BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1 Teori-Teori Umum Dalam teori umum membahas secara ringkas tentang teori-teori yang berhubungan dengan Data, Tabel, Basis Data (Database), Sistem Basis Data (Database System), Sistem M anajemen Basis Data (Database Management System-DBMS), Bahasa Basis Data (Database Language), Pemodelan Hubungan Entitas (Entity Relation Modelling), Perancangan Basis Data (Database Design), Normalisasi, dan Siklus Hidup Aplikasi Basis Data (Database Aplication Lifecyle). 2.1.1 Pengertian Data M enurut Whitten, et al (2004, p23), Data adalah fakta mentah mengenai orang, tempat, kejadian, dan hal-hal yang penting dalam organisasi. M enurut Turban (2005, p52), Data adalah fakta mentah atau deskripsi dasar dari sesuatu, kejadian, aktivitas dan transaksi yang didapat, dicatat, disimpan, dan dikelompokkan, namun tidak terorganisir sehingga tidak memberikan suatu arti yang spesifik. Data dapat berupa numerik, alfanumerik, figur, suara, atau gambar. Basis data terdiri atas berbagai data yang disimpan dan diatur untuk dapat ditarik kembali. M enurut Atzeni, et al (2003, p2), Data adalah sebuah informasi yang disimpan yang perlu ditafsirkan untuk memberikan informasi. 7 8 2.1.2 Pengertian Tabel M enurut Whitten, et al (2004, p521), Tabel adalah ekuivalensi basis data relasional dari sebuah file. M enurut Connolly dan Begg (2002, p69), dalam model relasional semua data secara logis terstruktur dalam hubungan (tabel). Setiap relasi memiliki nama dan terdiri dari atribut bernama (kolom) data. Setiap tuple (baris) berisi satu nilai per atribut. Sebuah kekuatan besar dari model relasional adalah struktur logis sederhana. M enurut Connolly dan Begg (2002, p71), model hubungan ini didasarkan pada konsep matematika dari suatu hubungan, yang secara fisik direpresentasikan sebagai sebuah tabel. M enurut Connolly dan Begg (2002, p72), relasi adalah tabel dengan kolom dan baris. Sebuah RDBMS hanya memerlukan basis data yang dirasakan oleh pengguna sebagai tabel. Atribut adalah kolom bernama relasi. Dalam model hubungan, hubungan yang digunakan untuk menyimpan informasi tentang objek yang harus diwakili dalam basis data. Domain adalah himpunan nilai-nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih atribut. Domain adalah fitur sangat kuat dari model relasional. Setiap atribut dalam kaitannya didefinisikan pada domain. M enurut Connolly dan Begg (2002, p73), tuple adalah baris dari relasi. Unsur relasi adalah baris atau tuple dalam tabel. Tuple dapat muncul dalam urutan apapun dan hubungan tersebut tetap akan hubungan yang sama, dan karena itu menyampaikan makna yang sama. 9 M enurut Connoly dan Begg (2002, p74), tingkat relasi adalah jumlah atribut yang dikandungnya. Kardinalitas relasi adalah jumlah tuple yang dikandungnya. Kumpulan hubungan normalisasi hubungan dengan nama yang berbeda. 2.1.3 Pengertian Basis Data (Database) M enurut Connolly dan Begg (2002, p14), Basis Data (Database) adalah kumpulan data yang dipakai bersama dan terhubung secara logis dan deskriptif dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi. M enurut Atzeni, et al (2003, p2), Basis Data (Database) adalah kumpulan data, digunakan untuk merepresentasikan informasi yang menarik untuk suatu sistem informasi. M enurut Gerald V. Post (2005, p2), Basis Data (Database) adalah kumpulan data yang disimpan dalam format standar, yang dirancang untuk digunakan bersama oleh banyak pengguna. M enurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Basis_data, 7 Oktober 2010), pengertian Basis Data (Database) adalah kumpulan informasi yang saling berhubungan dan disimpan dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. 10 2.1.4 Pengertian Sistem Basis Data (Database System) M enurut Connolly dan Begg (2002, p4), Sistem Basis Data (Database System) merupakan kumpulan dari program aplikasi yang berinteraksi dengan basis data itu sendiri. M enurut Syopiansyah Jaya Putra (2010), Sistem Basis Data (Database System) adalah suatu informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu instansi. 2.1.5 Pengertian Sistem Manajemen Basis Data (Database Management SystemDBMS) M enurut Connolly dan Begg (2002, p16), Sistem M anajemen Basis Data (Database Management System-DBMS) adalah sebuah sistem piranti lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, menjaga, dan akses kontrol ke basis data. M enurut Atzeni, et al (2003, p3), Sistem M anajemen Basis Data (Database Management System-DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang mampu mengelola koleksi data yang besar, terbagi dan tetap, dan memastikan kehandalan dan privasi. M enurut Gerald V. Post (2005, p2), Sistem M anajemen Basis Data (Database Management System-DBMS) adalah perangkat lunak yang mendefinisikan basis data, menyimpan data, mendukung bahasa kueri, menghasilkan laporan, dan menciptakan layar entry data. 11 M enurut Ramakrishnan dan Gehrke (2003, p4), Sistem M anajemen Basis Data (Database Management System-DBMS) adalah perangkat lunak yang dirancang untuk membantu dalam memelihara dan memanfaatkan koleksi data yang besar. M enurut Connolly dan Begg (2002, p48), DBMS memiliki sepuluh fungsi, yaitu: 1. Data storage, retrieval, and update DBMS harus dapat memungkinkan pengguna untuk menyimpan, mengambil, dan memperbaharui data di dalam basis data. 2. A user-accessible catalog DBMS harus memberikan katalog dimana deskripsi item data yang disimpan dan yang dapat diakses oleh pengguna. 3. Transaction support DBMS harus menyediakan suatu mekanisme yang baik akan memastikan bahwa semua pembaruan yang sesuai dengan transaksi yang dibuat atau tidak satupun yang dibuat. 4. Concurrency control services DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk menjamin basis data diperbaharui secara benar sehingga tidak banyak pengguna memperbaharui basis data secara bersamaan. 5. Recovery services DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk perbaikan basis data apabila terjadi kerusakan. 12 6. Authorization services DBMS harus memiliki sebuah mekanisme untuk menjamin bahwa hanya pengguna yang memiliki otoritas yang dapat mengakses basis data. 7. Support for data communication DBMS harus dapat terintegrasi dengan piranti lunak komunikasi, dapat mengakses basis data dari lokasi yang jauh. 8. Integrity services DBMS harus memiliki sarana untuk menjamin baik data dalam basis data maupun perubahan terhadap data mengikuti aturan-aturan tertentu. 