BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan ekonomi dipengaruhi faktor-faktor domestik dan luar negeri yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dapat bergerak secara berfluktuatif. Sebagai gambarannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV tahun 2012 masih mencapai 6,1% (y-o-y) dan merupakan salah satu negara yang mampu tumbuh positif di atas 6%. Namun, pertumbuhan ekonomi ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2011 yang mampu menembus angka 6,5%. Indonesia kembali mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun 2013 yang hanya tercatat 5,62% (y-o-y), melambat jika dibandingkan dengan kuartal II tahun 2013 (y-o-y) yang tumbuh sebesar 5,83%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai 11.093 IDR/USD pada September 2013, kenaikan BI rate pada level 7,25% dan tingginya nilai inflasi IHK (y-o-y) yang mencapai 8,40%. Instabilitas ekonomi makro yang memburuk juga berakibat pada kinerja ekonomi internasional seperti defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran, yang berakibat cadangan devisa Indonesia turun $8,4 milyar atau 3,8% dari PDB (Bank Indonesia, September 2013). Pentingnya mengetahui kondisi perekonomian yang akan datang, menjadi kunci pergerakan arah siklus ekonomi. Salah satu hal yang dilakukan untuk 1 melihat kondisi perekonomian di masa yang akan datang adalah melakukan peramalan. Dengan melakukan peramalan, pengetahuan tentang posisi perekonomian Indonesia dapat diketahui sehingga dapat mengantisipasi atau meminimalisasi resiko yang ditimbulkan dari ketidakpastian. Peramalan perekonomian suatu negara di masa depan salah satunya menggunakan siklus bisnis (business cycle) yang dapat dijadikan sebagai acuan arah pertumbuhan perekonomian. Siklus bisnis digambarkan sebagai perubahan siklus pada perubahan makroekonomi. Kondisi makroekonomi suatu negara mempengaruhi kondisi fase bisnis yang digunakan sebagai dasar analisis pasar bisnis. Kondisi bisnis yang tepat akan menghasilkan respon terhadap ekspektasi pengembalian investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dan meramalkan siklus bisnis. Dalam perekonomian, sebuah siklus terbentuk oleh periode resesi (recession) dan periode pemulihan (recovery). Resesi adalah sebuah periode dimana sekurang-kurangnya dua kuartal berturut-turut terjadi penurunan pertumbuhan PDB riil (Mankiw, 2007). Siklus bisnis dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap fluktuasi jangka pendek perekonomian. Salah satu cara untuk meramalkan kondisi ekonomi adalah dengan melihat indikator pendahulu (leading indicator). Hasil ramalan dapat berbeda-beda karena opini yang berbeda mengenai indikator mana yang paling utama diandalkan. Dzikevicius dan Vetrov (2011) menyatakan ada 2 cara untuk mengetahui siklus bisnis yang biasanya dilakukan oleh investor. Pertama, investor cenderung melihat titik balik dan pergeseran dari alokasi pasar uang. 2 Peramalan deteksi indikator pendahulu menjadi fokus sebelum masuk area praktis makroekonomi. Kedua, investor melakukan peramalan dengan melihat konsentrasi dari waktu investasi. Indikator pendahulu menentukan fase siklus bisnis yang akan dipakai untuk strategi investasi dan pengembalian portofolio atau meminimalkan risiko. Aktivitas perekonomian agregat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada rentang waktu 20012013 mengalami pertumbuhan ekonomi yang berfluktuatif. Gambar 1.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, 2001:Q1-2013:Q4 Persen 8 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 7 6 5 4 3 2 1 2001:Q1 2001:Q3 2002:Q1 2002:Q3 2003:Q1 2003:Q3 2004:Q1 2004:Q3 2005:Q1 2005:Q3 2006:Q1 2006:Q3 2007:Q1 2007:Q3 2008:Q1 2008:Q3 2009:Q1 2009:Q3 2010:Q1 2010:Q3 2011:Q1 2011:Q3 2012:Q1 2012:Q3 2013:Q1 2013:Q3 0 Sumber: CEIC (2014) Gambar 1.1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat angka terendah pada kuartal IV tahun 2001 sebesar 1,56% dan tertinggi sebesar 7,16% pada kuartal IV tahun 2004. Krisis ekonomi global tahun 2008 atau yang dikenal dengan krisis Suprime Morgage juga berdampak pada perekonomian 3 Indonesia, dari kuartal II tahun 2008 hingga kuartal II tahun 2009, sehingga pertumbuhan ekonomi mencapai sebesar 4,14% pada kuartal II tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi membaik pada periode tahun berikutnya hingga cukup stabil dengan tingkat pertumbuhan 6,35% pada kuartal II tahun 2012. Namun, pertumbuhan ekonomi melambat pada periode-periode selanjutnya hingga kuartal III tahun 2013 pertumbuhan ekonomi masih melambat. Pertumbuhan ekonomi baru menunjukkan indikasi perbaikan pada kuartal IV tahun 2013. Sebagai prediksi