Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Ringkasan eksekutif: Reformasi di tengah ketidakpastian Dengan kondisi lingkungan dalam dan luar negeri yang menantang, dan diperburuk oleh bencana asap dan kebakaran, pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan pertumbuhan Walau pasar keuangan dunia telah kembali stabil sejak bulan Oktober, kondisi global masih tetap kurang mendukung. Bagi Indonesia, pertumbuhan PDB yang telah melambat, mendapat tambahan pengaruh negatif dari kondisi ekonomi dan lingkungan yang berasal dari kebakaran dan asap akibat perilaku manusia. Kerugian akibat kebakaran dan asap ini diperkirakan berjumlah sekitar 221 triliun rupiah (1,9 persen dari PDB) dalam waktu lima bulan. Dalam kondisi yang tidak mudah ini, pemerintah memperlihatkan niat yang tegas untuk melaksanakan reformasi dengan fokus pada peningkatan laju investasi, revitalisasi industri dalam negeri dan peningkatan perdagangan. Salah satu indikasi akan hal tersebut adalah kenaikan belanja modal pemerintah yang signifikan, sebesar kira-kira 49,8 persen tahun-ketahun (year on year, yoy) secara riil pada kuartal ketiga, membalikkan tren negatif yang tercatat pada tahun 2014 dan awal tahun 2015. Selain itu, APBN 2016 juga memperlihatkan perbaikan lebih lanjut dalam komposisi belanja negara, dengan pengalihan sumber daya dari subsidi energi ke infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial bersasaran. Sinyal kedua adalah agenda reformasi yang diprakarsai pada bulan September melalui pengumuman tujuh paket kebijakan untuk pengaturan dan reformasi struktural dan stimulus fiskal. Akan tetapi, resiko rendahnya penerimaan, dapat membatasi kemampuan kebijakan fiskal untuk mendorong investasi dan pertumbuhan Komitmen pemerintah untuk mempercepat belanja publik pada tahun 2015, meskipun dengan penerimaan yang lebih rendah dibanding proyeksi, telah memperlebar defisit fiskal menjadi 2,5 persen dari PDB pada bulan Oktober dan, dapat semakin meningkat pada bulan November, jika melihat tren terakhir. Namun, meningkatkan batas defisit menjadi 3 persen untuk pemerintahan (pusat dan daerah) tampaknya tidak akan memberikan ruang yang cukup untuk mencapai sasaran belanja sesuai revisi prospek fiskal bulan Juli. Selain itu, pencapaian sasaran penerimaan untuk tahun 2016 secara keseluruhan merupakan hal yang tidak mudah, seiring dengan lemahnya pencapaian sasaran penerimaan tahun 2015 dan tetap lemahnya kondisi ekonomi makro dan rendahnya harga-harga komoditas. Jika penerimaan pemerintah tetap lemah pada tahun 2016, momentum belanja Desember 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA i Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia infrastruktur publik yang diharapkan menjadi dorongan pertumbuhan akan ikut terancam. Penghindaran risiko (risk aversion) investor mulai menunjukkan penurunan, namun kegiatan ekonomi dunia masih lemah Aset negara-negara berkembang kembali meningkat pada bulan Oktober setelah mencatat penurunan yang tajam pada bulan Agustus dan September, ketika ketidakpastian perlambatan ekonomi Tiongkok dan prospek suku bunga AS mengalami peningkatan. Meskipun sentimen pasar lebih positif, aliran masuk modal ke negara-negara berkembang masih tetap lemah dan biaya pinjaman tetap relatif tinggi. Selain kondisi pembiayaan yang ketat, Indonesia masih menghadapi lemahnya permintaan luar negeri untuk ekspor dalam jangka pendek dan tetap rendahnya harga-harga komoditas dalam jangka menengah. Data terakhir menunjukkan kecenderungan perlemahan pertumbuhan PDB di seluruh dunia untuk empat kuartal secara