bab i pendahuluan bab ii

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan obsesif-kompulsif merupakan sebuah gangguan kecemasan di
mana orang memiliki keinginan yang tidak diinginkan dan diulang, perasaan, ide,
sensasi (obsesi) atau tingkah laku yang membuat mereka selalu ingin melakukan
sesuatu (kompulsif). Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang
ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan
penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi.1
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide atau bayangan mental yang
mendesak ke dalam pikiran secara berulang. Istilah kompulsi menunjuk pada
dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Sering
suatu pikiran obsesif mengakibatkan suatu tindakan kompulsif. Tindakan
kompulsif dapat berupa berulang kali memeriksa pintu yang terkunci, kompor
yang sudah mati atau menelepon orang yang dicintai untuk memastikan
keselamatannya.2
DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif bila orang
terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya sedemikian
rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih dari satu
jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang normal,
mengganggu fungsi kerja atau sosial.
Gangguan obsesif – kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan
jiwa setelah fobia, gangguan penyalahgunaan zat dan gangguan depresi berat.
Referat ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang apa yang dimaksud
dengan gangguan obsesif kompulsif, bagaimana mendiagnosisnya dan terapi apa
yang harus diberikan kepada pasien.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang
mengganggu (intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang
disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau
menghindari.
Obsesi
meningkatkan
kecemasan
seseorang,
sedangkan
melakukan kompulsi bmenurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika
seseorang memaksa untuk melakukuan kompulsi, kecemasan meningkat.
Seseorang dengan gangguan obsesif- kompulsif biasanya menyadari
irrasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai
ego-distonik. Gangguan obsesif-kompulsif dapat merupakan gangguan yang
menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu
dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang,
fungsi pekerjaan, aktifitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman
dan anggota keluarga.1
Dalam DSM-IV TR obsesi didefinisikan sebagai berikut :
1. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang
dialami, pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan
tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan
tentang masalah kehidupan yang nyata
3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan
lain.
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah
hasil dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan
pikiran)
Pengertian obsesi menurut Kaplan, et all., adalah pikiran, ide atau
sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison &Neale, halhal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu merasakannya sebagai
hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol (Fausiah &Widury, 2007).
2
Sedangkan kompulsi menurut Davison & Neale adalah perilaku atau
tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk
menampilkannya agar mengurangi stres. (Fausiah & Widury, 2007).
Dalam DSM-IV TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut :
1. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa)
atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata
dalam hati) yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai
respon terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus
dipenuhi secara kaku.
2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan,
akan tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan
dengan cara yang realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk
menetralkan atau mencegah, atau secara jelas berlebihan.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran
seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol,
dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
B. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi
umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti
memperkirakan bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak
10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan
gangguan obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering keempat
setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat, dan gangguan depresif
berat. 1
Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena,
tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif
dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.
Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala
3
sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala
setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena
gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan
obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam
dibandingkan kulit putih. 1
Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi
oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif
berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67
persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik
komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah
gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan
makan. 1
C. Etiologi
a. Faktor Biologis
Neurotransmiter.
Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan
terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi
serotonin adalah terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi
dari gangguan. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif
dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi
apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif
adalah tidak jelas pada saat ini. 1
Penelitian pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak
fungsional, sebagai contoh PET ( positron emission tomography), telah
menemukan peningkatan aktifitas (sebagai contoh, metabolisme dan aliran
darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kaudata), dan singulum
pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Baik tomografi komputer
(CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) telah menemukan adanya
penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun
struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur neurologis yang
4
melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan
peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis. 1
Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan
obsesif-kompulsif
telah
secara
konsisten
menemukan
adanya
angka
kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik
dibandingkan kembar dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien gangguan
obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat
pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga menderita gangguan. 1
Data
biologis
lainnya.
Penelitian
elektrofisiologis,
penelitian
elektroensefalogram (EEG) tidur, dan penelitian neuroendokrin telah
menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan
depresif dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu insidensi kelainan EEG
nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien
gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan
yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan
latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin juga telah
menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi
pada dexamethasone-supprssion test pada kira-kira sepertiga pasien dan
penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus clonidine (catapres). 1,3
b. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.
Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan
melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan
peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau menghasilkan kecemasan.
Jadi, objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang
terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan. 1,3
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan
bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan
pikiran obsesional. Jadi, strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku
5
kompulsif atau ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan.
Secara bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan
dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar
menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif yang dipelajari. 1,3
c. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan
obsesif-kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan
demikian, sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk
perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai 35
persen pasien gangguan obsesif-kompulsif memiliki sifat obsesional
pramorbid.1
Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme
pertahanan psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan
sifat karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan
pembentukan reaksi. 1,3
Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi
seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi
isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari
komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil
sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien
secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang
berhubungan dengannya. 1
Undoing. Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls
mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas,
operasi pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan
menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan
kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang
ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar
yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder
6
yang cukup penting adal;ah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang
disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang
dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara
irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang
menakutkan. 1
Pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku
yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas
berlawanan dengan impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat
adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai. 1
Faktor psikodinamik lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik,
gangguan obsesif-kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan
merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual
anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh
kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang
penting, mereka mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional
yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan
cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien
dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat
pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana
mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi
gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan
demikian, psikogenesis gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada
gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan
fase perkembangan anal-sadistik. 1
Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam
karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak
normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta
dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut
mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak melakukan pada
seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan
dengan pilihan. 1
7
Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara
pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id,
dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa
di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata
hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut
menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien
gangguan obsesif-kompulsif. 1
D. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten
yang dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai
intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan
yang jelas.

