BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan selintas yang dilakukan selama penelitian berlangsung terdiri dari: suhu udara maksimum, suhu udara minimum, curah hujan, kelembaban udara, kondisi lokasi percobaan dan tanaman yang dominan tumbuh di sekitar tanaman gandum yang dicobakan. Tempat penelitian ini terletak di dataran menengah (dengan ketinggian 700 m d.p.l) di dusun Gunung Sari, kelurahan Sidorejo Kidul, kota Salatiga, provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian memiliki tekstur tanah lempung hingga geluh dan struktur tanahnya remah hingga gumpal lemah (Anonim, 2014). Tanaman yang dominan tumbuh di sekitar tanaman gandum yang dicobakan adalah tanaman padi. Tabel 4.1. Data cuaca di lokasi penelitian Periode penelitian Agustus 2013 Suhu minimal 20,40C Suhu maksimal 31,40C Kelembaban Curah udara hujan 75% 50 mm Jumlah hari hujan 1 hari September 2013 20,50C 330C 74% 2 mm 1 hari Oktober 2013 22,20C 33,50C 75% 267 mm 8 hari 81% 238 mm 14 hari November 2013 0 23,6 C 0 32 C Sumber: (Research Center Getas, 2013). Fisher dan Goldsworthy (1992) menyatakan bahwa tanaman gandum dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada suhu sekitar (100C-250C). Pada lokasi penelitian suhu minimum dan suhu maksimum mencapai (20,40C-33,50C) (Tabel 4.1). Suhu itu menunjukkan lebih tinggi dari persyaratan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum. Menurut Musa (2002) kelembaban udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum (80%-90%) dengan curah hujannya (350 mm-1.250 mm per tahun). Kelembaban udara di lokasi penelitian (76%). Curah hujannya pada bulan Agustus 2013 (50 mm) dengan jumlah hari hujannya (1 hari), curah hujan pada bulan September 2013 (2 mm) dengan jumlah hari hujannya (1 hari), curah hujan pada bulan Oktober 2013 (267 mm) dengan jumlah hari hujannya (8 hari), dan curah hujan pada bulan November 2013 (238 mm) dengan jumlah hari hujannya (14 hari) (Tabel 4.1). Kondisi ini lebih rendah dari persyaratan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman merupakan suatu siklus yang penting di dalam kehidupan suatu tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman di pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: pengaruh interaksi genetik dan lingkungan (Harsanti dkk, 2003). Oleh karena itu selain faktor genetik, faktor lingkungan juga mempengaruhi pengamatan utama yang meliputi: (1) tinggi tanaman, (2) jumlah anakan, (3) umur panen, (4) jumlah benih per malai, dan (5) jumlah benih per rumpun. Tabel 4.2 Genotip M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 SO3 SO8 SO9 Jarissa Selayar Nias Dewata SO10 Tabel tinggi tanaman, jumlah anakan dan umur berbunga tanaman gandum yang dicobakan Tinggi tanaman (cm) 31,23 a 40,54 ab 50,57 b 44,02 ab 51,56 b 49,29 ab 52,28 b 50,56 b 51,88 b 56,30 b 45,61 ab 44,23 ab 40,09 ab 46,41 ab 48,98 ab 51,65 b 47,34 ab Jumlah anakan 3,95 b 1,68 ab 1,69 ab 1,08 a 2,42 ab 2,07 ab 0,96 a 2,05 ab 4,46 b 3,40 ab 2,99 ab 2,80 ab 3,43 ab 4,27 b 2,40 ab 2,31 ab 3,43 ab Umur berbunga (hst) 55,67 a 56,00 a 56,00 a 59,00 a 56,00 a 56,00 a 51,33 a 58,67 a 56,00 a 55,67 a 55,67 a 55,67 a 62,00 a 58,67 a 52,00 a 62,00 a 52,00 a Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antar genotip tanaman gandum, sedangkan angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotip tanaman gandum. hst: hari setelah tanam. Dari (Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa genotip M1 memiliki tinggi tanaman (31,23 cm), lebih pendek secara nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman genotip M3 (50,57 cm), M5 (51,56 cm), M7 (52,58 cm), M8 (50,56 cm), M9 (51,88 cm), SO3 (56,30 cm) dan varietas Dewata (51,65 cm). Tinggi tanaman yang berbeda-beda antar genotip tanaman gandum disebabkan oleh adanya interaksi antar faktor genetik dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiyono (1980) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman gandum dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan tumbuh. 