berturut-turut. Belanja publik telah mendorong pertumbuhan pada kuartal ketiga, sementara investasi swasta tetap lemah Pada kuartal ketiga, PDB riil tumbuh sebesar 4,7 persen yoy, laju yang sama pada kuartal pertama dan kedua tahun 2015. Pertumbuhan didukung oleh kenaikan belanja sektor publik, baik untuk konsumsi maupun modal. Pada saat yang bersamaan, investasi sektor swasta diperkirakan akan tetap lemah. Beberapa data berfrekuensi tinggi mengindikasikan peningkatan pada kuartal empat, sementara data yang lain, terutama indikator sentimen usaha, justru mengindikasikan berlanjutnya lemahnya pertumbuhan. Angka pengangguran agregat meningkat menjadi 6,2 persen, dari 5,9 persen pada bulan Agustus 2014, mengubah arah tren penurunan pengangguran yang tercatat selama dekade lalu. Selain itu, sektor-sektor yang masih menciptakan lapangan kerja seperti konstruksi dan perdagangan adalah sektor-sektor dengan produktivitas yang rendah. Kebakaran dan asap yang disebabkan manusia dan menghabiskan dana 221 triliun rupiah bagi Indonesia dalam waktu lima bulan, turut berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan Faktor lain yang merintangi pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga adalah kerugian yang terkait dengan kebakaran dan asap di sejumlah provinsi. Antara bulan Juni dan Oktober 2015, lebih dari 100.000 kebakaran akibat perilaku manusia ini menghanguskan 2,6 juta hektar lahan, seluas empat setengah kali Pulau Bali. Bank Dunia memperkirakan bahwa kebakaran tersebut menyebabkan kerugian setidaknya 221 triliun rupiah (16,1 miliar dolar AS) bagi Indonesia, setara dengan 1,9 persen dari PDB tahun 2015 dan lebih dari dua kali lipat biaya pembangunan kembali pasca bencana tsunami di Aceh. Akibat kekeringan yang terkait dengan El Niño dan kebakaran hutan, produksi pertanian riil menurun sebesar 4,9 persen pada kuartal ketiga tahun 2015 (quarter-on-quarter seasonally adjusted annualized rate, qoq-saar), penurunan signifikan yang pertama selama empat tahun terakhir. Kalimantan, tempat di mana sebagian besar lahan gambut yang rawan di Indonesia berada, mendapatkan dampak terbesar, dengan penurunan PDB sebesar 1,2 persen qoq-saar pada kuartal ketiga (-5,1 persen qoq-saar di Kalimantan Timur). Pemerintah telah menetapkan moratorium pada konsesi lahan gambut yang baru, pembatalan konsesi yang telah diberikan pada lahan yang tidak dikembangkan, dan restorasi lahan gambut. Upaya tambahan harus difokuskan pada konservasi hutan-hutan gambut yang tersisa dan menghentikan pengeringan lahan gambut maupun daerah-daerah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Walau defisit neraca berjalan relatif rendah, tekanan dari perekonomian global terus berlanjut dengan semakin Beralih ke sektor luar negeri, perdagangan semakin melemah pada kuartal ketiga, dengan ekspor dan impor yang mencatat nilai terendahnya sejak tahun 2010. Seperti pada kuartal-kuartal lalu, impor mencatat penurunan yang lebih besar dibanding ekspor, sehingga mendorong penurunan defisit neraca berjalan. Walau penurunan defisit neraca berjalan telah meringankan sebagian tekanan luar negeri kepada Indonesia, penurunan aliran modal masuk menghasilkan defisit neraca pembayaran. Desember 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA ii Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia melemahnya aliran modal masuk … Meskipun aliran modal bertahan stabil pada paruh pertama tahun 2015, berkat aliran masuk ke obligasi negara, aliran masuk modal bersih kumulatif selama tiga kuartal pertama tahun 2015, yang mencapai 9,6 miliar dolar AS, sesungguhnya