9. Services to promote data independence DBMS harus menyertakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung ketidaktergantungan piranti lunak terhadap struktur dari basis data. 10. Utility services DBMS harus menyediakan serangkaian layanan kegunaan, seperti program analisis statistik, pengawasan fasilitas, fasilitas reorganisasi indeks, dan lain-lain. M enurut Connolly dan Begg (2002, p18), DBMS memiliki lima komponen penting, yaitu: 1. Perangkat Keras (Hardware) Dalam menjalankan aplikasi dan DBMS diperlukan perangkat keras. Perangkat keras dapat berupa a single personal computer, single mainframe, sampai jaringan komputer. Perangkat keras tertentu tergantung pada kebutuhan organisasi dan pengguna DBMS. Beberapa DBMS hanya berjalan pada perangkat keras tertentu atau 13 sistem operasi, sementara yang lain berjalan di berbagai perangkat keras dan sistem operasi. 2. Perangkat Lunak (Software) Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS dan program aplikasi beserta sistem operasi, termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS sedang digunakan pada jaringan. 3. Data Data merupakan komponen terpenting dari DBMS dan juga merupakan penghubung antara komponen mesin (perangkat keras dan perangkat lunak) dan komponen human (prosedur dan orang). 4. Prosedur (Procedures) Prosedur merupakan panduan dan instruksi dalam membuat desain dan menggunakan basis data. Penggunaan dari sistem dan staf dalam mengelola basis data membutuhkan prosedur dalam menjalankan sistem dan mengelola basis data itu sendiri. Demikian prosedur di dalam basis data berupa: login di dalam basis data, penggunaan sebagian fasilitas DBMS, cara menjalankan dan memberhentikan DBMS, membuat salinan backup database, memeriksa perangkat keras dan perangkat lunak yang sedang berjalan, mengubah struktur basis data, meningkatkan kinerja atau membuat arsip data pada media penyimpanan sekunder. 5. M anusia (People) Komponen terakhir adalah manusia yang terlibat dalam sistem tersebut. Komponen ini meliputi data administrator, database administrator, database designers, application developers, dan end-user. Data Administrator (DA) bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya data termasuk perencanaan basis data, pengembangan 14 dan pemeliharaan standar, kebijakan dan prosedur, dan konseptual/desain basis data logis. Database Administrator (DBA) bertanggung jawab atas relasi fisik dari basis data termasuk perancangan basis data fisik dan implementasi, keamanan dan kontrol integritas, perawatan sistem operasional, dan meyakinkan kinerja aplikasi yang memuaskan untuk pengguna. Database Designers bertanggung jawab mengidentifikasi data, hubungan antara data, dan kendala pada data yang akan disimpan dalam basis data. Application Developers bertanggung jawab setelah basis data diimplementasikan, program aplikasi yang menyediakan fungsionalitas yang diperlukan untuk end-user harus diimplementasikan. End-User adalah ‘client’ untuk basis data, yang telah dirancang dan diimplementasikan dan selalu dirawat untuk menyajikan kebutuhan-kebutuhan informasi mereka. M enurut Connolly dan Begg (2002, p26), keuntungan DBMS sebagai berikut: 1. M engontrol redudansi data 2. Konsistensi data 3. Informasi lebih untuk sejumlah data yang sama 4. Pembagian data (sharing of data) 5. M eningkatkan integritas data 6. M eningkatkan keamanan 7. M eningkatkan standar 8. Skala ekonomi 9. M enyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang saling bertabrakan 10. M eningkatkan pengaksesan dan respon data 11. M eningkatkan produktifitas 15 12. M eningkatkan pemeliharaan melalui data independence 13. M eningkatkan concurrency 14. M eningkatkan layanan backup dan recovery M enurut Connolly dan Begg (2002, p29), kerugian DBMS adalah sebagai berikut: 1. Kompleksitas 2. Ukuran 3. Biaya dari DBMS 4. Biaya tambahan perangkat keras 5. Biaya proses konversi 6. Performa 7. Pengaruh kegagalan yang lebih tinggi 2.1.6 Bahasa Basis Data (Database Language) Berikut ini merupakan beberapa macam Bahasa Basis Data (Database Language), yaitu: 2.1.6.a Data Definition Language (DDL) M enurut Connolly dan Begg (2002, p40), Data Definition Language (DDL) adalah suatu bahasa yang memperbolehkan Database Administrator (DBA) atau pengguna untuk mendeskripsikan dan memberi nama suatu entitas, atribut dan relasi data yang dibutuhkan untuk aplikasi dan batasan keamanan data. 16 2.1.6.b Data Manipulation Languange (DML) M enurut Connolly dan Begg (2002, p41), Data Manipulation Language (DML) adalah suatu bahasa yang menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung manipulasi data yang berada pada basis data. Pengoperasian data akan dimanipulasi biasanya meliputi: 1. Penambahan data baru ke dalam basis data (insertion) 2. M odifikasi data yang disimpan kedalam basis data (modify) 3. Pengambilan data yang terdapat dalam basis data (retrieve) 4. Penghapusan data dari basis data (delete) DML dibagi menjadi 2 jenis, yaitu procedural dan non-procedural. Procedural DML adalah suatu bahasa yang memperbolehkan penggunaan untuk mendeskripsikan ke sistem data apa yang dibutuhkan dan bagaimana mendapat data tersebut secara cepat dan tepat, sedangkan Non-procedural DML adalah sebuah bahasa yang mengizinkan penggunaan untuk menentukan data apa yang dibutuhkan tanpa memperhatikan bagaimana cara data diperoleh. 2.1.7 Pemodelan Hubungan Entitas (Entity-Relatioship Modelling) M enurut Connolly dan Begg (2002, p330), Pemodelan Hubungan Entitas (EntityRelationship Modelling) adalah model untuk memastikan pemahaman yang tepat terhadap data dan bagaimana penggunaannya di dalam suatu perusahaan. M odel ini menggunakan pendekatan Top-Down dalam merancang basis data, dimulai dengan mengidentifikasi data yang penting yang disebut entitas dan relationship antara data harus direpresentasikan dalam model. Kemudian ditambahkan beberapa atribut dan batasan (constraint) pada entitas, atribut dan relationship. 