ektrem Musim susah diprediksi, musim semi datang lebih awal Hilangnya pulau-pulau Munculnya penyakit-penyakit baru Kepunahan beberapa spesies 20-30% spesies beresiko punah jika temperatur naik 1,5 C Efek Rumah Kaca Kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di bumi Efek rumah kaca adalah suatu efek, dimana molekul- molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C. Lanjutan Atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca). Tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekulmolekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan. lanjutan Karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es) Dampak Pemanasan Global terhadap kenaikan muka air laut (sea level rise) Kenaikan muka air laut secara umum akan mengakibatkan dampak sebagai berikut : a) meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, b) perubahan arus laut dan meluasnya kerusakan mangrove, c) meluasnya intrusi air laut, d) ancaman terhadap kegiatan sosial-ekonomi masyarakat pesisir, dan e) berkurangnya luas daratan atau hilangnya pulaupulau kecil. (Desa Itu Akhirnya Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Kompas Selasa, 8 Desember 2009) Dampak Pemanasan Global bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara c) gangguan terhadap permukiman penduduk, d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb Contoh dampak meningkatknya permukaan air laut a) gangguan terhadap jaringan jalan lintas dan kereta api di Pantura Jawa dan Timur-Selatan Sumatera ; b) genangan terhadap permukiman penduduk pada kota-kota pesisir yang berada pada wilayah Pantura Jawa, Sumatera bagian Timur, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Barat Daya, dan beberapa spot pesisir di Papua ; c) hilangnya lahan-lahan budidaya seperti sawah, payau, kolam ikan, dan mangrove seluas 3,4 juta hektar atau setara dengan US$ 11,307 juta ; gambaran ini bahkan menjadi lebih ‘buram’ apabila dikaitkan dengan keberadaan sentra-sentra produksi pangan yang hanya berkisar 4 % saja dari keseluruhan luas wilayah nasional, dan d) penurunan produktivitas lahan pada sentra-sentra pangan, seperti di DAS Citarum, Brantas, dan Saddang yang sangat krusial bagi kelangsungan swasembada pangan di Indonesia Meningkatnya permukaan air laut Kenaikan muka air laut selain mengakibatkan perubahan arus laut pada wilayah pesisir juga mengakibatkan rusaknya ekosistem mangrove, yang pada saat ini saja kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan Meluasnya intrusi air laut selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut juga dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan Meningkatnya permukaan air laut Terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir dan bahkan hilangnya pulau-pulau kecil yang dapat mencapai angka 2000 hingga 4000 pulau, tergantung dari kenaikan muka air laut yang terjadi pengurangan luas hutan tropis yang cukup signifikan, baik akibat kebakaran maupun akibat penggundulan