mengalami penurunan hampir sebesar 70 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan dengan posisi pada bulan Oktober tahun lalu, pembelian bersih investor asing atas surat utang negara (SUN) berdenominasi Rupiah mengalami penurunan sebesar 54,4 persen, sementara utang pemerintah berdenominasi valuta asing mengalami peningkatan sebesar 80 persen. Bagi investor asing, sebagian daya tarik SUN telah berkurang seiring meningkatnya gejolak Rupiah selama tahun 2015. …membatasi kebijakan moneter dalam jangka pendek, walau dengan inflasi yang cukup terkontrol Kredit dalam negeri tetap ketat, walau terdapat sejumlah tanda-tanda kenaikan pada pertumbuhan pinjaman investasi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) turun hingga di bawah 5 persen yoy pada bulan November, sebagian besar karena pengaruh kenaikan harga eceran BBM yang tajam pada tahun lalu (base effect). Namun kebijakan moneter masih terbatas dalam jangka pendek akibat lemahnya aliran modal ke negara-negara berkembang dan berlanjutnya tekanan pada nilai tukar. Untuk menanggapi kenaikan gejolak Rupiah sejak bulan Agustus, Bank Indonesia (BI) telah mengambil sejumlah langkah dalam rangka menstabilkan Rupiah. Langkah-langkah tersebut termasuk intervensi terhadap valuta asing pada pasar forward hingga penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berdenominasi valuta asing. Selain itu, BI juga memperbaharui perjanjian swap bilateral dengan Tiongkok. Pertumbuhan PDB tahun 2015 diproyeksi sebesar 4,7 persen dan 5,3 persen untuk 2016, tidak berubah dari edisi sebelumnya… Tabel 1: Pada proyeksi dasar (base case), pertumbuhan PDB Ke depannya, diproyeksikan pada 4,7 persen untuk tahun 2015 proyeksi Bank 2014 2015p 2016p Dunia untuk (Persen pertumbuhan 5,0 4,7 5,3 PDB riil perubahan PDB tetap pada tahunan) 4,7 persen untuk (Persen Indeks harga 2015 dan 5,3 perubahan 6,4 6,3 4,6 konsumen tahunan) persen untuk Saldo neraca (Persen dari 2016 (Tabel 1). -3,1 -2,0 -2,4 berjalan PDB) Walau proyeksi (Persen dari IHK tetap sama Saldo anggaran* -2,2 -2,5 -2,2 PDB) seperti pada edisi Catatan: * Laporan realisasi bulan Oktober 2015; proyeksi 2016 dari Kementerian bulan Oktober Keuangan. Catatan: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia 2015, investasi dan konsumsi publik kini diperkirakan akan memberikan kontribusi yang sedikit lebih tinggi terhadap pertumbuhan tahun ini dan tahun depan, sementara proyeksi pertumbuhan ekspor kembali direvisi turun. Proyeksi dasar (baseline) telah memperhitungkan komitmen pemerintah untuk meningkatkan alokasi modal pada APBN tahun 2016, yang diharapkan dapat mendorong investasi swasta dan mendukung pertumbuhan secara keseluruhan. Kenaikan pertumbuhan pada proyeksi dasar (baseline) juga berdasarkan pada asumsi bahwa kondisi luar negeri akan membaik secara perlahan. …dengan risikorisiko terhadap proyeksi yang mengarah pada penurunan Risiko-risiko global yang utama masih sama seperti yang diuraikan pada edisi bulan Oktober 2015, termasuk penurunan ekonomi negara berkembang yang lebih tajam dibanding proyeksi, termasuk Tiongkok, pemulihan perdagangan dunia yang lebih lambat dari perkiraan, harga-harga komoditas yang lebih rendah dari proyeksi, dan juga kemungkinan kembalinya gejolak pasar keuangan. Di dalam negeri, dengan berubahnya pendorong pertumbuhan dalam jangka pendek ke sektor publik, maka risiko utama dari proyeksi tersebut berasal dari kemungkinan penerimaan fiskal yang Desember 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iii Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia lebih rendah dari