BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat (Raya, 1998). Secara umum, hampir semua logam berat berpotensi sebagai pencemar lingkungan dan bersifat toksik bagi organisme jika konsentrasinya di lingkungan melampaui ambang batas tertentu. Menurut Freedman (1995), logam berat seperti perak (Ag), kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe), merkuri (Hg), molibdenum (Mo), nikel (Ni), timah (Sn), seng (Zn) dan unsur-unsur yang lebih ringan seperti alumunium (Al), arsen (As), dan selenium (Se) berpotensi besar mengakibatkan efek toksik bagi organisme. Emas (Au) juga merupakan salah satu logam yang bernilai tinggi karena sifatnya yang sulit teroksidasi. Penggunaan emas pada saat ini banyak dikembangkan dalam peralatan elektronik misalnya televisi, kulkas, komputer, handphone dan lain-lain. Emas digunakan sebagai bagian dari komponen semikonduktor di dalam perangkat elektronik. Hal ini perlu menjadi perhatian masyarakat mengingat banyaknya penggunaaan barang-barang elektronik saat ini. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah limbah peralatan elektronik dan listrik yang dihasilkan di dunia akan mencapai 12,3 juta ton per tahun (Williams, 2010 dalam Komalasari, 2012). Perusahaan Jepang, Yokohama Metal Co Ltd. pernah melakukan penelitian dan menemukan bahwa satu ton bahan tambang emas setelah diolah, rata–rata hanya menghasilkan 5 gram emas, sementara 1 ton ponsel bekas bisa menghasilkan 150 gram emas atau lebih. Pabrik daur ulang ponsel di Jepang, Eco-system Recycling Co., menghasilkan emas batangan antara 199.58 – 299.37 kg/bulan yang nilainya berkisar US $ 5,9 juta – US $ 8,8 juta. Hasil yang hampir sama dengan sebuah penambangan emas skala kecil, dengan resiko dan modal yang lebih kecil (Anonim, 2008). 1 2 Kandungan emas (Au) dalam satu set peralatan elektronik ternyata lebih tinggi dibandingkan kandungan emas dalam bijihnya (Parajuli dkk., 2008). Hal ini menarik minat masyarakat untuk mengeksplorasi emas tidak hanya dari tambangnya, tetapi juga dari limbah. Sementara itu limbah B3 rumah tangga dapat berupa baterai kering yang mengandung logam Ni dan Zn (Wright dan Welbourn, 2002). Metode pengambilan kembali emas dari limbah elektronik yang pernah dilakukan antara lain pemisahan dengan resin, amalgamasi dengan merkuri (Lee, 1994) dan sianidasi (Hiskey, 1985), namun metode-metode ini mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan (Prasasti, 2011). Untuk itu perlu dikembangkan metode alternatif yang lebih ramah lingkungan, prosesnya mudah dan efisien untuk memisahkan logam emas dari campuran logam lain yaitu dengan metode adsorpsi. Metode adsorpsi umumnya berdasar pada interaksi ion logam dengan gugus fungsional yang ada pada permukaan adsorben melalui interaksi pembentukan kompleks dan biasanya terjadi pada permukaan padatan yang kaya gugus fungsional seperti –OH, -NH, -SH, dan –COOH (Stum dan Morgan, 1996). Bahan-bahan alam banyak memiliki gugus -OH fenolat yang terikat pada cincin aromatik. Gugus polifenolik ini memiliki kecenderungan yang tinggi untuk teroksidasi dalam medium air sehingga dapat mengadsorpsi Au(III) dalam larutan klorida dan mereduksinya menjadi Au(0) (Parajuli dkk., 2007). Adsorben yang diusulkan adalah asam humat hasil isolasi dari tanah gambut. Bahan yang dipilih selain karena adsorpsinya tinggi, ketersediannya di alam pun cukup melimpah dan selalu terbarukan secara alami. Asam humat dapat diisolasi dari tanah gambut dengan cara yang mudah. Keberadaan senyawa humat tersebar luas di lingkungan, yaitu pada perairan, sedimen, tanah, dan batuan endapan. Senyawa humat merupakan senyawa yang heterogen, terdiri dari banyak gugus yang mengandung oksigen dan terdiri atas fraksi asam humat, asam fluvat, dan humin. Berbagai macam gugus fungsional, seperti –COOH, -OH fenolik, -OH enolik, kuinon, hidroksikuinon, lakton, eter, dan –OH alkoholik telah diketahui terdapat pada senyawa humat (Gaffney, 1996). 3 Pengikatan logam oleh bahan organik penting untuk dipelajari mengingat spesiasi logam-logam dalam cairan limbah buangan didominasi oleh kompleks organik-logam, dan di lingkungan tanah keberadaan logam-logam juga dipengaruhi oleh bahan organik tanah khususnya senyawa humat (Chung dkk., 1996). Ismillayli (2009) melaporkan bahwa asam humat yang diisolasi dari tanah gambut Rawa Pening mampu mengadsorpsi kompleks AuCl4- dan mereduksinya menjadi Au(0) dalam kondisi pH rendah. Diduga yang berperan dalam mengadsorpsi AuCl4- adalah gugus karboksil dan yang berperan mereduksinya adalah gugus hidroksil. Studi lebih lanjut mengenai kemampuan asam humat mengadsorpsi sekaligus mereduksi emas pada kondisi asam telah banyak dilakukan. Hunaifah (2012) melaporkan bahwa perubahan pH sangat berpengaruh terhadap larutan AuCl4- karena spesies AuCl4- akan berkurang seiring dengan naiknya pH. Sedangkan pada penelitian ini, dilakukan untuk mempelajari pengaruh pH dan konsentrasi awal Au(III) pada adsorpsi Au(III) dan Ni(II) menggunakan adsorben asam humat hasil isolasi dari tanah gambut Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah sehingga dapat ditentukan kondisi pH optimal untuk mengadsorpsi Au(III) dan Ni(II) serta diharapkan mampu menentukan model isoterm adsorpsinya. I.2 Tujuan Penelitian 1. Menentukan pH optimum adsorpsi Au(III) dan Ni(II) oleh asam humat. 2. Mempelajari pengaruh konsentrasi awal Au(III) dan pengaruh suhu pada adsorpsi Au(III) dan Ni(II) oleh asam humat serta menentukan model isoterm adsorpsinya. 4 I.3 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai adsorpsi ion Au (III) yang dipengaruhi oleh ion Ni(II) dengan menggunakan asam humat. 2. Memberikan informasi tentang pengaruh pH dan konsentrasi Au(III) awal dalam adsorpsi ion Au(III) dengan adanya ion logam Ni(II) oleh asam humat. 3. Memberikan alternatif solusi mengenai adsorben dalam pengambilan kembali emas dari limbah elektronik yang berbasis Green Chemistry yang murah, mudah didapat dan ramah lingkungan.