46 Studi Empiris Three Factor Model pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 Sampai Tahun 2011 STUDI EMPIRIS THREE FACTOR MODEL PADA BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005 SAMPAI TAHUN 2011 Andreas Kiky Universitas Multimedia Nusantara [email protected] Abstract Three Factor Model developed by Fama & French in order to assess another two factor that might be considered in measuring portfolio risk. These two factors were size and value of the firm. The objective of this paper is to examine Three Factor Model explanatory power. Our samples consist of public firms during 2005 until 2011. This model analyzes by using multiple regression analysis, F test and t test is applied to find significant influence of each variable. Keyword: Three Factor Model, Empirical Evidence, Fama-French, Stock Return I. Pendahuluan Secara umum, para praktisi keuangan mengenal istilah high risk high return. Istilah tersebut tentunya berlandaskan sebuah kajian teoritis keuangan bahwa sebuah asset yang memiliki risiko tinggi maka akan memberikan kompensasi yang tinggi juga berupa tingkat pengembalian kepada investor. Risiko dalam ilmu keuangan secara umum terbagi atas dua kategori yakni risiko sistematis yang tidak bisa disebarkan (diversified) ataupun risiko non-sistematis atau risiko yang bisa disebarkan. Sederhananya risiko sistematis bersifat makro dan menyeluruh contohnya jika suatu negara mengalami perlambatan ekonomi maka hampir semua sektor bisnis akan terkena imbasnya. Sedangkan risiko non-sistematis hanya mengacu pada risiko yang sifatnya spesifik sesuai dengan kategori industry tertentu. Jadi dapat dikatakan jika risiko non-sistematis akan mengacu pada risiko dari masing-masing usaha/bisnis yang dijalankan. Pengukuran risiko dan tingkat pengembalian telah menjadi topik yang cukup sering dilakukan oleh para pakar di bidang keuangan. Telaah empiris juga cukup sering dilakukan untuk memperkaya serta memberikan sebuah kajian teoritis dari sudut pandang yang berbeda sehingga dapat memperkaya khazanah. Salah satu model yang cukup sering dibahas adalah CAPM. Model CAPM diperkenalkan oleh Sharpe dan Lintner (1964). Dalam model ini risiko sistematis dan non-sistematis diukur berdasarkan risiko-bebas (risk free) dan total risiko adalah penjumlahan dari risiko sistematis dan risiko non-sistematis. Risiko non-sistematis tersebut diukur dari beta dari setiap perusahaan. Ternyata dalam pembuktian empirisnya model ini tidak sepenuhnya sempurna. Beberapa penelitian menemukan terjadi anomali atau bahkan secara statistik terbukti memiliki nilai error yang cukup tinggi. Banz (1981) memperkenalkan sizeeffect yang mengacu pada temuan setiap perusahaan dengan kapitalisasi kecil mampu menghasilkan return yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan kapitalisasi besar. Keim (1986) menemukan January-effect sehingga keunggulan model ini mulai dipertanyakan. Paulo (2010) bahkan membuat sebuah penelitian khusus dalam menelaah kesalahan empiris CAPM. Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 Andreas Kiky 47 Oleh karena kelemahan tersebut maka beberapa peneliti mencoba memahami serta menambahkan beberapa variabel yang mungkin dapat memperkuat kekuatan penjelas dari model CAPM itu sendiri. Fama dan French (1992) mencoba untuk menjawab fenomena size-effect dan menyimpulkan bahwa ada 2 faktor lagi yang perlu diperhitungkan dalam menghitung return suatu saham, yaitu size dan market value. Model ini dikenal dengan nama model 3 faktor (tree factor model). Nopbhananon (2009) pada bursa saham Thailand yang membandingkan model CAPM dengan model 3 faktor dan berkesimpulan model 3 faktor lebih mampu menjelaskan tingkat pengembalian pada bursa saham Thailand dibandingkan CAPM. Hardianto (2009) pada bursa saham Indonesia yang berkesimpulan model 3 faktor lebih mampu menjelaskan return pada bursa saham Indonesia. Tertarik akan temuan tersebut maka peneliti ingin menguji Indonesia kemampuan penjelas Three Factor Model (Fama French) di Bursa Efek Indonesia. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapa pengaruh market premium terhadap portfolio return? Apakah terdapat pengaruh size terhadap portfolio return? Apakah terdapat pengaruh value terhadap portfolio return? 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 Saham = Pt Pt-1 Dt Objek penelitian adalah perusahaan publik sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2005 hingga 2011. Perusahaan sektor keuangan dikeluarkan dari obyek penelitian karena perusahaan ini memiliki financial leverage yang tinggi, di mana peneliti ingin menghindari bias yang mungkin disebabkan oleh penggunaan hutang dalam proporsi yang besar. Dalam menaksir beta saham, maka yang ditaksir adalah beta equity-nya, semakin besar hutang yang digunakan, maka semakin besar financial leverage-nya yang akan menimbulkan bias di dalam penelitian ini. Semakin tinggi financial laverage maka hal tersebut akan mempengaruhi besarnya arus kas perusahaan karena adanya pembayaran beban bunga. Sehingga akibatnya meningkatkan fluktuasi arus kas yang berarti semakin tinggi risiko karena akibat financial laverage, sedangkan penelitian ini meneliti risiko sebagai dampak dari fluktuasi harga saham. II. Telaah Literatur & Hipotesis Return sendiri merupakan reward bagi investor yang secara umum dibagi menjadi 2 komponen utama menurut Jones (2010) Yield dan Capital Gain (loss). Kedua komponen tersebut jika digabungkan menjadi Total Return yang persamaannya: 𝑃! − 𝑃!!! 𝐷! + 𝑃!!! 𝑃!!! = Harga Saham pada periode t = Harga Saham pada periode t-1 = Dividen Saham pada periode t Dalam Jones (2010) juga dinyatakan risiko suatu asset secara umum dapat terbagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis dan risiko non-sistematis. Karakteristik dari risiko sistematis adalah risiko yang tidak bisa disebarkan sehingga apabila risiko ini terjadi maka akan berdampak bagi semua sektor. Risiko nonsistematis sendiri adalah risiko yang dapat disebarkan. Oleh karena itu risiko ini hanya akan berdampak bagi sebagian kecil atau industri yang spesifik. Teori pasar modal efisien menurut Husnan (2009) merupakan pasar yang Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 48 Studi Empiris Three Factor Model pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 Sampai Tahun 2011 harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan informasi yang relevan. Dengan kata lain jika ada informasi terkait dengan perusahaan seperti pengumuman pertumbuhan laba dan pembagian dividen untuk tahun ini naik, seharusnya harga saham perusahaan tersebut akan dengan cepat juga mengalami perubahan merespon informasi tersebut. Fama (1970) mengelompokan pasar modal efisien ini menjadi 3 bentuk yakni weak form yang mana harga informasi di masa lalu tidak dapat mencerminkan informasi di masa yang akan datang, semi strong form yang mana informasi sekuritas yang dipublikasikan mencerminkan harga dari sekuritas tersebut hanya saja masih ada informasi privat yang tidak dipublikasi yang memungkinkan terjadinya abnormal return. Sedangkan terakhir adalah strong form yang mana semua informasi telah didisclosure baik informasi privat ataupun informasi publik. Dengan kata lain harga sekuritas telah mencerminkan semua informasi yang ada sehingga abnormal return tidak mungkin terjadi. Penelitian Fama (1970) menemukan bahwa ketiga bentuk pasar ini berhubungan satu sama lain. Hubungan ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif yaitu weak form merupakan bagian dari semi strong form dan strong form. Dengan kata lain pasar efisien strong form juga merupakan pasar efisien semi strong dan weak form. Teori pasar efisien menjadi salah satu landasan teori utama dari penelitian ini. Berdasarkan teori ini peneliti berasumsi pasar sudah efisien sehingga harga yang sudah ada di pasar telah merefleksikan informasi yang terkadung dalam sekuritas tersebut. Sehingga itu bisa dijadikan acuan utama peneliti dalam menentukan return sekuritas. