“HOSPITAL BY LAW” OLEH : RINI ANGGRAENI MANAJEMEN RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit tidak melayani masyarakat dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit saat ini telah dituntut karena pelayanan yang tidak sesuai harapan. Ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa masih ada rumah sakit yang belum mempunyai aturan rumah sakit yang jelas, sistematis, dan rinci. Karena itu, sesuai prinsip tailor made rumah sakit seharusnya mempunyai HBL yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi . Dengan demikian, kepentingan HBL dapat dilihat dari tiga sudut yaitu pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan. Dalam hal ini HBL dapat menjadi instrumen akreditasi rumah sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis, pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen struktur, proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, system keuangan, peralatan medis dan non-medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan program. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian rumah sakit kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa rumah sakit tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien. 2 Kepentingan yang kedua, dilihat dari segi hukum HBL dapat menjadi tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau kesalahan di dalam suatu kasus hukum kedokteran. Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih rinci harus terdapat dalam HBL. Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka HBL dapat menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko yang merugikan. Dengan demikian, pasien akan semakin terlindungi sesuai prinsip patient safety. Hal ini dipertegas dengan isi Undang undang no 44/2009/pasal 29 ayat 1 menyatakan bahwa setiap Rumah sakit mempunyai kewajiban menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit atau Hospital by law yaitu peraturan organisasi rumah sakit atau corporate by laws dan peraturan staf medis Rumah sakit atau medical staff by laws yang turut pula mengatur perihal kewenangan klinis atau clinical privilege. Pada pasal 36 UU no.44/2009 di sebutkan bahwa setiap Rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola RS dan tata kelola klinis yang baik. Lalu apa yang dimaksud dengan istilah atau definisi Hospital by laws, corporate bylaws, medical staff by laws dan clinical privilege, serta bagaiman menyusunnya? Agar menjadi acuan dalam pelaksanan kegiatan perbaikan mutu dan jaminan keselamatan pasien, maka upaya peningkatan mutu klinis tersebut harus di tuangkan dalam dokumen Hospital By laws atau Pola tata kelola Rumah sakit. Rumah sakit harus memahi prinsip prinsip, pengertian dan kegunaan tata kelola rumah sakit yang terdiri dari Hospital by laws dan medical staff by laws. Rumah sakit harus mampu menyusun draft tata kelola rumah sakit yang terdiri dari Hospital by laws dan medical staff by laws serta mengembangkan secara mandiri. 3 B. RUMUSAN MASALAH Masalah yang dibahas adalah pengertian hospital by law, tujuan penyusunan hospital by law, tingkat dan jenis peraturan di dalam RS, dasar hukum hospital by law, ciri hospital by law yang bertanggung jawab, fungsi dan manfaat hospital by law, bentuk hospital by law dan hakikat hospital by law. C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian hospital by law. 2. Untuk mengetahui tujuan penyusunan hospital by law. 3. Untuk mengetahui tingkat dan jenis peraturan di dalam RS. 4. Untuk mengetahui dasar hukum hospital by law. 5. Untuk mengetahui ciri hospital by law yang bertaggung jawab. 6. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat hospital by law. 7. Untuk mengetahui bentuk hospital by law. 8. Untuk mengetahui hakikat hospital by law. 4 BAB II PEMBAHASAN HOSPITAL BY LAW A. DEFINISI • Berasal dari dua kata, yaitu : – hospital ( rumah sakit ) dan – By laws ( peraturan institusi ) Kata ‘By law’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The Oxford Illustrated Dictionary: By law is regulation made by local authority or corporation. Pengertian lainnya, By laws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization (Guwandi, 2004). Jadi pengertian yang sebenarnya dari hospital by laws adalah seperangkat peraturan yang dibuat oleh rumah sakit (secara sepihak) dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan. Tetapi dapat mengikat pihak-pihak lain seperti pasien sepanjang mereka sepakat dirawat di rumah sakit yang bersangkutan. Hospital by-laws bukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan dengan hospital by-laws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu 5 sangat dianjurkan kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum kedokteran. Hospital (administrative atau corporate) by-laws mengatur tentang bagaimana kepentingan pemilik direpresentasikan di rumah sakit, bagaimana kebijakan rumah sakit dibuat, bagaimana hubungan antara pemilik dengan manajemen rumah sakit dan bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana hubungan manajemen dengan staf medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan dalam