perkiraan. Penerapan penuh dari rencana belanja pemerintah berjalan untuk tahun 2016 akan terancam apabila penerimaan pemerintah masih tetap lemah. Untuk keseluruhan tahun 2015, penerbitan sekuritas pemerintah yang lebih besar pada awal tahun dan tersedianya pembiayaan multilateral telah membantu memitigasi risiko-risiko keuangan. Per tanggal 2 Desember, pemerintah telah menerima 510,4 triliun rupiah dari penerbitan sekuritas dan 3,89 miliar dolar AS (sekitar 53 triliun rupiah) dari pinjaman resmi luar negeri. Transfer Dana Desa meningkat tajam, meskipun harus menghadapi tantangan dalam pelaksanaan di awal, kini berpotensi mengatasi masalah ketimpangan pedesaan Sebagian dari rencana peningkatan belanja infrastruktur publik pada APBN 2016 adalah berupa kenaikan transfer ke pemerintah daerah, termasuk Dana Desa (DD), yang jumlahnya akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2016. Desa-desa dapat berperan lebih penting dalam menjamin pelayanan dasar terhadap kebutuhan penduduk desa. Namun keterbatasan kapasitas desa tampaknya akan terus membatasi penggunaan dana tersebut, terutama di daerah-daerah terpencil dan terbelakang. Terdapat sejumlah penundaan pencairan dana yang signifikan pada tahun ini, yang menunjukkan buruknya persiapan pada tingkat daerah dan desa. Selain itu, revisi rumus untuk distribusi DD mengalokasikan 90 persen dari dana itu secara merata antar desa (10 persen sisanya bergantung pada faktor demografis dan geografis). Sebagai akibatnya, desa-desa yang berukuran besar, tempat hidup sebagian besar kaum miskin dan mendekati miskin, menerima alokasi yang jauh lebih rendah per orang. Hal ini justru dapat berkontribusi kepada peningkatan ketimpangan. Pengaruh TPP terhadap perdagangan mungkin terbatas namun diversifikasi investasi dapat menjadi hal yang lebih penting Langkah potensial lain dalam proses reformasi Indonesia adalah kemungkinan bergabungnya Indonesia dalam perjanjian ekonomi strategis Trans-Pasifik (TransPacific Partnership, TPP) dalam waktu dekat. Terlepas dari apakah rencana tersebut menjadi kenyataan atau tidak, perjanjian itu tampaknya akan membawa dampak yang tidak terlalu besar terhadap perdagangan, karena tarif impor negara-negara anggota memang sudah rendah dan Indonesia sudah memiliki perjanjian perdagangan dengan sebagian besar negara-negara tersebut. Akan tetapi, bergabungnya Indonesia dalam TPP dapat mempengaruhi investasi, karena pakta itu meningkatkan akses ke ekonomi global dan memberikan perlindungan hukum yang lebih tinggi bagi investor-investor asing dibandingkan dengan jika menggunakan peraturan perundangan dalam negeri. Hal tersebut dapat mendorong realokasi investor asing keluar dari negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, ke negara-negara anggota TPP. Di sisi lain, menjadi anggota suatu pakta tidak hanya akan mempengaruhi pengambilan kebijakan perdagangan barang saja, misalnya TPP akan mensyaratkan peraturan yang menerapkan perlakuan yang setara kepada perusahaan dalam dan luar negeri. Meskipun TPP memberikan keleluasaan dalam pelaksanaan yang berkaitan dengan peraturan perundangan yang berlaku, TPP dapat pula membatasi pengambilan keputusan di masa depan. Sebagai contoh, para anggota TPP memiliki ruang yang lebih terbatas dalam peraturan perundangan yang membatasi negara-negara anggota TPP lain. Hal tersebut sangat penting bagi negara seperti Indonesia, yang dibandingkan negara di Asia Tenggara lainnya, masih cukup aktif dalam mempergunakan peraturan yang membatasi perdagangan dan investasi. Desember 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iv