17 1. Entity Types M enurut Connolly dan Begg (2002, p331), Entity Types adalah sekumpulan objek dengan sifat yang sama yang diidentifikasikan oleh perusahaan dan keberadaannya independent. M enurut Connolly dan Begg (2002, p333), Entity Occurance adalah objek dari tipe entitas yang diidentifikasikan secara unik. Tipe entitas dapat diklasifikasikan menjadi: 1. M enurut Connolly dan Begg (2002, p342), Strong Entity Type yaitu sebuah entitas yang tidak bergantungan pada entitas lain karena entitas tersebut diidentifikasikan dengan menggunakan primary key. 2. M enurut Connolly dan Begg (2002, p343), Weak Entity Type yaitu sebuah entitas yang bergantung pada entitas lain karena entitas tersebut diidentifikasikan dengan menggunakan primary key. 2. Relationship Types M enurut Connolly dan Begg (2002, p334), Relationship Types adalah sekumpulan hubungan antara satu atau lebih entitas yang ada dan mempunyai arti. Relationship Occurance adalah suatu hubungan unik antara satu atau lebih entitas yang teridentifikasi dalam tipe entitas. 3. Atribut M enurut Connolly dan Begg (2002, p338), Atribut merupakan sifat-sifat dari sebuah tipe entitas atau relationship type. Atribut domain adalah kumpulan nilai yang diperbolehkan untuk salah satu atau lebih atribut. Atribut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 18 1. Simple / Composite Attributes M enurut Connolly dan Begg (2002, p339), Simple attribute adalah atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal yang keberadaannya independent. Composite attribute adalah atribut yang terdiri dari beberapa komponen yang keberadaannya independent. 2. Single / Multi-Valued Attributes M enurut Connolly dan Begg (2002, p339), Single-Valued Attribute adalah atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap kejadian atau sebuah tipe entitas. MultiValued Attribute adalah atribut yang mempunyai beberapa nilai untuk setiap kejadian atau sebuah tipe entitas. 3. Derived Attributes M enurut Connolly dan Begg (2002, p340), Derived Attribute adalah atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya, dan tidak harus berasal dari entitas yang sama. 2.1.7.a Keys a. M enurut Connolly dan Begg (2002, p340), Candidate Key merupakan sejumlah kecil atribut dari entitas yang mengidentifikasikan setiap kejadian dari entitas tersebut secara unik. b. M enurut Connolly dan Begg (2002, p341), Primary Key merupakan candidate key yang dipilih untuk mengidetifikasikan setiap kejadian entitas secara unik. c. M enurut Connolly dan Begg (2002, p341), Composite Key merupakan candidate key yang terdiri dari dua atau lebih atribut. 19 d. M enurut Connolly dan Begg (2002, p341), Alternate Key adalah sebuah setiap candidate key yang tidak terpilih menjadi primary key. e. M enurut Connolly dan Begg (2002, p79), Foreign Key adalah sebuah atribut atau sekumpulan atribut pada suatu relasi yang sama dengan candidate key dari beberapa relasi lainnya. 2.1.7.b Structural Constraint Berikut ini merupakan kendala yang dapat terjadi di dalam sebuah relationship, yaitu sebagai berikut: 1. Multiplicity M enurut Connolly dan Begg (2002, p344), Multiplicity adalah sejumlah kejadian yang mungkin terjadi pada sebuah tipe entitas yang berhubungan ke sebuah kejadian dari tipe entitas lain pada suatu relationship. Derajat yang biasanya digunakan pada suatu relationship adalah binary relationship, yang terdiri atas: 1. One-to-One (1:1) Relationship 2. One-to-Many (1:*) Relationship 3. Many-to-Many (*.*) Relatioship Multiplicity sebenarnya terdiri atas dua constraint yang berbeda, yaitu: a. M enurut Connolly dan Begg (2002, p351), Cardinality menggambarkan jumlah maksimum dari kemungkinan batasan sebuah entitas yang ikut berpartisipasi dalam sebuah relasi. b. M enurut Connolly dan Begg (2002, p351), Participant menentukan apakah semua atau beberapa entity occurance yang ikut serta dalam sebuah relationship. 20 2.1.8 Perancangan Basis Data (Database Design) M enurut Connolly dan Begg (2002, p279), Perancangan Basis Data (Database Design) merupakan proses menciptakan rancangan yang akan mendukung misi dan tujuan perusahaan untuk kebutuhan sistem basis data. Pendekatan dalam perancangan basis data, antara lain: 1. Bottom-Up M enurut Connolly dan Begg (2002, p279), Pendekatan Bottom-Up dimulai dari atribut dasar, dengan menganalisa hubungan antara atribut, yang dikelompokan ke dalam suatu relasi yang merepresentasikan tipe entitas dan relationship antara entitas-entitas. 2. Top-Down M enurut Connolly dan Begg (2002, p279), Pendekatan Top-Down dimulai pengembangan model data yang berisi beberapa entitas dan tingkat tinggi relationship dan kemudian menggunakan pendekatan top-down secara berurutan untuk mengidentifikasikan entitas tingkat rendah, relationship, dan atribut-atribut yang berhubungan. 3. Inside-Out M enurut Connolly dan Begg (2002, p280), Pendekatan Inside-Out berhubungan dengan pendekatan bottom-up, perbedaannya adalah pendekatan ini mengidentifikasikan sekumpulan entitas utama dan kemudian menyebar ke entitasentitas yang lain, hubungan-hubungan, dan atribut-atribut yang berkaitan dengan halhal yang sudah diidentifikasikan sebelumnya. 21 4. Mixed Strategy M enurut Connolly dan Begg (2002, p280), Pendekatan Mixed Strategy menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down untuk bagian model yang berbeda sebelum akhirnya menggabungkan semua bagian. Dalam perancangan basis data terdapat tiga fase utama, yaitu: perancangan basis data konseptual, perancangan basis data logikal, dan perancangan basis data fisikal. 