keadaan statis dan dinamis. Hospital (medical) by-laws memberikan suatu kewenangan kepada para profesional medis untuk melakukan self-governance bagi para anggotanya, dengan cara membentuk suatu "komite medis" yang mandiri; sekaligus memberikan tanggung-jawab (responsibility) kepada "komite" tersebut untuk mengemban seluruh kewajiban pemastian terselenggaranya pelayanan profesional yang berkualitas dan pelaporannya kepada administrator rumah sakit. Hospital by-laws juga mengatur tentang upaya yang harus dilakukan guna mencapai kinerja para profesional yang selalu berkualitas dalam merawat pasiennya; utamanya melalui rambu-rambu penerimaan, review berkala dan evaluasi kinerja setiap praktisi di rumah sakit. Dalam rangka itu pula hospital by-laws juga dapat memerintahkan "komite medis" untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan guna mencapai dan menjaga standar serta menuju kepada peningkatan pengetahuan dan keterampilan profesi. B. TUJUAN PENYUSUNAN HOSPITAL BY LAW 1. Umum: Dimilikinya suatu tatanan peraturan internal RS sebagai acuan bagi pengelola RS dalam melaksanakan kegiatan. 6 2. Khusus: - Kejelasan Visi, Misi, Tujuan RS - Kejelasan sifat organisasi RS - Kejelasan pengaturan staf medik dan tenaga kesehatan lainnya C. TINGKAT DAN JENIS PERATURAN DI DALAM RS •PERATURAN INTERNAL RS (HBL), terdiri atas: corporate by laws (peraturan internal korporat) dan medical staff by laws (peraturan internal staf medik). •Peraturan internal RS merupakan jenjang tertinggi konstitusi (peraturan dasar), yang disusun dan ditetapkan oleh pemilik/yang mewakili pemilik; dan mengatur tentang visi, misi, tujuan RS, hubungan pemilik, Direktur RS, dan staf medik. •KEBIJAKAN TEKNIK OPERASIONAL, - Disusun dengan mengacu pada HBL, dan ditetapkan Direktur. - Terdiri dari kebijakan dan prosedur administrasi & teknik profesi- Contoh: SPO, SK, dll D. DASAR HUKUM •Kepmenkes No. 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By laws). •Kepmenkes No. 631/MENKES/SK/IV/2005 Tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By laws) di Rumah Sakit. •Kepmenkes No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit •KepMenKes No. 228/SK/III/2002 SPM RS Daerah. 7 Secara hukum pembahasan mengenai Hukum Rumah Sakit (Hospital Low) dijelaskan sebagai berikut, I. Pidana Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit memenuhi tiga unsur. Ketuga unsur tersebut adalah adanya kesalahan dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang tercantum dalam ketentuan pidana yang bersangkutan. Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem hukum pidana kita, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi, maka pengurusnya dapat dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat dijatuhi pidana denda dengan pemberatan. Ketentuan pidana ( UU No.44 Tahun 2009 pasal 62-63 ) 1. setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan rumah sakit tidak memiliki izin dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan denda paling banyak 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. apabila tindakan pidana tersebut dilakukan koorporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap koorporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda. 3. selain pidana denda terhadap koorporasi tersebut, koorporasi dijauhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha, dan/atau b. pencabutan status badan hokum 8 II. Perdata Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun(2007:81), hubungan hukum ini menyangkut dua macam perjanjian yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian pelayanan medis. Perjanjian perawatan adalah perjanjian antara rumah sakit untuk menyediakan perawatan dengan segala fasilitasnya kepada pasen. Sedangkan perjanjian pelayanan medis adalah perjanjian antra rumah sakit dan pasen untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasen. Jika terjadi kesalahan dalam pelayanan kesehatan, maka menurut mekanisme hukum perdata pihak pasien dapat menggugat dokter berdasarkan perbuatan melawan hukum. Sedangkan gugatan terhadap rumah sakit dapat dilakukan berdasarkan wan prestasi (ingkar janji), di samping perbuatan melawan hukum. ” Sikap/tindakan semua orang yang turut terlibat dalam organisasi rumah sakit. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1367 yang berbunyi: "Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya....". Tanggung jawab rumah sakit dalam garis besarnya dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Menyangkut personalia, termasuk sikap tindakan atau kelalaian semua orang yang terlibat dalam kegiatan rumah sakit 2. Menyangkut mutu pemberian pelayanan kesehatan (Standard of Care) di rumah sakit. 3. Menyangkut sarana dan peralatan yang disediakan 9 Menurut hukum kedokteran, ada 4 bentuk risiko yang harus ditanggung oleh pasien itu sendiri, yaitu: 1. Kecelakaan (accident, mishap, mischance, misad venture) 2. Risiko pengobatan (risk of treatment) 3. Kesalahan penilaian profesional (error of clinical judgment) 4. Kelalaian pasien (contributory negligence) III. Administratif Pertanggungjawaban rumah sakit dari aspek hukum administratif berkaitan dengan kewajiban atau persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh rumah sakit khususnya untuk mempekerjakan tenaga kesehatan di rumah sakit. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang menentukan antara lain kewajiban untuk memiliki kualifikasi minimum dan memiliki izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Selain itu UU Kesehatan menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal 46 UU RS, rumah sakit dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran tertulis, tidak diperpanjang izin operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin. E. CIRI HOSPITAL BY LAW YANG BERTANGGUNG JAWAB Menurut Husein Karbala, ciri-ciri hospital by laws yang bertanggung jawab adalah : - Tidak menyimpang dari hukum yang berlaku 10 - Tidak menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku - Tidak menyimpang dari ketertiban umum dan kesusilaan. • Ciri lain : tidak bertentangan dengan hak azasi manusia. Menurut Guwandi, ada beberapa ciri dan sifat Hospital by law yaitu pertama tailor-made. Hal ini berarti bahwa isi, substansi, dan rumusan rinci HBL tidaklah mesti sama. Hal ini disebabkan oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda. Adapun ciri kedua, Hospital by law dapat berfungsi sebagai ‘perpanjangan tangan hukum’. Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum dan yang berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan perundangundangannya masih harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu HBL. Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan kondisi pasien , seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan sebagainya. Ketiga, Hospital by law mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain. Keempat, rumusan Hospital by law harus tegas, jelas, dan terperinci. Hospital by law tidak membuka peluang untuk ditafsirkan lagi secara individual. Kelima, Hospital by law harus bersifat sistematis dan berjenjang. 11 F. FUNGSI DAN MANFAAT HOSPITAL BY LAW • Fungsi : - Mengatur kewenangan dan kewajiban pemilik, direksi, manajer, profesional dan tenaga kerja lainnya. - Mengatur hak dan kewajiban klien. - Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban rumah sakit terhadap pemerintah serta lembaga penegakan hukum. - Mengatur tatalaksana melaksanakan kewajiban, kewenagan dan hak. • Manfaat : •Untuk RS: - Memiliki acuan aspek hukum - Memiliki kepastian hukum eksternal & internal - Mendukung akreditasi RS ● •Untuk Pengelola RS: - Acuan batas kewenangan, hak, kewajiban, dan tanggung jawab. - Pedoman menyusun kebijakan teknis operasional ● •Untuk Pemerintah: - Mengetahui arah & tujuan RS tersebut didirikan - Acuan menyelesaikan konflik di RS ● •Untuk Pemilik RS: - Mengetahui tugas & kewajibannya - Acuan dalam menyelesaikan konflik internal - Acuan dalam menilai kinerja Direktur RS G. BENTUK HOSPITAL BY LAW Menurut Guwandi, bentuk hospital by laws: 12 - Peraturan Rumah Sakit - Standard Operating Procedure (SOP) - Surat Keputusan - Surat Penugasan - Pengumuman - Pemberitahuan • Perlu dilakukan sosialisasi agar hospital by laws dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. H. HAKIKAT HOSPITAL BY LAW • Regulasi yang dibuat oleh rumah sakit dan hanya berlaku di rumah sakit yang bersangkutan • Merupakan norma yang lebih dari sekedar legal restatment. • Prasyarat bagi rumah sakit agar dapat melaksanakan tugas dan kewenangan dengan baik • Prasyarat dalam upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan institusi • Transformasi atau diskresi dari berbagai peraturan perundang-undangan yang ada agar supaya lebih profesional, termasuk peraturan dari pihak pemilik rumah sakit. • Klausula baku (perjanjian baku) yang akan berlaku sebagai undang-undang bagi siapa saja yang berinteraksi dengan rumah sakit. 13 BAB III PENUTUP Hospital by-laws bukanlah suatu peraturan yang standar dan berlaku atau dapat diterapkan begitu saja bagi setiap rumah sakit, namun juga bukan suatu peraturan yang berisi ketentuan yang sangat individual atau bahkan bertentangan dengan hospital bylaws pada umumnya. Hospital by-laws dibuat dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama di bidang hukum perdata dan hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu sangat dianjurkan kepada yang berkepentingan di rumah sakit yang akan membuatnya untuk berkonsultasi dengan ahli hukum, terutama yang mengenal hukum kedokteran. Keberadaan Hospital by law memegang peranan penting sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit. Ia adalah ‘rules of the game’ dari dan dalam manajemen rumah sakit. Adapun bentuk Hospital by law dapat merupakan kumpulan dari Peraturan Rumah Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Namun demikian, peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya. 14 DAFTAR PUSTAKA https://docs.google.com/presentation/d/1U3Hy2ZZwh0NAHiLGjSPU6Lg1XR4x0U3KFUEaR03ckk/present#slide=id.i0 http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=makalah+tentang+peraturan+internal+rumah +sakit+%28hospital+by+law%29&source=w 15