arah perekonomian, suatu indeks diperlukan sebagai gambaran pergerakan indikator. Composit Leading Indicator (CLI) adalah indeks yang merupakan perkembangan dari indeks komposit agregat yang mampu memprediksi siklus bisnis dalam fase puncak atau fase kontraksinya. Dengan indikator pendahulu, CLI mampu digunakan untuk memprediksi kondisi perekonomian yang akan datang. Kombinasi antara composite index dan indikator ekonomi pendahulu dibentuk untuk mengantisipasi siklus bisnis. Analisis indikator ini kemudian digunakan untuk memprediksi pergerakan perekonomian, sedangkan terkait dengan masalah stabilisasi, pergerakan shock dari dalam negeri dan luar negeri juga masih mempengaruhi prediksi arah pergerakan perekonomian (Sutomo dan Irawan, 2003). Prediksi pergerakan ekonomi Indonesia penting sebagai dasar melakukan bisnis. Menurut Sutomo dan Irawan (2003), CLI penting sebagai alat kebijakan di Indonesia karena menyangkut tiga alasan. Pertama, CLI dapat digunakan sebagai pendeteksi dini dan prediksi titik balik siklus bisnis sehingga dapat digunakan sebagai upaya pencegahan. Kedua, bagi kebutuhan sektor swasta, CLI dapat 4 digunakan untuk menyesuaikan penjualan dan strategi investasi dalam mengalokasikan sumber daya perusahaan. Ketiga, sebagai perekonomian terbuka, perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi tidak hanya faktor internal tetapi juga faktor eksternal seperti nilai tukar rupiah, fluktuasi harga barang, dan suku bunga riil yang memainkan peran gabungan dalam membentuk tren ekonomi dan siklus bisnis. Oleh karena itu, CLI penting sebagai indikator yang mampu mengetahui prediksi perubahan perekonomian. Analisis Growth Rate Cycle (GRC) digunakan sebagai prediksi untuk mengetahui nilai dari perubahan siklus. GRC melihat siklus yang tumbuh dan melambat dari tingkat pertumbuhan aktivitas ekonomi. Analisis GRC ini dipakai untuk melihat siklus seri acuan dan seri variabel indikator. Pemilihan indikator pendahulu dilihat melalui kombinasi composite index yang ditentukan dengan titik balik indikator pendahulu mendahului titik balik seri acuan (Dua dan Banerji, 2001). I.2 Rumusan Masalah Perekonomian suatu negara di masa yang akan datang masih banyak diperbincangkan oleh para ekonom. Pergerakan perekonomian tidak terlepas dengan siklus bisnis. Pergerakan siklus bisnis dapat dilihat dari pergerakan PDB yang mampu melihat perekonomian secara menyeluruh. Pergerakan PDB sendiri dari waktu ke waktu mengalami fase ekspansi dan kontraksi. Jika pergerakan PDB ekspansi, tentu akan berdampak positif bagi kondisi perekonomian nasional, namun jika pergerakan PDB kontraksi maka akan mengakibatkan kemerosotan perekonomian. 5 Fluktuasi siklus pertumbuhan PDB menyebabkan ketidakpastian kinerja perekonomian ke depan sehingga sulit menentukan kebijakan atau mengantisipasi pergerakan arah pertumbuhan. Berdasarkan penjelasan tersebut, suatu kepastian kinerja dibutuhkan sebagai deteksi dini perekonomian. Oleh karena itu, Leading Economic Indicator (LEI) dibutuhkan untuk mengetahui kapan perekonomian akan ekspansi maupun kontraksi. Cakupan penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yang tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan. Permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah indikator pendahulu (leading indicator) yang dihasilkan mampu sebagai seri acuan dalam siklus bisnis? 2. Seberapa jauh kemampuan prediksi CLI yang dibentuk dengan growth rate cycle dalam memprediksi siklus bisnis dan perekonomian Indonesia? I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuat series indikator pendahulu yang mampu memprediksi kondisi perekonomian Indonesia dengan pendekatanpendekatan makroekonomi yang mampu melihat titik balik (turning point) dari indikator pendahulu dan kesesuaian dengan titik balik seri acuan. Dengan menggunakan metode growth rate cycle, penelitian ini diharapkan menunjukkan kemampuan CLI dalam memprediksi siklus bisnis Indonesia yang lebih baik dan dapat membentuk indikator-indikator yang mendorong pergerakan siklus pertumbuhan bisnis Indonesia. 6 I.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan referensi mengenai metode peramalan pergerakan siklus bisnis dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat kebijakan baik otoritas fiskal maupun moneter, para pelaku ekonomi yang dapat memberikan gambaran fluktuasi siklus bisnis Indonesia, dan bagi sektor swasta yang berguna untuk melihat strategi bisnis yang akan dipertimbangkan sebelum mengalokasikan aset-aset mereka untuk investasi. Peramalan ekonomi adalah masukan bagi perencanaan kebijakan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 7