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan investasi adalah risiko. Risiko sendiri dilambangkan dengan Beta yang merupakan pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar, Jogiyanto (2010). Berikut ini adalah model 3 Faktor yang dikembangkan oleh Fama French yang akan diteliti dalam penelitian ini: 𝑅! = 𝑅! + 𝐵! (𝑅! − 𝑅! ) + 𝐵! 𝑆𝑀𝐵 + 𝐵! 𝐻𝑀𝐿 + 𝑒! Di mana : Rs = tingkat return saham RF = tingkat return aset bebas risiko Rm = return market SMB = Small Minus Big HML = High Minus Low B1,2,3 = Slope Koefisien Ei = Error Model Fama French adalah pengembangan dari model CAPM. Pada awalnya model CAPM merupakan model yang pertama dalam menjelaskan hubungan risk dan return. Model CAPM ini pada awalnya diperkenalkan oleh Sharpe dan Lintner (1964) dan merupakan salah satu langkah awal yang ditempuh para akademisi dunia keuangan dalam menyusun sebuah teori mengenai penilaian aset. Hanya saja model CAPM ini memiliki beberapa tantangan dan secara empiris gagal membuktikan ketepatannya. Banz (1981) menyatakan bahwa ternyata perusahaan dengan ukuran kapitalisasi yang kecil memiliki risiko lebih tinggi sehingga cenderung memiliki return yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar. Hasil analisa Banz Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 Andreas Kiky selama periode 10 tahun menunjukan ada perbedaan yang sangat besar derajat dari koefisien dari faktor size. Hal ini dikenal juga dengan istilah size effect. Munculnya size effect ini menjadi pertanyaan bagi ekonom sebab tidak ada landasan teoritis terhadap faktor size tersebut. Model CAPM sendiri yang menjadi dasar untuk penilaian aset dan diajarkan pada berbagai sekolah bisnis ternyata secara empiris ternyata gagal. Hal ini tertulis dalam penelitian Paulo (2010) yang memuat daftar pembuktian empiris CAPM sejak tahun 2004. Daftar tersebut memuat penelitian Guo, H. (2004) yang menyatakan CAPM gagal untuk menjelaskan prediksi return saham, Arnott, R.D. (2005) menyatakan bahwa CAPM tidak lolos dari pengamatan secara empiris dan secara fakta tidak tepat baik empiris maupun teoritis, Bartholdy, J dan Peare, P. (2005) tidak mampu secara empiris memberikan verifikasi CAPM sebagai estimasi expected return saham, Lewellen, J. Dan Nagel, S. (2006) baik conditional CAPM maupun unconditional CAPM sama-sama tidak mampu menjelaskan expected return saham. Sebenarnya temuan anomali terkait dengan CAPM ini telah lama ditemukan, selain Banz (1983) menemukan tingkat pengembalian yang relatif tinggi pada bulan tertentu, dalam kasusnya yakni bulan Januari. Temuan Keim ini dikenal dengan Januari Efek. Roll (1988) juga memberikan kritik dan secara empiris nilai R2 dari model CAPM hanya sebesar 0.35 dengan penggunaan data bulanan. Sedangkan nilai itu turun menjadi lebih kecil lagi dan menjadi sebesar 0.2 dengan penggunaan data harian. Selain itu mulai muncul beberapa tandingan model CAPM seperti model APT yang diperkenalkan Ross (1976), model 3 faktor yang diperkenalkan Fama & French (1992). Walid (2009) meneliti saham pada bursa efek Jepang dari periode 2002 sampai 2007. Hasil penelitiannya 49 menyatakan bahwa baik size dan book-tomarket mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham. Model diuji dengan menggunakan Generalize Method of Moment (GMM). Nopbhanon (2009) juga menguji return saham pada bursa bursa efek Thailand dengan data 421 perusahaan dengan periode Juli 2002 sampai Mei 2007 menyatakan model Fama dan French lebih mampu mendeskripsikan excess return pada bursa efek Thailand yang ditunjukan dari nilai R2. Hardianto (2009) melakukan penelitian pada Bursa Efek Indonesia dengan sampel penelitian perusahaan tercatat di BEI selama periode 2000 sampai 