2.1.8.a Perancangan Basis Data Konseptual M enurut Connolly dan Begg (2002, p419), Perancangan Basis Data Konseptual adalah proses membangun sebuah model dari data yang digunakan di perusahaan, terlepas dari semua pertimbangan-pertimbangan fisik. M enurut Connolly dan Begg (2002, p422), langkah-langkah dalam perancangan basis data konseptual adalah sebagai berikut: Langkah 1 Membangun Model Data Konseptual a. Langkah 1.1 Mengidentifikasi tipe-tipe entitas Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi tipe-tipe entitas yang dibutuhkan. b. Langkah 1.2 Mengidentifikasikan tipe-tipe relasi Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan relationship penting yang ada di antara tipe-tipe entitas yang telah diidentifikasikan. c. Langkah 1.3 Mengidentifikasi dan menghubungkan atribut dengan tipe-tipe entitas, atribut domain, primary key, dan candidate key Tujuannya adalah untuk menghubungkan atribut dengan entitas atau tipe relationship yang sesuai, untuk menentukan domain untuk atribut pada model data 22 konseptual dan untuk mengidentifikasikan candidate key untuk setiap tipe entitas dan apabila ada lebih dari satu candidate key, pilih satu untuk dijadikan primary key. d. Langkah 1.4 Mempertimbangkan untuk penggunaaan konsep pemodelan enhanced (langkah pilihan) Tujuannya adalah untuk mempertimbangkan penggunaan konsep enhanced modeling, seperti spesialis, generalisasi, aggregation, dan composition. e. Langkah 1.5 Mengecek redudansi pada model Tujuannya adalah untuk memeriksa apabila ada redudansi pada model data. Pada langkah ini, model data konseptual diuji untuk memeriksa apakah terdapat redudansi dalam data dan memindahkannya jika ada. Pada tahap ini terdapat dua aktivitas, yaitu: 1. M enguji ulang hubungan one-to-one (1:1) relationships 2. M enghilangkan hubungan yang berulang f. Langkah 1.6 Memvalidasi model data konseptual lokal dengan transaksi pengguna Tujuannya adalah untuk memastikan model konseptual telah mendukung transaksi yang dibutuhkan oleh perusahaan. Untuk memastikan bahwa model konseptual lokal benar-benar mendukung transaksi dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu: 1. M endeskripsikan transaksi-transaksi 2. M enggunakan jalur-jalur transaksi g. Langkah 1.7 Meninjau model konseptual lokal dengan pengguna Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa model tersebut adalah sudah merupakan representasi sebenarnya dari permintaan data oleh perusahaan. 23 2.1.8.b Perancangan Basis Data Logikal M enurut Connolly dan Begg (2002, p419), Perancangan Basis Data Logikal adalah proses membangun sebuah model dari data yang digunakan di perusahaan berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi terlepas dari DBMS tertentu dan pertimbangan-pertimbangan fisik lainnya. M enurut Connolly dan Begg (2002, p442), langkah-langkah dalam perancangan bisnis data logikal adalah sebagai berikut: Langkah 2 Membangun dan Memvalidasi Model Data Logikal a. Langkah 2.1 Menghilangkan fitur-fitur yang tidak sesuai dengan model relasional Tahap ini merupakan tahap penyesuaian dari model data konseptual lokal agar bisa digunakan dengan lebih mudah oleh sistem. Pada tahap ini dilakukan aktifitas: 1. M enghilangkan relasi many-to-many (*.*) 2. M enghilangkan relasi rekursif many-to-many (*.*) 3. M enghilangkan relasi kompleks 4. M emindahkan atribut multi-valued b. Langkah 2.2 Menurunkan relasi untuk model data logikal Tujuannya adalah untuk membuat hubungan untuk model data logikal untuk merepresentasikan entitas-entitas, relationship, dan atribut-atribut yang sudah diidentifikasi. 24 c. Langkah 2.3 Memvalidasi relasi dengan normalisasi Pada tahap ini, dilakukan validasi terhadap transaksi di model data lokal logikal dengan menggunakan teknik normalisasi untuk mengembangkan model data sehingga terhindar dari duplikasi data yang tidak diperlukan. d. Langkah 2.4 Memvalidasi relasi melalui transaksi pengguna Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hubungan-hubungan dalam model data logikal mendukung transaksi yang dibutuhkan oleh tampilan. e. Langkah 2.5 Mendefinisikan integrity constraint Integrity constraint adalah batasan-batasan yang digunakan untuk menjaga agar basis data tidak menjadi inkonsisten. Ada lima tipe dari integrity constraint, yaitu: 1. Required Data Beberapa atribut harus selalu berisi nilai yang benar (valid), tidak dapat bernilai “NULL”. 2. Batasan Domain Atribut Setiap atribut mempunyai domain sendiri, yaitu sekumpulan nilai yang sah untuk suatu atribut. 3. Entity Integrity Primary key dari sebuah entitas tidak boleh bernilai “NULL”. Setiap baris harus mempunyai sebuah primary key. 4. Referential Integrity Jika suatu foreign key memiliki nilai, maka nilai tersebut harus menunjukkan ke sebuah baris yang ada pada relasi ‘parent’. 25 5. Enterprise Constraint Aturan tambahan yang dibuat oleh pemakai atau seseorang administrator basis data dari basis data tersebut. f. Langkah 2.6 Meninjau model data logikal dengan pengguna Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa model data logikal lokal dan dokumentasi pendukung yang menggambarkan model merupakan perwakilan yang benar dari pandangan pengguna. Langkah 3 Membangun dan Memvalidasi Model Data Logikal dan Global Tujuannya adalah untuk mengkombinasikan suatu individu model data logikal lokal ke dalam suatu model yang menggambarkan suatu enterprise. 2.1.8.c Perancangan Basis Data Fisikal M enurut Connolly dan Begg (2002, p419), Perancangan Basis Data Fisikal adalah proses untuk menghasilkan penjelasan dari pengimplementasian dari suatu basis data pada penyimpanan kedua, juga menjelaskan relasi dasar, pengatur dokumen dan indeks yang digunakan untuk mencapai akses data yang efisien, integrity constraint serta aman. M enurut Connolly dan Begg (2002, p479), langkah-langkah dalam perancangan basis data fisikal adalah sebagai berikut: Langkah 4 Menerjemahkan Model Data Logikal Global Untuk DBMS Target a. Langkah 4.1 Merancang relasi dasar Tujuannya adalah untuk menentukan bagaimana representasi dari hubungan dasar diidentifikasi dalam model data logikal dalam target DBMS. 26 b. Langkah 4.2 Merancang representasi dari data yang diturunkan Tujuannya adalah untuk menentukan cara untuk merepresentasikan data yang diturunkan yang ada dalam logikal global data model ke dalam target DBMS. c. Langkah 4.3 Merancang enterprise con straint Tujuannya adalah untuk mendesain batasan-batasan organisasi untuk target DBMS. Perbaharuan terhadap relasi dibatasi oleh peraturan organisasi yang mengatur transaksi ‘real world’ yang diwakili oleh pembaharuan tersebut. Langkah 5 Merancang Representasi Fisikal a. Langkah 5.1 Menganalisis transaksi Tujuannya adalah untuk memahami fungsi dari transaksi yang diajalankan pada basis data dan menganalisa transaksi-transaksi yang penting. b. Langkah 5.2 Memilih organisasi file Tujuannya adalah untuk menentukan organisasi file yang efisien untuk setiap relasi dasar. c. Langkah 5.3 Pemilihan indeks Tujuannya adalah untuk menentukan apakah penambahan indeks akan meningkatkan kerja sistem. d. Langkah 5.4 Memperkirakan kebutuhan media penyimpanan Tujuannya adalah untuk memperkirakan besarnya ruangan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung implementasi basis data pada tempat penyimpanan kedua. 