Belanja Infrastruktur Digenjot

advertisement
■v
V.v?.^. ;
3
S ~
S “ ~ w
— 22
aC
S ? '. 5 T
Belanja Infrastruktur Digenjot
JAKARTA — Pemerintah menjanjikan percepatan
belanja, terutama yang berkaitan dengan infra­
struktur, untuk menghela kembali pertumbuhan
yang melambat tajam pada awal tahun ini.
Pertumbuhan Kuartal 1/2015 Catat Rekor Terendah
61 8 6,27 6,01 5,!
i,94 6,11 ^ 21 5,94 5|87
■
3-01 5.59
5,59 55.55 5,6
5,61
a «-«**“**»«*,«,*
5-61
i
Laju Pertumbuhan PDB Triwulan tahun 2011-2015 (% )
02 03
Sri Mas Sari
sri.massdriQbisnis.co.id
Pelaksana Tugas Kepala Badan
Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian
Keuangan Suahasil Nazara meminta
seluruh kementerian/lembaga mem­
percepat belanja.
Pasalnya, investasi pemerintah me­
rupakan, satu-satunya energi pertum­
buhan di tengah kejatuhan ekspor
dan pelambatan konsumsi rumah
tangga. “Kami masih harapkan eko­
nomi Indonesia bisa tumbuh lebih
tinggi di kuartal 11/2015 dan seterus­
nya, didorong oleh pengeluaran pe­
merintah,” katanya, Selasa (5/5).
Seperti diketahui belanja infra­
struktur pemerintah, berkontribusi
hingga 45,64% terhadap pertumbuh­
an produk domestik bruto nasional.
Badan Pusat Statistik mengumum­
kan pertumbuhan ekonomi kuartal
1/2015 hanya 4,71%, jauh lebih ren­
dah dari laju periode sama tahun
lalu 5,14%. Pencapaian itu sekaligus
►Sebagai respons atas
pelambatan ekonomi,
nilai tukar rupiah kembali
terpuruk dan bertengger
pada level Rp13.061.
melanjutkan tren pelambatan sejak
kuartal 111/2012.
Kontraksi ekspor dan konsumsi lem­
baga nonprofit yang melayani rumah
tangga (LNPRT), masing-masing
0.33% dan 523%. mengerem laju
PDB. Setahun lalu. LNPRT meluncur
23,66% karena Pemilu, sedangkan
ekspor tumbuh lamban 3,16%.
Kepala BPS Suryamin mengungkap­
kan ada tiga hal yang secara umum
menjadi penyebab pelambatan ekono­
mi tiga bulan pertama tahun ini.
Pertama, sejumlah negara yang
menjadi mitra dagang Indonesia meng­
alami pelambatan ekonomi. Sebagai
contoh, China yang merevisi proyeksi
pertumbuhannya dari 7,4%menjadi
7%. Padahal, andil Negeri Panda
9%-10% terhadap ekspor RI.
Kedua, pelemahan harga minyak
dunia yang memengaruhi harga ko­
moditas. Padahal, ekspor Indonesia
masih bergantung pada komoditas.
Ketiga, aktivitas ekspor dan impor
Januari-Maret yang turun dari posisi
periode sama tahun lalu. Ekspor se­
panjang Januari-Maret turun 11,7%
dari posisi periode sama tahun lalu.
Pada saat vang sama, impor anjlok
15%.
Sebagai respons atas pelambatan
ekonomi pada kuartal 1/2015, per-
* > * 2 i 03 4'92 a ’4,71
! ’I
2011
04 I 01 02 03
|
2012
04 I 01
Pertumbuhan
Beberapa Komponen
pada Kuartal 1/2015
(%)
PKRT: P?nqeluaran Konsumsi
Rumah Tanqqa, PMTB:
Pembentukan Modal Tetap Bruto,
PKP: Ptnqeluaran Konsumsi
Pemerintah
Sumber. BPS
gerakan nilai tukar rupiah kembali
terpuruk melewati level psikologis
Rp 13.000. Rupiah bertengger pada
level Rpl3.061.
—-—
Sebaliknya, setelah didera penu­
runan sepanjang pekan lalu, indeks
harga saham gabungan (IHSG) pada
dua hari pertama pekan ini menghi­
jau. Kemarin, IHSG naik 0,37% ke
posisi 5.160,3.
DORONG EKSPOR
Selain menggenjot belanja, Menteri
Koordinator Perekonomian Sofyan
Djalil mengungkapkan sasaran per­
tama pemerintah adalah menggen­
carkan ekspor ke pasar nontradi­
sional seperti India, Timur Tengah,
TUrki dan Iran. “Pua minggu lagi
saya pergi ke Iran dan pasar non­
tradisional itu,” ujarnya, Selasa (5/5).
02 03
2013
04 I 01
02 Q3
2014
04 I
I'
investasi manufaktur.
Seperti diketahui, hari ini
Peraturan Pemerintah No 18/2011
tentang Fasilitas Pajak Penghasilar
untuk Penanaman Modal di Bidang
Bidang Usaha Tertentu dan/atau d
Daerah-Daerah Tertentu, sebaga
peraturan pengganti dari PP 52/2011
resmi berlaku.
Hanya saja, ekonom Center 01
Reform on Economic Indonesia Akhmad Akbar Susamto mengatakan
berkaca dari pengalaman yang ada.
fasilitas tax allowance tidak dimantaatkan dengan Daik oten petaKu
usaha.
Selain itu, pelambatan ekonomi
pada kuartal 1/2015 sebesar 4,7%
diperkirakan masih akan berlanjut
karena pada awal kuartal II - persis­
nya per 30 April - penerimaan pajak
dari pos PPN dan PPnBM masih ter­
sungkur.
Dalam laporan Ditjen Pajak kema­
rin (5/5), realisasi penerimaan per
akhir April pada pos tersebut tercatat
senilai Rp 113,32 triliun atau turun
5,25% dari capaian periode yang
sama tahun lalu senilai Rp 117,49
triliun. (A rys Aditya/Kurniaw an A.
Dia menerangkan pemerintah
akan mengaktifkan lagi kemitraan
yang dibekukan seperti dengan Eropa
dan Turki.
Selain itu, pemerintah akan me­
longgarkan ketentuan produk hasil
produksi dalam negeri bagi perusa­
haan di kawasan berikat dan beren­
cana membangun gudang-gudang
berikat untuk menarik barang Wicaksono/David Eka /./Gloria
modal, seperti kapas dan pipa, yang Riendy Astria/Surya Rianto) 0
selama ini disim­
pan di luar negeri.
Sofyan juga ber­
harap beleid fasilitas
pengurangan pajak
Window Film
penghasilan atau
Experience your world
tax allowance yang
in a whole new way.]
efektif berlaku hari
ini (6/5) akan kem­
bali
mendorong
N. Dolorosa/
= 3 I. §
» - 'a c.
w
1!I = § I
V
> PERTUMBUHAN EKONOMI MELAMBAT
ca
C 5% «•
o □ □ a
a
- f | | |
s* ~
•=
ft =
'J; =■*
! 9- ^
. 2 £ t § - 8 s§ £3 S§ g '
a in. a
ri-r
a a a a c □
Ifgfifc.
•J
■□ n a a a a
o
Cj
LLumaf
N
2
Download