2004. Hasil penelitian menyatakan bahwa excess return di Bursa Efek Indonesia memiliki hubungan dengan variabel market, size dan book-to-market sehingga model Fama dan French ini lebih mampu menjelaskan excess return dibandingkan CAPM yang diukur dari nilai R2. Oleh Karena itu tertarik dengan temuan tersebut maka penelitian ini disusun untuk menemukan apakah terdapat pengaruh market premium, size dan value terhadap return portfolio? III. Metodologi Objek penelitian ini adalah model Fama French (Three Factor Model) yang diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Data harga saham harian digunakan untuk mencari return sahamsaham. Sampel penelitian diambil dari perusahaan yang terdaftar di BEI dengan kategori industri non keuangan selama periode 2005 hingga tahun 2011. Data harian saham dan IHSG harian diperoleh dari ISMD (Indonesian Security Market Database), untuk data risk free rate penulis mengambil dari laporan bulanan Bank Indonesia berupa data SBI dari tahun 2005 sampai dengan 2011. Berikut ini adalah langkah-langkah penyusunan penelitian: Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 50 Studi Empiris Three Factor Model pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 Sampai Tahun 2011 1. Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan publik non keuangan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 7 tahun (2005 sampai 2011). 2. Data SBI akan dikelompokan bulanan dan IHSG akan dirata-rata selama satu bulan. Sehingga akan diperoleh 12 data SBI dan IHSG selama satu tahun periode penelitian. 3. Sampel perusahaan juga akan dikumpulkan sesuai dengan 12 kelompok portofolio bulanan sesuai dengan data SBI dan IHSG. 4. Setelah itu akan dibentuk portofolio dengan kategori size yang ditentukan sesuai dengan kapitalisasi pasar dan kategori value sesuai dengan nilai book-to-market. 5. Model akan dianalis menggunakan analisis regresi linear berganda dan akan diukur nilai F test dan t test. Selain itu penelitian ini juga ingin menilai nilai R2 dari model Fama French (Three Factor Model) Terdapat empat hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini yaitu; H1 = terdapat pengaruh signifikan excess return pasar terhadap excess return portfolio H2 = terdapat pengaruh signifikan size terhadap excess return portfolio H3 = terdapat pengaruh signifikan value terhadap excess return portfolio H4 = model Fama French memiliki nilai R2 yang cukup tinggi. IV. Hasil & Pembahasan Tabel 4.1. Tabel Ri Berdasarkan Kategori Size dan Value Category SL SM SH BL BM BH R_2005 0.0783% 0.2828% 0.4647% 0.0738% 0.0504% 0.1360% R_2006 -0.0169% 0.1369% 0.2101% -0.1062% -0.0643% 0.1564% R_2007 0.2168% 0.2945% 0.5303% 0.1804% 0.1746% 0.2041% Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa performa portofolio yang dibentuk berdasarkan bulan cukup jelek pada tahun 2008. Semua portfolio baik perusahaan dengan size kecil ataupun besar dengan nilai book-to-market yang tinggi serta rendah juga memberikan return yang negatif. Pada tahun 2008 imbas krisis ekonomi yang melanda US terkait dengan mortgage yang gagal bayar ternyata juga berdampak pada pasar Asia terutama di Indonesia. Hanya saja temuan selanjutnya dari penelitian ini adalah dalam waktu 1 tahun, pada tahun selanjutnya kinerja semua portfolio di Indonesia ternyata memberikan hasil yang positif untuk tahun 2009 dan selanjutnya. Bahkan untuk R_2008 -0.0845% -0.0716% -0.0752% -0.3142% -0.2862% -0.1684% R_2009 0.2579% 0.3542% 2.4357% 0.1741% 0.7518% 5.1592% R_2010 0.0857% 0.1904% 0.3806% 0.1722% 0.1789% 0.3654% R_2011 0.1356% 0.1314% 0.1367% 0.0703% 0.0267% 0.0965% kategori BH (Big-High) Portfolio memberikan return tertinggi dibandingkan yang lain (hingga mencapai 5.15%). Portfolio ini terdiri atas perusahaan dengan kapitalisasi tinggi serta nilai book-tomarket yang tinggi juga seperti Matahari Putra Prima dan PT Timah. Beberapa dari perusahaan yang