27 Langkah 6 Perancangan User Views Tujuannya adalah untuk merancang pandangan pengguna yang diidentifikasikan selama tahap pengumpulan kebutuhan dan analisis pada siklus hidup aplikasi basis data. Langkah 7 Perancangan Mekanisme Keamanan Tujuannya adalah untuk merancang mekanisme keamanan atau keamanan untuk basis data seperti yang telah diminta oleh pengguna pada tahapan awal siklus perkembangan sistem basis data. 2.1.9 Normalisasi (Normalization) M enurut Connolly dan Begg (2002, p376), Normalisasi (Normalization) adalah teknik untuk memproduksi sekumpulan relasi dengan sifat yang diinginkan, dengan kebutuhan data yang diberikan perusahaan. M enurut Whitten (2004, p306), Normalisasi (Normalization) adalah teknik analisis data yang mengelola data ke dalam kelompok-kelompok untuk membentuk entitas yang nonredudancy, stabil, fleksibel, dan adaptif. M enurut Connolly dan Begg (2002, p387), Unnormalized Form (UNF) adalah suatu tabel yang terdiri dari satu atau lebih repeating group. Repeating group adalah sebuah atribut atau himpunan di dalam tabel yang memiliki lebih dari nilai (multiple value) untuk sebuah primary key pada tabel tersebut. Berikut ini merupakan tahap tingkatan normalisasi: 28 1. First Normal Form (1NF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p388), suatu relasi dikatakan 1NF jika titik temu tiap baris dan kolom pada relasi tersebut mengandung satu dan hanya satu nilai. Sebuah relasi akan berada dalam bentuk 1NF jika repeating group sudah hilang. Ada dua pendekatan untuk menghilangkan repeating group pada tabel yang tidak normal (unnormalized table), yaitu: a. Dengan memasukkan data yang sesuai ke dalam kolom yang kosong dari basis yang mengandung kata yang berulang. b. Dengan menempatkan data yang berulang bersama salinan dari atribut kunci pada relasi yang terpisah. 2. Second Normal Form (2NF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p392), relasi dikatakan 2NF jika relasi berada pada 1NF dan setiap atribut yang bukan primary key bergantung sepenuhnya (full functionally dependent) terhadap primary key. Full functional dependency terjadi jika A dan B merupakan atribut dari suatu relasi, dan B dikatakan bergantung penuh terhadap A (A→B), jika bergantung terhadap A, namun bukan subset dari A. 3. Third Normal Form (3NF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p394), suatu relasi dikatakan 3NF jika relasi tersebut berada dalam bentuk 1NF dan 2NF, dan tidak ada atribut yang bukan primary key bergantung secara transitif (transitively dependent) terhadap primary key. Transitive dependency ialah sebuah kondisi dimana A, B, C merupakan atribut dari relasi yang jika A→B dan B→C maka C disebut bergantung secara transitif (transitively dependent) terhadap A melalui B (A tidak functionally dependent terhadap B atau C). 29 4. Boyce Codd Normal Form (BCNF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p398), suatu relasi dikatakan BCNF, jika dan hanya jika, setiap determinan adalah candidate key. 5. Fourth Normal Form (4NF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p408), 4NF adalah suatu relasi yang ada dalam BCNF dan tidak berisi depedensi multi nilai trivial. 6. Fifth Normal Form (5NF) M enurut Connolly dan Begg (2002, p410), 5NF adalah suatu relasi yang tidak memiliki ketergantungan bergabung (join depedency). Untuk relasi R dengan himpunan bagian dari atribut R dinotasikan sebagai A, B, …, Z, sebuah relasi memenuhi join depedency jika, dan hanya jika setiap nilai R sama untuk bergabung dengan proyeksi pada A, B, …, Z. 2.1.10 Siklus Hidup Aplikasi Basis Data (Database Application Lifecycle) M enurut Connolly dan Begg (2002, p271), sebuah sistem basis data merupakan komponen dasar sistem informasi organisasi yang lebih besar. Oleh karena itu, siklus hidup aplikasi basis data bergantung dengan siklus hidup sistem informasi. Langkahlangkah siklus hidup aplikasi adalah sebagai berikut: 30 Gambar 2.1 S iklus Hidup Basis Data 1. Perencanaan Basis Data M enurut Connolly dan Begg (2002, p273), Perencanaan Basis Data adalah mengelola aktivitas yang mengizinkan tahap-tahap siklus hidup aplikasi basis data untuk direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin. Kegiatan utama dari perencanaan basis data adalah merencanakan agar tingkat daur hidup dapat menjadi efisien dan efektif. Hal pertama yang harus dilakukan adalah 31 menentukan tugas dari proyek basis data. Dengan tujuan untuk memperjelas maksud dari proyek basis data yang dibutuhkan. Kemudian tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi sasaran dimana setiap sasaran harus mengenal tugasnya masing-masing dan mendukung basis data. 2. Definisi Sistem M enurut Connolly dan Begg (2002, p274), Sistem adalah gambaran lingkup dan batasan-batasan dari aplikasi basis data dan tampilan pengguna yang utama. Sebelum mencoba merancang suatu aplikasi basis data diperlukan untuk mengenali batasan sistem dan bagaimana antarmuka dengan bagian sistem informasi lainnya dalam organisasi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah batasan pemakai dan aplikasi mendatang. Basis data agar dapat memastikan tidak ada pemakaian utama yang terlupakan ketika mengembangkan keperluan untuk aplikasi baru. 3. Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan M enurut Connolly dan Begg (2002, p276), Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan adalah proses dari analisis dan pengumpulan informasi tentang bagian organisasi yang didukung oleh sistem aplikasi basis data dan menggunakan informasi ini untuk mengenali kebutuhan-kebutuhan untuk sistem baru. M enurut Connolly dan Begg (2005, p314), ada beberapa teknik atau cara mendapatkan informasi ini, salah satunya adalah dengan teknik pengumpulan fakta. Pengumpulan fakta adalah suatu proses resmi dalam menggunakan teknik-teknik seperti wawancara atau kuisioner untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang sistem dan kebutuhankebutuhannya. 32 4. Perancangan Basis Data M enurut Connolly dan Begg (2002, p281), Perancangan Basis Data adalah proses pembuatan sebuah rancangan untuk basis data yang mendukung operasi dan tujuan dari perusahaan. Tiga fase utama perancangan basis data, yaitu Perancangan Basis Data Konseptual, Perancangan Basis Data Logikal, dan Perancangan Basis Data Fisikal. 