17 Dari (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa jumlah anakan genotip M4 dan genotip M7 berbeda nyata terhadap genotip M1, M9 dan varietas Selayar. Jumlah anakan genotip M4 (1,08) dan M7 (0,96) lebih sedikit secara nyata dibandingkan genotip M1 (3,95), M9 (4,46) dan varietas Selayar (4,27). Jumlah anakan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari masing-masing genotip gandum. Hal ini didukung oleh pernyataan Malik (2011) bahwa jumlah anakan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Dari (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa umur berbunga tanaman gandum tidak berbeda nyata antar genotip gandum. Umur panen tanaman gandum varietas Dewata (98 hari setelah tanam) lebih panjang secara nyata dibandingkan dengan umur panen genotip M7 (89 hari setelah tanam), tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan umur panen genotip lainnya (Tabel 4.3). Menurut Malik (2011) varietas Dewata yang ditanam di dataran tinggi dapat di panen pada umur 129 hari setelah tanam (hst) dan di dataran rendah dapat dipanen pada umur 90 hari setelah tanam. Walaupun jumlah anakan pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar genotip, tetapi jumlah malai tanaman gandum tidak menunjukkan adanya perbedaan secara nyata (Tabel 4.3). Jumlah benih per malai genotip M3 (Tabel 4.3) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap genotip M6, M9, SO3, SO9, varietas Jarissa dan Dewata. Jumlah benih per malai pada genotip M3 (11,00 butir) lebih sedikit secara nyata dibandingkan jumlah benih per malai pada genotip M6 (32,30 butir), M9 (25,10 butir), SO3 (26,79 butir), SO9 (23,90 butir), varietas Jarissa (24,05 butir) dan Dewata (28,25 butir). Menurut Malik (2011) banyaknya jumlah benih tanaman gandum dipengaruhi oleh panjang malai tanaman gandum, akan tetapi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah benih per malai tidak dipengaruhi oleh panjang malai tanaman gandum. 18 Tabel 4.3 Tabel Umur pemanenan, jumlah malai, panjang malai dan jumlah benih per malai, tanaman gandum yang dicobakan Genotip M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 SO3 SO8 SO9 Jarissa Selayar Nias Dewata SO10 Umur pemanenan (hst) 93,00 ab 92,50 ab 92,50 ab 93,50 ab 92,50 ab 92,50 ab 89,00 a 93,00 ab 92,50 ab 92,50 ab 92,50 ab 92,50 ab 93,50 ab 92,50 ab 93,00 ab 98,00 b 93,00 ab Jumlah malai Panjang malai (cm) 60,50 a 39,50 a 8,00 a 8,00 a 42,50 a 33,50 a 43,50 a 39,50 a 57,50 a 79,00 a 78,50 a 85,00 a 178,00a 30,00 a 31,00 a 48,00 a 55,50 a 5,97 a 5,61 a 5,03 a 6,32 a 5,64 a 6,08 a 5,67 a 5,92 a 5,70 a 5,04 a 5,44 a 5,93 a 6,01 a 6,10 a 5,60 a 6,01 a 5,38 a Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antar genotip tanaman gandum, sedangkan angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotip tanaman gandum. hst: hari setelah tanam. Dari (Tabel 4.3) dapat dilihat bahwa jumlah benih per rumpun genotip M4 berbeda nyata terhadap genotip M6. Genotip M4 memiliki jumlah benih per rumpun (154 butir) yang relatif lebih sedikit secara nyata dibandingkan dengan jumlah benih per rumpun genotip M6 (320,50 butir). Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyu dkk (2013) bahwa jumlah benih per rumpun sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Hasil analisis ragam komponen genotip gandum yang dicobakan (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa pada bobot benih per rumpun, bobot benih per petak, bobot 1000 benih dan bobot 1 liter benih tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Budiarti dkk (2004) menyatakan bahwa jumlah anakan per tanaman berpengaruh terhadap hasil per tanaman sehingga dapat dijadikan kriteria seleksi untuk mendapatkan varietas gandum yang berpotensi. 