BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pertambangan dan metalurgi yang semakin pesat memicu meningkatnya pembuangan limbah yang mengandung logam berat ke dalam lingkungan. Diantara berbagai polutan organik dan anorganik, ion logam berat sangat beracun dan karsinogenik di alam. Adanya logam berat dalam lingkungan perairan menjadi perhatian besar karena toksisitasnya pada konsentrasi yang sangat rendah (Sulaymon et al., 2012). Logam berat tidak terbiodegradasi dan dapat terakumulasi dalam organisme hidup serta dapat menyebabkan berbagai penyakit dan kerusakan organ. Ion logam berat seperti Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) sering terdeteksi dalam air limbah industri yang berasal dari industri pelapisan logam, aktivitas pertambangan, peleburan, pabrik baterai, pabrik cat, pestisida, pabrik pigmen, percetakan dan industri fotografi (Ngah dan Hanafiah, 2008). Logam Pb beracun bagi manusia karena menyebabkan berbagai kerusakan pada ginjal, hati, otak, syaraf dan sistem reproduksi. Pb dapat mengganggu sintesis hemoglobin dan menyebabkan beberapa kerusakan syaraf (Reddy et al., 2010). Ion Cr(III) merupakan nutrisi penting yang yang diperlukan untuk metabolisme gula dan lemak dalam organisme, namun kontak yang lama dapat menyebabkan alergi kulit dan kanker (Uluozlu et al., 2007). Ion logam Ni(II) dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan, seperti kanker, alergi kulit dan fibrosis paru (Salem dan Awwad, 2011) Logam berat umumnya sangat beracun sehingga logam berat dalam air limbah harus dihilangkan untuk mencegah pencemaran perairan dan masalah lingkungan (Ramos et al., 2012). Upaya untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh adanya ion logam berat dapat dilakukan dengan cara menurunkan konsentrasi pencemar hingga dibawah ambang batas baku mutu lingkungan sebelum dibuang. Metode yang umum digunakan untuk menurunkan konsentrasi pencemar adalah metode reduksi, pertukaran ion, osmosis balik, adsorpsi dengan 1 2 karbon aktif, koagulasi, eksktraksi pelarut, pengendapan, atau kombinasi dari beberapa metode tersebut (Mahajan, 2002). Metode pengendapan kimia dan elektrokimia tidak efektif, khususnya pada konsentrasi ion logam dalam larutan yang sangat rendah. Metode ini juga menghasilkan endapan dalam jumlah besar yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Metode pertukaran ion, teknologi membran dan adsorpsi menggunakan karbon aktif untuk pengolahan limbah industri yang mengandung ion logam berat dalam konsentrasi yang rendah biayanya mahal (Gautam et al., 2014). Adsorpsi merupakan teknik yang sangat cepat, murah dan telah diterapkan secara luas. Sekarang ini, banyak penelitian yang melaporkan penggunaan hasil samping pertanian yang murah sebagai adsorben (Asadi et al., 2008). Limbah pertanian kaya akan material selulosa dan lignin kecenderungan untuk menarik yang menunjukkan dan menghilangkan ion logam dari larutan. Komponen dari limbah pertanian yang terdiri dari gugus fungsi hidroksil, karbonil, karbosiklik dan eter berikatan dengan logam berat dengan mendonorkan pasangan elektron bebas dan membentuk kompleks atau pertukaran ion hidrogen untuk ion logam dalam larutan (Ofomaja et al., 2010). Penelitian tentang adsorpsi ion logam berat dari limbah menggunakan adsorben pertanian dan hasil alam telah banyak dikembangkan, seperti jerami padi (Ding et al., 2012), ampas tebu (Santos et a.l, 2012), modifikasi tongkol jagung dengan asam sitrat (Ramos et al., 2012), modifikasi daun Moringa oleivera dengan NaOH dan asam sitrat (Reddy et al., 2012), modifikasi batang gandum dengan asam sitrat (Han et al., 2010), modifikasi kulit kacang dengan etilen diamin (Liu et al., 2010), dan batang kedelai dengan asam sitrat (Zhu et al., 2008). Kapasitas adsorpsi dari hasil samping pertanian terhadap logam berat umumnya rendah, sehingga diperlukan perlakuan atau modifikasi untuk meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Larutan basa (NaOH, Na2CO3, dan Ca(OH)2), larutan mineral dan asam organik (HCl, HNO3, H2SO4, asam tartarat, asam sitrat dan asam format), senyawa organik (formaldehid, CH3OH, dan epiklorohidrin) dan agen pengoksidasi (H2O2, K2MNO4, dan propilen oksida) telah digunakan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi limbah pertanian. 3 Pemanfaatan H2SO4, HCl, HNO3, H2O2 NaOH dan beberapa senyawa organik yang berbahaya lainnya yang telah diaplikasikan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi menyebabkan efek samping yang serius selama produksi (Liu et al., 2011). Asam kuat merupakan agen yang dapat menghidrolisis selulosa tetapi sangat toksik, korosif dan harus memerlukan recovery. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses modifikasi dengan menggunakan bahan yang tidak berbahaya dan ramah lingkungan yang dapat meningkatkan kapasitas adsopsi adsorben. Batang kedelai merupakan material yang mengandung lignoselulosa. Sebagian besar batang kedelai setiap tahunnya tidak digunakan secara efisien tetapi umumnya dibakar untuk tujuan energi atau sebagian dikumpulkan sebagai pakan ternak (Miao et al., 2013). Sebagai material yang mengandung lignoselulosa, batang kedelai mempunyai gugus fungsi yang mempunyai sisi aktif dan dapat membentuk ikatan dengan ion logam. Penelitian tentang batang kedelai sebagai adsorben logam berat dan modifikasinya belum banyak dilakukan. Untuk meningkatkan pemanfaatan batang kedelai maka dalam penelitian ini dilakukan modifikasi batang kedelai untuk mengadsorpsi ion logam Cr(III), Ni(II) dan Pb(II). Untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi dari limbah batang kedelai dan untuk mengurangi pengaruh negatif dari bahan kimia yang digunakan untuk memodifikasi selama proses pengembangan biosorben digunakan asam tartarat yang merupakan asam karboksilat yang tidak mahal dan ramah lingkungan. Modifikasi dengan asam tartarat bertujuan untuk menambahkan gugus karboksil dalam selulosa yang aktif terhadap logam, sehingga diharapkan semakin banyak gugus karboksil maka akan semakin meningkat ikatan gugus tersebut dengan ion logam. Limbah yang dihasilkan dari proses industri pertambangan dan metalurgi umumnya mengandung lebih dari satu ion logam. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dikaji adsorpsi logam tunggal dan kompetitif terhadap ion logam Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) menggunakan batang kedelai dan batang kedelai yang termodifikasi asam tartarat. 4 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mempelajari modifikasi batang kedelai dengan asam tartarat dan kemampuan adsorpsi batang kedelai dan modifikasinya terhadap ion logam Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) 2. Mempelajari pengaruh pH, waktu kontak dan konsentrasi ion logam terhadap ion logam Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) 3. Mempelajari kapasitas adsorspsi adsorben terhadap kompetisi Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) pada kondisi optimum masing-masing logam 1.3 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pembuatan adsorben berbahan dasar batang kedelai tanpa dan dengan modifikasi asam tartarat serta mengetahui kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam Cr(III), Ni(II) dan Pb(II) serta mengetahui adsorpsi kompetitifnya dalam larutan air.