5. Seleksi DBMS M enurut Connolly dan Begg (2002, p284), Seleksi DBMS adalah menseleksi DBMS yang tepat untuk mendukung aplikasi basis data. Seleksi DBMS dilakukan antara tahapan perancangan basis data logikal dan perancangan basis data fisikal. Tujuannya untuk kecukupan sekarang dan kebutuhan masa mendatang pada organisasi, membuat keseimbangan biaya termasuk pembelian produk DBMS, piranti lunak untuk mendukung aplikasi basis data, biaya yang berhubungan dengan perubahan dan pelatihan karyawan. 6. Perancangan Aplikasi M enurut Connolly dan Begg (2002, p287), Perancangan Aplikasi adalah merancang antarmuka pemakai dan program aplikasi, yang akan memproses basis data perancangan basis data dan aplikasi merupakan aktivitas yang dilakukan secara bersamaan pada siklus hidup aplikasi basis data. 7. Prototyping M enurut Connolly dan Begg (2002, p291), Prototyping adalah membuat model kerja dari aplikasi basis data, yang memungkinkan perancangan atau pemakai untuk mengevaluasi hasil akhir sistem, baik dari segi tampilan maupun fungsi yang dimiliki 33 sistem. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pemakai mengunakan prototipe untuk mengidentifikasikan fitur-fitur sistem berjalan dengan baik atau tidak, dan bila memungkinkan untuk menyarankan peningkatan atau bahkan penambahan fitur-fitur baru ke dalam sistem basis data. 8. Implementasi M enurut Connolly dan Begg (2002, p292), Implementasi adalah realisasi fisik suatu basis data dan perancangan aplikasi. Implementasi basis data dapat dicapai menggunakan Data Definition Languange (DDL) dari DBMS yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI). Pernyataan DDL digunakan untuk menciptakan struktur-struktur basis data dan file-file basis data yang kosong. Semua spesifikasi tampilan pengguna juga diimplementasikan pada tahap ini. 9. Data Conversion and Loading M enurut Connolly dan Begg (2002, p292), Data Conversion and Loading adalah suatu proses mentransfer data yang ada ke dalam basis data baru dan mengubah aplikasi yang ada untuk dijalankan dalam basis data baru. Tahap ini hanya dibutuhkan ketika sistem basis data baru menggantikan sistem yang lama. 10. Pengujian M enurut Connolly dan Begg (2002, p293), Pengujian adalah suatu proses mengeksekusi sistem basis data dengan tujuan menemukan kesalahan. 34 11. Operasional dan Pemeliharaan M enurut Connolly dan Begg (2002, p293), Operasional dan Pemeliharaan adalah proses memonitor dan memelihara sistem yang telah diinstal. 2.1.11 Diagram Konteks (Context Diagram) M enurut Whitten, et al (2004, p351), Diagram Konteks (Context Diagram) adalah model proses untuk mendokumentasikan lingkup sistem atau bisa disebut juga sebagai model lingkungan. 2.1.12 Diagram Nol (Zero Diagram) M enurut Bambang Wahyudi (2010), Diagram Nol (Zero Diagram) merupakan proses penjabaran yang lebih rinci dari diagram konteks. Pada diagram nol ini yang berkembang hanya proses dan alur data yang menghubungkan proses-prosesnya, sedangkan jumlah terminator dan alur data yang masuk atau keluar dari terminator tetap. 2.2 Teori-Teori Khusus Berikut ini merupakan teori-teori khusus yang berkaitan dari topik skripsi kami meliputi M anajemen, Rumah Sakit, Klinik serta alat bantu (tools) yang digunakan seperti Diagram Aliran Dokumen (DAD), State Transition Diagram (STD), M icrosoft SQL Server 2005, dan M icrosoft Visual Basic yang secara ringkas akan dijelaskan sebagai berikut: 35 2.2.1 Manajemen M enurut Robbins dan Coulter (2007, p8), M anajemen adalah proses mengoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. M enurut Robbins dan Coulter (2007, p9), fungsi dasar dan paling penting dalam manajemen yaitu: 1. M erencanakan, yang mencakup proses: a. merumuskan sasaran b. membangun strategi untuk mencapai sasaran tersebut c. dan mengembangkan rencana guna memadukan dan mengoordinasikan sejumlah aktivitas 2. M engorganisasi, yang mencakup proses menentukan: a. tugas apa yang harus dikerjakan. b. siapa yang harus mengerjakannya c. bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan d. siapa melapor kepasa siapa e. dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil 3. M emimpin, yang mencakup proses: a. memotivasi bawahannya b. memengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja c. memilih saluran komunikasi yang paling efektif d. menyelesaikan masalah perilaku karyawan dengan cara apapun 4. M engendalikan, yang mencakup proses: 36 a. memantau b. memperbandingkan c. mengoreksi M enurut Henry M intzberg (2007, p11), peran manajemen dikelompokkan sebagai berikut: a. Peran antarpribadi adalah peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain yang bersifat seremonial dan simbolis. b. Peran informasional adalah peran yang menerima, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi. c. Peran pengambilan keputusan adalah peran yang membuat pilihan. M enurut Whitten, et al (2007, p332), rencana manajemen meliputi rencana operasi, yang berfokus pada struktur organisasi, produksi, dan sumber daya manusia. 2.2.2 Teori Penjualan M enurut Pederson, et al (1988, p8), Penjualan adalah proses mendorong dan membantu calon pelanggan untuk membeli barang atau jasa atau untuk bertindak baik pada sebuah ide yang memiliki arti penting komersial untuk penjual. M enurut M ulyadi (2001, p202), kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa baik secara kredit maupun tunai. Penjualan menurut cara pembayarannya dapat dibedakan sebagai berikut: a. Penjualan tunai, yaitu penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan catatan mewajibkan pembeli dengan melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli. 37 b. Penjualan kredit, yaitu penjualan yang dilakukan dengan cara memenuhi order dari pelanggan dengan mengirimkan barang atau menyerahkan jasa dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang pelanggannya. 2.2.3 Teori Pembelian M enurut M ulyadi (2001, p301), Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi dua: pembelian lokal dan impor. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri, sedangkan impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri. M enurut M ulyadi (2001, p337), Retur pembelian digunakan untuk melaksanakan transaksi pengembalian barang karena barang tidak cocok dengan spesifikasi yang tercantum dalam surat order pembelian, barang mengalami kerusakan dalam pengiriman, atau barang diterima melewati tanggal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok. Sistem retur pembelian digunakan dalam perusahaan untuk pengembalian barang yang sudah dibeli kepada pemasoknya. 2.2.4 Definisi Rumah S akit Definisi rumah sakit menurut Keputusan M enteri Republik Indonesia No.983.M ENKES/SK/1992 mengenai pedoman rumah sakit umum dinyatakan bahwa Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan. M enurut Siregar (2003), menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani 38 masalah medis modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Pengelompokan rumah sakit berdasarkan perbedaan tingkat kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan. Berdasarkan M enteri Kesehatan Republik Indonesia No.983.M enkes/SK/1992 tentang pedoman rumah sakit umum menyebutkan bahwa rumah sakit pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit umum tipe A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan yang dimiliki. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar. d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar. Dalam Abdullah (2007), memaparkan bahwa fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut: a. M emberikan pelayanan medis. b. M enyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis. c. M enyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. d. M enyelenggarakan pelayanan rujukan. e. M enyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 39 f. M enyelenggarakan penelitian dan pengembangan. g. M enyelenggarakan administrasi umum. 2.2.5 Pengertian Klinik M enurut Soethama, et al. (2004), mengatakan bahwa kata klinik berasal dari bahasa Perancis yang mengandung arti sebagai tempat praktek pengobatan. Sedangkan menurut versi Yunani “Klinikos” atau “Kline” yang berarti tempat tidur. Klinik juga dapat diartikan sebagai tempat bersandar atau berbaring bagi pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan. 2.2.6 Teori Rekam Medis M enurut Permenkes No.749a/PerM enkes/XII/1989, Rekam M edis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. M enurut Waters dan M urphy (2007), Rekam M edis adalah kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan pasien selama perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan. Isi rekam medis meliputi: 1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya. 2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya. 40 Penyelenggaraan rekam medis pada suatu sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator mutu pelayanan pada institusi tersebut. Berdasarkan data pada rekam medis tersebut akan dapat dinilai apakah pelayanan yang diberikan sudah cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai standar atau tidak. Untuk itulah, maka pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan merasa perlu mengatur tata cara penyelenggaraan rekam medis dalam suatu peraturan menteri kesehatan agar jelas rambu-rambunya, yaitu berupa Permenkes No.749a/PerM enkes/XII/1989. Secara garis besar penyelenggaraan rekam medis dalam Permenkes tersebut diatur sebagai berikut: a. Rekam M edis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu. b. Setiap pencatatan Rekam M edis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistem pertanggungjawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5). Permenkes No.749a tahun 1989 menyebutkan bahwa rekam medis memiliki lima manfaat, yaitu: 1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien 2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum 3. Bahan untuk kepentingan penelitian 4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan 5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan 41 2.2.7 Diagram Aliran Dokumen (DAD) M enurut Bodnar (2001, p34), Diagram Aliran Dokumen (DAD) merupakan suatu diagram aliran simbolik yang menunjukkan aliran data dan urutan operasi dalam suatu sistem. M enurut M ulyadi (2001, p60), bagan alir dokumen (document flow chart) digunakan untuk menggambarkan aliran dokumen dalam sistem tertentu. Simbol-simbol yang digunakan dalam bagan aliran dokumen, yaitu: Tabel 2.1 Simbol-simbol dalam Bagan Aliran Dokumen Simbol Nama Dokumen Keterangan Digunakan untuk menggambarkan semua jenis dokumen yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi. Dokumen dan Digunakan untuk menggambarkan tembusannya dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen dicantumkan disudut kiri atas. Berbagai Digunakan dokumen berbagai untuk jenis menggambarkan dokumen yang digabungkan bersama di dalam suatu paket. Nama dokumen dituliskan di dalam masing-masing simbol dan nomor lembar dokumen dicantumkan di sudut 42 kanan atas simbol dokumen yang untuk menggambarkan bersangkutan. Catatan Digunakan catatan akutansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir. Penghubung Dalam menggambarkan bagan alir, arus pada halaman dokumen dibuat mengalir dari atas ke yang sama bawah dan dari kiri ke kanan. Karena keterbatasam ruang halaman kertas untuk menggambar maka diperlukan simbol penghubung untuk memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi lain pada halaman yang sama. Penghubung Jika untuk menggambarkan bagan alir pada halaman suatu sistem akutansi diperlukan lebih yang beda dari satu halaman, simbol ini harus digunakan untuk menunjukan ke mana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan lainnya. Kegiatan Digunakan untuk manual kegiatan manual. menggambarkan 43 Arsip Digunakan untuk menggambarakan arsip sementara sementara yang dokumennya akan di ambil kembali dari arsip tersebut di masa yang akan dating untuk pengolahan lebih keperluan lanjut terhadap dokumen tersebut. Untuk menunjukkan urutan pengarsipan dokumen digunakan simbol berikut ini: A = menurut abjad N = menurut nomor urtu T = kronologis, menurut tanggal Arsip Digunakan untuk menggambarkan arsip permanen permanen yang tidak akan diproses lagi. M ulai/berakhir Simbol ini untuk menggambarkan awal Ya (terminal) dan akhir suatu sistem akutansi. Keputusan Simbol ini menggambarkan keputusan yang Tidak 2.2.8 harus dibuat dalam proses pengolahan data. State Transition Diagram (STD) M enurut Whitten (2004, p636), State Transition Diagram (STD) adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi layar yang dapat terjadi selama satu sesi pengguna. 