19 Tabel 4.4 Tabel bobot benih per rumpun, bobot 1000 benih, bobot 1 liter benih dan bobot benih per petak. Genotip M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 SO3 SO8 SO9 Jarissa Selayar Nias Dewata SO10 Jumlah benih per rumpun (butir) 176,50 ab 224,00 ab 154,22 ab 154,00 a 205,50 ab 320,50 b 171,00 ab 181,50 ab 251,00 ab 281,00 ab 241,00 ab 239,00 ab 240,50 ab 229,50 ab 173,50 ab 282,50 ab 227,50 ab Bobot benih per rumpun (gram) 7,02 a 4,84 a 0,90 a 2,31 a 5,66 a 9,33 a 0,61 a 5,55 a 7,02 a 13,44 a 7,86 a 12,86 a 12,56 a 5,02 a 3,58 a 7,73 a 9,99 a Bobot 1000 benih (gram) 30,12 a 23,10 a 27,40 a 28,75 a 26,22 a 29,91 a 24,19 a 28,90 a 27,93 a 29,56 a 29,17 a 28,49 a 20,23 a 35,60 a 24,24 a 31,13 a 28,23 a Bobot 1 liter benih (liter) 344,75 a 641,00 a 535,00 a 926,67 a 282,14 a 379,91 a 653,30 a 332,57 a 699,50 a 408,65 a 935,30 a 800,25 a 599,73 a 717,50 a 672,50 a 778,42 a 745,90 a Bobot benih per petak (gram) 3,18 a 3,30 a 1,89 a 2,52 a 4,18 a 3,86 a 3,26 a 2,85 a 3,86 a 5,02 a 4,38 a 5,33 a 4,30 a 3,59 a 3,15 a 4,19 a 4,06 a Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antar genotip tanaman gandum, sedangkan angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata antar genotip tanaman gandum. Malik (2011) menyatakan bahwa jumlah anakan, jumlah malai, jumlah benih per malai dan jumlah benih per rumpun memiliki keterkaitan dengan bobot benih namun pada penelitian ini tidak semua genotip gandum pada variabel jumlah anakan, jumlah benih per malai dan jumlah benih per rumpun mampu menghasilkan bobot benih per petak yang berbeda nyata. Wirawan dkk (2013) dan Malik (2011) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi bobot benih tanaman gandum. Korelasi antar parameter pengamatan terhadap bobot benih per petak disajikan pada Tabel 4.5. Menurut Furqon (2009) koefisien korelasi yang mendekati angka satu (1,00) menunjukkan hubungan kedua variabel yang semakin kuat. Sebaliknya, koefisien korelasi yang mendekati angka nol (0,00) menandakan bahwa hubungan antar kedua variabel lemah. 20 Tabel 4.5. Korelasi parameter pengamatan terhadap bobot benih per petak No Parameter pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bobot benih per petak Tinggi tanaman Jumlah anakan Umur berbunga Umur panen Panjang malai Jumlah malai Jumlah benih per malai Jumlah benih per rumpun Bobot benih per rumpun Bobot 1 liter benih Berat 1000 benih Jumlah Nilai r (korelasi) terhadap bobot benih per petak 1 0,07 0,33 0,01 0,04 0,02 0,55 0,52 0,61 0,79 0,16 0,17 2,87 Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan adanya korelasi positif antara tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah malai, jumlah benih per malai, jumlah benih per rumpun, bobot 1000 benih, bobot 1 liter benih dan bobot benih per rumpun terhadap bobot benih per petak (Tabel 4.5). Hasil uji korelasi yang menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara jumlah malai, jumlah benih per malai, jumlah benih per rumpun dan bobot benih per rumpun terhadap bobot benih per petak. Meskipun terdapat korelasi yang kuat antara jumlah malai, jumlah benih per malai, jumlah benih per rumpun, bobot 1000 benih, bobot 1 liter benih, dan bobot benih per rumpun terhadap bobot benih per petak, akan tetapi berdasarkan bobot benih per petak yang tidak berbeda nyata antar genotip gandum (Tabel 4.4) maka dapat diketahui bahwa belum ada genotip gandum yang mampu berproduksi lebih tinggi antar genotip yang dicobakan di dataran menengah (dengan ketinggian 700 m d.p.l) di dusun Gunung Sari, kelurahan Sidorejo Kidul, kota Salatiga, provinsi Jawa Tengah. 21