membentuk portfolio ini adalah perusahaan bluechip. Kemampuan profitabilitas dan solvabilitasnya sangat baik. Akan tetapi tentunya menjadi sebuah pertanyaan ketika tahun 2009, return dari portfolio ini menjadi kecil. Dugaan peneliti terhadap temuan ini adalah penggerak sejati dari harga di pasar adalah para spekulan. Di tengah terpaan krisis maka secara cepat kita tentunya akan mengalokasikan dana ke Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 Andreas Kiky 51 perusahaan dengan kemampuan profitabilitas dan solvabilitas yang tinggi. Tentunya perusahaan itu hampir sebagian besar masuk di kategori BH tadi. Oleh karena itu lonjakan cukup tinggi pada tahun 2009. Selain itu menurut peneliti temuan ini mengkonfirmasi kemampuan recovery dari pasar Indonesia cukup baik. Sekalipun itu sebenarnya tidak masuk dalam cakupan pembahasan, peneliti menemukan bahwa sekalipun secara global krisis memperlambat ekonomi di beberapa negara ternyata di Indonesia malah sebaliknya. Dampak yang terjadi tidak membuat ekonomi Indonesia terjungkal. Secara deskriptif temuan kami malah mengkonfirmasi pasar Indonesia tahan terhadap terpaan krisis karena tidak ditemukan penurunan yang cukup berarti. 6.0000% 5.0000% SL 4.0000% SM 3.0000% SH 2.0000% BL 1.0000% BM 0.0000% -1.0000% BH R_2005 R_2006 R_2007 R_2008 R_2009 R_2010 R_2011 Grafik 4.1. Pola Ri Berdasarkan Kategori Portfolio Tabel 4.2. Tabel Rm Bulanan Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2005 0.002 0.001 0.000 -0.002 0.003 0.001 0.003 -0.005 0.001 -0.001 0.002 0.003 2006 0.003 0.000 0.003 0.006 -0.004 0.000 0.002 0.003 0.003 0.002 0.004 0.003 2007 -0.001 0.000 0.002 0.004 0.002 0.001 0.004 -0.003 0.004 0.006 0.001 0.001 Pada IHSG ternyata pola tersebut juga mirip. Kondisi pasar Indonesia juga memberikan sinyal yang sama, pada tahun 2009 ternyata menunjukan kenaikan sedangkan pada tahun 2008 hampir secara global Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan tajam. Penurunan paling banyak terjadi pada Oktober 2008. 2008 -0.002 0.002 -0.005 -0.003 0.003 -0.002 -0.001 -0.003 -0.008 -0.019 0.000 0.005 2009 -0.001 -0.002 0.005 0.009 0.006 0.003 0.007 0.001 0.003 -0.002 0.001 0.002 2010 0.001 -0.001 0.004 0.003 -0.003 0.002 0.002 0.000 0.008 0.002 -0.001 0.002 2011 -0.004 0.001 0.003 0.002 0.000 0.001 0.003 -0.004 -0.003 0.003 -0.001 0.001 Kerugian yang terjadi hingga mencapai 0.02%. Setelah itu performa IHSG cenderung stabil dan tidak menunjukan anomali yang berarti. Hal ini mengkonfirmasi adanya anomali pada return saham sebab pada tahun 2009 terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada Ri. Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 52 Studi Empiris Three Factor Model pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 Sampai Tahun 2011 rm 0.02 0 -0.01 -0.02 2005-1 2005-4 2005-7 2005-10 2006-1 2006-4 2006-7 2006-10 2007-1 2007-4 2007-7 2007-10 2008-1 2008-4 2008-7 2008-10 2009-1 2009-4 2009-7 2009-10 2010-1 2010-4 2010-7 2010-10 2011-1 2011-4 2011-7 2011-10 0.01 rm -0.03 Grafik 4.2. Pola Rm Bulanan Uji Hipotesis & Pembahasan Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H1 H2 H3 H4 = = = = terdapat pengaruh signifikan excess return pasar terhadap excess return portfolio terdapat pengaruh signifikan size terhadap excess return portfolio terdapat pengaruh signifikan value terhadap excess return portfolio model Fama French memiliki nilai R2 yang cukup tinggi. Tabel 4.3. Hasil Analisis Hipotesis b Model Summary Model R R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson a 1 .993 .985 .985 .00285 1.949 a. Predictors: (Constant), HML, rm, SMB b. Dependent Variable: ri ANOVAa Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. b Regression .044 3 .015 1805.963 .000 1 Residual .001 80 .000 Total .045 83 a. Dependent Variable: ri b. Predictors: (Constant), HML, rm, SMB Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .000 .001 .152 .880 rm 1.007 .016 .908 63.853 .000 1 SMB .037 .069 .008 .532 .597 HML .327 .021 .235 15.376 .000 a. Dependent Variable: ri Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 Andreas Kiky 53 Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Tes Statistik Indikator F test t-Rm t-SMB t-HML Intercept Slope Rm Slope SMB Slope HML R2 value Sig 1805.96 63.85 0.53 15.37 t 0.000 1.007 0.037 0.327 0.985 Berdasarkan hasil dari regresi tersebut ternyata peneliti memiliki cukup bukti untuk menolak H0. Temuan penelitian ini membutktikan ternyata market premium (pasar) masih memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap portfolio return. Sehingga dapat dikatakan ternyata market premium memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return portofolio. Nilai F juga menunjukan hasil yang signifikan, sehingga penulis dapat menyimpulkan semua variabel market premium, size, dan value secara simultan mempengaruhi portfolio return. Selain market premium ternyata penelitian ini mengkonfirmasi bahwa size secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap portfolio return. Sedangkan value memiliki pengaruh terhadap portfolio return. Nilai dari R2 dari model yang disusun dari data yang dibentuk berdasarkan portofolio bulanan menunjukan Model Fama French memiliki kemampuan penjelas yang sangat tinggi untuk menerangkan variasi portfolio return. Temuan penelitian ini menunjukan nilai R2 sebesear 98.5%, sehingga dapat dikatakan model ini memiliki error sebesar 1.5%. Hanya saja temuan ini tentu saja masih perlu dikritisi, dikarenakan nilainya R2 yang terlalu tinggi apakah memang betul demikian adanya. Peneliti juga telah mengecek uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, serta 0.000 0.000 0.597 0.000 sig 0.880 0.000 0.597 0.000 heteroskedastisitas, semua tes menunjukan hasil yang baik. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk menjelaskan temuan ini. Pertama portfolio yang dibentuk berdasarkan portfolio bulanan. Oleh sebab itu mungkin terjadi efek penyetaraan karena peneliti menggunakan rata-rata return dari 200 perusahaan yang menjadi sampel. Yang membedakan adalah kategori dan klasifikasi dari perusahaan sesuai dengan penelitian Fama & French terdahulu. Ada baiknya penelitian selanjutnya mengkaji pembentukan portfolio menjadi telaah pada perusahaan individu saja. Selain itu peneliti ingin memberikan saran pengembangan penelitian bisa mengarah pada penelitian yang berbasis pada behavioral finance. Kajian ini tentunya akan lebih menarik dan lebih bisa menangkap faktor yang mempengaruhi anomali pasar modal Indonesia. Kesimpulan akhir dari temuan ini adalah ternyata Model Fama French terbukti cukup reliable dalam menjelaskan variasi portfolio return. Hanya saja penelitian ini hanya mengkonfirmasi variabel market premium dan value saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap portfolio return. V.Kesimpulan Temuan penelitian ini membuktikan bahwa model Fama French Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 54 Studi Empiris Three Factor Model pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 Sampai Tahun 2011 secara empiris terbukti masih sangat baik. Error yang ditemukan sangat kecil dengan nilai 1.5% saja. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah pengembangan penelitian yang berbasis pada behavioral finance. Selain itu komparasi dengan model CAPM, APT ataupun Carhart Four Factor Model bisa menjadi sebuah kajian yang menarik. Jika memang memungkinkan perbandingan juga bisa dengan membandingkan analisis teknikal yang menggunakan candlestick sebagai alat analisa serta indikator teknikal yang lainnya. VI. Referensi Agusyana, Yus. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19. Jakarta: Elex Media Komputindo. Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan & Pasar Modal. Yogyakarta: Ekonisia. Banz, Rolf W. 1981. “The Relationship Between Return and market Value of Common Stocks”. Journal of Financial Economics, 9, 3 – 18. Bickford, Joel D. 2003. “Fama/French Three Factor Model”. Bickford Investment Management Service, Bickfordinvestment. Database online. Eugene Fama DFA Conference. Connor, Gregory & Sanjay Sehgal. 2001. “Test of the Fama and French Model in India”. Working Paper, University of Dehli, India. Corrado, Charles J. 2009. Fundamental of Investment Valuation and Management. America: McGraw Hill Irwin. Fama, Eugene F. & Kennenth R. French. 1992. “ The Cross-Section of Expected Stock Returns”. Journal of Finance, 47, 427 – 465. Fama, Eugene F. & Kennenth R. French. 1993. “ Common Risk Factors in the Return on Stock and Bonds”. Journal of Financial Economics, 33, 3 – 56. Fama, Eugene F. & Kennenth R. French. 1996. “Multifactor Explanations of Asset Pricing Anomalies”. Journal of Finance, 51, 55 – 84. Fama, Eugene F. & Kennenth R. French . 1998. “Value Versus Growth: The International Evidence”. Journal of Finance , 53, 1975-1999. Gharghori, Philip. 2007. “ Are the FamaFrench Factor Proxying Default Risk?”, Australian Journal of Management, 32, 223-248, ABI/Uniform Research. Database on-line. Proquest. Gitman, Lawrence J. 2009. Principle of Managerial Finance. California: Pearson. Gujarati, Damodar. 2004. Basic Econometrics. McGrawHill. Hardianto, Damar & Suherman. 2007. “Pengujian Fama-French ThreeFactor Model di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 13, 198208. Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE UGM. Homsud, Nopbhanon, dkk. 2009. “A Study of Fama and French Three Factor Model in Stock Exchange of Thailand”. International Research Journals of Finance and Economic, 25, 31-49, EuroJournals Publishing. Database on-line. Proquest. Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013 Andreas Kiky Husnan, Suad. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Jones, Charles P. 2005. Investment Principles and Concept. North Carolina State: John Wiley. Lam, Keith S. K., Frank K. Li & Simon M. S. So. 2010. “On Validity of the Augmented Fama and French’s (1993) Model: Evidance from the Hong Kong Stock Market”. Rev Quant Finan Acc, 35, 89 – 111. Li, Bin. Bejamin Liu & Eduardo Roca. 2011. “Stock Return and Consumption Factors in the Australian Market: Cross-Sectional Tests”.Australian Journal of Management, 36, 247-266. Lind, Douglas A. , William G. Marchal, Samuel A. Wathen. 2008. Statistical Techniques in Business & Economics with Global Data Sets. International Edition: McGraw Hill. Moy, Ronald L. 2007. “Investor and Markets: Portfolio Choices, Asset Prices and Investment Advice. Financial Analysis Journal, 63, 8484. Paulo, S. “The United Kingdom’s Companies Act of 2006 and the Capital Asset Pricing Model”. International Journal of Law and Management, 52, 253-264. 55 Petrus. 2006. “Pengujian The Fama and French Model di BEJ pada Periode 2002 Sampai Dengan 2004”. Thesis. Jakarta: IBII. Ross, Stephen A. 1976. “The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing”. Journal of Economic Theory, 13, 341 – 360. Saputra, Dede Irawan & Umi Murti. 2008. “Perbandingan Fama and French Three Factor Model dengan Capital Asset Pricing Model”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 4, 132145. Sharpe, William F. 1964. “Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Condition of Risk”. Journal of Finance , 19, 425 – 442. Sunyoto, Danang. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: CAPS. Tandelin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius. Walid, Elhaj Mabrouk . 2009. “New Evidence on Risk Factors, Characteristics and the CrossSectional Variation of Japanese Stock Returns”. Asia-Pasific Finan Market, 16, 33 – 50. Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio Penerapan dalam Investasi Saham. Jakarta: Salemba Empat. Ultima Management Vol 5. No.2. Desember 2013