44 Dua macam simbol yang menggambarkan proses dalam State Transition Diagram (STD), yaitu: 1. State, digambarkan dengan gambar persegi panjang yang menunjukkan state dari sistem. Gambar 2.2 Simbol State dalam STD 2. Transition, digambarkan dengan gambar panah yang menunjukkan transisi antar state. Tiap panah diberi label dengan ekspresi aturan. Label yang di atas menunjukkan kejadian yang menyebabkan transisi yang terjadi. Label yang di bawah menunjukkan aksi yang terjadi akibat dari kejadian tadi. Gambar 2.3 Simbol Transisi dalam STD 2.2.9 Perancangan Antarmuka Pengguna / Layar M enurut Shneiderman (1998, p8), interaksi manusia dengan komputer adalah ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi dam implementasi sistem komputer interaksi untuk digunakan manusia, serta studi fenomena besar yang berhubungan dengannya. M enurut Shneiderman (1998, p74), dalam merancang antarmuka pemakai (user interface), perlu menggunakan delapan aturan emas yang terdiri dari: 1. Berusaha konsisten. 2. M emungkinkan frequent user menggunakan shortcut. 3. M emberikan umpan balik yang informatif. 45 4. M erancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir. 5. M emberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana. 6. M emungkinkan pembalikan aksi (undo) yang mudah. 7. M endukung internal locus of control. 8. M engurangi beban ingatan jangka pendek. M enurut ACM SIGCHI, Interaksi M anusia dan Komputer (IM K) atau Human-Computer Interaction (HCI) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya. 2.2.10 Microsoft SQL Server 2005 M enurut M artin Gruber (2000, p20), SQL adalah sebuah bahasa berorientasi khusus di sekitar basis data relasional. Hal ini meringankan pekerjaan yang harus dilakukan jika menggunakan bahasa pemograman umum, seperti C. Untuk membangun sebuah basis data relasional di C, harus dimulai dari mendefinisikan obyek yang disebut tabel yang bisa berkembang untuk memiliki jumlah baris, dan kemudian membuat prosedur untuk menempatkan nilai-nilai didalamnya. Berikut in merupakan langkah-langkah dalam mencari data yang tersimpan didalam SQL adalah sebagai berikut: 1. M elihat sebuah baris tabel. 2. Lakukan tes untuk melihat apakah ini adalah salah satu baris yang diinginkan. 3. Jika demikian, simpan di suatu tempat sampai seluruh tabel diperiksa. 4. Lihat apakah ada lagi baris dalam tabel. 5. Jika ada beberapa baris, kembali ke langkah 1. 46 6. Jika tidak ada baris lagi, output semua nilai yang tersimpan dalam langkah 3. Bagaimanapun SQL merupakan suku cadang semua ini. Perintah dalam SQL dapat beroperasi pada seluruh tabel sebagai obyek tunggal dan dapat memperlakukan setiap kuantitas informasi diambil atau berasal dari data sebagai unit tunggal. M enurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/M icrosoft_SQL_Server, 7 Oktober 2010), M icrosoft SQL Server adalah sebuah sistem manajemen basis data relasional produk M icrosoft. Bahasa kueri utamanya adalah Transact-SQL yang merupakan implementasi dari SQL standar ANSI/ISO yang digunakan oleh M icrosoft dan Sybase. Umumnya SQL Server digunakan di dunia bisnis yang memiliki basis data berskala kecil sampai dengan menengah, tetapi kemudian berkembang dengan digunakannya SQL Server pada basis data besar. M icrosoft SQL Server dan Sybase/ASE dapat berkomunikasi lewat jaringan dengan menggunakan protocol Tabular Data Stream (TDS). Selain dari itu, M icrosoft SQL Server juga mendukung Open Database Connectivity (ODBC), dan mempunyai driver JDBC untuk bahasa pemrograman Java. Fitur yang lain dari SQL Server ini adalah kemampuannya untuk membuat basis data mirroring dan clustering. M enurut Connolly dan Begg (2002, p111), idealnya sebuah bahasa basis data harus membolehkan pengguna untuk: a. M enciptakan basis data dan struktur relasi. b. M engerjakan tugas-tugas dasar manajemen data seperti penempatan, modifikasi, dan penghapusan data dari relasi. c. M engerjakan kueri yang sederhana dan kompleks. 47 Bahasa basis data harus mengerjakan tugas-tugas ini dengan usaha pengguna yang minimal, serta struktur perintah dan sintaknya harus mudah dipelajari, juga harus portabel, yaitu harus sesuai dengan standar yang ada sehingga dapat menggunakan struktur perintah dan sintaks yang sama ketika memindah DBMS satu ke DBMS lainnya dan SQL memenuhi persyaratan ini. SQL merupakan transform oriented language dengan dua komponen utama yaitu DDL untuk definisi struktur basis data dan DML untuk pengambilan dan perubahan data. 2.2.11 Microsoft Visual Basic M enurut Jung David (1999, p11), Visual Basic adalah salah satu alat pertama yang membawa komponen drag dan drop ke Windows pengembangan aplikasi. Sebelum Visual Basic, harus menggambar formulir anda benar-benar dalam kode. Anda tidak memiliki gagasan tentang apa Windows formulir anda akan terlihat seperti sampai anda mengkompilasi dan menjalankan itu dan mengubah tata letak itu sangat membosankan. Dengan Visual Basic, anda dapat membangun prototipe aplikasi anda dalam hitungan jam bukan hari. Anda tidak lagi harus fasih dalam M icrosoft Windows Software Development Kit untuk membuat aplikasi untuk Windows. Visual Basic sering disebut sebagai alat Rapid Application Development (RAD). M enurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Visual_Basic, 7 Oktober 2010), M icrosoft Visual Basic atau sering disingkat sebagai VB merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program perangkat lunak berbasis sistem operasi M icrosoft Windows dengan menggunakan model pemrograman. Visual Basic merupakan turunan bahasa 48 pemrograman BASIC dan menawarkan pengembangan perangkat lunak komputer berbasis grafik dengan cepat, akses ke basis data menggunakan Data Access Objects (DAO), Remote Data Objects (RDO), atau ActiveX Data Object (ADO), serta menawarkan control ActiveX dan objek ActiveK. Beberapa bahasa skrip seperti Visual Basic for Applications (VBA) dan Visual Basic Scripting Edition (VBScript), mirip seperti halnya Visual Basic, tetapi cara kerjanya yang berbeda. M enurut M uhammad Sadeli (2008, p2), Visual Basic 2005 merupakan suatu program yang digunakan untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .Net Framework.