Pikiran,
impuls,
atau
bayangan-bayangan
tidak
semata-mata
kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,
atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran
atau tindakan lain.

Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan
obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari
luar seperti penyisipan pikiran).
Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau
tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata
dalam hati) yang berulang yang dirasakannya mendorong untuk
melakukannya sebagai respon terhadap suatu obsesi, atau menurut
dengan aturan yang harus dipatuhi secara kaku.
8

Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau
menurunkan penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi
yang menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak
dihubungkan dengan cara yang realistik dengan apa mereka dianggap
untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.
2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari
bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan
waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna
mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik),
atau aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.
4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak
terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat
gangguan
makan,
menarik
rambut
jika
terdapat
trikotilomania,
permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh,
preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat,
preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat
hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual jika
terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan
depresif berat).
5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian besar waktu
selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan
kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. 1
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama
sedikitnya dua minggu berturut-turut.
9

Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktivitas penderita.

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
o Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
o Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
o Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan
hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega
dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan
seperti dimaksud di atas.
o Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan
depresi.
penderita
gangguan
obsesif
kompulsif
seringkali
juga
menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi
berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode
depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau
menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan
perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut,
maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila
dari keduanya tidak adayang menonjol, maka baik menganggap depresi
sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun, maka prioritas
diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain
menghilang.

Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia,
sindrom Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai
bagian dari kondisi tersebut. 2
10
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan
Pedoman Diagnostik

Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls
( dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)

Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu
menyebabkan penderitaan (distress) 2
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)
Pedoman Diagnostik

Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya
mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu
situasi yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan
keteraturan.
Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual
tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari
bahaya tersebut.

Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa
jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan
mengambil keputusan dan kelambanan. 2
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif
Pedoman Diagnostik

Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran
obsesif serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua
hal tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan
dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang
berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif
terhadap terapi perilaku. 2
11
F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya
F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT2
E. Gambaran Klinis
Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:

Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi
dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi
sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan
melawan gagasan atau impuls awal.

Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami
sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk psikologis.

Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi
tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk
akal.

Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan
suatu dorongan yang kuat untuk menahannya. 1
Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil
terhadap kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa
kompulsi adalah irasional. 1
Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada
anak-anak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih
dan berubah dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif
memiliki empat pola gejala yang utama. Pola yang paling sering ditemukan
adalah suatu obsesi tentang kontaminasi, diikuti oleh mencuci disertai
penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan terkontaminasi.
Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses,
urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit
tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak
mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan
12
adaloah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti,
rasa malu dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan
obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek
ke objek atau orang ke orang oleh kontak ringan. 1
Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh
pengecekan yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya
kekerasan, seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu.
Pengecekan tersebut mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke
rumah untuk memeiksa kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri
sendiri yang obsesional, saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan
atau melakukan sesuatu. 1
Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran
obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Nobsesi tersebut biasanya
berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela
oleh pasien. 1 Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas
atau ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara
harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur
wajahnya. Trikotilomania dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi
yang beruhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif. 1,4,5
F. Diagnosis Bandimg

Kondisi medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding
adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis,
dan
kadang-kadang
komplikasi
trauma
dan
pascaensefalitik.
Gejala
13
karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering
dan hampir setiap hari terjadi. 1

Kondisi psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesifkompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia,
dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat
dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh
kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap gangguan
mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat
gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif dan
kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh gagasan
obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 1,3
Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesifkompulsif
adalah
hipokondriasis,
gangguan
dismorfik
tubuh,
dan
kemungkinan gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi
patologis. Pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang
berulang, sebagai contoh permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang
berulang sebagai contoh mencuri. 1
G. Terapi

Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk
mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan
dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat
sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu
delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik
yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah
masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif
yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan tampaknya
14
mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah
memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil)
atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin specific
reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac). 1
Clomipramine. Clomipramine
biasanya dimulai dengan dosis 25
sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25
mg sehari setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari
atau tampak efek samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah
suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi,
hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut
kering. 1
SSRI. Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesifkompulsif menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai
manfaat terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi,
kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal,
SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan
demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama dalam
pengobatan gangguan obsesif kompulsif. 1
Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli
terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan
dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin
oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine
(Nardil). 1

Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandinga telah dilakukan, terapi perilaku sama
efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan
demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi
terpilih untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan
15
pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada
gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.
Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan
pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif
kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya
untuk mendapatkan perbaikan. 1
Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang
obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat
cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan
berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang
minimal karena adanya habituasi. 5

Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat
keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.
Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional,
simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi
berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna
gangguan. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai
intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu untuk merawat pasien di rumah
sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres
lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat
ditoleransi. 1
Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku
pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota
keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat
tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien. 1,5

Terapi lain
16
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga,
membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan,
dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.
Terapi kelompok berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien.
Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif
(ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak
seefektif bedah psiko tetapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan.
Prosedur bedah psiko yang paling sering dilakukan untuk gangguan obsesif
kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30
persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang
paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan kejang, yang hampir
selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien
yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau
terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau
terapi perilaku setelah bedah psiko. 1,4,6
BAB III
KESIMPULAN
17
Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai
dengan
adanya
pengulangan
pikiran
obsesif
atau
kompulsif,
dimana
membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan
penderitaan (distress). Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif
atau tindakan kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari
selama sedikitnya 2 minggu berturut – turut.
Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif
diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak,
genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan
faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk
penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi
(farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila
kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat
periodik
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 2003. Comprehensive Textbook of Psychiatry
vol.2 6th edition. USA: Williams and Wilikins Baltimore.
2. Gangguan obsesif – kompulsif. Dalam : Buku saku Diagnosis Gangguan
Jiwa; rujukan ringkas dari PPDGJ – III. Maslim R, penyunting. Jakarta;
2003.76
3. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV
Washington DC: American Psychiatry Association, 2004.
4. Khouzan HR. Obsessive compulsive disordes : what to do if you recognize
baffling behaviour. Postgard Med 2008; 106(7): 133-41.
5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 25965
6. International OCD Foundation (Boston). Disorder related to (or confused
with) OCD. Didownload dari //http:iocdf.org pada 10 Juni 2015 pukul 16.00
19
Download